"Dia mengaktifkan sihir yang sangat luar biasa secara instan......"
Christina berkata pada dirinya sendiri dengan sangat terkejut ketika dia menyaksikan serangan yang melebihi ekspektasinya sendiri.
[ Tch..... Hanya lima yang keluar. ]
Hiroaki melihat jumlah arus air yang terbentuk di langit dan membuat ekspresi tidak senang. Yamata no Orochi adalah nama yang dia berikan kepada Divine Arms-nya yang merupakan perwujudan dari dewa naga air dengan delapan kepala. Jadi, dia sebenarnya berniat mengeluarkan delapan arus air. Fakta kalau hanya ada lima yang keluar, dia merasakan dipermalukan di depan siapa pun yang tahu tentang legenda aslinya.
[ Tapi kurasa ini sudah cukup. Aku juga bisa mengendalikannya..... Baiklah. ]
Mempertimbangkan kecepatan arus air itu mengalir, bahkan satu kepala dari naga itu setara dengan sihir serangan tingkat menengah. Bahkan jika seseorang telah meningkatkan kekuatan fisik mereka, serangan langsung darinya memiliki kekuatan yang cukup untuk secara serius melukai lawannya. Dan lagi.......
[ Oi, Oi, kenapa dia masih belum kabur setelah melihat ini? Akan berbahaya jika ini mengenainya. Bacalah situasinya bodoh, dan kaburlah. ]
Hiroaki mengerutkan keningnya saat melihat Rio yang masih dalam diam.
[ Yah, jika dia tidak mau kabur saat melihat ini, maka dia mungkin akan baik-baik saja. Seperti yang diharapkan dari Black Knight, seperti yang orang² iti katakan? Atau mungkin saja dia hanya orang bodoh..... Siapa yang peduli dengan itu. ]
Untuk sesaat, Hiroaki mempertimbangkan dengan sengaja melakukan serangannya secara acak, tapi hal itu bisa jadi tujuannya, dan dia tidak ingin kendalinya dalam hal ini dipertanyakan. Jadi, dia melanjutkan untuk mengirim kelima arus air itu untuk menabrak Rio.
"U-Umm...... Kenapa Haruto-sama tidak menghindarinya. Apa dia akan baik-baik saja?"
Kata Flora yang terlihat sangat khawatir dari kejauhan, ketika dia menanyai Sara dan yang lainnya. Christina, Roanna, Liselotte, Cosette, Natalie, dan Chloe juga menoleh ke arah kelompok Sara.
"Tidak masalah. Serangan seperti itu tidak akan berpengaruh kepada Haruto."
Kata Sara, menyatakannya tanpa ragu-ragu.
"Namun, untuk mengaktifkan sesuatu sebesar itu dalam sekejap itu......" Alma berkata dengan ekspresi heran.
Dia tidak memiliki kesan yang baik tentang Hiroaki karena penampilan dan kata-kata yang dia kirimkan kepada mereka, tapi sepertinya Hiroaki tidak hanya beromong besar saja, setidaknya.
"Memang, itu luar biasa. Tapi...."
"Pengendaliannya atas fenomena itu sangat ceroboh. Kelima naga air itu hanya bisa melakukan gerakan yang sama."
"Tepat."
Sara dan Orphia menganalisis serangan Hiroaki dengan presisi. Misalnya dengan menggunakan spirit art sebagai contoh, seolah-olah kemampuan pengguna mantra tidak konsisten dengan skala fenomena yang diciptakan. Jika mengeluarkan lima arus air yang berbentuk naga itu untum menurunkan kontrol yang dia miliki atas masing²nya, akan lebih baik untuk hanya mengaktifkan yang bisa dia kendalikan dengan pasti.
Sementara arus air yang dilepaskan Hiroaki mendarat ke arah Rio.
Eek!
Secara refleks Flora menutup matanya. Roanna tidak bisa melihatnya juga dan mengalihkan pandangannya, sedangkan yang lainnya menatap tajam ke titik pendaratan serangan itu. Arus air itu menabrak di mana Rio berdiri, membanjiri tempat itu dan menghalangi pandangan mereka.
"Pertandingan ini sudah sangat jelas pemenangnya."
Kata Sara.
"K-Kita harus menyelamatkan Haruto-sama!"
Flora memucat dan mencoba lari ke arah Rio, tetapi Sara menghentikannya dengan menunjuk ke dekat tempat Hiroaki berdiri.
"Kamu salah paham — Haruto-lah yang akan menjadi pemenangnya. Lihatlah ke sana."
"Apa?!"
Itu adalah Rio, bergerak sangat cepat dengan pedangnya yang meningkatkan kekuatan fisiknya.
Kecepatannya tertahan sedikit, tapi masih cukup cepat untuk berlari sejauh seratus meter dalam hitungan detik, menutup jarak antara dirinya dengan Hiroaki dan hampir menyerangnya.
"A.... Apa?!"
Reaksi Hiroaki tertunda sesaat, tetapi dia berhasil menghentikan serangan Rio dengan peningkatan kekuatan fisik yang tersembunyi di dalam Divine Arms-nya.
"Kamu kamu memanipulasi sihir skala besar seperti itu, kamu cenderung menciptakan lebih banyak titik buta untuk dirimu sendiri. Itu ide yang buruk untuk lengah dan lupa untuk tetap waspada."
Kata Rio, memberinya saran.
"K-Kau! Apa yang sedang kau lakukan?! Kau berani membantu lawanmu di tengah pertarungan?"
[ Bajingan ini meremehkanku. ]
Hiroaki mengayunkan pedang panjangnya menggunakan semua amarahnya, dan Rio menggunakan momen itu untuk mundur perlahan.
"Ini sedikit menggangguku, jadi aku tidak bisa menahan diri. Meskipun ini adalah latih tanding, tapi mengumpulkan informasi dan mencari cara untuk mengecoh lawan adalah hal yang umum bahkan dalam pertarungan yang sebenarnya. Jika lawanmu mulai terguncang dengan mudah, maka itu akan menjadi ideal. Sama sepertimu sekarang......."
"K-Kau bajingan.......!"
Hiroaki melupakan tentang pemikirannya sebelumnya tentang bagaimana dia bukan tandingan Rio dalam pertarungan jarak dekat dan menyerang ke depan dengan membabi buta. Persis seperti itulah tujuan Rio. Dia melihat melalui serangan Hiroaki dan menahannya dengan pedangnya, membiarkan kekuatannya sendiri diri yang membuatnya kehilangan keseimbangan.
Hiroaki terlempar dari keseimbangannya dan tersandung ke depan.
"Guh."
Hiroaki mencoba untuk segera mundur, tetapi pada saat berikutnya, Rio melangkah maju, mendorong Hiroaki yang gemetaran sampai dia terbang mundur.
"Whooa! Oof......"
Hiroaki kehilangan keseimbangan dan menjatuhkan dirinya ke tanah.
Sangat mungkin bagi Rio untuk mengambil kesempatan itu dan menutup jarak di antara mereka, menghunuskan pedangnya ke leher Hiroaki. Tapi Rio berhenti, sengaja memilih untuk tidak mengejarnya. Tujuan pertamanya dari pertarungan ini adalah untuk menyelidiki tentang kemampuan yang dimiliki oleh Divine Arms, dan jika dia menang dengan terlalu mudah, dia tidak akan bisa memenuhi permintaan dari Christina.
Dengan kata lain, Rio harus menghancurkan harga diri Hiroaki. Kekalahan dengan kemungkinan rute hanya menang saja berarti harga diri Hiroaki tidak akan hancur begitu saja.
"Kau...... Kau meremehkanku, bukan?"
Sebuah urat menonjol muncul di pelipis Hiroaki ketika dia menanyai itu kepada Rio.
"Tidak. Karena kemu ingin sepenuhnya menunjukkan kekuatan dari Divine Arms-mu, jadi kupikir tidak benar memutuskan pertandingan baru dimulai di sini sekarang......" Rio menjawab dengan tatapan kosong.
[ Apa hanya ini yang kau punya? ]
Rio menyiratkan hal itu kepadanya.
"Kau berengsek! Untuk semua sikap kerendahan hati yang pura-pura kau miliki itu, Kau pasti berubah menjadi sombong selama pertarungan, ya?! Apa itu wajah aslimu?!" Hiroaki berteriak dengan marah.
"Pertarungan adalah salah satu tindakan paling arogan yang bisa dilakukan oleh manusia." Kata Rio.
Jika ada sesuatu yang seseorang ingin di dengarkan oleh yang lainnya, apa pun yang terjadi, jika ada tujuan yang harus orang itu capai, jika ada sesuatu yang tidak boleh orang itu tinggalkan — Maka seseorang itu harus berjuang demi hal itu.
Jadi, tindakan itu sendiri adalah kesombongan murni, dan siapapun yang berdiri di medan perang harus sombong untuk melakukannya. Jika seseorang cukup rendah hati untuk menyerahkan nyawanya kepada lawannya, tidak akan ada namanya pertarungan sejak awal.
"Kau seharusnya tahu kapan harus tutup mulut!"
Hiroaki menyerang Rio sekali lagi. Dia mencengkeram pedang panjangnya dalam posisi rendah seolah sedang merangkak di tanah sebelum berayun dengan sekuat tenaga. Namun, pedang panjang milik Hiroaki itu dengan mudah ditangkis oleh pedang Rio. Suara benturan logam berat bergema di udara.
"R-Raargh!"
Hiroaki tidak mundur. Dia menuangkan kekuatannya ke tangan yang memegang pedang panjangnya dan mulai mengayunkannya dengan semua yang dia punya. Kecepatan ayunannya terlalu cepat untuk diikuti oleh gerakan mata; serangannya itu muncul sebagai kilatan cahaya yang mendekati Rio.
Namun, Rio bisa melihat melalui semua serangan Hiroaki, dia membalasnya dengan mengayunkan pedangnya dengan santai untuk menangkis setiap tebasannya. Suara benturan logam bergema dengan nyaringnya.
"Luar biasa......."
Liselotte berkata dengan kagum. Dia telah menyadari kekuatan yang Rio punya, dan dia juga tahu kalau Hiroaki sedang dipermainkan selama ini.
[ Tapi kenapa Haruto-sama sangat menahan diri? ]
[ Apa mencoba untuk menyelamatkan sang Hero dari kehilangan mukanya dalam sekejap? ]
[ Atau mungkin dia mencoba menanggapi permintaan dari si Hero untuk menunjukkan kekuatan penuh dari Divine Arms-nya, tetapi malah mengalami masalah dengan itu karena betapa lemahnya si Hero ini.... ]
[ Tapi menyeretnya terlalu lama hanya akan membuatnya lebih murka. Faktanya, si Hero ini sudah terlihat sangat marah. ]
Sepertinya Hiroaki sedang mengamuk kepada Rio, tetapi mereka terlalu jauh untuk mendengar percakapan antara keduanya.
[ Kalau dipikir-pikir, Christina-sama meminta izin untuk menggunakan ruang pertemuan kemarin untuk berbicara dengan Haruto-sama. ]
[ Apa dia mempercayakan sesuatu kepadanya pada pertemuan itu? Jika demikian, Duke Huguenot tidak mungkin terlibat..... ]
Kata Liselotte memikirkan hal itu dalam benaknya ketika dia mengingat kemungkinan Christina memintainya sesuatu karena Rio bertarung dengan cara seperti itu.
Liselotte melirik Christina dan Duke Huguenot untuk membaca ekspresi mereka, tetapi mereka menonton pertarungan itu tanpa reaksi yang aneh.
[ Yah, lagipula satu pun dari mereka adalah tipe orang yang akan mengekspresikan pikiran mereka di wajah mereka. ]
Liselotte memikirkan itu, mengembalikan perhatiannya ke Rio dan Hiroaki di kejauhan.
"Aaargh!"
Hiroaki mengayunkan pedang panjangnya dengan sepenuh tekad, tapi tak satu pun dari tebasannya yang tak terhitung jumlahnya mengenai Rio. Rio tetap berada di tempat yang sama saat dia menangkisnya. Dia seperti dinding besi, membuat penghalang untuk mencegah pedang panjang Hiroaki menyerangnya.
[ Gerakannya memang cepat, tapi hanya itu saja. ]
Rio mengevaluasi keahlian berpedang Hiroaki dengan tidak tertarik. Pedang panjang yang digunakannya cukup sulit ditangani oleh para amatir, namun dia bisa mengayunkannya tanpa berpikir, mengandalkan sepenuhnya pada kekuatan kasar yang dia punya.
Kecepatannya mengesankan, tetapi tekniknya masih belum cukup. Ha itu bisa menjadi contoh tentang bagaimana seorang petarung yang memperoleh lebih banyak kekuatan fisik dari apa yang bisa mereka tangani.
[ Ini seharusnya sudah cuku untuk memprovokasinya untuk saat ini..... ]
Rio masih belum melihat potensi sebenarnya dari Divine Arms milik Hiroaki, dan jika dia mengalahkan Hiroaki dalam keadaan seperti ini, dia akan menghancurkan harga dirinya. Rio sedang mempertimbangkan bagaimana mengakhiri latih tanding ini, saat ini.
"Jika kamu mencoba menahan diri karena mengkhawatirkan keselamatanku, kamu tidak perlu memikirkannya, karena aku baik-baik saja." Kata Rio.
"Guh........!"
Alis Hiroaki berkedut karena kesal.
Dia kemudian menjauhkan dirinya dari Rio dan berhenti dia sana, kemudian berbicara dengan amarah yang meluap dari bawah senyumnya.
"Ah..... Sepertinya menahan diri seperti ini tidak akan ada gunanya. Aku tidak berharap kau bisa menghindari serangan jarak jauhku dan menyerang balikku dari jarak dekat. Meskipun sayang jika kau tampaknya berpikir yang barusan adalah kekuatan penuhku."
"Aku menerima latih tanding ini sebagai tanggapan atas permintaanmu untuk menggunakan semua kekuatan yang biasanya tidak kamu gunakan. Kemampuanmu saat ini tidak masalah untukku, jadi silakan saja keluarkan lebih banyak lagi kekuatan yang kamu punya." Kata-kata yang di ucapkan Rio memang sopan, tapi cara bicaranya terdengar sangat sombong di telinga Hiroaki.
"Kau akan menyesali ini......" Kata Hiroaki mengerutkan keningnya dengan sangat kesal.
[ Beri aku semua kekuatan yang kau miliki...... ]
Hiroaki menuangkan lebih banyak esensi sihir dari tubuhnya ke dalam pedang panjangnya. Dia sendiri bahkan tidak memahami prinsip-prinsip dalam menggunakannya— Jadi, dia hanya tahu secara naluriah kalau melakukannya akan memberinya lebih banyak kekuatan. Kemudian, pedang panjangnya mulai memancarkan cahaya yang menyilaukan.
[ Ini luar biasa...... Apa peningkatan kekuatan fisikku lebih kuat dari sebelumnya? ]
Peningkatan kekuatan fisik yang dia gunakan sampai sekarang juga sangat kuat, tetapi dia sekarang yakin kalau dia memiliki potensi untuk menjadi lebih kuat.
Hal itu memberinya kepercayaan diri yang lebih dari biasanya.
[ Mari mengetesnya sebelum aku menggunakan serangan area lainnya....... ]
Pikir Hiroaki.
"Haaah!"
Dia segera menyerang Rio, menuangkan semangat ke dalam teriakan. Dia bahkan lebih cepat dari sebelumnya, tapi—
"S-Sial!"
Rio menahan pedang Hiroaki dengan sangat mudah. Berlawanan dengan senyuman sombong yang terukir di wajah Hiroaki, Rio memujinya dengan jujur.
"Seperti yang diharapkan dari seorang Hero..... Kamu telah meningkatkan kekuatan fisikmu lebih kuat lagi."
"Jadi, apa maksudmu jika kau bisa mengatasi ini dengan mudah? Hah?!" Kata Hiroaki tidak menganggap pujian dari Rio sebagai ketulusan.
"Dengan segala hormat, aku melihatmu selalu mengandalkan sepenuhnya kepada kekuatan fisikmu untuk bertarung. Aku menyarankannya agar kamu tidak selalu melakukannya, karena hal itu membuat gerakanmu mudah diprediksi."
Kata Rio, mengisyaratkan di mana kekurangan yang Hiroaki miliki.
Sebagai catatan, Rio tidak sepenuhnya meningkatkan kekuatan fisiknya dengan spirit art — hanya karena Hiroaki bergerak lebih cepat bukan berarti dia telah mengisi kekurangan dalam tekniknya. Karena cukup mudah untuk menghadapinya tanpa harus meningkatkan kekuatan fisik bagi Rio sendiri.
"Hah?! Apa maksudmu teknik berpedangku tidak cukup bagus untukmu?!" Kata Hiroaki ketika menyerangnya.
"Tidak semuanya. Apa yang kamu lakukan bukanlah teknik berpedang — itu hanya terlihat seperti kamu mengayunkan pedangmu secara paksa karena merasa sulit untuk menggunakannya. Apa kamu tidak pernah diajari teknik berpedang dari seorang instruktur?"
"T-Tutup mulut itu!"
Hiroaki mengamuk ketika mendengar komentar dari Rio yang tepat sasaran. Namun, Rio dengan mudah membelokkan lintasan pedang panjangnya dan akhirnya Hiroaki hanya mengayunkan tanpa tujuan di udara.
Hiroaki menjadi lebih kesal, mengayunkan pedangnya dengan gerakan lebih kasar dari sebelumnya. Kemarahannya terlihat jelas bagi para penonton, dan sekilas terlihat kalau penyebabnya adalah Rio yang terlihat sedang berbicara dengannya.
"Jika kamu hanya terpaku dengan serangan berulang yang tidak efektif ini, gerakanmu hanya monoton dan mudah terbaca. Carilah faktor lain yang bisa kamu menguntungkanmu dan lawan aku dengan itu. Apa yang terjadi dengan serangan jarak jauhmu yang sebelumnya itu?" Kata Rio menasihati. Latih tanding itu bukan lagi pertarungan bagi keduanya, tapi kursus pelatihan.
"Aku bilang diam!"
Entah gerakannya di sengaja atau tidak, Hiroaki mengayunkan pedangnya dan menembakkan semburan air yang kuat dari pedangnya. Serangannya itu menelan seluruh area, tetapi Rio sendiri telah menghindarinya dengan melompat menjauh.
"Kau akhirnya bergerak untuk menghindarinya juga?"
Hiroaki senang dengan hal itu dan tersenyum puas.
"Kamu akhirnya mengeluarkan serangan yang layak untuk aku dihindari."
"Tutup mulutmu bajingan!"
Hiroaki berlari, terprovokasi oleh kata-kata Rio.
Kali ini, dia tidak mencoba menebasnya dari jarak dekat, tetapi menembakkan semburan air kuat dari jarak menengah.
[ Serangan tumpulnya masih mudah dibaca seperti biasanya, tapi...... ]
Mempertimbangkan kekuatan di balik setiap tembakannya itu, setiap serangannya agak bermasalah untuk ditangani. Rio bergerak dengan lincah di sekitar Hiroaki sambil menghindari air tembakan kuat itu.
"Cih, berhentilah bergerak!"
Serangan Hiroaki meningkat dengan intensitasnya, tetapi masih belum bisa mencapai Rio.
"Apa hanya perasaanku, atau apa memang gerakan Hiroaki-sama mulai terlihat membaik?"
Duke Huguenot berbicara untuk pertama kalinya di sini, setelah menyaksikan pertarungan itu dengan diam sampai sekarang.
"Gerakannya menjadi lebih baik. Haruto pasti telah mengajarinya saat mereka bertarung."
Sara menjawab dengan jelas.
"Mengapa Amakawa-dono melakukan hal seperti itu?"
Duke Huguenot bertanya dengan ekspresi ragu.
Dia pasti memperhatikan kalau Rio pasti akan menang ketika dia sudah mendekatinya dan bertarung dengan serius.
"Aku tidak tahu. Tapi karena sang Hero membuat permintaan untuk menunjukkan kekuatan dari Divine Arms-nya, mungkinkah Haruto menanggapinya?"
Sebagai penduduk desa roh, Sara tidak terlalu percaya dengan legenda para Hero, tetapi ketika dia berbicara tentang Hiroaki, dia berbicara dengan hormat saat berada di depan yang lain.
[ Yah, Rio mungkin sedang memastikan kekuatan para Hero dan Divine Arms mereka. Memastikan hal itu, dan juga permintaan dari Putri Christina. Selain untuk Celia-san..... Bagaimanapun, kekuatan dari Divinenya milik Hero itu..... ]
Sara memikirkan hal itu ketika dia menatap Divine Arms milik Hiroaki yang berbentuk pedang panjang.
"Jika apa yang Haruto-sama lakukan itu akan membuat sang Hero lebih kuat, maka dia sangat diperbolehkan untuk melakukannya." Kata Christina, menambahkan.
"Yah, kurasa begitu......"
Kata Duke Huguenot mengangguk dengan jawaban yang tidak jelas.
[ Dalam hal kemampuan, perbedaannya sudah terlihat sangat jelas. ]
Sekarang Hiroaki tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika dia kalah. Dia berjuang mati-matian agar semua orang bisa melihatnya. Christina menyipitkan matanya saat dia menyaksikan pertarungan itu.
[ Bajingan ini benar-benar monster..... ]
Sementara itu, Hiroaki mulai menjadi panik.
Serangannya tidak mengenai Rio sama sekali, dan dia tidak bisa melihat batas dari kemampuan Rio. Dia akan kalah jika terus begini. Setelah dia mengatakan semua omong kosongnya itu.
[ Aku tidak boleh kalah. Aku perlu...... Lebih banyak lagi. Aku perlu menyerang di area yang lebih luas. Haruskah aku mengeluarkan serangan Yamata no Orochi sekali lagi? Aku harus bisa memanggil lebih banyak naga air dari sebelumnya. Aku hanya perlu membuat jarak...... ]
Perasaan tidak sabar mulai terlihat dalam ekspresi Hiroaki ketika dia mengambil lompatan besar ke belakang, untuk membuat jarak dari Rio. Kemudian dia mengangkat pedang panjangnya ke udara sekali lagi.
"Aku punya ini. Aku bisa melakukannya!"
Hiroaki berteriak, untuk meningkatkan semangat tempurnya sendiri. Perkataannya itu bekerja karena seringai sengit diukir di wajahnya, sekarang dia yakin kalau bisa menembakkan Yamata no Orochi yang lebih kuat daripada yang pertama kali.
[ Pengeluaran esensi sihirnya meningkat setiap kali dia merasa terpojok. Apa dia mencoba mengeluarkan kekuatan dari Divine Arms-nya lagi? ]
Satu-satunya yang bisa menyadarinya adalah Hiroaki, Rio, dan pada gadis dari desa roh.
[ Seberapa banyak dia bertambah kuat? ]
Rio merasakan kekuatan dari Divine Arms-nya yang tidak terbatas. Jika skala pertarungan tumbuh lebih dari ini, Rio harus menggunakan beberapa gerakan yang lebih kuat untuk dirinya sendiri, yang akan membuat area di sekitar mereka berisiko hancur.
[ Ini waktu yang tepat. ]
Dia akan mengatasi serangan berikutnya dan meraih kemenangannya. Dia tidak punya pilihan lain.
"Haa! Bersiaplah! Berharaplah agar dirimu tidak langsung musnah!"
Hiroaki berteriak keras, memanggil tujuh aliran air yang berbentuk naga di atas udara. Tidak hanya jumlah mereka yang bertambah, tapi naga² itu juga sedikit lebih besar dari sebelumnya.
[ Dia benar-benar menjadi lebih kuat. Dan lebih cepat dalam memperkuat dirinya juga. ]
Begitu Rio memikirkan itu, pedang Hiroaki terayun ke bawah. Naga air yang menari bergerak menanggapi ayunan pedang panjangnya dan menukik ke arah Rio sekaligus.
[ Ini tidak jauh berbeda dari sebelumnya, tapi...... ]
[ Kecepatannya jauh meningkat. ]
Rio menatap ketujuh naga air yang mendekatinya dari langit dan melihat mereka seketika, lalu menatap Hiroaki di lintasannya.
[ Dia sangat penuh dengan celah. Dia memang meningkatkan pengeluaran esensi sihir dan kekuatannya, tetapi semuanya sangat tidak konsisten..... Tidak, bisa jadi ini hanya jebakannya. ]
Rio mempertimbangkan untuk langsung menerjang dan menyelesaikan hal-hal seperti yang dia lakukan di awal pertarungan, tetapi dengan adanya banyak celah di lawannya, dia sedang mempertanyakan taktik Hiroaki.
[ Sangat aneh jika dia menyebutnya sebagai Yamata no Orochi jika jumlahnya bukan delapan naga. Tunggu, apa hal itu dimaksudkan dengan jumlah delapan ekornya juga? ]
Ada kemungkinan kalau kemampuan Hiroaki terlalu lemah untuk bisa mengeluarkan kepala kedelapan naga airnya, tapi skala dari fenomena yang dia aktifkan saat ini juga tidak bisa diremehkan.
Beberapa pengguna spirit art dapat mengontrol fenomena yang mereka panggil dari jarak jauh.
Kelemahan dari spirit art jarak jauh, bahwa pengguna tidak bisa bergerak dengan bebas — jika kemampuan mereka terlalu rendah, mereka akan terlalu sibuk dengan mengontrol fenomena yang membuat penggunanya tidak akan bisa bergerak.
Namun, pengguna yang berpengalaman dapat bergerak dengan normal, dan bahkan menggunakan spirit art lainnya hanya untuk amannya.
{ TLN : Kalau kalian lupa tentang apa itu fenomena, silakan baca ulang vol 2, saat Rio pertama kali belajar Spirit Art, buat singkatnya aja : fenomena itu semacam bentuk yang dibuat/diciptakan sama spirit art sendiri, bisa di bilang gambaran dari apa yang di pikirkan sama caster/penggunanya. }
Hiroaki bukanlah seorang pengguna spirit art, tetapi fenomena dari Divine Arms-nya tidak jauh berbeda dari pengguna spirit art. Rio memutuskan kalau akan lebih baik memperlakukan pertarungan ini sebagai pertarungan melawan pengguna spirit art lainnya.
Pada saat itu, salah satu dari aliran air berbentuk wajah naga turun untuk menelan sosok Rio.
Rio membiarkannya mendekatinya hingga saat-saat terakhir, lalu menghindarinya dengan kecepatannya yang sangat cepat. Segera setelah itu, salah satu dari aliran naga menabrak ke arah di tempat Rio berdiri beberapa saat yang lalu, dan menyemburkan air yang sangat besar ke mana-mana dengan suara percikan air yang luar biasa.
"Heh, aku meleset. Tapi ini belum semuanya! Aku akan menunjukkan kepadamu kekuatan yang hanya dimiliki oleh seorang Hero! Lima ribu tentara yang mundur bukanlah apa² bagiku. Aku bisa melakukan hal itu juga! Kau akan memahaminya begitu aku menunjukkan kekuatan sebenarnya dari seorang Hero!"
Hiroaki berteriak puas. Kekuatan yang dia terima membuatnya tiba-tiba kembali ke dirinya yang biasa, dia terlihat seperti ikan di dalam air.
Keduanya naga air yang jatuh ke tanah juga telah kembali ke bentuknya semula dan melonjak di udara. Memang, jika dia bisa memunculkan fenomena seperti itu, sangat mungkin untuk menekan pasukan dengan skala fenomena yang besar dia ciptakan.
[ Benar-benar orang yang merepotkan. ]
Daripada harga dirinya yang tidak terlihat telah dihancurkan, malah lebih tumbuh menjadi sangat Arogan. Dia selalu tampak begitu peka terhadap hal-hal kecil, sangat mengejutkan melihatnya bisa setangguh ini. Namun, itu hanya berarti Rio tidak perlu menahan diri saat membuatnya kalah.
"Hahaha! Kau yakin ingin melompat seperti itu? Orochi-ku bisa menelanmu."
Hiroaki mengangkat pedangnya dan mengendalikan dua naga air yang tersisa untuk menerjang ke arah Rio, yang telah melompat beberapa meter ke udara. Namun, pada titik ini, Rio mengaktifkan peningkatan kekuatan fisiknya melalui pedang sihirnya untuk pertama kalinya. Dengan kata lain: akselerasi paksa dengan menggunakan spirit art anginnya.
Rio meluncur langsung ke bawah, membiarkan kedua naga air Hiroaki melewatinya di atas kepalanya.
"Ap........"
Mata Hiroaki melebar ketika Rio mulai berlari ke arahnya untuk menyelesaikan pertarungan ini.
"Apa menurutmu hal itu akan mengejutkanku? Terimalah ini!" Hiroaki berteriak, mengarahkan kedua naga airnya yang baru saja meleset.
Rio melirik ke belakang untuk memastikan, tetapi dia terus menyerang tanpa peduli. Pada titik ini, kedua naga air di belakangnya cukup jauh darinya, tapi—
Booom!
Ada suara seperti auman naga dari belakangnya. Segera setelah itu, kepala naga itu membuka mulutnya untuk menembakkan semburan air seperti laser ke arah punggung Rio.
"Terpentallah kau bajingan!"
Hiroaki berteriak, tetapi Rio mulai berlari dengan pola zig-zag, seolah-olah dia memiliki mata di belakang kepalanya. Kedua tembakan laser air itu menjalar di sepanjang tanah mencoba mengenai Rio, tetapi Rio dengan mulus menghindar serangan itu.
"A-Apa.....? K-Kau curang!"
Tidak dapat memahami bagaimana cara Rio menghindari serangan yang datang dari belakangnya, Hiroaki berteriak tanpa berpikir. Tentu saja, ada trik untuk itu: Rio merasakan perubahan mana di udara yang mendahului fenomena tersebut, mirip dengan bagaimana listrik mengirimkan pelepasan terlebih dahulu ke jalur yang akan dilaluinya.
"Bagaimana caranya menghindarinya sekarang.....?"
Celia yang telah menonton pertarungan itu dengan wajah gugup, dan karena gerakan Rio yang luar biasa membuatnya secara tidak sengaja mengajukan pertanyaannya dengan keras.
Pada saat itu, tatapan semua orang tertuju pada Sara dan yang lainnya. Mereka telah sepenuhnya menetapkan mereka sebagai komentator.
"Hanya Haruto yang bisa melakukan hal seperti itu. Jika itu aku, saat aku tahu serangan itu akan datang, aku harus mengubah arah untuk menghadapinya."
Kata Sara, setengah putus asa.
"........Kamu benar."
Hanya Rio yang bisa melakukan hal seperti itu. Celia juga sangat yakin dengan itu.
"Apa Haruto berniat untuk menjaga agar kekuatan dari pedang sihirnya tidak digunakan sebanyak yang dia bisa saat dia menang?"
Orphia bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
"Sepertinya begitu. Gaya bertarung sang Hero sangat monoton, Haruto hanya bisa untuk menghindari setiap serangannya saat serangan itu mendekat."
Kata Alma, menjelaskan apa yang Rio lakukan saat ini.
"Guh..... Kalau begitu, cobalah naiki ombak besar ini! Kau akan tenggelam jika kau menyentuhnya dengan sembarangan!"
Kata Hiroaki, menembakkan tiga naga air di sebelahnya ke arah Rio, berniat untuk menelannya.
[ Dia tampaknya berjuang dengan pengendaliannya. Mengontrol tujuh naga airnya dengan skala ini sekaligus akan sulit bahkan bagi seorang pengguna spirit art berpengalaman...... ]
Rio memikirkan itu ketika dia melacak posisi ketujuh naga air yang dikirim Hiroaki.
Selain tiga naga di samping Hiroaki, ada empat naga air di belakang Rio, dua di antaranya berada di luar kendali dan tidak menunjukkan tanda-tanda menyerang. Yang harus dia waspadai adalah tiga yang mendekat dari depannya dan dua laser air yang ditembakan dari belakangnya. Haruskah dia menghindar dengan memutar ke samping, atau melompat ke udara?
Pada akhirnya, Rio berakselerasi menuju naga air yang mirip tsunami yang mendekatinya.
"Apa yang coba kau lakukan?!"
Hiroaki berteriak, melihat Rio mendekat dari depan sebelum naga airnya menghalangi pandangannya.
[ Aku akan menyerangnya balik begitu dia menunjukkan mukanya! ]
Hiroaki memegang pedang panjangnya dengan siap, berjaga-jaga terhadap serangan lompatan dari Rio.
Saat berikutnya, Rio muncul, menginjak kepala naga airnya itu. Dia berlari sambil menggunakan naga air milik Hiroaki itu sebagai pijakannya. Tatapan mereka berdua saling bertemu.
"Guh.....! Sudah kubilang kau akan tenggelam jika kamu menyentuhnya sembarangan!"
Hiroaki mengayunkan pedang panjangnya bahkan saat tubuhnya bergetar.
Namun, tidak ada air yang keluar dari senjatanya. Sebaliknya, naga air yang diinjak Rio memutar secara dramatis, mencoba menenggelamkan Rio.
Tapi Rio memutar tubuhnya ketika dia melompat, melapisi pedangnya dengan angin kencang dan menghantamkannya ke naga air itu. Tubuh panjang naga itu tidak mampu menahan benturan keras itu dan terbelah menjadi dua. Hembusan angin dari serangan pedang Rio itu bertiup kencang.
"Whoaah!"
Sejumlah besar air berhamburan ke mana-mana. Hiroaki memalingkan wajahnya agar percikan air itu tidak masuk ke dalam matanya. Sebagian air memercik ke mengenainya, dan menciptakan celah yang fatal.
Rio telah mendarat setelah melompati naga air yang dilepaskan Hiroaki, dia mendekat untuk menutup jarak di antara mereka. Hiroaki mengendalikan naga airnya dengan panik, mengarahkannya untuk menghalangi pendekatan yang Rio buat.
[ Terlalu lambat. ]
Pada jarak ini, Hiroaki seharusnya meraih pedang panjangnya dan menyerangnya.
"Sial! Aku ceroboh!"
Hiroaki mengayunkan pedangnya dengan gerakan kasar, mencoba mendaratkan serangannya menggunakan area daripada salah satu titik, menembakkan tembakan air langsung dari ujung senjatanya. Suara percikan airnya itu bisa terdengar.
"Apa aku berhasil mengenainya?!"
Hiroaki berteriak, penglihatannya menjadi kabur.
Jika ada orang lain yang meneriakkan itu selama pertarungan, dia akan terlihat sedang bertanya kepada mereka agar tidak menggunakan kata-kata klise seperti itu, tetapi bahkan dia tidak dapat menahannya di saat seperti ini.
"Guh......."
Sebuah lengan terentang dari belakangnya, mengarahkan bagian tajam pedang itu ke lehernya. Perasaan dingin menjalar ke tulang punggung Hiroaki, membuatnya diam membeku.