Rio menurunkan tangannya yang dia miliki di atas pedangnya dan menghela napas.
"Kalau begitu, mari kita kembali ke topik. Apa kau tertarik bekerja untukku?"
Kata Duran dengan tatapan bersemangat.
"Sejujurnya, fakta kalau kau berteman dengan Lucius sebagai rekan seperjuangan adalah alasan yang cukup bagiku untuk menolaknya."
Ada banyak sekali alasan lain yang tidak bisa dia jelaskan dengan cukup baik, jadi Rio memilih untuk menjawab seperti itu.
"Hmm. Jadi kau menganggapku sama dengannya?"
Duran sudah tahu kalau Rio tidak akan pernah bekerja untuknya, jadi Rio mengutarakan pikirannya tanpa menyembunyikan apapun.
"Tidak — lebih persisnya aku tidak bisa percaya denganmu."
"Hahahaha! Aku bisa mengerti kalau kau sangat membenci orang itu. Yah, itu juha bisa dimengerti setelah dia membunuh ibumu..... Jika dia berjalan di jalan yang bebas, maka aku berjalan di jalan dominasi. Kekuasaan adalah keadilan — aku mengambil apapun yang aku inginkan dengan tanganku sendiri. Aku kira aku mirip dengan Lucius dalam hal itu, dan aku tidak akan menyangkal kalau aku memiliki temperamen seorang tirani, namun seleraku tidak seburuk miliknya. Jadi, aku tidak sama dengannya, tetapi kami berdua cukup mirip daribeberapa bagian dari dirinya dapat ditoleransi."
Duran tidak menunjukkan rasa tersinggung karena dibandingkan dengan Lucius dan malah mulai mengoceh dengan lancar tentang dirinya sendiri. Dia bahkan tersenyum ketika dia menyebut dirinya seorang tirani. Mungkin itu caranya membuat dirinya terdengar menarik bagi Rio sebagai majikan.
".....Kau berbicara dengan sangat jujur."
[ Jika Duran benar-benar mencoba mengintaiku, dia seharusnya mengucapkan kata-katanya sedikit lebih baik. ]
Pikir Rio dalam benaknya.
"Itu karena aku serius mencoba memperkerjakanmu. Jika aku berbohong kepadamu sekarang, apa yang akan aku lakukan setelah kau benar-benar diperkerjakan?" Duran menjawab secara terbuka.
"Alasan yang aneh. Tapi meski begitu, aku masih mempertanyakan keputusanmu untuk memperkerjakan orang asing yang baru saja membunuh kenalanmu."
Kata Rio, membantahnya.
"Kita bukanlah orang asing, dan seseorang harus berpikiran terbuka untuk berjalan di jalan dominasi. Apakah kau telah membunuh rekanku atau tidak, aku menginginkan apa yang aku inginkan. Karena itulah, aku akan mengatakannya sekali lagi — aku lebih menginginkanmu di bandingkan kedua Putri itu. Maukah kau bekerja untukku?"
Kata Duran, mencoba membujuk Rio sekali lagi.
"Kita hanya akan terus berputar-putar di sini."
Kata Rio dengan senyum masam dan mengangkat bahunya.
"Yah, kita akan segera selesai jika kau setuju."
Kata Duran, tertawa.
"Aku tersanjung dengan tawaran itu, namun mengapa kau memiliki pendapat yang begitu tinggi tentangku?"
Rio menghela napas atas kegigihan Duran.
"Bwahahaha! Sederhana saja — Aku suka orang yang kuat. Aku ingin mereka untuk diriku sendiri. Itulah alasanku menginginkanmu. Dengan cara apapun."
"Mengapa kau begitu berantusias kepada orang-orang kuat? Apa karena dominasi yang kau telah bicarakan sebelumnya?"
Dominasi — Kekuatan untuk menundukkan orang lain dan membuat mereka patuh. Fakta kalau mereka berbicara seperti ini berarti Rio sudah diseret ke langkah Duran, tapi Rio tetap memutuskan untuk bertanya hal itu kepadanya.
"Itu adalah cara idealku, tetapi itu tidak sepenuhnya terkait. Singkatnya, aku percaya pada kebutuhan untuk melihat berbagai hal secara lebih luas."
"Apa maksudmu......?"
"Kerajaanku hanyalah salah satu dari banyak Kerajaan kecil yang ada. Itu sebabnya, Kerajaan kami membutuhkan kekuatan yang cukup untuk tidak dipandang rendah oleh Kerajaan lain dalam arti diplomatik. Aku bangga bisa melakukan pekerjaan yang setara dengan seribu prajurit, tapi ada prajurit yang terampil di Kerajaan lain, dan kami bukan tandingan sumber daya dari Kerajaan besar. Itu alasannya, kami membentuk aliansi dengan Kekaisaran Proxia, tapi kami masih Kerajaan kecil di mata mereka. Aku tidak tahan jika Kerajaanku dilihat sebagai yang terlemah untuk menjadi makanan mereka. Untuk masa depan Kerajaan, aku harus membalikkan pandangan itu. Apa kau mengerti?"
Kata Duran, memandang Rio dengan api menyala di matanya.
"Kau membutuhkan kekuatan militer agar Kerajaan lain tidak meremehkanmu?"
"Itu benar."
Kata Duran, mengangguk puas.
"Ada banyak Kerajaan kecil yang berkerumun di sekitar kami, dan mereka terus-menerus dalam keadaan gelisah. Aku secara pribadi tidak ingin bertarung tanpa keuntungan apapun, tetapi perang dapat dimulai kapan saja tergantung kepada Kerajaan² besar yang mendukung mereka. Karena itu, aku terus mencari orang-orang kuat."
"Jika menyangkut konflik, ada kalanya kata-kata tidak bisa menyelesaikan segalanya. Aku setuju kalau kekuatan diperlukan dalam kasus seperti itu."
Namun, cara Duran mengutarakan kata-katanya membuatnya terdengar seperti dia ingin memulai perang ketika ada sesuatu yang bisa diraih.
Rio tidak bisa setuju dengan sikap seperti itu.
"Pendekatan pertahanan yang tidak agresif. Tindakan proaktif menghindari konflik selama pihak lain tidak bergerak, ya? Tapi ada banyak Kerajaan kecil di sekitar kami, jadi kami tidak bisa eksis tanpa berinteraksi dengan mereka. Setelah kau mempertimbangkan skema Kerajaan² kuat di atas itu, tidak mungkin kami bisa menggunakan metode naif untuk tidak agresif. Untuk memberi makan orang-orang, kami harus mengejar keuntungan atas Kerajaan sebelum hal lain."
"Aku yakin kau bisa melakukannya. Namun..... Aku tidak ingin berhubungan dengan Kerajaan tertentu."
Kata Rio dengan ekspresi lelah namun jujur.
Duran tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha! Kau memiliki kekuatan sebanyak itu, namun kaj tidak ingin berhubungan dengan Kerajaan. Di sini, aku berpikir kau sedang mengejar jalan keadilan, ketika kau benar-benar mencari pelepasan dari dunia nyata. Apa kau berniat menjadi seorang pasif?"
"Entalah? Mungkin aku bisa."
Kata Rio, tertawa ringan, menghindari pertanyaan itu.
"Hmm..... Apakah iblis yang menghantuimu telah diusir sekarang setelah kau membalas dendammu? Kau tidak memiliki semangat. Bawahan yang terlalu ambisius adalah masalah, tetapi bawahan yang benar-benar apatis juga merepotkan. Mereka sangat sulit untuk diberikan dimotivasi."
Bertentangan dengan kata-katanya, Duran menahan tawa hangatnya saat dia berbicara.
"Jika begitu, menyerahlah untuk merekrutku."
"Mm..... Tidak. Aku tidak akan mundur semudah itu. Aku dapat melihatmu memiliki cukup kekuatan tersembunyi untuk menggulingkan medan perang. Tidak, seluruh Kerajaan."
"Aku secara teknis adalah Ksatria kehormatan dari Kerajaan Galarc....."
[ Apakah dia akan melanjutkan upaya perekrutannya terlepas dari itu? Kerajaan Paladia berada di pihak Kekaisaran Proxia yang secara teknis memusuhi Kerajaan Galarc, bukan? ]
Rio menyiratkan itu dalam perkataannya.
"Aku tahu itu. Karena itulah, aku tidak bisa meninggalkanmu. Selama Paladia adalah bagian dari sisi Proxian, aku khawatir kami bisa menghadapimu di medan perang suatu hari nanti."
"Jika begitu, kau bisa tenang. Aku tidak bermaksud berdiri di medan perang."
Rio tidak menginginkan gelar dari awal, itulah sebabnya dia diangkat menjadi Ksatria Kehormatan. Dia tidak memiliki kewajiban terhadap Kerajaan, tetapi semua manfaat dari gelarnya itu adalah kasus khusus.
"Bahkan jika kau sendiri tidak memiliki niat, keadaan mungkin tidak mengizinkan hal seperti itu terjadi. Kau mungkin bisa saja berubah pikiran. Misalnya, jika seseorang yang dekat denganmu disandera. Mengingat bagaimana kau menempuh jalan balas dendam, itu kemungkinan yang sangat realistis, kan? Kadang-kadang kau mungkin tampak seperti orang yang berhati dingin dan tidak berperasaan. Kedua putri di sana tidak dekat denganmu, namun kau melindungi mereka sampai akhir dengan sempurna."
Kata Duran, menatap ke arah Christina dan Flora di belakang Rio.
Flora yang masih terbaring lemas, namun Christina telah selesai memberinya obat. Dia juga menghabiskan botolnya sendiri yang diberikan Rio dan dalam diam mendengarkan percakapan mereka.
"............"
Rio tidak bisa menyangkalnya, dia hanya tetap diam dengan wajah yang bertentangan.
"Ini memang sulit, tetapi bukankah lebih mudah untuk memisahkan diri dari orang-orang yang dekat denganmu jika itu masalahnya? Tidak ada orang yang dekat denganmu di sini di Kerajaan Paladia, bukan?"
Duran tampak seperti orang militer yang brutal, tetapi dia sebenarnya tampaknya memiliki perspektif yang luas dan wawasan yang dalam. Rio sendiri juga telah mempertimbangkan untuk meninggalkan orang-orang yang dekat dengannya.
"Memang, kau punya poin yang tepat."
Rio mengangguk dengan senyum tegang.
"Benar? Sekarang setelah kau memenuhi balas dendammu, kau membutuhkan tujuan baru dalam hidupmu. Aku akan dapat memberikan satu kepadamu. Kerajaan² besar sangat rewel tentang status sosial dan tradisi, tetapi Kerajaanku akan memungkinkanmu untuk naik sejauh kemampuan yang kau punya. Kau dapat memiliki kebebasan dan keinginan apapun setelah kau secara resmi ditunjuk."
Perkataan dari Duran benar-benar gigih dan terampil. Dia sangat menghargai Rio dan mengeluarkan semua kondisinya yang menguntungkan pada saat-saat yang sempurna.
"Itu adalah tawaran yang sangat menggoda, tapi..... Aku tidak yakin tentang tujuan hidup, dan aku punya sesuatu yang ingin aku kembalikan."
Perasaan Rio tidak berubah. Kewaspadaan yang dia miliki di awalnya menghilang selama percakapan mereka, dan dia menemukan Duran memiliki kepribadian yang sangat mengagumkan, tetapi orang-orang yang dia inginkan ada di tempat lain.
"Sepertinya aku tidak bisa mempengaruhimu......"
Duran menatap wajah Rio, lalu menghela napas sedih.
"Jika begitu, aku mohon permisi. Jika hanya itu yang ingin kau bicarakan, aku akan mengambil keduanya ke dalam perawatanku."
Rio melirik Christina dan Flora di belakangnya.
"Jika kau menginginkannya, aku bida mengundang kalisn bertiga ke Kastilku sebagai tamu."
"Secara teknis aku masihlah seorang Ksatria Kehormatan Kerajaan Galarc, dan — kedua Putri tidak mampu membuat hutang ke Kerajaan yang bersekutu dengan Kekaisaran Proxia."
".....Apa kau bisa membawa keduanya yang sedang terluka sendirian?"
Duran bertanya kepada Rio.
Rio membalas pertanyaan itu dengan berani.
"Apa kau berpikir aku tidak bisa?"
"Astaga. Sepertinya tidak ada sama sekali kelemahan untuk dipilih di sini. Haruskah aku mengancammu dengan kejahatan telah merusak Kerajaanku?"
Kata Duran, membantahnya meskipun dia tidak punya niat untuk melakukannya.
"Jika kau melakukannya, aku akan mengancammu kembali atas keterlibatan Kerajaan Paladia dalam menculik Kedua Putri....."
"Asal kau tahu saja, Lucius-lah yang merencanakan semuanya. Yang aku lakukan hanyalah membantu Lucius menghadapimu setelah dia menculik para Putri."
"Tapi kau menerima kesempatan untuk menerima salah satu Putri sebagai hadiah, kan?"
"Rencana itu sudah aku batalkan, tapi itu pasti membuatku terdengar buruk."
Kata Duran, tertawa.
"Jika kau mengizinkanku untuk meninggalkan tempat ini dengan tenang, maka aku secara pribadi akan menahan diri untuk tidak membuat pernyataan yang tidak perlu mengenai Kerajaan Paladia."
Kata Rio, memberikan tawar-menawarnya dan melirik Christina.
".....Kami akan mengikuti Amakawa-dono. Selama pihakmu tidak bertindak atas insiden ini, aku tidak bermaksud mengejar Kerajaanmu untuk tanggung jawab lebih lanjut." Kata Christina.
"Astaga..... Ugh, baiklah. Lakukan apa yang kau mau."
Kata Duran, mengacak-acak rambutnya sendiri dengan frustrasi.
"Terima kasih atas pertimbanganmu yang murah hati."
"Hmph. Asal kau tahu, aku tidak akan puas dengan ini. Tetapi jika aku tidak dapat bernegosiasi untuk membawamu ke pihakku, maka aku tidak punya pilihan selain membiarkanmu pergi dengan tenang. Aku sudah tahu apa yang akan terjadi jika aku mencoba menghentikanmu dengan paksa."
"Meskipun ini bukan pertukaran dengan cara apapun, silakan bawa kembali pedang Lucius bersamamu."
Rio melihat pedang Lucius, yang ditusukkan ke tanah di dekatnya.
Duran menjawab setelah jeda yang lama.
".....Aku tidak mengerti alasan bagiku untuk menerimanya. Itu adalah pedang seseorang yang kau kalahkan, jadi itu adalah milikmu."
"Aku akan melakukan pembersihan minimal, tetapi aku telah menyebabkan banyak masalah untuk tempat ini dan desa ini. Apa kau bida menganggapnya sebagai kompensasi untuk itu, serta suap untuk tetap diam mengenai diriku?"
Kata Rio, menawarkan alasan untuk mempercayakan pedang Lucius kepada Duran.
"Begitukah....."
"Pedang sihir itu mungkin memiliki kemampuan untuk melepaskan esensi sihir penggunanya sebagai serangan tebasan, kemampuan untuk menteleportasikan bilah pedangnya dalam bidang pandang seseorang, dan kemampuan untuk menteleportasikan diri sendiri dalam bidang pandang seseorang. Jika kau mencari kekuatan militer, maka seharusnya tidak rugi bagimu untuk mendapatnya."
"Memang, itu bukanlah tawaran yang buruk.... Tapi tidakkah menurutmu itu sedikit mahal sebagai jaminan untuk tetap diam? Pedang itu mungkin pedang sihir kelas atas, kau tahu?"
Kata Duran sambil tertawa.
"Aku tidak keberatan. Aku tidak tertarik untuk mengayunkan pedang musuhku."
Melihat pedangnya saja sudah cukup untuk mengingatkannya pada wajah Lucius.
"Hm..... Baiklah. Aku akan menerimanya."
"Kalau begitu, sudah sepakat."
Kata Rio, tersenyum puas dan berbalik seolah ingin mengakhiri pembicaraan.
"Tunggu."
Duran memanggil Rio kembali.
"Apa lagi?"
"Ini bukanlah perekrutan, tapi undangan murni — lain kali jika kita bertemu di suatu tempat, makanlah denganku sebagai teman."
"Makan..... Sebagai teman?"
Rio memiringkan kepalanya bingung.
"Aku bilang kita bisa minum bersama. Jangan bilang kau tidak bisa menangani alkoholmu?"
"Tidak, aku bisa minum secukupnya......"
"Baiklah, sudah diputuskan."
Duran tersenyum dengan semangat tinggi.
".....Ya."
Rio ragu mereka akan memiliki kesempatan seperti itu, tetapi tidak ada yang bisa dilakukan Rio selain mengangguk.
"Kalau begitu, aku akan mengambil pedang Lucius dan pergi. Aku ingin tahu bagaimana caramu untuk membersihkan tempat ini, tetapi janji adalah janji."
Kata Duran, mengangkat bahunya.
[ Aku tidak tahu efek apa yang tertanam pada pedang sihirnya, tapi mungkin sihir aneh yang dia gunakan selama pertarungannya dengan Lucius. Aku akan menyelidikinya lebih lanjut saat kami bertemu lagi berikutnya. ]
Pikir Duran dalam hatinya.
{ TLN : Bjir... Jadi itu tujuannya ? }
"Berhati-hatilah."
Duran dalam diam berjalan ke tempat pedang Lucius ditusukkan ke tanah dan menariknya keluar.
Bagaimanapun, itu adalah sikap umum untuk melakukan tindakan itu. Dia kemudian berbalik dan berangkat ke arah desa. Dan hanya menyisakan Rio, Christina, dan Flora di sana.
[ Baiklah, sekarang..... ]
Rio memeriksa apakah Duran sudah pergi, lalu menghunus pedangnya dari sarungnya.
Dia menusukkannya ke tanah dan menuangkan esensi sihir ke dalam tanah melalui itu. Tanah yang hancur mulai bergerak seolah-olah mereka hidup. Tanah dan batu menggeliat kembali ke keadaan datar.
"Ap......"
Christina menyaksikan adegan itu dengan rahang ternganga. Dia telah menyaksikan banyak pemandangan aneh selama pertarungannya dengan Lucius, tapi kali ini — sesuatu yang dilihatnya sekarang.
Sihir itu adalah sesuatu yang tidak bisa dia buat ulang dengan sihir Strahl.
Rio menyesuaikan medan di sekitarnya selama sepuluh detik atau lebih, lalu melihat ke sekeliling area.
"......Seharusnya begini sudah cukup."
Katanya, menyarungkan pedangnya kembali di sarung pedang di pinggangnya.
"............"
Christina mengedipkan mata ke wajah Rio dengan mata melebar. Dia berbalik padanya.
"Maaf sudah menunggu." Kata Rio.
"Ah...... I-Iya."
Jawab Christina, tersadar kembali.
"Bisakah kamu berdiri?"
Rio menawarkan Christina tangannya.
"Ya......"
Christina meraih tangannya dengan gugup dan membiarkan Rio menariknya berdiri.
"Kerah itu harus dilepaskan." Kata Rio, meraih lehernya.
Christina tidak bisa melihat itu terjadi, tetapi tangannya bersinar samar sebelum kerahnya terbuka dengan bunyi Klak.
"Kalungnya telah lepas."
Rio meraih kerah dan melemparkannya ke tanah.
"Heh? Ah, terima kasih banyak."
[ Bagaimana cara Amakawa-dono melakukannya tanpa menggunakan sihir? ]
Itulah pertanyaan yang terlihat jelas di wajah Christina.
Merasakan bingung, Christina mengulurkan tangannya untuk memastikan kalau sensasi mencekik di lehernya telah menghilang.
"Apa kamu terluka di suatu tempat?"
"T-Tidak. Semuanya telah sembuh berkat ramuan yang kamu berikan kepadaku."
"Baguslah."
"Bagaimana dengan lukamu, Amakawa-dono? Kamu berkata kalau setidaknya kamu telah menghentikan pendarahannya....."
Christina mengingat itu, khawatir tentang luka Rio.
"Ya, sepertinya pendarahannya sudah berhenti. Seharusnya tidak ada masalah jika aku bergerak untuk membawa kalian berdua, jadi kita harus segera bergerak. Aku akan membawa kalian ke tempat di mana kalian bisa beristirahat dengan tenang — kita bisa mendiskusikan hal lain di sana."
Rio bisa merasakan sakit yang tumpul, tetapi darah yang menempel di mantelnya sudah mulai mengering.
Rio menyentuh area yang telah ditikam Lucius saat dia berpikir dalam dirinya sendiri.
[ Selain itu, aku tidak menyangka kalau kulit Wyvern hitam akan terpotong dengan mudah. Aku ingin tahu mantel itu bisa diperbaiki..... ]
Pedang Lucius memiliki kemampuan untuk berteleportasi melalui ruang waktu, jadi sangat mungkin bisa memotong ruang itu sendiri memiliki efek pada apa yang bisa ditebas melalui pedang itu.
"Kamu belum sembuh sepenuhnya, jadi kamu tidak boleh banyak bergerak..... Bisakah kamu setidaknya menyembuhkan lukamu dengan Cura sedikit lebih lama sebelum kita berangkat?"
Kata Christina, menyarankan dengan khawatir.
"Tapi kita tidak bisa tetap di sini, kan? Pangeran Duran telah pergi, tetapi ada kemungkinan dia akan kembali untuk memeriksa tempat ini. Aku tidak akan bergerak dengan kekuatan penuh, dan hanya bergerak perlahan, jadi aku akan baik-baik saja."
"Kalau begitu, izinkan aku untuk merawatmu saat kita bergerak. Aku bisa menggunakan Cura, jadi....."
Kata Christina dengan cemberut saat dia menyarankan rencana terbaik kedua.
"Tidak apa, aku bisa menggunakan sihir penyembuhan sendiri saat aku bergerak, jadi aku akan baik-baik saja."
Rio perlu meletakkan tangannya langsung di area yang terluka agar bisa sembuh secara efisien, tetapi lukanya bisa berhenti berdarah tanpa menyentuhnya saat berlari atau terbang dalam kondisi fisik yang ditingkatkan.
Karena itu, Rio perlu menggunakan spirit art-nya untuk terus mendeteksi esensi sihir di area yang luas untuk memprediksi di mana Lucius akan berteleportasi selama pertarungan mereka, dia tidak memiliki waktu luang untuk berfokus pada penyembuhan. Namun, sekarang dia bisa menghabiskan bagian dari fokusnya untuk menyembuhkan dirinya.
"Tidak, tolong biarkan aku yang menyembuhkanmu. Terima kasih saja tidak cukup, jadi aku hanya ingin melakukan sesuatu — apa saja — untukmu. Jadi, kumohon..... Izinkan aku."
Kata Christina, menunduk untuk memohon kepada Rio.
Rio menatap langit dengan tidak nyaman.
"Aku mengerti..... Kalau begitu, bisakah kamu melakukannya? Dan tolong angkatlah kepalamu."
"Terima kasih banyak....."
Suara dan bahu Christina bergetar saat dia menundukkan kepalanya.