Christina memperlihatkan ekspresi tidak senangnya. Orang yang menyuruhnya keluar Kastil tidak lain adalah ayahnya sendiri.
Perintah macam apa yang diberikan ayahnya itu kepada Alfred? Apa perbedaan antara orang yang bergabung dengan regu pencari untuk menangkap Christina dan penjelasan yang baru saja diberikan Alfred?
Christina merasa curiga ada tujuan tertentu yang dimainkan di sini.
"Bolehkah aku meminta pendapatmu, Amakawa-dono, sebagai orang yang benar-benar bertarung dengannya? Di mana letak niat Alfred sebenarnya? Apa menurutmu kata² darinya bisa dipercaya?"
Christina menghela napas kecil dan menanyai Rio dengan nada memohon.
Alfred bukanlah tipe orang yang mudah berbohong. Christina mengetahui itu lebih daripada Rio, tetapi dia masih mencari pendapat dari Rio.
"Aku tidak bisa membayangkan kalau perkataannya hanya sebuah kebohongan. Namun......"
"Apa kamu memiliki pemikiran lain?"
"Aku pikir kamu bisa menyebutnya sebagai perasaan aneh? Aku tidak bisa menjelaskannya dengan kata², tetapi jika melihatnya kembali sekarang, sepertinya ada keraguan atas tindakan Alfred."
"Keraguan?"
"Ya. Jika dia benar-benar mencoba menangkapmu, Yang Mulia, aku yakin dia akan bisa menyelesaikan semuanya lebih cepat. Charles dan Reiss juga sudah mengetahui kekuatan tempur kita sebelumnya, jadi mereka menyiapkan penyergapan setelah memecah kelompok kita. Dengan kata lain, jika dia menangkap Putri Christina sebelum kelompok Sara atau aku bisa sampai ke sana, dia akan mendapatkan sandera dan menyelesaikan semuanya dengan segera. Namun, dari apa yang aku dengar dari Orphia setelah itu, dia sepertinya tidak terlalu tertarik untuk bertarung, dan sepertinya dia menahan diri."
Itu sebabnya ada sesuatu yang terasa aneh. Alfred tidak sepenuhnya mengabdikan dirinya untuk menangkap Christina. Bahkan jika itu bukan Christina, situasinya akan berubah jika dia mengambil seorang sandera, jadi sulit untuk membayangkan niatnya yang sebenarnya adalah untuk menangkap Christina.
Meskipun, pada saat Rio bertarung dengannya, Alfred telah mencoba menyelesaikannya dengan kecepatan tercepat tanpa haru menahannya, jadi tidak ada keraguan apa pun yang dirasakan darinya......
"Mungkinkah Alfred mencoba menjalankan perintah dari Yang Mulia dari posisi dia ditempatkan? Dia harus bertindak seperti dia mengikuti perintah dari Charles untuk melindungi targetnya, tetapi hal itu akan meningkatkan kesempatan bagi Yang Mulia untuk melarikan diri, jadi Alfred hanya bisa bertindak begitu lunak tanpa disadari Charles. Dan mungkin, aku terlalu memikirkan hal itu......"
Jika hal itu memang benar, itu adalah upaya yang agak canggung. Namun, begitu Rio berbicara sejauh itu, ekspresi Alfred terlihat berubah. Christina menatap wajahnya dengan hati-hati agar dia tidak melewatkan perubahan ekspresi apa pun.
"Apa memang benar, Alfred?"
"Tidak...... Aku....."
Alfred mengalihkan pandangannya dengan ekspresi canggung, berjuang untuk berbicara. Namun, keheningan menyelimuti ruangan itu.
"Itu tatapan yang dipenuhi rasa bersalah."
Christina akhirnya menunjukkan ekspresi gelisah.
"Aku sudah menjadi tawananmu. Aku siap untuk menerima hukuman apapun yang menimpaku."
Alfred menundukkan kepalanya seperti sedang menawarkan lehernya.
"Apa mungkin kamu mencari penghakiman dariku?"
"..........."
"Cukup. Aku akan mengesampingkan hukumanmu untuk saat ini. Bersabarlah menjadi tahanan untuk saat ini." Kata Christina sambil menghela napasnya.
"Baiklah."
Alfred mengangguk, menundukkan kepalanya.
◇◇◇◇
Pagi harinya setelah sampai di Amande......
Malam sebelumnya, Rio dan yang lainnya tinggal di Mansion Liselotte. Hari ini, Sara, Orphia, dan Alma akan pergi secara terpisah untuk kembali ke Miharu dan bertindak sebagai pengawalnya.
"Kalau begitu, kami akan pergi sekarang."
Sara dan yang lainnya mengucapkan salam perpisahan di depan Mansion. Mereka di sana tidak hanya dengan Rio dan Celia, tetapi juga Christina, Vanessa, Kouta, dan Rei, yang telah bepergian bersama mereka. Kemudian, ada juga Liselotte, Flora, Duke Huguenot, dan Roanna juga hadir.
Setelah menerima hukuman sebagai tahanan rumah atas tegurannya sehari sebelumnya, Hiroaki tidak hadir di sana.
"Terima kasih banyak untuk semuanya. Jika bukan karena Amakawa-dono dan kalian semua, kami pasti akan tertangkap saat di Cleia."
Kata Christina sebagai perwakilan yang lain.
"Tidak semuanya. Aku tidak bermaksud meremehkan perasaan kami dengan frasa yang sering digunakan, tapi aku berharap kalau kamu bisa beruntung di masa depan."
Sara juga menjawab atas nama Orphia dan Alma.
"Aku sungguh berterima kasih...... Aku tidak menyangka kalau kita akan berpisah secepat ini." Kata Celia sedih, matanya mulai mengeluarkan air mata.
"Tolong jangan berekspresi begitu. Kita mungkin bisa bertemu lagi secara tiba-tiba di suatu tempat."
Kata Sara.
"Ya. Aku juga ingin bertemu dengan kalian lagi."
Kata Celia.
Orphia menimpali.
"Mari kita bertemu lagi suatu hari nanti."
"Aku juga akan menantikannya."
Kata Alma, menambahkan.
"Yup!" Cellia mengangguk dengan ekspresi senang.
[ Sangat disayangkan sekali...... Aku ingin sekali menyambut mereka saat tiba di Rodania dan mengundang mereka untuk tujuan kami. ]
[ Namun, Miharu yang mereka sebutkan adalah hal yang lain — termasuk Amakawa-dono, bahkan bangsawan mana pun tidak akan memiliki sebanyak ini, orang² yang mampu sebagai pengawal mereka. ]
[ Aku pernah mendengar tentang seorang gadis lain yang bernama Aishia, dia berada di level yang berbeda..... Apa yang sebenarnya terjadi pada lingkungan orang ini? ]
Duke Huguenot memikirkan itu sambil menatap Rio. Tidak hanya dia memiliki kekuatan yang sangat hebat, tetapi dia dikelilingi dengan orang-orang yang sangat luar biasa. Dia seperti pemilik dari orang² yang berkemampuan luar biasa.
Dengan membuat permusuhan dengan Rio seorang, tidak hanya akan menjadi musuh bagi Satsuki, Liselotte, dan bahkan Raja Galarc — dengan memikirkan saja sudah sangat menakutkan. Dan sekarang, Christina juga termasuk dalam kelompok itu.
[ Mungkin insiden yang terjadi dengan Hiroaki-sama sebelumnya bisa menjadi hal yang terbaik. ]
Jika Hiroaki bertindak terlalu jauh dengan rasa kecemburuannya, dia bisa menyebabkan situasi yang lebih bermasalah. Meskipun itu berarti pandangan ke depan Christina sudah tepat.....
[ Bagaimanapun, dia bisa mengalahkan 5000 tentara— hal itu adalah fakta. Ketenarannya akan terus tumbuh secara eksponensial dari sini. Aku perlu menemukan sebuah cara untuk mengikatnya dengan Restorasi. ]
Duke Huguenot telah memutuskan itu.
◇◇◇◇
Setelah melihat Sara dan yang lainnya pergi, kemudian tiba giliran bagi rombongan Rio untuk berangkat. Mereka akan menuju ke Rodania dari sini dengan kapal sihir menuju Restorasi. Perpisahan mereka dilakukan di taman yang ada di Mansion Liselotte, seperti ketika kelompok Sara pergi.
"Kalau begitu, aku akan datang berkunjung di kemudian hari. Terima kasih sudah menangani masalah yang melibatkan Satsuki." Kata Rio kepada Liselotte.
"Tidak masalah. Aku yakin Raja akan memberikan jawaban yang baik setelah dia mendengar prestasi yang kamu buat. Mohon nantikan itu."
Kata Liselotte sambil tertawa kecil.
"Aku akan menantikannya."
Rio menerima kata-katanya sebagai sanjungan. Namun, Francois menilai insiden ini jauh lebih tinggi daripada yang dibayangkan Rio.
"Sampai jumpa lagi, Aria. Aku sangat senang bisa berbicara denganmu lagi."
Celia juga mengucapkan salam perpisahannya dengan teman lamanya.
"Aku juga. Aku bersyukur bisa melihatmu baik² saja. Mari kita bicara lagi jika kamu mempunyai kesempatan ketika mengunjungi Amande lagi."
"Ya. Aku mungkin akan mengunjungi Mansion ini lagi untuk pesta makan malam di masa depan."
"Aku tidak sabar menantinya."
Aria tersenyum lembut kepada Celia ketika dia mengangguk. Tak jauh dari sana, teman kerja Aria—termasuk Cosette dan Natalie—mengawasi mereka.
"Jadi Aria sebenarnya memiliki teman di luar pekerjaan."
"Benar? Aku pikir hanya pekerjaan yang merupakan temannya."
Terkejut melihat sekilas ekspresi yang biasanya tidak Aria tunjukkan, para pelayan itu berbisik di antara mereka sendiri dengan rasa penasaran.
"Aku bisa mendengar kalian, tahu."
Kata Aria nada dingin.
◇◇◇◇
Sore itu, Rio dan yang lainnya akhirnya tiba di Rodania. Setelah mendarat di danau raksasa di samping kota berbenteng yang ada di sana, mereka berlayar menuju pelabuhan.
Awak kapal dengan cepat bersiap agar mereka turun dari kapal, dan mereka akhirnya turun. Yang pertama turun adalah si kedua saudara kembar, Christina dan Flora yang dikawal oleh Vanessa untuk melintasi jalan yang menghubungkan ke pelabuhan.
Mereka diikuti oleh Rio, Celia yang menggunakan tudung jubahnya untuk menyembunyikan wajahnya, Kouta dan Rei, kemudian Duke Huguenot, Roanna, dan Hiroaki. Celia menyembunyikan wajahnya dengan tudung jubahnya karena Charles masih tidak menyadari kalau Celia bepergian bersama mereka. Charles akan turun setelah mereka dan tidak akan terjadi hal baik jika dia menyadari Celia ada di sini dan membuat keributan dalam perjalanannya ke penjara, jadi Celia memutuskan untuk menyembunyikan wajahnya untuk saat ini.
Sebuah kapal sihir telah dikirim sebelumnya untuk mengirim kabar kedatangan Christina, jadi para bangsawan tingkat tinggi dari Restorasi, semuanya telah berbaris di pelabuhan. Ketika mereka melihat Christina ada di belakang Vanessa, mereka semua meletakkan tangan mereka di dada mereka dan menundukkan kepala mereka untuk menunjukkan rasa hormat.
"Whoaa....."
"Itu luar biasa."
Kouta dan Rei terpesona oleh pemandangan itu. Sang Putri adalah orang yang dihormati, tetapi hal itu memberi mereka ilusi kalau mereka telah juga menjadi orang yang penting. Hiroaki pasti telah menerima rasa hormat ini sejak dia datang di dunia ini sebagai seorang hero, jadi perilaku kesombongannya itu bisa dibilang masuk akal. Meskipun dia menjadi agak pendiam untuk saat ini.......
{ TLN : wkwkkw, mana cocotanmu mamank ? }
Sulit untuk mengatakannya selama perjalanan Kouta dan Rei dalam pelarian mereka, tetapi pada saat inilah mereka diingatkan kalau Christina benar-benar seorang putri. Kemudian, dari kerumunan bangsawan yang berkumpul untuk menyambut mereka itu, ada seorang laki-laki dengan pakaian yang sangat mewah dari yang lain melangkah maju. Orang itu adalah Marquess Rodan.
"Selamat datang, Putri Christina."
Katanya, menyambut Christina ketika dia melangkah keluar di depan yang lain.
"Terima kasih atas sambutannya."
Kata Christina sambil melihat sekelilingnya.
Mengenakan gaun cadangan yang dipinjam dari Flora, Christina terlihat cantik dan elegan, memberikan kesan seorang bangsawan yang mengesankan. Dia tidak terlalu menonjolkan pesonanya, tetapi para bangsawan laki-laku yang lebih muda akan terpikat oleh kecantikannya.
"Aku tidak layak untuk menerima sanjungan seperti itu. Kami semua telah menunggu hari ini dengan setiap kemampuan yang kami punya. Menurut laporan, kami telah mendengar kala Yang Mulia telah menawan Charles, tangan kanan dari musuh bebuyutan kita Duke Arbor, dan Alfred Emarle-dono, si Sword King. Sungguh luar biasa!"
Kata Marquess Rodan, memuji Christina sambil terseyum berseri-seri.
"Penangkapan Charles dan Alfred adalah pekerjaan Amakawa-dono. Pastikan kamu memberinya sambutan hangat sebagai tamu Kerajaan."
"Sesuai keinginanmu."
Marquess Rodan membungkuk dengan hormat.
"Baiklah..... Kami tidak bisa membiarkan Yang Mulia berdiri untuk berbicara lebih lama lagi. Mari kita pindah ke tempat lain. Aku juga harus mempersiapkan penyambutanmu."
"Iya. Tapi pertama-tama, bisakah aku mempercayakan para tawanan itu kepadamu?"
Christina berbalik menghadap kapal sihir di belakangnya. Alfred dan Charles muncul di puncak tangga yang berfungsi untuk menuruni kapal itu, mereka berdua terkekang dengan borgol.
"Ooh.........."
Semua bangsawan itu bergerak dengan cukup ribut saat melihat pemandangan itu. Mereka berdua adalah tokoh terkenal di Beltrum — Alfred adalah Ksatria terkuat di Kerajaan. Mereka sudah mengetahui hal ini dari pemberitahuan sebelumnya yang mereka terima, tetapi melihat mereka berdua yang menjadi tawanan yang sebenarnya masih sangat mengejutkan.
Alfred mengabaikan tatapan itu, berjalan dengan bermartabat.
"Guh......."
Charles mengalihkan pandangannya, rasa penghinaan muncul di wajahnya.
"Bawa mereka pergi."
Kata Duke Huguenot, memerintahkan Ksatria yang membawa mereka dengan rantai yang terhubung ke borgol mereka.
"Ya, pak!"
Para Ksatria itu menarik mereka menuruni jalan dengan rantai. Para Ksatria itu kemudian membawa mereka ke tempat lain saat berada di bawah pengawasan publik.
Setelah mengamati itu, Rio dan yang lainnya juga mulai berjalan kembali.
◇◇◇◇
Setelah itu, Rio dan yang lainnya pindah ke bangunan yang ada di samping Mansion Marquess Rodan. Pesta kecil bisa diadakan di satu ruangan. Hari masih sore, tapi setelah mempertimbangkan kepenatan mereka akibat perjalanan yang mereka lalui, diputuskan kalau akan ada pesat penyambutan yang akan diadakan tanpa menunggu malam tiba.
Para petugas dimasukkan seminimal mungkin, partisipasi dibatasi untuk beberapa bangsawan terpilih yang dipilih oleh Duke Huguenot dan Marquess Rodan.
Namun, bahkan pada saat itu ada lebih dari seratus bangsawan di tempat tersebut, serta koki, pelayan, dan musisi, jadi tempat tersebut ramai dengan orang-orang. Format pestanya adalah stand-up buffet, jadi orang-orang terus bergerak dan mengobrol di seluruh ruangan.
{ TLN : Kalau kalian penasaran kaya gimana stand-up buffet itu silakan browsing aja, tapi intinya tiap tamu itu menghadiri pesta/menikmati hidangan sambil berdiri }
Di bagian paling belakang tempat tersebut adalah Christina, Flora, dan Celia, serta Duke Huguenot dan Marquess Rodan. Kebetulan, ketidakhadiran Hiroaki di pesta itu karena dia sedang merasa tidak enak badan, dan Roanna menemaninya.
{ TLN : wkwkkkwk }
"Namun, aku tidak pernah bisa menyangka kalau Yang Mulia akan ditemani oleh Celia-sama. Yang merupakan mantan tunangannya Charles Arbor."
Marquess Rodan berkata dengan tatapan penasaran di matanya.
Peristiwa penyelamatannya dijelaskan kepadanya dengan adanya oleh Duke Huguenot, tetapi dia sangat tertarik dengan situasinya.
"Celia Sensei terlalu bagus untuknya, jika menikah dengan orang seperti itu." Kata Christina.
"Hahaha! Tentu saja, Celia-sama adalah seorang jenius yang jauh lebih baik dari yang kebanyakan orang."
Marquess Rodan tertawa terbahak-bahak, tetapi keingintahuan yang kuat di matanya tidak memudar.
"Kita tidak bisa membuat Count Claire dalam masalah ketika dia masih berhubungan dengan pemerintahan utama, jadi hubungan antara Celia Sensei dengan kita akan dirahasiakan untuk sementara waktu. Mungkin sulit untuk disembunyikan secara internal, tapi hal itu juga bisa mengecoh penyelidikan — pastikan tidak ada kabar tentang ini yang sampai ke telinga Charles."
Kata Christina, memperingatkannya.
Mungkin ada mata-mata di antara mereka, jadi Christina tidak berpikir mereka dapat mencegah kabar kehadiran Celia dalam Restorasi mencapai pemerintahan utama, tetapi apakah fakta itu diumumkan secara terbuka atau tidak, bisa mengubah keadaan. Selain itu, dengan Charles sebagai tawanan, tidak akan terjadi apa-apa kepada Count Claire.
"Aku bisa menyadari itu. Kamu bisa mengandalkanku."
Kata Marquess Rodan, menyetujuinya.
"Semua orang yang hadir di sini telah menerima penjelasan dan berbagi pemahaman yang sama. Upaya besar yang dilakukan Amakawa-dono juga telah menyebar luas, menjadikannya pusat perhatian."
Kata Duke Huguenot, sambil menatap Rio, yang dikelilingi oleh para wanita muda bangsawan tidak jauh dari sana.
{ TLN : wkwkkwwk, pasti bangsawan cewek itu teman² sekolahnya dulu tuh }
[ Kaulah sendiri yang membawa para wanita kepada Haruto-sama untuk menggodanya, dan kau masih memiliki keberanian untuk mengatakan hal itu? ]
Christina memikirkan hal itu sambil menghela napas kecil.
Pesta seperti ini adalah tempat bagi para bangsawan untuk bertemu dengan orang baru, jadi selama ketidaknyamanan itu tidak menimbulkan kerugian nyata, bahkan dia tidak bisa membuat kritik langsung.
Namun, teknik agar para gadis muda seperti itu menggodanya mungkin tidak akan berpengaruh banyak padanya, karena dia biasanya dikelilingi oleh gadis muda seperti Celia dan Sara. Faktanya, Rio bisa menanggapi mereka dengan ramah, tetapi tampak sedikit dia juga merasa tidak nyaman. Hal itu bukan hanya imajinasi Christina.
"Hmph........."
Celia menggembungkan pipinya dengan sedikit cemberut.
◇◇◇◇
Sementara itu, di tempat lain di dalam pesta, Kouta dan Rei menikmati hidangan mewah di atas meja.
"Hmm, makanannya enak. Tapi masih ada perbedaan di sini, Kouta." Kata Rei ketika dia melihat Rio yang sedang dikelilingi oleh perempuan.
"Yah..... Hal itu wajar karena Haruto-san sangat populer. Dia sekeren Rui, dan dia juga kuat dan terlihat cukup tinggi seperti para bangsawan."
Rio sangat sempurna tanpa memiliki kekurangan, hal itulah yang dijelaskan Kouta dalam perkataannya.
"Hentikan itu. Kamu hanya membuat kita terlihat lebih menyedihkan."
"Kamulah yang memulainya......"
"Ngomong-ngomong, kita sudah mengikuti mereka sampai ke sini, tapi apa yang kita lakukan sekarang? Putri Christina berkata dia akan mengurus kebutuhan hidup kita jika kita tetap di sini, tapi..... Ooh, daging ini enak." Kata Rei, menjejali mulutnya dengan steak yang sudah diiris rapi di atas piring.
"Bicara atau makan. Pilihlah salah satu......."
Kata Kouta dengan nada lelah.
"Kita akhirnya bisa makan makanan hangat lagi, dan aku tidak ingin membiarkannya menjadi dingin. Jadi apa yang akan kita lakukan? Jika mereka mengizinkan kita tinggal di sini, maka kita akan baik-baik saja untuk saat ini, setidaknya."
"Jika kita akan tinggal di sini, maka aku ingin memiliki semacam pekerjaan, secara pribadi. Aku tidak ingin selalu dilindungi, aku ingin bisa juga berdiri sendiri."
Kata Kouta dengan sedikit semangat.
"Hmm. Kamu sudah menjadi dewasa ya, Kouta."
Kata Rei dengan sungguh-sungguh.
Dia yakin kalau Kouta tidak akan bisa terlihat begitu bisa diandalkan jika dia masih merasa terusik oleh hubungan Rui dan Akane.
"Jangan mengejekku. Lalu, apa yang ingin kamu lakukan?" Kata Kouta, memalingkan wajahnya karena malu dan bertanya pada Rei.
"Apa yang aku inginkankah? Aku..... Ingin menjalani hidup yang mudah." Kata Rei dengan jujur.
"Perkataanmu itu terdengar seperti orang yang tidak berguna......"
"Kasarnya. Semua orang pastinya berpikir seperti itu setidaknya walau sedikit. Pokoknya...... Dengan semua ini, aku mungkin bisa tetap tinggal di sini. Makanannya sangat enak, dan aku bisa jadi kenyang."
"Ya, ya, aku paham......"
Memang benar jika tinggal di sini akan menjadi pilihan yang aman. Namun, Kouta ingin bisa menghadapi Rui lagi dengan bangga, jadi dia ingin menjadi orang yang lebih baik. Apa hal itu akan terpenuhi dengan menjalani kehidupan tanpa beban di sini?
Kouta bertanya pada dirinya sendiri.
"Terkadang aku memikir hal ini, tapi tidakkah kamu merasa kalau makanan bergaya prasmanan ini cenderung membuatmu kenyang lebih cepat dari biasanya? Cukup aneh bagiku."
Rei menghela napasnya, saat dia meletakkan piringnya di atas meja di dekatnya.
"Tidak, aku yakin kamu hanya terlalu banyak makan..... Kamu mungkin tidak menyadarinya karena kamu mencoba semua jenis masakan ini sedikit demi sedikit."
Jawab Kouta dengan ekspresi lelah di wajahnya.
"Permisi, apa kalian berdua punya waktu sebentar?"
Seseorang memanggil mereka. Seseorang itu adalah kelompok yang terdiri dari dua pria paruh baya dan dua gadis cantik yang tampaknya adalah putri mereka.
"Ah iya. Ada apa?"
Rei meluruskan posturnya secara refleks.
"Oh, kami hanya ingin berbicara dengan kalian berdua. Aku adalah baron Dirk Dandy, dan dia adalah baron Gilbert Belmond. Seorang kenalan dekatku."
"Erm, namaku Saiki Rei. Dan dia adalah Kohai-ku, Murakumo Kouta. Senang bertemu denganmu."
Rei membalas sapaan itu dengan bahasa Strahl yang agak canggung.
Di belakangnya, Kouta menundukkan kepalanya dengan gugup.
"Senang bertemu denganmu."
Kata Kouta, menambahkan.
"Hahaha, tidak perlu terlalu kaku seperti itu. Ah, benar — izinkan aku untuk memperkenalkan putri kami. Ayo maju." Kata Baron Dandy dengan ramah, beralih ke putri mereka. Dua gadis cantik berdiri di belakang mereka melangkah ke depan.
"Namaku Rosa Dandy, salam kenal."
"Namaku Mikaela Belmond, salam kenal."
Rosa dan Mikaela sama-sama menundukkan kepala dengan anggun. Mereka berdua sedikit lebih muda dari Rei dan Kouta, dengan fitur wajah yang cantik. Mereka memancarkan aura kesopanan dan keanggunan.
"Senang bertemu kalian berdua. Kalian bisa memanggilku Rei."
Ekspresi Rei menegang dengan tajam, suaranya menjadi nada yang menonjol ketika dia menundukkan kepalanya dengan sopan.
Namun, nafsu yang dirasakan oleh laki² malang sepertinya, membuatnya mengarahkan pandangannya ke arah area dada terbuka gaunnya. Terutama terhadap Rosa, yang payudaranya membengkak dengan ukuran yang sedikit tidak proporsional untuk usianya.
[ Oooh! Kouta! Akhirnya waktu kita tiba! ]
Dengan kepala yang masih tertunduk, Rei menatap Kouta dengan gembira.
[ Rei, berhentilah membuatku malu. ]
Malu dengan perubahan sikap Rei yang tiba-tiba, ekspresi Kouta sedikit berkedut saat dia mencoba yang terbaik untuk mempertahankan senyum di wajahnya. Namun, Rosa dan Mikaela tertawa kecil, menganggap kalau sikap keduanya itu lucu.
"Senang berkenalan denganmu, Rei-sama. Jangan ragu untuk memanggil kami dengan nama depan kami juga."
Kata Rosa, menyarankan itu kepada mereka.
"Dengan senang hati, Rosa-san, Mikaela-san."
Kata Rei, mengangguk dengan tenang.
"Apa aku boleh memanggilmu dengan nama depanmu juga?" Mikaela bertanya pada Kouta.
"Ah, tentu. Aku tidak keberatan......"
Kata Kouta, setuju dengan sedikit gugup.
"Terima kasih banyak. Senang bertemumu, Kouta-sama."
"Tentu, aku juga........"
Nafas Kouta tertahan sesaat karena Mikaela dengan riang menyapanya.
Setelah itu, percakapan hidup terjadi di antara mereka untuk beberapa saat. Sebagai diharapkan dari bangsawan, para baron dan putri mereka ahli dalam percakapan, membuat Rei menjadi lebih banyak bicara dan Kouta menjadi santai. Rosa secara alami mendekat ke Rei sementara Mikaela mendekat Kouta.
"Apa kalian yakin harus berbicara dengan kami? Sejujurnya, kami tidak terlalu penting."
Rei bertanya dengan tiba-tiba, seolah pikiran itu baru saja muncul di benaknya.
"Hahaha, itu tidak benar. Karena kalian sepertinya terlihat asyik dengan makanan sebelumnya, jadi sulit untuk menyapa kalian. Kami menunggu kesempatan untuk mendekati kalian berdua selama ini."
Kata Baron Dandy sambil tersenyum lembut.
"B-begitu..... Yah, itu agak memalukan."
Rei menerima kata-kata itu dengan ekspresi malu.
Memang, pada kenyataannya Rei langsung pergi ke tempat makanan ketika pesta penyambutan dimulai. Tampaknya tindakannya sendirilah yang mencegah para bangsawan berbicara kepada mereka. Wajah Kouta juga memerah karena malu saat menyadarinya.
"Namun, memang benar kalau orang² yang datang bersama kalian sangat terkenal. Ada Yang Mulia, Putri Christina, Putri dari Count Claire, Celia-sama, dan bahkan Ksatria Kehormatan Kerajaan Galarc, Amakawa-dono." Kata Baron Dandy, sambil melihat sekeliling ke area tempat orang-orang tersebut.
"Apa kamu tidak akan menyapa Christina-sama dan yang lainnya?" Kouta bertanya kepadanya.
"Meskipun kami adalah bangsawan, kami hanya berada di posisi terbawah. Kami tidak dapat berbicara dengan mereka yang berperingkat lebih tinggi dari kami dengan mudah. Peristiwa ini mungkin terlihat seperti kami hanya mengobrol santai satu sama lain, tetapi ada urutan dan etiket yang tepat yang terlibat dalam percakapan ini."
Kata Baron Belmond, merendahkan dirinya dan menjawab dengan senyum tegang.
Bisa dibilang, bangsawan tingkat bawah tidak akan diundang oleh Duke Huguenot dan Marquess Rodan ke dalam pesta ini. Baik Baron Dandy dan Baron Belmond adalah bangsawan peringkat rendah, tetapi mereka telah naik ke posisi tetap dan diberi izin untuk berpartisipasi hari ini.
"Begitu ya....... Itu pasti sulit."
Kouta teringat tentang betapa merepotkannya masyarakat bangsawan.
"Setidaknya kami bukan bangsawan. Kamu bebas untuk berbicara dengan kami sebagai pelepas dari itu semua."
Kata Rei dengan agak bercanda.
"Kamu sangat lucu." Rosa tertawa kecil.
"Sepertinya kalian terlihat bersenang²."
Saat itu, Duke Huguenot dan Marquess Rodan berjalan mendekati mereka. Bisa dibilang hal itu adalah pintu masuk dari dua bangsawan besar yang dibanggakan oleh Restorasi.
"S-Selamat sore."
"Terima kasih untuk kalian berdua."
Kouta dan Rei menyapa mereka dengan sopan. Para baron juga menundukkan kepala untuk menunjukkan rasa hormat.
"Oh, kalian semua bisa tenang. Ini bukan pesta formal. Kalau dipikir-pikir, aku juga belum memperkenalkan diri kepada kalian berdua secara langsung. Aku minta maaf atas keterlambatannya, namaku George Rodan. Senang berkenalan dengan kalian."
Marquess Rodan memperkenalkan dirinya kepada Kouta dan Rei dengan senyum ramah.
"Kamilah yang terlambat memperkenalkan diri. Aku minta maaf atas kekasaran kami. Namaku Saiki Rei."
Kata Rei dengan segera.
"Namaku Murakumo Kouta. Senang bertemu denganmu." Kata Kouta menambahkan dengan cepat.
"Mhmm. Merupakan suatu kehormatan untuk bisa bertemu dengan dua orang yang dipanggil bersama dengan sang Hero."
"Memang. Aku pernah mendengar mereka berdua juga cukup berbakat."
Marquess Rodan dan Duke Huguenot langsung memuji Kouta dan Rei.
"Itu tidak benar. Kami hanyalah bonus yang dipanggil bersama sang Hero."
Rei menggelengkan kepalanya dengan rendah hati.
"Hahaha, tidak perlu terlalu merendah. Aku pernah mendengar kalau kalian berdua berpendidikan tinggi dari dunia kalian berasal." Kata Marquess Rodan.
"Ah, yah..... Itu bukan sesuatu yang cukup besar....."
Rei dan Kouta saling tersenyum kecut.
Mereka berdua tahu kalau mereka tidak lebih dari seorang siswa sekolah menengah atas yang biasa di jepang. Pendidikan wajib tidak ada di dunia ini, jadi mereka memang memiliki sedikit lebih banyak pengetahuan dibandingkan dengan anak laki-laki dan perempuan di dunia ini, tapi hal itu juga karena standar pendidikan di dunia ini sangat rendah jika dibandingkan dengan dunia mereka, dan bukan karena mereka merasa lebih unggul. Mereka sangat sadar akan hal ini.
Selain itu, mereka telah bertemu banyak orang dari dunia ini yang lebih pintar dari mereka — mereka bahkan pernah bepergian bersama mereka.
"Mereka berdua juga mempunyai esensi sihir yang berlimpah dan diberkati dengan bakat sebagai penyihir juga, George." Kata Duke Huguenot kepada Marquess Rodan dengan santai.
"Oh, itu luar biasa!"
Kekaguman Marquess Rodan hampir dilebih-lebihkan.
"Kami telah mendengar kalau kami memiliki banyak esensi sihir, tetapi kami belum mendapatkan banyak pelatihan dalam sihir." Kata Kouta.
Yang bisa mereka gunakan hanyalah sihir untuk meningkatkan kekuatan fisik, Augendae Corporis, serta beberapa mantra sihir serangan kelas bawah.
"Jika aku boleh mengatakan ini untuk kebaikan kalian sendiri—jika kalian memiliki bakat, kalian harus mencoba mengembangkannya. Akan ada banyak kesempatan untuk kalian berdua di masa depan."
"Mhmm. Keduanya tampak terlalu rendah hati untuk kebaikan mereka sendiri. Namun, kita harus menahan diri untuk tidak memberikan terlalu banyak tekanan kepada kaum muda. Selamat menikmati pestanya hari ini. Kalian mungkin bisa bertemu dengan seseorang yang luar biasa, loh?"
Marquess Rodan menepis saran dari Huguenot dan tertawa bercanda ketika dia melihat Rosa dan Mikaela.
"Haha, kami sudah bertemu dengan beberapa orang yang luar biasa." Jawab Rei dengan antusias, terpikat untuk melirik ke arah Rosa.
[ Rei benar-benar menjadi dirinya sendiri setelah seorang gadis cantik memperhatikannya. ]
Ini bukanlah hal yang baru, tapi Kouta menghela napas lelah ketika dia melihat kebiasaan lama kakak kelasnya.
Marquess Rodan tersenyum, cahaya tajam berkedip di matanya sesaat.
"Oh, itu cukup kebetulan kalau begitu. Jika ada seorang wanita yang menarik minatmu, kamu harus bergerak dengan berani dan masuk. Meskipun kamu mungkin akan mempunyai saingan dan tunangan."
Katanya dengan senyuman yang tertahan, menimbulkan rasa panik bagi Rei.
"Benar, persaingan haruslah ketat apalagi untuk orang secantik Rosa-san dan Mikaela-san."
Mengikuti topik Marquess Rodan, Rei beralih ke Rosa dan Mikaela.
Orang yang menjawab bukanlah Rosa, melainkan ayahnya, Baron Dandy.
"Aku mungkin terdengar seperti orang tua yang penyayang, tapi karena mereka berdua adalah wanita yang sangat cantik, mereka telah menerima banyak lamaran pernikahan. Tetapi kami belum menemukan pasangan yang memenuhi semua kondisi ideal kami. Sebagai orang tua mereka, aku hanya ingin mencari jodoh terbaik untuk putriku tercinta......."
Katanya dengan ekspresi muram.
Ketika seorang putri seorang baron menikahi seorang bangsawan dengan status lebih tinggi, dia biasanya akan berakhir sebagai selir atau istri kedua dari bangsawan tua yang pikun.
Bagi bangsawan dengan keinginan kuat untuk naik status, mereka umumnya bertujuan untuk menerima nilai tambah dalam pernikahan dengan istri pertama mereka. Tentu, hal sebaliknya juga diterapkan. Bahkan jika kepala keluarganya saat ini telah mencapai posisi tetap, Keluarga Baron Dandy dan Baron Belmond akan tetap sama.
"Hmm. Tentu saja. Mereka berdua sangat cantik. Yang artinya, tidak mungkin bagiku untuk menawarkan diriku sebagai pasangan dari Rosa-san. Ah, sungguh disayangkan." Rei mengangguk dalam-dalam, menunjukkan kekecewaan yang berlebihan.
Pengalamannya sampai saat ini telah mengajarinya untuk tidak memiliki setetes pun harapan untuk menjadi populer, tetapi mungkin ini bisa menjadi kesempatannya. Bohong jika dia mengatakan kalau tidak punya harapan saat ini.
Jika ada, Rei belum pernah melakukan percakapan dengan gadis secantik mereka dalam hidupnya. Sejujurnya, penampilan Rosa benar-benar tipenya. Tetapi pada akhirnya, Rosa mungkin bersikap ramah padanya karena etiket sosial bangsawan.
Dengan menerima itu sebagai asumsi, Rei telah menerima kalau hubungannya ini akan berakhir setelah mereka berpisah hari ini, tapi.....
"Hahaha, mungkin kamu terlalu tergesa-gesa mengatakan hal itu. Bagaimana menurutmu, Rosa? Kamu sudah mendengarnya dari Rei-sama, bukan?"
Baron Dandy tertawa terbahak-bahak dan menoleh ke arah Rosa.
"Aku merasa terhormat. Rei-sama adalah laki-laki yang sangat menarik bagiku."
Jawab Rosa, sama sekali tidak terlihat kecewa.
"Hmm?"
[ Apa maksudnya itu? ]
Dia mengira akan diabaikan dengan mudah, jadi jawaban yang tak terduga itu membuat Rei memiringkan kepalanya dengan ekspresi penasaran.
"Oh? Kalau begitu, bagaimana dengan ini. Rei-sama, apa kamu ingin bertemu putriku secara pribadi di kemudian hari? Kalian berdua harus lebih mengenal satu sama lain terlebih dahulu."
"Heh.....? Uh, tentu..... Tunggu, apa?"
Rei mengangguk, tercengang, pada pernyataan yang dibuat oleh Baron Dandy.
[ Hah? Ada apa ini..... Apa ini semacam janji untuk berkencan? Mungkinkah ini kesempatanku?! ]
Rei terlambat memproses situasinya.
"Aku akan menantikannya, Rei-sama."
Rosa menundukkan kepalanya dengan ekspresi manis, terlihat malu tapi sangat senang.
"Tidak masalah, umm..... Akulah yang menantikannya, Rosa-san." Jawab Rei, suaranya menjadi serak.
[ S-Serius?! Jadi waktuku sudah tiba! ]
Dia bersukacita di dalam hatinya.
Sementara itu.......
"Ugh......" Kouta menghela napas pelan dengan ekspresi lelah di wajahnya.
◇◇◇◇
Pesta itu berakhir di malam hari. Rio dan Celia akan tinggal di bangunan itu dan masing-masing dibawa ke ruangan mereka masing-masing. Namun, Celia segera berjalan ke ruangan Rio, karena dia memiliki sesuatu yang ingin dia bicarakan.
"Aku akan membuatkan teh. Jadi, silakan duduk di sana, Celia." Rio berjalan ke dapur yang cukup kecil di ruangannya dan memulai persiapannya untuk menyambut Celia sebagai tamunya.
Mereka berdua diberitahu kalau pelayan yang ada di bangunan ini dapat dipanggil ke ruangan mereka untuk membantu, tetapi mereka bisa mengurus diri mereka sendiri, jadi tidak perlu untuk itu.
Setelah Rio segera selesai menyiapkan teh, dia duduk di seberang Celia, yang telah duduk di sofa.
"Terima kasih. Maaf mengganggumu ketika kamu pasti lelah karena perjalanan panjang dan pesta penyambutan itu."
Rio tersenyum hangat untuk meyakinkannya.
"Tidak apa-apa, aku tidak lelah. Apa kamu yakin kalau bukan kamu yang lelah, Celia? Kamu tidak terbiasa dengan perjalanan jauh dan sudah lama kamu tidak menghadiri pesta seperti itu, kan?"
"Aku sedikit lelah, tetapi ada banyak wajah yang aku kenal di pesta itu. Segar dan menyenangkan melihat mereka lagi setelah sekian lama. Meskipun sedikit melelahkan secara mental juga."
Celia tersenyum lembut dan mengangkat bahunya.
"Baguslah kalau begitu. Kita tidak bisa berbicara selama pesta penyambutan itu, jadi aku sedikit khawatir."
Rio telah diburu oleh para bangsawan dari awal sampai akhir, jadi dia tidak bisa bergerak dengan bebas sama sekali. Celia pernah mengalami situasi yang sama.
"Lagipula, kamu dikelilingi oleh gadis-gadis sepanjang waktu......" Kata Celia, mengamati Rio untuk melihat reaksinya. Dia pasti telah memperhatikan Rio dengan hati-hati selama pesta itu.
"Ya, tapi aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darimu karena khawatir."
Jawab Rio dengan senyum yang agak kesepian.
"Heh? O-Oh. Aku mengerti. Ahahaha."
Celia terkejut, suaranya naik satu oktaf.
Dia tidak bisa melihat langsung ke Rio karena malu. Dia ingin bertanya apakah Rio telah mendapat lamaran dari gadis² iru, tetapi pikiran itu telah benar-benar lenyap dari kepalanya sekarang.
"S-Selain itu, Aishia masih dalam wujud roh, kan? Karena hanya ada kita di sini, jadi kamu harus mengeluarkannya." Kata Celia dengan buru-buru untuk mengubah topik pembicaraan mereka.
"Baiklah."
Partikel cahaya berkumpul di samping Rio dan mengambil bentuk sosok Aishia. Kemudian Aishia memutuskan untuk duduk di kursi di sampingnya.
Celia menggembungkan pipinya sedikit, tetapi pikirannya berkata dia ingin bisa melihat keduanya seperti ini sedikit lebih lama dan ingin mereka tetap seperti ini selamanya. Dia menelannya kata-kata dan memperbaiki posturnya.
"Umm, aku tahu ini agak terlambat untuk mengatakan ini, tapi aku — telah secara resmi bergabung dengan Restorasi sebagai penasihat Putri Christina."
"Ya."
Kata Rio dengan lembut, seolah-olah sudah tahu ini.
"Aku..... Aku tahu aku telah membuatmu, Sara, Orphia, dan Alma mendapat banyak masalah..... Aku minta maaf untuk itu."
Kata Celia, menundukkan kepalanya.
Rio menggelengkan kepalanya perlahan.
"Kamu tidak perlu minta maaf.
"Kamu sangat baik, Rio......"
"Tidak semuanya." Kata Rio, mengangguk senang.
"Aku tidak punya apa-apa sekarang, jadi aku tidak bisa melakukan apapun selain berterima kasih..... Tapi aku pasti akan membalasmu untuk hari ini."
Kata Celia, membuat sumpah itu dan dengan tegas mengungkapkan niatnya.
"Aku tidak keberatan dengan itu.... Ah, benar juga. Aku lupa untuk memberimu ini. Dissolvo."
Kata Rio, membacakan mantra untuk mengeluarkan benda dari gelang penyimpan ruang dan waktu miliknya. Ruang di atas meja membentuk blackhole, kemudian keluar kantong kecil yang berisi penuh muncul.
"Apa yang ada di dalamnya?"
Celia bertanya-tanya, membuat ekspresi penasaran.
"Dana perjalanan yang dipercayakan Count Claire kepadaku sebelum kita meninggalkan Cleia. Ada satu koin emas sihir, dan sekitar 200 koin emas biasa."
"D-Dari ayahku....? Dia memberimu sebanyak ini? Bahkan emas sihir?"
Mata Celia melebar karena terkejut.
Koin emas sihir adalah koin langka yang dikatakan memiliki nilai yang setara dengan 100 koin emas. Ketika digabungkan jumlahnya ada sekitar 200 koin emas, itu adalah jumlah yang sangat besar bahkan untuk kaum bangsawan.
"Tolong terimalah."
Kata Rio, meletakkan kantong itu di depan Celia.
"Aku tidak bisa. Kamu bisa menyimpannya, Rio. Tidak peduli bagaimana kamu melihatnya, jumlah ini termasuk hadiah untukmu. Aku yakin ayahku mengatakan hal yang sama, bukan?"
Celia menggelengkan kepalanya dan mendorong kantong berisi uang itu kembali ke arah Rio.
"Sepertinya aku tidak bisa mengingatnya. Aku menerima ini atas nama biaya perjalanan, tapi..... Bagaimanapun juga, aku tidak membutuhkan uang ini. Uang ini awalnya milik ayahmu, dan kamu akan membutuhkannya untuk membayar berbagai hal untuk sementara waktu, bukan? Kamu hanya harus menerimanya dan menggunakannya."
Pada kenyataannya, Rio telah menerimanya dengan kesepakatan kalau kelebihan dari biaya perjalanan mereka akan menjadi hadiahnya, dan cukup banyak emas ditambahkan karena itu, tetapi Rio pura-pura tidak tahu apa-apa tentang itu.
[ Aku pasti akan menanyakan hal ini dengan ayahku saat kita bertemu lagi! ]
Celia menatap Rio untuk waktu yang lama sekali.
"Baiklah, aku akan meminjamnya kalau begitu. Dan aku pasti akan mengembalikannya."
Celia menerima uang itu dengan sedikit cemberut.
Rio mengangguk puas.
"Baiklah. Dan juga, ada satu hal lagi."
Kata Rio, ketika dia mengangkat jari telunjuknya.
"Apa itu.......?" Celia tampak agak waspada.
"Aku menerima sebuah rumah di Rodania sebagai hadiah atas insiden kali ini. Tapi aku tidak berniat tinggal di sini, jadi maukah kamu tinggal di sana menggantikanku?" Kata Rio kepada Celia.
"R-Rumah......?"
Celia mulai terdiam dan kehilangan kata²nya.
Dia telah mempertimbangkan untuk menyewa rumah untuk sementara waktu, tetapi dia tidak menyangka kalau Rio akan menyerahkan seluruh rumah itu kepadanya.
"Iya. Di luar formalitas, kepemilikannya harus diserahkan kepadaku, tetapi setelah itu aku dapat mentransfernya kepadamu. Aku akan ditunjukkan berbagai hal properti potensialnya besok, jadi setelah semua dokumen selesai, aku akan menyerahkan semua surat itu kepadamu—"
"T-Tunggu! Tunggu sebentar! Kamu tidak bisa melakukan itu!" Celia memotong kata² Rio dengan ekspresi kebingungan.
"Kamu bisa menggunakannya semuanya atas namamu, dan menyimpan semua kertas itu sendiri. Tolonglah!"
Kata Celia, memprotesnya.
"Tetapi bahkan meski aku memiliki rumah besar, aku tidak akan bisa mengelolanya sendiri."
"Aku yang akan mengelolanya. Aku memiliki pekerjaan, jadi aku akan menggunakan uang yang aku peroleh untuk membayar sewanya. Rumah besar itu adalah sesuatu yang kamu terima untuk prestasimu, kan? Aku tidak bisa menerima itu."
Kata Celia dengan tegas.
"Tapi aku tidak butuh uang sewa....."
"Tidak. Biarkan aku yang membayarnya dengan benar."
Celia menggelengkan kepalanya dengan tegas.
"Baiklah..... Jika kamu bersikeras."
"Oke. Setelah kamu selesai dengan semua dokumennya, mari kita buat kontrak resmi. Sebelum kamu pergi."
[ Sebelum aku pergi, ya. ]
Rio merasa agak sedih dengan kata-kata itu.
"Ya, mari lakukan itu....."
Rio setuju dengan nada lembut di suaranya.
"Ke mana kamu akan pergi setelah ini?"
Celia bertanya kepadanya.
"Aku sedang berpikir untuk pergi ke Kekaisaran Proxia."
Jawab Rio dengan suara kaku.
"Kekaisaran Proxia..... Apa itu karena Reiss? Atau karena kamu mencari orang yang membunuh ibumu?"
Celia mencari tahu dengan sedikit ketakutan.
"Keduanya, kurasa..... Tidak salah lagi mereka berdua memiliki hubungan satu sama lain, jadi aku berharap untuk melacak salah satu dari mereka."
Jika Reiss adalah duta besar Kekaisaran Proxia, ada kemungkinan Rio harus menyelinap ke Kastil Kekaisaran — sesuatu yang benar-benar ingin dia lakukan.
"Apa yang akan kamu lakukan terhadap yang lainnya.....?"
"Aku akan pergi ke Kekaisaran Proxia sendirian. Aku sedang berpikir untuk meninggalkan rumah batu di samping Rodania, jadi kamu mungkin bisa bertemu semuanya jika kamu mau. Aishia akan terus melindungimu dalam bentuk rohnya mulai sekarang."
"Benarkah......?" Celia menatap Aishia.
"Ya. Dengan begitu Haruto bisa bepergian dengan tenang juga." Kata Aishia, mengangguk perlahan.
"Ya. Tapi sebelum aku pergi lagi, kita masih punya rencana untuk makan malam di Mansion Liselotte. Aku berencana untuk pergi ke Amande dalam waktu dekat untuk menyesuaikan tanggal dengannya."
"Aku mengerti. Lalu, aku bisa bertemu dengan Miharu dan Latifa lagi."
"Iya."
"Aku sangat menantikannya."
Kata Celia tersenyum berseri-seri.
"Ada satu hal lagi yang ingin aku berikan kepadamu."
Kata Rio, menambahkan itu.
"Heh........?" Celia mengerutkan keningnya dengan ekspresi waspada.
Dana untuk masa depan yang telah disiapkan untuknya, sebuah rumah telah disiapkan juga untuknya, dan dia bahkan memiliki Aishia sebagai penjaganya untuk sementara waktu. Apa lagi yang akan Rio berikan kepadanya di atas semua itu?
"Tidak perlu begitu terlihat waspada begitu. Dengan Aishia di sini untuk melindungimu, kita harus mengatasi masalah pasokan esensi sihir. Ini adalah item untuk menyelesaikannya."
Kata Rio, meletakkan gelang logam di atas meja.
Jumlah esensi sihir yang dikonsumsi saat dalam bentuk roh itu cukup sepele dan dapat dipulihkan secara alami dengan menyerap esensi di udara, tetapi roh mengambil lebih banyak esensi sihir ketika mereka dalam bentuk wujud fisiknya.
"Benda apa ini......?"
"Artefak sihir yang menggunakan batu roh. Batu roh mampu menyimpan esensi sihir, jadi jika Aishia harus dalam bentuk fisiknya, benda ini harusnya bisa menyediakan esensi sihir yang cukup untuknya. Aku tahu kalau kamu memiliki jumlah esensi yang luar biasa untuk seorang manusia dan kamu dapat membentuk jalur sementara dengan Aishia untuk memasoknya kembali, tetapi hal itu masih belum cukup untuk membuat Aishia dalam bentuk fisiknya."
Untuk menyebabkan fenomena supranatural dalam mewujudkan keberadaan roh, harus ada sejumlah besar esensi sihir yang dikonsumsi dalam prosesnya. Konsumsi esensi itu meningkat secara eksponensial saat menggunakan spirit art dalam pertarungan.
"Itu benar...... Tapi berapa banyak esensi sihir yang disimpan dalam item ini?"
Celia bertanya dengan ekspresi gugup.
"Aku juga tidak tahu, tapi menurut perkiraan kasarku, artefak ini seharusnya cukup untuk menembak sihir tingkat lanjut beberapa ratus kali, kurasa? Jadi artefak ini seharusnya bisa menahan pertarungan Aishia dengan serius jika diperlukan."
"B-Beberapa ratus tembakan sihir tingkat lanjut?! Tunggu, tunggu dulu! Benda ini adalah sebuah artefak, bukan? Artefak ini pasti memiliki tujuan awal saat tidak digunakan sebagai keadaan darurat, bukan?"
Celia bertanya dengan ekspresi kaget.
"Yah, aku kira bisa dibilang begitu. Tujuan asli dari artefak ini adalah untuk memperkuat kekuatan keluaran dari spirit art dan mantra sihir yang digunakan pemakainya. Menggunakan artefak ini dapat membuat seseorang mampu menembakkan mantra yang kuat dengan sedikit esensi sihir."
Artefak ini mempunyai jenis sihir yang sama yang tertanam di pedang yang digunakan Rio.
"Amplifikasi sihir...... Bukankah artefak ini berada pada level artefak kuno.....?"
Celia mulai kehilangan kata²nya dan terdiam.
[ Apa Rio tidak sadar tentang betapa berharganya barang seperti ini? ]
"Artefak kni hanya menggunakan batu roh berkualitas baik. Aku ingin membuat artefak lain juga, tapi aku tidak mempunyai stok, jadi harus menunggu lain kali."
"A-Ahaha..... Kurasa beginilah hutangku kepadamu akan terus bertambah."
Celia tertawa lemah, menundukkan kepalanya karena dengan lemah.
◇◇◇◇
Celia dan Rio mengakhiri obrolan mereka lebih awal, karena Rio harus melihat properti keesokan harinya.
"Sampai jumpa besok. Selamat malam."
Kata Rio kepada Celia sambil mengantarnya pergi.
"Yup, sampai jumpa besok."
Celia tersenyum kepadanya.
"Sampai jumpa, Celia. Selamat malam."
Aishia juga mengucapkan selamat malam kepada Celia dari samping Rio.
"Selamat malam. Aku akan pergi sekarang.”
Celia tampak sedikit enggan untuk pergi saat dia keluar dari ruangan Rio. Pintu terkunci, meninggalkan Rio dan Aishia berduaan di ruangan.
"Tunggu!"
Pintu terbuka kembali dan Celia berjalan masuk.
"Aishia, apa kamu berniat tidur dengan Rio malam ini?"
"Yup." Kata Aishia mengangguk dengan tegas.
"Kamu harus melakukannya dalam bentuk rohmu, oke."
Celia menyipitkan matanya ke arah Aishia.
".....Ya."
"Ada apa dengan jeda di perkataanmu itu?!"
"Aku bisa tidur dengan Haruto selama dalam wujud rohku, kan?" Kata Aishia, mengingat aturan yang mereka buat.
"Itu benar, tapi kamu sudah jauh dari Haruto baru-baru ini, jadi kamu benar-benar akan tidur dalam bentuk rohmu, kan?" Celia menatap Aisyah dengan curiga.
Jika Celia menurunkan kewaspadaannya, sangat mungkin bagi Aishia untuk tidur menempel pada Rio dengan tubuh telanjang. Saat mereka di rumah batu, ada orang yang akan memperingatkannya setelah bangun di pagi hari, tetapi penghalang seperti itu tidak ada di sini. Sejujurnya, Celia merasa gelisah dengan itu.
"....Kamu harus tidur denganku malam ini."
Kata Celia kepada Aishia.
"Mengapa?" Kata Aishia memiringkan kepalanya dengan ekspresi penasaran.
"Karena aku sudah lama tidak melihatmu. Aku sedikit kesepian."
"Aku juga kesepian karena sudah lama tidak bertemu dengan Haruto."
"K-Kamu harusnya baik-baik saja. Kamu bisa tidur dengan Rio kapan pun kamu mau begitu dia kembali dari perjalanannya." Kata Celia sambil memprotesnya dengan suara melengking.
"Aishia, bisakah kamu tinggal di kamar Celia malam ini untuk memastikan tidak ada orang aneh mencoba untuk masuk? Aku yakin tidak akan ada yang berani mencoba hal seperti itu, tapi ini untuk jaga-jaga." Rio bertanya kepada Aishia.
".....Namanya."
"Heh?"
"Kamu memanggil Celia dengan namanya."