Two Amethyst – Chapter 6 : Saat Istirahat Singkat

 

Keesokan harinya, sebelum Rio berangkat dari Rodania pagi itu, dia mengunjungi Christina dan Flora.

 

"Pada akhirnya, aku tidak dapat melunasi satu pun dari hutangku kepadamu." Kata Christina dengan ekspresi muram, duduk di seberang Rio di ruang tamu.

 

Rio menggelengkan kepalanya.

"Kamu memberiku sebuah Mansion, jadi aku tidak bisa menerima sesuatu yang lebih dari itu."

 

"......Aku sangat yakin nilai pencapaianmu sudah mengalahkan Alfred sama dengan keahlian pedang yang dimilikinya. Dan Mansion itu tidak mungkin sama nilainya dengan pencapaian yang kamu punya itu. Jadi, aku mempertimbangkan untuk memberikanmu pedang milik Alfred, tapi......"

 

Sepertinya Christina tidak berpikir Rio telah menerima cukup hadiah. Pedang yang digunakan Alfred adalah harta nasional, yang membuatnya tak ternilai harganya......

 

"Tidak mungkin aku bisa menerima pedang seperti itu.  Tolong berikan pedang itu kepada seseorang yang layak sebagai gantinya. Aku sudah memiliki pedang yang cukup tajam di sini."

Kaya Rio, menolaknya dengan sopan.

 

"Aku mengerti.... Kalau begitu, tolong ambillah bros ini dan gunakan untuk memasuki distrik bangsawan setiap kali kamu datang mengunjungi Celia Sensei. Bros ini akan berfungsi sebagai tanda masuk."

Kata Christina, melepas bros yang dia kenakan dan memberikannya kepada Rio.

 

"Heh......?"

Flora, yang telah mendengarkan dalam diam, membuat suara kaget ketika matanya melebar karena terkejut.

 

"Ada apa, Flora?"

Christina bertanya, tetapi Flora segera menggelengkan kepalanya.

 

"T-Tidak, bukan apa-apa."

 

"Aku mengerti..... Aku akan menerimanya dengan penuh hormat."

Kata Rio, menerima bros dari Christina dengan senang hati. Bros itu memiliki desain yang sama dengan lambang resmi Christina, tetapi Rio tidak mengetahui hal itu.

 

Jeda sebelum Rio menerima bros itu karena dia melihat reaksi Flora dan curiga kalau bros itu memiliki fungsi yang lebih besar daripada sekadar tanda masuk.

Namun, dia tidak bisa menyuarakan keluhannya tentang hadiah yang diberikan oleh bangsawan, jadi dia tidak punya pilihan selain dengan patuh menerimanya untuk saat ini.

 

"Umm, Haruto-sama, kamu akan pergi ke Amande setelah meninggalkan Rodania, kan?"

Kata Flora, mengubah topik pembicaraan.

Dia mungkin mendengar hal itu dari Christina, yang sudah diberitahu tentang tujuannya. Kebetulan, Christina menawarkannya untuk mengantarkannya ke Amande dengan kapal sihir, tetapi Rio menolak dengan mengatakan kalau dia ke sana dengan berlari.

 

"Ya. Aku sudah berjanji untuk bertemu dengan Liselotte-sama. Seperti yang sudah aku katakan kepada Christina-sama, Celia akan ikut denganku untuk hal itu dalam waktu dekat."

 

"Tentu, aku tidak keberatan sama sekali. Aku tidak dapat membatasi Celia Sensei untuk bertemu dengan teman-temannya — Jika ada, perluasan pertemanannya juga sangat disambut baik oleh kami."

Kata Christina, berbicara terus terang tentang manfaat yang didapatkan Restorasi tanpa menyembunyikan apa pun dari Rio.

 

"Terima kasih banyak. Aku harus kembali ke Rodania setelah mengunjungi Amande, jadi aku bisa datang memberimu laporanku beserta salamku saat itu."

Kata Rio dengan sedikit menundukkan kepalanya.

 

"Sayangnya, kita mungkin tidak bisa bertemu tergantung pada tanggal kamu kembali. Baik Flora dan diriku, berencana mengunjungi ibukota Galarc di beberapa titik dalam waktu dekat."

Sepertinya Christina juga pergi dalam waktu dekat.

 

"Apakah begitu?"

 

"Aku harus memberikan penjelasan dan permintaan maaf atas pengerahan pasukan Kerajaan Beltrum di perbatasan, dan kemudian membahas berbagai hal lainnya  Baik Flora dan dirimu akan meninggalkan Rodania dalam waktu setengah bulan atau lebih."

 

"Aku mengerti."

Kata Rio, mengangguk paham.

 

[ Padahal kupikir aku akhirnya memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Haruto-sama..... ]

Flora memikirkannya sedikit kecewa.

 

Christina mengamati perubahan dari ekspresi Flora dengan pandangan sekilas dan memejamkan mata untuk berpikir sejenak.

"Namun, jika kamu berencana untuk mengunjungi Rodania secara rutin di masa mendatang, kami akan senang bisa bertemu denganmu lagi. Aku akan memberikan sambutan yang paling hangat untukmu."

Kata Christina kepadanya.

 

"Aku mengerti.... Namun, kamu tidak perlu memberikan sambutan apa pun kepadaku."

Kata Rio sedikit ragu-ragu memikirkan untuk sering bertemu dengan keduanya, tetapi akhirnya memutuskan untuk menganggukkan kepalanya demi etika kesopanan.

 

 

◇◇◇◇

 

Setelah mengakhiri perpisahannya dengan Christina dan Flora, Rio kembali ke Mansion terlebih dahulu. Di sana, Celia dan Aishia sedang menunggunya. Aishia mungkin telah merasakan kehadiran Rio.

 

"Aku tahu kalau aku baru saja kembali, tapi aku akan pergi sekarang."

 

Mereka telah mengucapkan salam perpisahan kemarin dan banyak mengobrol pagi ini, jadi Rio mengumumkan kepergiannya segera. Banyak berbicara hanya akan membuatnya lebih enggan untuk pergi.

 

Celia mengirimnya pergi sambil tersenyum.

"Yup, semoga perjalananmu aman."

 

"Sampai jumpa."

Aishia berdiri di samping Rio dan berkata kepada Celia.  Dia menemaninya sampai ke pinggiran Rodania, di mana rumah batu itu didirikan.

 

"Kamu akan kembali setelah menunjukkan Rio di mana letak rumah batu, kan? Aku akan menunggumu, jadi segera kembali." Kata Celia.

 

"Yup." Jawab Aishia.

 

"Aku akan kembali dari Amande dalam seminggu atau lebih, jadi tolong jaga Celia selama itu, Aishia."

 

"Serahkan padaku."

Kata Aishia, mengangguk. Dengan demikian, Rio pergi meninggalkan Rodania.

 

◇◇◇◇

 

Setelah Rio meninggalkan Rodania dengan berjalan kaki, dia berlari di jalan untuk sementara waktu. Kota berbenteng itu mulai terlihat menjadi titik kecil di belakangnya dan akhirnya menghilang. Dia memeriksa tidak ada orang di sekitar dan meninggalkan jalan utama, dan mulai pergi dengan menggunakan spirit artnya untuk terbang.

 

Tujuannya adalah rumah batu. Rio tidak tahu di mana letaknya, jadi dia membutuhkan Aishia untuk menunjukkan jalannya.

 

"Di sana." Aishia menunjuk ke arah itu.

 

Mereka tiba di rumah batu beberapa menit kemudian;  mereka turun di tepi area berbatu yang ditunjuk Aishia.  Pintu rumah batu itu sudah terbuka dan memperlihatkan sosok Latifa yang bersemangat ketika dia melambaikan tangannya di atas kepalanya ke arah Rio dan Aishia.

Roh kontrak Sara dan gadis desa roh lainnya mungkin telah mendeteksi pendekatan Aishia dalam bentuk fisik merekanya.

 

"Selamat datang kembali, Onii-chan! Aishia Onee-san!"

Latifa berlari langsung menerjang ke arah Rio bergitu mereka berdua mendarat, memeluknya dengan erat-erat. Dia memeluknya seolah dia berusaha menutupi ketidakhadirannya yang lama, yang telah berlangsung beberapa minggu kali ini.

 

"Latifa. Aku pulang."

Kata Rio, mengelus kepala Latifa dengan lembut.

 

"Oh! Apa benar Liselotte Onee-san mengundang kita ke Mansion-nya?! Bolehkah aku pergi juga?!"

Latifa menatap wajah Rio dan bertanya dengan polos.

 

"Tentu saja. Selama kamu mau."

 

"Aku ingin ikut! Aku sudah lama ingin bertemu dengannya sejak kamu memberitahuku tentang dirinya!"

 

"Aku akan pergi ke Amande dan bertemu dengan Liselotte untuk menyesuaikan jadwalnya, jadi aku ingin datang ke sini dulu untuk membicarakannya terlebih dulu. Apa kamu akan berpartisipasi juga, Miharu-san?"

Rio bertanya kepadanya.

 

"Ya, aku ingin..... S-Selamat datang kembali, Haruto. Lama tidak bertemu."

Kata Miharu, dia pertama-tama mengangguk dengan canggung, lalu bertingkah aneh, suaranya agak gugup.

 

"Ya..... Aku kembali. Lama tidak bertemu."

Jawab Rio dengan sedikit canggung. Sudah beberapa minggu sejak terakhir kali dia melihat Miharu — mungkin itulah sebabnya, dia merasa sangat canggung sekarang.

 

"Baiklah, ayo kita masuk ke dalam."

Kata Sara, menepuk tangannya dan mulai berjalan menuju pintu.

 

"Ayo kita pergi, Onii-chan."

Latifa segera meraih lengan Rio dan menyeretnya ke dalam rumah batu terlebih dahulu.

 

◇◇◇◇

 

Setelah semuanya duduk di sofa, Rio memutuskan untuk memberitahukan tentang pesta makan malam.

"Partisipasi Latifa dan Miharu telah diputuskan dan juga kehadiran Liselotte, Celia, dan Aishia, yang tersisa hanyalah menunggu Satsuki mendapatkan izin untuk pergi keluar dan pesta makan malam dapat dilaksanakan. Totalnya ada total tujuh orang, termasuk dengan diriku."

 

"Semoga Satsuki Onee-san mendapat izin! Tidak, dia harus mendapatkan izin! Tapi....."

Latifa berbicara dengan penuh semangat, tetapi kemudian dia menatap wajah Rio dengan serius.

 

"Apa yang salah.....?"

Rio menjadi goyah di bawah tekanan aneh yang Latifa berikan kepadanya.

 

"Onii-chan memanggil nama Celia-san tanpa menggunakan gelarnya!"

Latifa telah menyadari hal itu. Sara, Orphia, Alma memiliki ekspresi seperti mereka telah mengharapkan reaksi itu, tetapi baik Latifa dan Miharu, keduanya melebarkan matanya ketika mendengar hal itu untuk pertama kalinya.

 

[ Lagi-lagi tentang itu, ya....? ]

Sepertinya topik itu adalah masalah yang lebih besar dari yang Rio harapkan.

 

"Bagaimana kamu bisa memanggil begitu?!"

Latifa mendekatkan wajahnya kepada Rio untuk melihat reaksinya lebih dekat.

 

"Ketika kami sedang mengawal sang putri ke Rodania. Aku tidak bisa memanggilnya dengan Sensei di depan yang lain." Jawab Rio, mengerutkan keningnya.

 

"Hmm..... Kurasa..... Itu terlihat bagus ya."

 

"Aku juga sudah memanggilmu dengan namamu, Latifa."

 

"Aku tahu itu! Tapi dengan tiba-tiba mengubah caramu memanggil satu sama lain, membuatnya terasa seperti kalian lebih dekat!"

Rio telah memanggilnya Latifa sejak awal, itulah sebabnya Latifa memprotes karena iri dan karena tidak dapat mengalami hal yang sama.

 

"Itu terdengar tidak masuk akal......"

Kata dengan agak canggung.

 

"Semuanya juga iri, kan?! Kalian semua ingin Onii-chan berbicara sama seperti itu juga dengan kalian, kan?"

Kata Latifa, terus terang bertanya kepada semua gadis yang hadir.

 

Sara, Orphia dan Alma saling bertukar tatapan.

"Benar...."

 

"Benar?"

 

"Saat kami sedang membahasnya, kami sepakat akan sangat memalukan jika itu benar-benar terjadi."

Jawab Orphia Latifa sambil tertawa kecil.

 

"Hmph..... Kurasa aku juga mengerti. Begitu juga untuk Aishia Onee-san....."

 

"Aku sudah dengan cara Haruto memanggilku seperti ini dari awal. Aku sudah senang dengan itu."

Jawab Aishia dengan jelas.

 

"Begitu..... Bagaimana denganmu, Miharu Onee-san?"

Latifa bertanya kepada Miharu.

 

"Heh? A-Aku?"

 

"Ya! Apa kamu ingin Onii-chan memanggilmu dengan namamu?"

 

"H-Haruto-san memanggilku dengan namaku....?"

Kata Miharu ketika dia melirik ke arah Rio.

 

[ Miharu. ]

Suara Rio bisa terdengar di kepalanya.

 

"A-Aku.....?"

Wajah Miharu menjadi sangat memerah. 

 

"Jadi begitu, ya" Latifa memutuskan sendiri.

 

"I-Itu tidak benar! Kupikir.....?"

Miharu menolak secara refleks, tetapi mengakhiri kata-katanya dengan sebuah pertanyaan.

 

"Apa yang ada dikepalanya bisa terlihat di wajahnya."

Kata Sara dengan tatapan sedikit meledeknya.

 

"Aku yakin berpikir begitu, Sara. Yah, untuk kasus Miharu memang sedikit unik."

Untuk sekali ini, Alma setuju dengan Sara.

 

[ Itu..... Itu karena sangat berbeda rasanya dengan memanggilku dengan sebutan Mii-chan! ]

Miharu tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata, jadi dia memprotes dalam pikirannya.

 

"Umm......."

Rio mengangkat tangannya dengan agak canggung.

Dia menyadari tidak akan ada akhir untuk ini, Sebaliknya, mata semua orang tertuju kepadanya.

Dia berdehem.

 

"Aku punya..... Tidak, aku punya topik yang sangat serius untuk didiskusikan, jadi mari kita lanjutkan sekarang."

 

"Topik yang sangat serius.....?"

Ekspresi Sara berubah menjadi tegas.

 

"Ini tentang Latifa......."

Rio menatap adik perempuannya, yang duduk di sampingnya.

 

"Aku?" Kata Latifa bertanya ketika dia mengedipkan matanya berulang kali.

 

"Ya, ini tentang masa lalumu. Sejujurnya, aku bertanya-tanya apakah ini adalah tindakan benar untuk diangkat sebagai topik diskusi, tetapi jika kalian semua mau berpartisipasi dalam pesta makan malam itu, maka aku yakin hal ini adalah sesuatu yang harus ditangani."

 

"Tentu..... Apa itu?"

Sebuah bayangan tipis terlihat menutupi wajah Latifa, tapi dia mengangguk dengan ekspresi serius dan mendorong Rio untuk melanjutkan. Dia tidak ingin mengingat masa lalunya, tetapi dia mempercayai Rio.

 

Latifa tahu itu, tentang alasan mengapa dirinya terlihat sangat kacau sekarang adalah karena dia terus merenungkan dan merenungkan topik ini sebelum membahasnya. Selain itu, Latifa tahu kalau dia tidak keberatan jika orang-orang yang hadir sekarang mendengar tentang masa lalunya.

 

"Sara dan yang lainnya sudah mengetahui hal ini, tapi Latifa sebelumnya adalah seorang budak."

Kata Rio mulainya dengan fakta, tetapi segera dipotong oleh Latifa.

 

"Umm, sebenarnya, Miharu sudah mengetahui tentang itu. Aku telah memberitahunya sebelumnya. Termasuk bagaimana aku dibesarkan sebagai seorang pembunuh." Kata Latifa, menambahkan.

 

"Benarkah?" Rio bertanya dengan ekspresi heran.

 

"Ya. Kembali ketika Miharu masih di desa, dia berkonsultasi denganku tentang apakah dia harus menghadiri perjamuan atau tidak. Dan saat itu, aku memberitahunya tentang masa laluku."

 

"Aku mengerti......"

 

"Ya. Maaf telah memotongnya. Silakan lanjutkan, Onii-chan." Kata Latifa dengan cara yang lebih dewasa dari biasanya.

 

"Sebenarnya..... Bangsawan yang menjadikan Latifa sebagai budak adalah salah satu anggota dari Restorasi." Kata Rio, akhirnya mengungkapkan.

 

"Heh?!"

Semua orang selain Aishia, terkejut.

 

"A-Apa itu benar?" Latifa bertanya dengan ketakutan.

 

"Ya. Namanya Gustav Huguenot. Dia adalah seorang Duke dan merupakan kepala keluarga dari Huguenot, dia juga mempunyai putra tertua bernama Stewart."

 

"Stewart......"

Ekspresi Latifa berubah menjadi pahit.

 

Latifa tidak akan pernah melupakan itu nama itu. Karena dialah orang yang membuat Latifa memanggilnya sebagai kakak dan datang ke sel Latifa untuk bermain-main dengannya setiap kali dia merasakan bosan.

Dia tidak pernah bertindak terlalu keras untuk melukainya dengan cara yang akan menghalangi pekerjaan pembunuhannya, tapi dia menyiksa Latifa dan kemudian dia bisa menyembuhkannya dengan sihir penyembuhan Cura.

 

"T-Tunggu sebentar! Gustav Huguenot — Bukankah itu nama dari Duke Huguenot?"

Sara berbicara dengan panik, memeriksa apakah dia menemukan orang yang tepat.

 

"Memang. Selain Christina-sama dan Flora-sama, dia adalah bangsawan peringkat tertinggi di Restorasi."

 

"Jadi orang itulah yang telah melakukan semua hal seperti itu kepada Latifa....."

Sara menggertakkan giginya dan mengepalkan tinjunya.

 

"Kemungkinannya sangat tinggi, tapi hal itu masih kemungkinan. Aku minta maaf karena diam tentang ini.  Aku ingin menjelaskan masalah ini di depan Latifa, karena hal itu menyangkut dirinya."

 

"T-Tidak, kami sama sekali tidak keberatan dengan bagian itu, tapi......" Kata Sara, menggelengkan kepalanya atas permintaan maaf Rio.

 

Sara tidak dapat mengidentifikasi orang itu sendiri, karena dia belum pernah mendengar apa pun tentang nama atau wajahnya dari Latifa. Kalung budak yang digunakan untuk memerintahkan Latifa bunuh diri jika dia melanggar perintah, telah lepaskan, tetapi Latifa masih belum memberitahu mereka namanya. Namun, orang itu pasti bisa mengidentifikasinya dengan melihat wajahnya.

 

"Aku berpikir sebaiknya untuk membicarakan ini karena dengan terkaitnya menghadiri pesta makan malam itu, Latifa pastikan akan mendapatkan semacam koneksi dengan bangsawan. Dan jika Latifa pergi ke Rodania bersama Sara dan yang lainnya untuk bertemu dengan Celia, kemungkinan besar dia akan bertemu dengan Duke Huguenot lagi."

 

"Begitukah......"

Gadis-gadis itu menerima kata-katanya dengan tatapan penuh perhatian.

 

"Aku telah menyembunyikan kebenaran masa lalu tentang Latifa dari Liselotte-sama dan memberitahunya karena keadaan tertentu, nama Latifa tidak boleh diungkapkan kepada bangsawan Beltrum mana pun. Itulah sebabnya, pesta makan malam itu akan diadakan di dalam Mansion milik Liselotte-sama dengan para perserta tertentu saja. Dia juga pergi untuk bernegosiasi dengan Raja Galarc untuk mendapat izin agar Satsuki-san bisa pergi ke sana."

 

"Kami memang tidak punya waktu untuk berbicara dengannya secara pribadi, tetapi dia tampak seperti orang yang sangat baik." Kata Orphia dengan lembut.

 

"Itu kenapa rahasia Latifa akan aman dengan Liselotte jika kalian bisa berkenalan di masa mendatang, tetapi terlalu sering mengunjunginya dapat menyebabkan rumor yang menyebar. Jadi, akan merepotkan bagi Latifa untuk menggunakan arusnya namanya selama di Amande. Latifa mungkin perlu menggunakan nama alias. Itu sebabnya, aku berpikir untuk menjelaskan semuanya dengan benar, karena hal ini akan sangat mempengaruhi masa depannya."

Kata Rio ketika dia menatap Latifa.

 

"Apa yang ingin kamu lakukan mulai saat ini dan seterusnya? Jika kamu ingin pergi ke tempat selain Amande, kamu mungkin perlu bertindak dengan menggunakan nama lain seperti yang aku lakukan. Aku juga belum memberitahu Liselotte-sama tentang namamu, jadi kamu bisa bertingkah seolah itu nama alias itu adalah aslimu. Tentu saja, jika kamu terus tinggal di rumah ini seperti yang kamu lakukan, seharusnya tidak menimbulkan banyak masalah. Namun, jika kamu ingin keluar tetapi tidak ingin berada di dekat Duke Huguenot, aku akan melakukan sesuatu.  Itulah sebabnya, aku ingin mendengar pendapatmu untuk semua ini." Kata Rio, sangat luar biasa dalam mengkonfirmasi niatnya.

 

"Onii-chan......"

Latifa menggigit bibirnya. Sungguh menyakitkan mengingat Duke Huguenot, tetapi dia senang Rio telah memikirkannya sebanyak ini.

 

"Kamu tidak harus langsung menjawabnya sekarang. Luangkan waktumu untuk memikirkannya."

Kata Rio sambil menghela napas kecil untuk menenangkan hatinya.

 

"Aku..... Jika aku diizinkan, maka aku ingin melihat lebih banyak dunia di luar desa. Aku tidak ingin melihat orang yang membuatku menjadi budak, tapi jika aku bisa tetap tinggal di sampingmu sebagai adik perempuanmu, aku ingin lebih sering bepergian denganmu. Jika aku pada akhirnya melihat orang itu saat pergi ke Rodania untuk bertemu dengan Celia-san, maka aku akan menanggungnya. Dan aku juga harus menggunakan nama samaran." Kata Latifa, menyampaikan perasaannya dengan hati-hati.

 

"Baiklah...... Aku mengerti." Kata Rio, mengangguk perlahan dan sangat memahaminya.

 

"Tapi aku ingin bertemu Liselotte Onee-san sebagai diriku yang sebenarnya. Aku ingin bertemu dengannya dan membuatnya tahu tentang diriku yang sebenarnya. Itu sebabnya, aku ingin mengunjunginya sebagai Latifa dan bukan dengan nama dengan samaran. Apa itu tidak masalah?" Kata Latifa, mengakui niatnya lebih jauh ketika dia menatap wajah Rio.

 

"Kenapa tidak? Jika hal itu memang yang kamu inginkan, maka kita biasa menjelaskannya kepada Liselotte-san seperti itu. Serahkan padaku."

Kata Rio, meyakinkannya ketika dia memukul pelan dadanya sendiri.

 

"Terima kasih, Onii-chan!"

Latifa memeluk Rio, diliputi dengan berbagai macam perasaan. Miharu dan yang lainnya menatap keduanya dengan senyum yang menyenangkan.

 

Keesokan harinya, Rio mengunjungi Mansion milik Liselotte dan memberitahunya tentang pemikiran Latifa.  Untungnya, Francois telah memberikankan izin kepada Satsuki untuk pergi keluar, jadi Liselotte dapat melaporkan kalau pesta makan malam itu berjalan sesuai rencana.

 

Dengan demikian, tanggal untuk pelaksanaan pesta makan malam itu ditetapkan menjadi tiga minggu sejak saat itu, di mana Rio harus mengikuti permainan dalam pesta atas nama untuk memperdalam hubungan mereka. Banyak peristiwa dramatis terjadi, dan setiap orang memiliki cukup waktu untuk menikmati saat² damai dalam hidup mereka, dan bersantai bersama.

Seminggu lagi setelah itu, Rio mengucapkan salam perpisahannya kepada Miharu dan penghuni rumah batu lainnya yang cemas kepadany, lalu pada akhirnya Rio berangkat menuju Kekaisaran Proxia.