Ballad of Vengeance – Chapter 2.5 : Hero Ke-5

 

Beberapa bulan yang lalu, sekitar waktu Satsuki, Rui, Hiroaki, dan Takahisa dipanggil ke wilayah Strahl.....

 

Dalam kelompok Kerajaan kecil yang berada di antara Kerajaan Galarc dan Kekaisaran Proxia, ada sebuah negara kecil bernama Kerajaan Vilkis. Di sisi timur Kerajaan ini, terpanggillah seorang hero tanpa ada yang mengetahui.

 

Nama hero itu adalah Kikuchi Renji, seorang siswa SMA yang tinggal di Jepang. Tingginya sedikit di bawah rata-rata siswa SMA laki-laki dengan tinggi 160 sentimeter, dan wajahnya terlihat polos namun terlihat berkemauan kuat.

 

"Ada di mana ini? Apa aku..... berdiri di kawah?"

Kata Renji, dengan mata terbuka lebar dan bingung.

 

Setelah pulang dari sekolah, dia meninggalkan rumah masih mengenakan seragamnya untuk mampir ke toko serba ada. Namun sebelum dia menyadarinya, dia sudah berada di tempat yang asing. Area tempat Renji berdiri kawah bundar, meninggalkannya di tengah. Tidak heran dia terkejut.

 

Tidak ada tanda-tanda buatan manusia di sekelilingnya, dan sepertinya apapun yang menciptakan kawah, tempat dia berdiri, telah menghancurkan segala sesuatu yang di sekitarnya selama benturan yang terjadi dalam pembentukan kawah tersebut — tidak ada apa pun selain tanah yang menyebar membentuk lingkaran di sekelilingnya ke mana pun dia memandang.

Tepi kawah itu tampaknya berada beberapa ratus meter jauhnya, tapi Renji tidak tahu apa yang terjadi di luar kawah dari tempatnya berdiri.

 

"Agak dingin..... Dan seharusnya hari ini akan hangat..... Apa ini masih Jepang?"

Renji gemetaran karena dingin dengan blazer sekolahnya saat dia melihat sekeliling dengan baik.

 

Waktu tidak berubah, tetapi lokasinya benar-benar berbeda. Pada saat inilah sebuah pikiran terlintas di benaknya.

[ Hal ini hampir seperti salah satu cerita novel tentang pemanggilan ke dunia lain. ]

 

Kebanyakan orang jepang pasti pernah membaca banyak novel yang melibatkan pemanggilan ke dunia lain, jadi kemungkinan itu terpikirkan olehnya.

 

"Tidak, itu tidak mungkin."

Novel yang dibaca Renji hanyalah sebuah bentuk hiburan untuk mengisi waktu luang. Dunia seperti itu hanya ada di dalam cerita fiksi. Tidak mungkin hal itu bisa terjadi dalam kehidupan nyata.

 

"Tapi..."

 

Sesuatu yang seharusnya tidak mungkin terjadi. Renji berada dalam situasi yang tidak bisa dijelaskan dengan cara lain. Dia mengarahkan pandangannya ke area tersebut dan mulai merasa gugup.

 

[ Lebih baik aku memeriksa apa yang terjadi di luar kawah ini. ]

 

Dengan keputusan itu, Renji mulai berjalan menuju tepi kawah. Ada tanjakan dari tengah ke tepi terjauh, jadi keluar dari kawah itu mudah. Dia tiba di tepi untuk melihat hutan dengan banyak pepohonan menyebar di depannya.

 

"Hutan, huh......"

Renji memejamkan matanya seolah menghindari kenyataan dan menepuk kepalanya beberapa kali, lalu membuka matanya dan melihat sekeliling lagi.

Kawah itu masih dikelilingi pepohonan sejauh yang dia bisa lihat.

 

"Itu benar smartphone-ku..... Di luar jangkauan?"

Renji tiba-tiba mengeluarkan smartphone dari saku blazernya.

 

Situasi yang mustahil telah mengguncangnya begitu banyak, dia lupa tentang alat pertama yang seharusnya dia periksa. Namun, simbol di dekat indikator baterai menunjukkan kalau dia berada di luar jangkauan jaringan. Hal itu berarti, meskipun dia masih di jepang, dia tidak bisa menggunakan aplikasi untuk mengecek di mana lokasinya sekarang.

 

"Kurasa..... Aku akan melihat-lihat sekitar di luar kawah untuk saat ini."

 

Mungkin saja kawah tersebut terletak di tepi hutan, dan dia bisa keluar dengan mudah. Dengan keputusan itu, Renji menghela napas berat dan mulai berjalan.

 

◇◇◇◇

 

Beberapa saat kemudian.....

 

"Yah, ini hanya buang-buang waktu......"

 

Renji tidak dapat menemukan jalan keluar dan menghela napas berat. Tidak peduli di mana di sepanjang batas luar kawah dia berdiri, dia tidak bisa melihat ujung hutan.

 

"Apa aku tidak punya pilihan selain memasuki hutan? Kurasa memang tidak..... Hm?"

 

Dia bersandar di pohon sambil melihat sekelilingnya dan berbicara dengan dirinya sendiri. Kemudian, dari sisi lain kawah, sekelompok orang muncul dari dalam hutan.

Jumlahnya sekitar delapan dari mereka.

 

"Mereka......!"

 

Renji melihat sosok yang berlawanan dengan posisinya dan hampir berlari ke depan tanpa berpikir. Namun, dia segera dihentikan oleh rasa kehati-hatian yang muncul di dalam dirinya.

 

[ Tidak peduli bagaimana aku melihatnya, mereka bukanlah orang jepang..... Mereka berpakaian seperti mereka ini berasal dunia fantasi. Beberapa dari mereka bahkan membawa pedang. ]

 

Renji dengan cepat bersembunyi di balik pohon tempat dia bersandar dan menajamkan matanya untuk melihat kelompok yang keluar dari dalam hutan. Mereka semua adalah laki-laki yang berusia sekitar dua puluhan hingga empat puluhan. Beberapa dari mereka membawa sekop di tangan mereka.

Jika yang mereka bawa itu adalah alat pertanian, apakah sekop itu digunakan sebagai pengganti senjata?

 

Mereka tidak memiliki perlengkapan pertahanan seperti baju besi, perisai, atau pelindung kepala, dan pakaian yang mereka kenakan semuanya bervariasi.

Dibandingkan dengan seragam sekolah yang dikenakan Renji, pakaian mereka terlihat sangat sederhana.

 

[ Mereka tidak terlihat seperti tentara..... Apa mereka penduduk desa? Mereka terlihat menunjuk ke kawah dan mengatakan sesuatu. ]

Renji menebak itu dalam pikirannya.

 

Penduduk desa itu tampak bersemangat. Dia tidak tahu apa yang mereka katakan, tetapi tampaknya tidak ada kemarahan dalam ekspresi mereka. Apa mereka terkejut?

 

[ Selain itu, mataku terasa seperti bisa melihat mereka dengan sangat jelas sekarang..... Mereka seharusnya berada cukup jauh, tapi aku bisa melihat wajah mereka tanpa masalah. ]

Renji tiba-tiba memikirkan itu. Penglihatannya tidak memerlukan kacamata, tetapi kedua matanya di bawah 1,0. Dia bertanya-tanya mengapa dia bisa melihat begitu jauh dan begitu jelas.

 

[ Apa mereka akan mengarah ke sini? ]

Orang² itu mulai berjalan di sepanjang bagian luar kawah.

 

[ Bahkan kalaupun aku menunjukkan diriku, kami tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Aku juga tidak ingin mendekati orang² bersenjata dengan tangan kosong. Aku akan mengawasi apa yang terjadi sedikit lebih lama. ]

 

Renji memutuskan untuk mundur sedikit lebih jauh ke dalam hutan. Perhatian penduduk desa tertuju ke kawah tersebut, seolah-olah mereka waspada terhadap sesuatu.

 

[ Mungkin ada serigala atau binatang berbahaya lainnya. Tunggu, ini adalah dunia fantasi, jadi monster juga mungkin ada. ]

 

Begitu dia membuat pemikiran seperti itu, Renji menatap kembali ke hutan dengan ketakutan.

Hanya ada pepohonan lebat yang tumbuh di dalam sana, tapi memikirkan makhluk berbahaya membuatnya merinding. Namun, dia tidak bisa bergerak dari posisinya saat ini. Renji bersembunyi di pepohonan dan menunggu penduduk desa itu mendekat.

 

Setelah kira-kira sepuluh menit berlalu, orang-orang desa itu akhirnya berada di samping pepohonan, tempat Renji bersembunyi. Renji mundur sedikit lebih jauh ke dalam hutan untuk menghindari deteksi mereka, menahan kesunyiannya sambil mendengarkan mereka dengan penuh cermat.

 

"Ketua, bagaimana cara kita menjelaskan hal ini kepada penguasa wilayah?"

 

"Aku tidak tahu. Kita tidak punya pilihan selain melaporkan tentang kenyataannya apa adanya — kalau semua air di danau telah lenyap."

 

Terhalangi oleh pepohonan, ada jarak sekitar sepuluh meter di antara antara Renji dan para orang² desa itu, tetapi dia bisa dengan jelas mendengar percakapan para penduduk desa itu.

 

[ Jadi kawah itu adalah danau, ya..... Tunggu.  ]

[ Tunggu, apa?! Aku bisa mengerti kata-kata mereka?! Apa Mereka bisa bahasa jepang?! ]

Renji menahan napasnya karena terkejut.

 

"Kita telah berkeliling sekali tetapi tidak menemukan apapun. Matahari akan segera terbenam, jadi mari kita kembali." Kata kepala desa, mempersilahkan penduduk desa lainnya untuk kembali.

 

Mereka pergi dengan cepat tanpa menyadari kehadiran Renji. Begitu dia telah memastikan mereka pergi, Renji mengikuti mereka dari jarak yang cukup jauh untuk tidak di sadari oleh mereka.

 

[ Mampu berbicara bahasa jepang seperti contoh yang tepat dari cerita dunia lain, tapi aku bersyukur karena itu. Aku tidak ingin mendekati orang asing bersenjata, tetapi jika aku dapat berkomunikasi dengan mereka maka aku mungkin dapat menegosiasikan sesuatu. ]

[ Bagaimanapun, tidak ada gunanya tetap berada di sini. Apakah aku bisa bernegosiasi dengan mereka atau tidak, aku setidaknya harus mengikuti mereka untuk keluar dari hutan ini. ]

 

Renji hampir yakin kalau tempatnya sekarang adalah dunia lain. Dia memutuskan akan mengikuti penduduk desa sampai mereka meninggalkan hutan.

 

◇◇◇◇

 

[ Sungguh mengejutkan, kami hanya berjalan sebentar, tetapi kami sudah keluar dari hutan dengan cukup cepat. ]

 

Renji telah sampai di tepi hutan. Seratus meter di depannya adalah penduduk desa yang telah dia ikuti, dan yang ada di depan mereka adalah desa yang mereka tuju. Desa itu dikelilingi oleh pagar yang agak tinggi untuk mencegah penyusup masuk, dan ada gerbang sebagai pintu masuk ke desa.

 

[ Mereka pasti penduduk desa itu. ]

 

Dilihat dari pemandangan atap kayu yang dibangun dengan buruk dan jumlahnya sedikit, populasi penduduk desa mungkin hanya ada beberapa ratus orang atau lebih. Matahari sudah mulai terbenam, jadi satu-satunya pilihannya adalah mengandalkan keramahan desa atau tidur di luar.

 

[ Aku bisa menebak seperti apa standar hidup mereka dari tampilan bangunan mereka, tapi kurasa itu lebih baik daripada tidur di luar. Yah, aku harus melakukannya. ]

Renji memutuskan untuk pergi ke desa itu.

 

[ Jika aku mengikuti orang-orang itu ke desa seperti ini, mereka akan menyadari kalau aku keluar dari hutan setelah mereka. Akan menjadi masalah jika mereka menyelidiki mengapa aku berada di kawah itu. Aku harus mengambil jalan lain. ]

Dengan pemikiran itu, Renji mengambil jalan memutar.

 

Renji menjauhkan diri agar para penduduk desa itu tidak melihatnya, lalu pergi ke luar desa ke sisi yang berlawanan dengan hutan. Sisi berlawanan dengan hutan adalah lahan pertanian. Jalan menuju desa yang memotong melalui pertanian, jadi dia berjalan ke jalan itu dan melewati gerbang, di saat—

 

"..........."

Dia bertemu dengan seorang gadis yang tampak seperti penduduk desa. Gadis itu pasti berusia sekitaran remaja — mungkin seumuran dengan Renji, atau lebih muda. Gadis itu melihatnya dan membeku saat melihat orang asing yang tidak dikenalnya.

 

"Hei, apa kau salah satu penduduk desa di sini?"

Renji berjalan ke arahnya.

 

"Ya, benar. Umm...... Apa kau seorang bangsawan?"

Gadis itu bertanya, menatap Renji dengan sedikit waspada.

 

"Tidak, aku bukan bangsawan."

 

"Tapi kamu mengenakan pakaian yang bagus......"

 

"Hmm. Jadi pakaian ini terlihat seperti pakaian bagus untukmu?"

Renji menatap seragam SMA yang dia kenakan.

 

"Pakaianmu sangat bersih..... Hanya seorang bangsawan yang akan memakai sesuatu seperti itu."

Gadis itu melihat antara pakaian Renji dan pakaiannya sendiri sebagai perbandingan. Miliknya agak usang dan kotor karena pekerjaan sehari-harinya, terlihat agak lusuh di mata Renji.