Ballad of Vengeance – Chapter 5 : Infiltrasi Kerajaan Paladia

 

Dua hari yang lalu — hari yang sama saat Renji melawan Lucius....

 

Setelah melawan Nidoll Proxia, Rio meninggalkan Kastil Kekaisaran dan segera kembali ke penginapan. Ketika pagi tiba, dia check out seperti pelanggan biasa dan meninggalkan Ibukota Kekaisaran.

Tujuan berikutnya adalah Kerajaan Paladia, yang terletak di sebelah timur Kekaisaran Proxia. Kerajaan Paladia adalah salah satu Kerajaan kecil di sebelah utara Kerajaan Galarc yang terus-menerus berkonflik dengan tetangganya atas wilayah yang disengketakan.

 

Mempertimbangkan di mana dan bagaimana hal itu diperoleh, Rio meragukan informasinya. Tetapi setelah menyebabkan keributan di Kastil, dia tidak bisa begitu saja menyelinap kembali keesokan harinya untuk mendapatkan lebih banyak informasi. Dan informasi tetaplah informasi pada akhirnya.

Tidak ada yang aneh bagi Lucius jika dia memilih Kerajaan ini untuk aktivitas tentara bayarannya, jadi tanpa petunjuk lain, Rio tidak punya pilihan selain menuju ke Kerajaan Paladia.

 

[ Menurut kaisar Nidoll, pangeran pertama seharusnya mengetahui sesuatu..... Masalahnya adalah bagaimana caranya aku harus melakukan kontak dengannya. ]

Rio memikirkan itu saat dia terbang.

 

Rio mungkin akan diberikan izin pertemuan jika dia memperkenalkan dirinya sebagai seorang Ksatria Kehormatan dari Galarc, tetapi jika tujuannya menjadi seperti itu, dia tidak ingin melibatkan posisi bangsawan resminya dengan melalui rute formal.

 

Yang meninggalkan satu-satunya pilihannya sebagai infiltrasi, namun—

 

{ TLN : Infiltrasi itu aliran proses }

 

[ Aku mungkin bisa menyelinap ke dalam Kastil, kecuali..... ]

 

Jika dia menyelinap ke dalam, dia harus menunggu sampai malam tiba, tetapi kamar pribadi bangsawan mungkin akan dijaga ketat.

Jika sang pangeran memiliki istri dan anak-anak, dia mungkin akan tidur dengan mereka, dan tidak jarang bagi bangsawan tidur di kamar yang tidak mempunyai jendela untuk mencegah penyusup.

 

Tujuannya mungkin untuk memaksa masuk dengan membuat para penjaga pingsan, tetapi mengingat keributan yang diciptakan oleh pertarungannya dengan Nidoll membuatnya merasa enggan melakukan itu.

 

[ .....Tapi ini bukan waktunya untuk memikirkan hal itu. ]

[ Untuk saat ini, aku akan menyelinap masuk dan melihat bagaimana hasilnya. Aku harus menunggu kesempatan untuk mendekatinya. ]

 

Dengan rencana belum pasti dalam pikirannya, Rio sedikit meningkatkan kecepatannya — tanda yang tidak biasa tentang betapa gelisahnya perasaannya.

 

◇◇◇◇

 

Sore berikutnya, setelah sedikit penundaan dalam merelokasikan dirinya di antara Kerajaan kecil yang tidak teratur dan pada, Rio tiba di ibukota Kerajaan Paladia.

 

[ Jadi ini adalah Kerajaan Paladia, ya? ]

 

Rio melihat sekeliling pada pemandangan kota saat dia sedang berjalan. Kota itu tersebar di sepanjang tepi danau dan tampak biasa saja, tetapi memiliki aktivitas yang ramai seperti kota pinggiran yang terdapat di kota Kerajaan yang lebih besar. Ada beberapa pedagang di sepanjang area perdagangan kota yang berteriak agar pelanggan melihat barang-barang mereka.

 

[ Kota ini cukup normal..... ]

Itulah kesan pertama Rio terhadap Kerajaan ini.

 

[ Aku akan tinggal di penginapan seperti kemarin dan menunggu matahari terbenam, lalu langsung menuju ke Kastil. ]

 

Rio berhenti tiba-tiba dan menatap ke Kastil, yang terletak di sebuah bukit kecil di samping danau.

Dengan dinding Kastil-nya yang tinggi dan kokoh, Kasil itu lebih mirip benteng daripada Kastil. Kastil itu juga berukuran jauh lebih compact daripada Kastil di Beltrum dan Galarc, yang merupakan Kerajaan yang lebih besar.

 

Kemungkinan Lucius berada di dalam Kastil sekarang, Rio sudah cukup untuk mengirimnya aura membunuhnya yang dalam akan rasa haus darah yang dia punya, tetapi dia menenangkan dirinya dengan menarik napas dalam-dalam dan pergi untuk menyiapkan penginapan.

 

◇◇◇◇

 

Begitu matahari terbenam, Kastil Paladia menutup gerbang depannya dan melarang siapapun masuk atau keluar. Namun, di balik kegelapan, ada satu bayangan yang dengan mudah melewati tentara yang berpatroli dan melewati dinding Kastil.

 

Rio mengenakan mantel hitamnya, penutup jubah di atas kepalanya dan topeng yang menutupi wajahnya.

 

[ Pengamanannya cukup ketat. ]

 

Rio melihat ke bawah dari atas tembok dan mengamati keamanan di bawahnya. Ada obor yang menerangi di setiap sudut, dengan banyak penjaga berpatroli dengan keamanan yang sangat ketat.

 

[ Aku akan coba lantai atas untuk saat ini. ]

 

Masuk melalui lantai dasar tampak agak bermasalah;  area tempat tinggal para bangsawan mungkin ada di lantai atas. Dengan pemikiran itu, Rio memutuskan untuk memasuki bangunan itu dari atas.

Meningkatkan kekuatan fisiknya, dia dengan lincah berlari ke dinding Kastil. Dia kemudian berdiri di atap Kastil Paladia. Tidak ada fondasi yang bagus untuk berdiri di sana, namun dia berdiri dengan mantap saat dia melihat sekeliling untuk mencari titik masuk ke dalam Kastil.

 

Dari sudut pandang pertahanan, Kastil biasanya dibuat tanpa jendela di lantai bawah, tetapi karena Kastil Paladia dibuat lebih seperti benteng, tidak ada jendela yang bisa dimasuki di lantai atas juga. Semuanya adalah jendela yang sangat sempit, bahkan seorang anak kecil pun tidak bisa masuk melalui jendela itu.

Meskipun terkadang ada jendela yang lebih besar, semuanya terkunci dari dalam.

 

Bahkan Rio tidak memiliki kemampuan untuk membuka kunci, jadi dia tidak memiliki cara untuk membuka jendela yang terkunci selain memecahkannya secara fisik. Tapi tindakan itu akan meninggalkan bukti yang jelas tentang ada pembobolan, yang seharusnya dia hindari. Akan ada lebih banyak jalan masuk jika dia terus mengamati sekitarnya.

 

[ Sepertinya aku bisa masuk melalui menara penjaga di sana. ]

 

Rio mengidentifikasi menara penjaga itu sebagai titik masuk. Ada tentara yang berjaga di menara yang terhubung ke bangunan itu, tapi sepertinya tidak ada titik masuk lain, jadi dia tidak punya pilihan lain.

 

Rio mengaktifkan spirit art angin tertentu — dengan menyerap esensi sihirnya ke udara sekitarnya, dia bisa menciptakan ruang unik yang tidak bisa diamati secara visual. Namun, teknik ini tidak bisa menghapus suara atau esensi yang dilepaskan, jadi bergerak dengan cepat atau menyentuh sesuatu akan menyebabkan mantranya terlepas. Dia harus bergerak dengan sangat hati-hati.

 

Rio perlahan berjalan menyusuri di sepanjang dinding, bergerak di bawah menara penjaga. Dia kemudian mengaktifkan spirit art tambahan, melepaskan angin lembut yang dicampur dengan esensi sihir untuk memeriksa bagian dalam menara pengawas.

 

[ Tiga, ya? Keamanannya benar-benar ketat. ]

[ Apa mereka sedang dalam keadaan siap siaga? ]

Tiga penjaga berjaga-jaga di menara itu. Namun, Rio tidak menyerah pada pembobolannya. Dia meraih pegangan dan memanjat dinding secukupnya untuk mengintip ke dalam menara penjaga itu.

 

[ Mereka bertiga sepertinya melihat ke arah lain.... ]

Rio dengan cepat dan turun dengan mulus ke menara.

 

Khawatir ruang buatannya akan terdistorsi dan menjadi terlihat, dia membatalkan penyamaran optiknya untuk sesaat. Pada saat yang sama ketika dia sedang mendarat, dia mengaktifkan kembali spirit art penyamarannya itu dan menghilang dalam sekejap mata — Apa yang dilakukan oleh Rio adalah pertunjukan keterampilan yang luar biasa.

 

"Hmm?"

Prajurit terdekat bereaksi dengan kedutan samar di wajahnya, setelah mendengar suara pendaratan Rio.

Rio berjongkok di tempat.

 

"Ada apa?"

Penjaga lainnya bertanya dengan rasa penasaran.

 

"Tidak, aku hanya berpikir telah mendengar sesuatu..... Pasti hanya firasatku."

 

Karena bahkan tidak ada bayangan yang terlihat, penjaga itu mengabaikannya. Setelah memeriksa tidak ada seorang pun di menara penjaga itu selain diri mereka sendiri, para penjaga itu mengalihkan perhatian mereka lagi. Rio dengan hati-hati berdiri dan perlahan berjalan melewati menara penjaga itu dan menyusuri koridor menuju Kastil.

 

[ Baiklah, saatnya mencari kamar pangeran pertama. ]

 

Sambil menenangkan dirinya, Rio bergerak melalui bayang-bayang sebelum membatalkan mantra penyamaran optiknya. Meskipun dia tidak ingin berjalan di sekitar Kastil yang terlihat oleh penjaga yang sedang berpatroli, mungkin ada penyihir di Kastil yang sensitif terhadap esensi sihir, atau artefak dan penghalang yang dibuat untuk mendeteksi reaksi esensi sihir.

 

Itulah sebabnya, dia memilih untuk menghindari bergerak dengan esensi sihir yang terus-menerus mengalir keluar. Sebaliknya, dia akan mengawasi kehadiran orang lain, mendeteksi reaksi esensi sihir yang mencurigakan, lalu menyembunyikan dirinya seperlunya untuk secara cerdik menghindari sorotan keamanan.

 

Sebagai seseorang yang telah membobol banyak Kastil Kerajaan, Rio adalah seorang veteran dalam hal ini. Dia tahu kalau bertindak seperti ini terkadang membutuhkan kecerobohan, jadi dia melangkah maju tanpa ragu-ragu. Dia menuruni tangga menuju menara dan mencapai bangunan Kastil utama.

 

{ TLN : wkwwkkw sasuga mamank Rio }

 

Rio melewati beberapa penjaga yang sedang berpatroli di sepanjang jalan, tetapi dia bersembunyi dirinya di balik bayang² dan di langit² untuk menghindari deteksi mereka. Lantai tempat Rio keluar adalah lantai dua. 

Dia mulai berkeliling untuk mendapatkan gambaran tentang interior Kastil dan keadaan keamanannya.

 

Meskipun Kastil itu tidak sebesar Kerajaan besar, para penjaga tidak meninggalkan titik buta. Namun, hal itu membuat segalanya lebih mudah diprediksi. Dia menghafal area dengan tentara paling banyak dan menganalisis konstruksi bangunan untuk menentukan di mana orang-orang dengan peringkat tertinggi kemungkinan besar berada.

 

[ Seperti ruangan di sana adalah kamar tidur pangeran pertama yang disebutkan oleh Kaisar Proxia. ]

 

Rio akhirnya menemukan kamar targetnya.

Tersembunyi di sudut koridor, dia menyuarakan situasinya. Pintu kamar itu tertutup, dan tiga Ksatria berjaga di depannya. Hal itu membuatnya sangat sulit untuk masuk.

 

"Haa, aku ingin kembali ke kamarku dan tidur. Pangeran Duran benar² bersenang-senang di balik pintu ini."

 

Rio mendengar salah satu Ksatria mengatakan hal itu.

Karena dia telah mengetahui kalau nama pangeran pertama adalah Duran di penginapan tempat dia menginap, dia tahu kalau informasi yang dia peroleh tidak salah. Sepertinya pangeran itu sangat terkenal di seluruh kota karena menjadi orang yang berkemampuan militer yang cukup.

 

"Apa kau melihat gadis baru yang dibawa Pangeran Duran hari ini?"

 

"Ya, dia cukup imut untuk orang biasa."

 

"Sepertinya gadis itu adalah gadis poster terkenal untuk sebuah penginapan di pusat kota. Dia datang untuk melihat perayaan hari ini."

 

"Dia benar² melakukannya dengan baik, bergonta-ganti perempuan. Aku ingin berada di posisi yang lebih tinggi juga. Perselingkuhannya secara resmi disetujui juga, bukan?"

Kata Ksatria yang pertama kali menyebut nama Duran.

 

"Perselingkuhan apanya? Kau itu seorang jomblo. Pertama, kau harus pasanagn pengantinmu dulu sebelum kau bisa bermimpi selingkuh. Dan sebaiknya kau mencapai eksploitasi militer sebanyak yang Pangeran Duran lakukan untuk menaiki tangga kesuksesan."

 

"B-Berisik. Aku hanya berbicara secara hipotetis."

 

Ketiganya tampak seperti rekan kerja yang saling mengenal, karena percakapan mereka terlihat bersahabat. Namun, mereka tampaknya dilatih dengan cukup baik, karena mereka tidak menunjukkan tanda-tanda akan menurunkan kewaspadaan mereka.

Sikap itu adalah bukti pengalaman tinggi mereka.

 

"Tapi mungkin ada cara untuk menaiki status tanpa harus punya prestasi militer."

Salah satu Ksatria tiba-tiba berkata.

 

"Oh?"

 

"Hal itu disebutkan di pesta hari ini, bukan? Siapapun yang dapat menahan satu pukulan dari Pangeran Duran akan menerima hadiah. Mereka akan mengadakannya lagi mulai siang besok. Tidak ada batasan untuk jumlah pesertanya, bahkan kita bisa berpartisipasi."

 

"......Jangan bercanda tentang itu. Aku belum ingin mati cepat — tidak mungkin aku bisa selamat dari serangan pedang sihir Pangeran Duran. Tidak waktu sejuta tahun pun. Dia mungkin tidak akan menghentikan kita jika kita ikut berpartisipasi."

Para Ksatria itu menyusut dalam ketakutan.

 

"Bagaimanapun, semua petualang yang berpartisipasi dikirim terbang. Mereka yang berhasil bertahan hanya dengan baju besi mereka yang rusak karena mereka beruntung — ada satu orang bodoh yang mencoba memblokir ayunan pedang Pangeran dan kemudian tidak dapat pulih lagi."

Ksatria lain mengingat adegan itu dengan senyuman dingin. Sepertinya hadiah itu digunakan sebagai umpan untuk mengadakan acara yang bahkan ditakuti oleh para Ksatria yang sangat terlatih.

 

[ Ada sebuah acara seperti itu, ya? ]

 

Minat Rio terusik oleh acara itu. Waktunya agak terlalu nyaman, tetapi Rio belum pernah bertemu Duran sebelumnya — perkembangan yang terjadi saat ini adalah anugerah baginya.

 

[ Maka aku tidak perlu mengambil risiko di sini. ]

 

Setelah memutuskan untuk berpartisipasi dalam acara tersebut, Rio secara diam² meninggalkan tempat itu.

 

◇◇◇◇

 

Keesokan harinya, di sekitaran waktu yang sama ketika Christina dan Flora dikirim ke Hutan Paladia.....

 

Rio berjalan dengan mudah melalui gerbang utama ke Kastil Paladia. Biasanya, area itu benar-benar terlarang bagi orang² yang tidak berwenang, tetapi hari ini pekarangannya terbuka hingga ke halaman.

Kerumunan besar orang² telah berkumpul di sana dalam kegembiraan yang luar biasa, menghalangi pandangannya tentang perilaku mereka.

 

"Whoaaa!"

 

Suara sorakan bida terdengar dari jauh. Rio menaiki tangga halaman yang terbuka untuk penonton, memutuskan untuk menonton acara itu dari ruang pandang di atas.

 

[ Aku mau melihatnya dulu. ]

 

Ada dua pria bertubuh besar yang memegang pedang.

Yang satunya jelas seorang petualang, sementara yang lain mengenakan seragam militer yang rapi. Keduanya berusia pertengahan dua puluh tahunan.

 

[ Apa orang itu adalah Pangeran Duran? ]

 

Rio memusatkan pandangannya kepada pria berseragam militer. Pria itu memasang senyuman agresif dan aura liar di sekelilingnya, tapi fitur wajahnya sangat halus. Sebagai buktinya, para wanita yang menonton semuanya memperhatikannya dengan tatapan panas.

 

Petualang itu dan Duran menjauhkan diri dan saling berhadapan di sana.

 

"Terima ini."

Kata Duran, maju ke depan untuk menebas pedangnya.

Petualang itu membungkuk sedikit, tapi dia memegang pedangnya di posisi siap tanpa bergerak sedikit pun.

 

Tiba-tiba, Duran menebas pedang petualang itu.

 

"W-Whoa?!"

Petualang yang gugup tidak dapat berdiri tegak dan dengan mudah terlempar.

 

"Ooh!!"

Para penonton bersorak penuh semangat. Dan para gadis muda di kerumunan berteriak dengan semangat, dan Duran menurunkan pedangnya dengan ekspresi puas di wajahnya.

 

"Betapa menyedihkan. Mengoceh tentang bergabung dengan pasukanku ketika dirinya hanya orang yang sangat lemah. Apa tidak ada orang di luar sana yang cukup hebat?"

Duran melirik petualang, yang dikirim terbang, dan menggelengkan kepalanya dengan kecewa.

 

Kemudian dia melihat sekeliling ke arah kerumunan dan berteriak untuk menghasut mereka.

"Yah, Di sana ?! Apa tidak ada yang bisa menahan satu seranagn dariku, Duran yang agung ini?! Kau akan diberi imbalan ap pun yang kau inginkan!"

 

Para petualang yang ingin menjadi kaya dengan cepat bergerak dengan berisik. Setiap petualang yang ada kemarin dan hari ini telah dikalahkan; sementara Paladia hanyalah Kerajaan kecil, hadiah yang dibicarakan pangeran pertama cukup menarik untuk mendorong mereka bertindak.

 

Selama mereka menyiapkan senjata mereka, Duran akan menyerang mereka.

Selama mereka tidak cukup beruntung untuk diserang dari sudut yang salah, ada sedikit kemungkinan mereka menemui kematian mereka.

 

Meskipun mereka baru saja menyaksikan seorang pria yang dikirim terbang beberapa saat yang lalu, ada beberapa orang yang menarik napas dalam-dalam dan mengumpulkan keberanian mereka untuk melangkah maju untuk berpartisipasi.

 

Di antara mereka, ada satu orang yang langsung mengangkat tangannya.

 

"......Oh?"

Duran segera melihatnya. Dia dengan mudah mengangkat dua tangan pedang dengan satu tangan dan menunjuk dengan ujung.

 

"Pria di... Tidak, anak laki-laki di sana. Turunlah ke sini."

Kata Duran, menunjuk Rio yang mengangkat tangannya.

 

"..........."

Rio membungkuk sekali, tanpa suara, dan menuruni tangga ke tempat Duran menunggu di tengah halaman.  Penonton membuka jalan baginya dengan sedikit terkejut.

 

"Oi, Oi......."

 

"Bocah itu akan jadi daging cincang."

 

"Tapi dia punya perlengkapan yang cukup bagus."

 

Para petualang yang terlambat untuk melangkah maju mulai membuat pembicaraan hidup seperti biasanya.

Kenyataannya, ada perbedaan tinggi antara Duran dan Rio, dan berat badan mereka juga sangat berbeda. Para petualang tidak bisa memperkirakan tubuh anak laki-laki yang masih berkembang mampu menahan serangan dari Duran, jadi wajar saja jika mereka meremehkannya.

Namun—

 

"Nak. Apa yang kau inginkan sebagai hadiah karena menahan satu serangan dariku?"

Duran bertanya, menatap tajam ke arah Rio seolah-olah dia sedang mengamati semacam mangsa yang menarik.

 

"Lokasi dari kapten Celestial Lion — Lucius Orgueil."

Jawab Rio tanpa ragu.

 

Mata Duran melebar sebelum dia tersenyum.

"Hmm. Baik. Tarik pedangmu.”

 

"Permisi, jika begitu."

 

Dengan pembukaan itu, Rio mencabut pedang favoritnya dari sarung di pinggangnya dengan gerakan yang sangat indah. Suara tajam yang jelas bergema, memperlihatkan bilahnya yang berkilauan.

Sementara itu, para penonton menahan napas mereka dalam ketegangan. Bahkan para petualang yang tadinya berisik telah menjadi tenang, meninggalkan halaman dalam keheningan.

 

"Menarik. Pedang sihir, ya? Aku akan menyerangmu dengan serangan yang atas hadiah yang kau inginkan. Jangan kecewakan aku."

Suara bangga dari Duran terdengar jelas.

 

"Aku akan melakukan yang terbaik. Aku siap kapan pun kau siap." Rio sudah menyiapkan pedangnya.

 

"Tidak akan ada sinyal....."

 

Aura Duran menajam. Suasananya di sekelilingnya tidak lagi terlihat seperti sedang bersenang-senang, tetapi aura medan perang yang sebenarnya. Saat seseorang yang menyaksikan itu akan menelan ludah dengan gugup —

 

".........."

Duran meluncur dari permukaan tanpa suara. Dia menutup jarak sepuluh meter antara dirinya dengan Rio dalam sekejap mata, kemudian dia mengayunkan pedangnya dari atas.

 

"Ap.....?!"

 

Para penonton kehilangan pandangan mereka dari Duran saat kecepatannya melampaui apa yang bisa mereka ikuti dengan mata mereka. Gerakannya itu membuat mereka mengerti kalau Duran telah menahan diri sampai sekarang. Sementara itu, Rio bisa melihat pergerakan Duran dengan sempurna.

 

Karena aturannya adalah menghentikan serangannya itu, dia tidak bisa menghindarinya; sebagai gantinya, dia memegang pedangnya dalam posisi siap untuk bertahan.

 

Zoom! Suara benturan bergema. Rio bertahan saat dia menahan bilah pedang sihir Duran dengan bilah pedang miliknya sendiri.

 

"Kau..... Apa yang sedang kau lakukan?"

Duran bertanya dengan bingung, pedangnya masih terangkat tinggi.

 

"Aku baru saja menahan seranganmu."

Jawab Rio dengan nada yang bingung seolah-olah dia tidak mengerti pertanyaannya.

 

"Menahan serangaku, katamu? Bahaha!"

Duran tertawa terbahak-bahak.

 

"Lalu kurangnya perlawanan yang aku rasakan barusan apa? Apa kau baru saja mencoba ditebas?"

Duran mengoreksi pertanyaannya. Dia pasti telah memukul pedang Rio dengan pedangnya sendiri, tetapi tidak ada perlawanan di baliknya.

 

"Itu mungkin karena aku mengarahkan kekuatannya....."

 

"Dalam sekali percobaan? Dengan serangan dariku?"

Duran sering mengarahkan kekuatan serangan dengan pedang di belakangnya juga, jadi dia mengerti logikanya. Namun, matanya melebar seolah dia tidak bisa mempercayainya.

 

"Ya."

Rio mengangguk dengan ekspresi tenang.

 

"Bahahaha!" Duran tertawa.

 

".........."

Rio berdiri di sana dengan agak canggung.

 

Setelah tertawa sebentar, Duran menenangkan dirinya dan mulai berbicara lagi. 

"Jika itu tentang lokasi Lucius Orgueil yang kau inginkan, kau harus menunggu sebentar. Seharusnya aku bisa memberitahumu besok."

 

"Kau tahu lokasinya?"

 

"Dia ada di dekatmu, itulah yang bisa kukatakan kepadamu sekarang. Dia juga sedang mencarimu, nak...... Tidak, Amakawa Haruto sang Ksatria Hitam dari Kerajaan Galarc." 

 

".............."

 

[ Bagaimana dia bisa mengetahui identitasku? ]

Rio memperhatikan Duran dengan waspada.

 

"Aku baru saja menerima pesan darinya — pesan yang mengatakan kalau kau kemungkinan besar akan mengunjungiku untuk mencarinya. Aku telah menyewa jasanya karena suatu alasan beberapa kali, tetapi kami bukanlah sekutu. Dan aku juga bukan pihak yang netral." Kata Duran, lalu tertawa.

 

"Kenapa kau tidak bisa memberitahuku sekarang?"

Rio bertanya kepadanya.

 

"Aku menerima pesannya sebagai bagian dari kesepakatan — di mana aku diperintahkan untuk tidak mengatakan sesuatu yang tidak perlu — dan aku adalah orang yang memegang kata-kataku. Aku sudah memberitahumu kalau dia ada di Kerajaan ini di suatu tempat, tetapi aku sebenarnya tidak tahu di mana lokasi persisnya. Aku mengharapkan dia mengirim kabar hari ini tentang lokasi untuk diberikan kepadamu. Kabar itu bisa tiba tepat setelah ini. Dan hanya itu yang bisa aku katakan tentang untuk masalah ini."

 

"..........."

 

"Apa kau keberatan?"

Duran tersenyum pada kesunyian Rio.

 

"......Tidak."

Kata Rio, menggelengkan kepalanya perlahan.

 

Dengan pergerakannya yang diketajui sejauh ini, hampir pasti Lucius akan membuat semacam jebakan untuk melakukan gerakan pertama — tetapi dalam situasi ini, tidak ada yang bisa Rio lakukan untuk itu.

 

"Di mana kau tinggal?"

 

"Aku sudah menyewa tempat di sebuah penginapan yang ada di kota."

 

"Kalau begitu, aku akan meminta salah satu Ksatria-ku mengikutimu saat kau kembali. Setelah aku menerima kabar tentang lokasi Lucius, aku akan mengirim utusan ke sana. Atau aku bisa menyiapkan kamar di Kastil jika kau ingin tinggal di sini?"

 

"......Aku akan berada di penginapan. Aku tidak akan lari ataupun bersembunyi."

Rio agak terkejut dengan pernyataan berani tentang mengirim seseorang untuk membuntutinya.

 

"Sayang sekali. Padahal aku ingin berbicara denganmu sambil minum......."

Kata Duran, menghela napas dengan kecewa.

 

[ Sungguh pria yang aneh. ]

 

Berdasarkan percakapan mereka sejauh ini, Duran bukanlah tipe orang yang bermuka dua. Dia bertindak sesuai dengan garis yang bisa dia batasi, tetapi sepertinya dia hanya ingin tahu mengenai Rio.

 

"Baiklah kalau begitu. Aku akan mengambil risiko melanggar kontrakku dengan dia juga. Jadi, pergilah sekarang."

Kata Duran, tampak hampir ragu-ragu, tetapi dia mengirim Rio untuk pergi dengan blak-blakan seolah-olah untuk memutuskan dirinya dari keraguannya.

 

".....Ya."

Rio meninggalkan Kastil Kerajaan di belakangnya, tidak merasa puas sepenuhnya.

 

◇◇◇◇

 

Beberapa jam kemudian, di hutan di sebelah barat Ibukota Kerajaan Paladia, seorang telah tiba di kabin tempat Christina dan Flora berteleportasi.

 

"............"

 

Orang itu membuka pintu kabin yang sunyi. Tidak ada tanda-tanda siapapun di dalam. Dengan lampu di tangannya untuk menerangi ruangan itu, dia berjalan masuk. Setelah memastikan kalau bangunan itu benaran kosong dan kalau makanan di gudang dan seprai di tempat tidur telah menghilang, orang itu telah menyimpulkan kalau seseorang telah mampir ke kabin.

 

"Hee, jadi mereka memilih untuk lari. Aku tidak berpikir kalau putri yang terlindung seperti itu akan memiliki nyali." 

Orang itu adalah Lucius — dia berbicara dengan nada mencemooh ketika dia meninggalkan kabin itu, lalu melihat sekeliling dengan hati-hati ke luar. Dua orang amatir sedang berjalan di hutan — mereka pasti akan meninggalkan jejak yang sangat jelas di sana.

 

"Sudah beberapa jam sejak mereka meninggalkan kabin. Mereka tidak akan lolos."

 

Seperti binatang buas yang memburu mangsanya, Lucius mulai berjalan melewati hutan yang sunyi.