"Pasti sangat menyakitkan bagimu. Aku sangat menyesal untuk itu......." Kata Christina dengan sangat ketika dia meminta maaf.
"Tidak, itu tidak benar sama sekali."
Flora menyeka air matanya dengan tangannya. Semua yang menyaksikan hal itu dengan senyuman bahagia, kecuali satu orang.
{ TLN : Satu orang ini memang gk ada akhlak wkkwkw }
"Yah, aku mengerti kalau kalian berdua bisa bersatu kembali adalah sesuatu yang baik, tapi aku tidak mengerti situasinya di sini? Kenapa Haruto bersama Christina? Dan kenapa ada begitu banyak perempuan lain......" Kata Hiroaki.
Dengan statusnya sebagai Hero, dia adalah satu-satunya orang yang dapat mengganggu pertemuan kembali Flora dan Christina tanpa ragu-ragu. Matanya melebar karena ketertarikan yang mendalam ketika dia melihat kehadiran Sara dan gadis-gadis lain, tetapi dia segera melihat Kouta dan Rei — yang sangat jelas berasal dari dunia asalnya — dan berkedip pada mereka dengan ekspresi bingung.
"Oh, apa kalian berdua orang Jepang? Kalian tidak tampak seperti Hero."
Kouta dan Rei bertukar tatapan, lalu mengangguk dengan canggung.
"Yah, begitulah."
"Hmm......."
Hiroaki bergumam tanpa merasakan minat. Dia kemudian beralih ke arah para gadis itu dan dia menyapa mereka dengan ceria.
"Ah, benar juga. Aku belum memperkenalkan diri. Namaku Hiroaki Sakata. Aku adalah apa yang di sebut di dunia ini sebagai, kurasa."
".........."
Sara dan gadis-gadis itu tampak sedikit bingung, karena tidak menyangka kalau Hiroaki akan memperkenalkan dirinya secara langsung. Rangkaian perkataan Hiroaki telah benar-benar mematikan percakapan. Tidak ada yang tahu harus bagaimana melanjutkannya karena situasinya sudah seperti itu, jadi keheningan yang canggung menggantung di udara.
"Bagaimana kalau kita masuk ke dalam? Aku akan mempersiapkan tempat di mana kita bisa beristirahat dan mengobrol di sana, jadi kita bisa melanjutkannya di sana." Kata Liselotte, menyarankan.
Dengan demikian, Rio dan yang lainnya memasuki kota berbenteng.
◇◇◇◇
Sepuluh menit kemudian, di ruang pertemuan di dalam kota berbenteng, kelompok Rio dan Liselotte berada di sana. Semua orang yang bepergian dengan Rio dalam perjalanan ke sini duduk di bangku yang sama dengannya, sedangkan kelompok Duke Huguenot dan Flora duduk dibangku yang sama dengan Liselotte.
Dan juga di ruangan itu ada Aria, yang merupakan orang terpercaya Liselotte dan juga pelayannya. Vanessa juga berdiri di belakang Christina daripada duduk di kursi yang sama dengannya.
Sebagai catatan, Charles dan Alfred sekarang berada di penjara kota berbenteng dalam perjalanan ke ruang pertemuan tersebut, mereka berdua dikurung di sana untuk sementara waktu.
"Baiklah, mari kita langsung ke pokok utama. Aku yakin hal pertama yang harus kita bahas adalah alasan kenapa kita datang ke kota berbenteng ini. Apa semuanya setuju?"
Kata Liselotte memastikan, menatap semuanya.
"Ya, tentu saja. Meskipun aku sudah bisa mengira alasan Liselotte-san karena ada di sini." Kata Christina.
Sebagai Putri dari Keluarga Cretia dan penguasa di kota Amande, sangat jelas kalau Liselotte telah datang ke kota berbenteng ini untuk menyelidiki pergerakan tentara Beltrum di dekat perbatasan. Dan alasan yang tidak begitu jelas adalah kehadiran Flora, Hiroaki, Roanna, dan Duke Huguenot yang juga ada di sana.
Christina mengira mereka ada di Rodania.
"Seperti yang mungkin sudah kamu duga, alasan kenapa aku ada di sini adalah karena pergerakan besar-besaran dari pasukan Kerajaan Beltrum di dekat perbatasan. Putri Flora dan yang lainnya kebetulan ada bersamaku ketika aku menerima pemberitahuan tentang hal itu..... Saat aku memberitahu mereka apa yang telah terjadi, mereka membuat keinginan untuk menemaniku. Aku membawa mereka ke sini dengan kapal sihirku dengan sebuah kesepakatan kalau mereka akan segera kembali ke Amande setelah kami mengkonfirmasi situasinya." Kata Liselotte, menjelaskan.
"Apa Flora dan yang lainnya mempunyai urusan di Amande?" Christina bertanya-tanya sambil menatap Flora dan Duke Huguenot.
Hiroaki berinisiatif menjawab Christina dulu.
"Nggak. Kami hanya terlalu lama terkurung di ibukota Galarc setelah perjamuan berakhir, jadi kami berpikir kalau kami akan menyapa Liselotte dalam perjalanan kembali ke Rodania. Kerena saat itu, kami tidak bisa mengucapkan salam perpisahan dengan benar saat di perjamuan."
Karena tujuannya mengunjungi Amande adalah untuk bertemu dengan Liselotte dan bisa membahas topik pertunangan, Hiroaki terlihat sedikit bersalah dengan jawabannya.
[ Pasukan Beltrum tiba² muncul begitu kami sampai di Amande, karena itu, aku belum bisa berbicara dengan Liselotte dengan baik.... Ughh, tidak bisakah mereka membaca suasananya? Tch. ]
Pikir Hiroaki di dalam kepalanya.
"Jadi begitu..... Aku mengerti situasimu sekarang. Lalu, aku akan menjelaskan alasan kami ada di sini — apa tidak apa-apa jika aku yang berbicara, Amakawa-dono?"
Christina bertanya pada Rio. Cara dia berntanya dengan Rio sudah menunjukkan betapa dia sangat menghormati Rio.
Keduanya tidak memiliki hubungan khusus apa pun di perjamuan, jadi mereka yang duduk di seberang kelompok Rio sangat ingin tahu bagaimana keduanya bisa terlihat cukup dekat seperti ini.
"Ya, tentu saja."
"Kalau begitu..... Aku ingin meminta kalian semua merahasiakan apa yang aku katakan ini. Dan, tentu saja, aku juga akan melapor hal ini kepada Raja Francois di kemudian hari, namun masalah ini memang menyangkut urusan internal Kerajaanku."
Kata Christina, menatap sekelilingnya, terutama Liselotte.
"Aku mengerti. Haruskah aku meminta pelayanku keluar?"
Kata Liselotte, mengangguk dan berbalik menghadap Aria di belakangnya.
"Yang Mulia, apa boleh aku berbicara......."
Kata Celia, menyela. Yang lain tahu kalau Celia adalah gadis muda dan cantik, bahkan dengan tudung jubah yang menutupi wajahnya. Karena hanya dia yang satu-satunya yang mengenakan tudung jubahnya di ruangan itu, semua perhatian orang terkumpul kepadanya dengan rasa sangat penasaran.
"Apa itu?"
"Akan lebih baik jika dia ada di sini saat kamu menjelaskan keadaanku nanti. Jadi, apa bisa membiarkannya untuk tetap di sini? Aku bisa menjelaskan sendiri situasinya nanti."
Kata Celia sambil menatap Aria.
"Baiklah. Kalau begitu, dia boleh tetap di sini."
Kata Christina, menyetujui dengan sigap.
"Baiklah."
Aria dan Liselotte sama-sama terlihat sedikit penasaran dengan sorotan tiba-tiba ke arah Aria, tetapi mereka menyetujuinya tanpa merasa sungkan.
"Baiklah, jika begitu aku akan langsung ke intinya: semuanya dimulai saat Vanessa dan aku melarikan diri dari ibukota Beltrum, dengan bantuan Count Claire. Kami mencoba menuju Rodania, tempat Flora berada, dengan kapal sihir. Dan kami tidak menyangka kalau kedua anak laki-laki ini juga berada di kapal sihir itu — mereka adalah Saiki Rei dan Murakumo Kouta, teman dari Hero, Shigekura Rui-sama. Kami akhirnya membawa mereka bersama kami, tetapi aku akan menghilangkan detail itu untuk saat ini."
Kata Christina, mulai menjelaskan.
"Berkat bantuan Count Claire, kami bisa sampai di Cleia dengan lancar, nakun masalahnya dimulai di sana. Duke Arbor mengetahui kalau aku telah melarikan diri dan segera mengirim regu pencari yang dipimpin oleh Charles Arbor. Kami bisa dengan cepat bersembunyi di ruang rahasia yang ada di Mansion Count, tapi pergerakan kami tersegel di sana. Hanya masalah waktu sebelum kami ditemukan — saat itulah kami bertemu dengan Amakawa-dono."
"Ah..... Tunggu, tunggu. Bukankah itu aneh? Kalian tidak bisa meninggalkan Mansion Claire, kan? Dan kalian bersembunyi di ruang rahasia untuk menghindari pihak pencari, jadi bagaimana dia bisa sampai di sana?"
Kata Hiroaki, tiba² menyela.
"Itu karena..... Bolehkah aku memberikan penjelasan tentang itu kepada kepadamu?"
Christina bertanya, menatap Celia.
"Ya."
Celia mengangguk, lalu membuka tudung jubahnya untuk pertama kalinya. Dia diam-diam melepas artefak yang mengubah warna rambutnya di koridor setelahnya Charles dan Alfred dibawa pergi.
"Celia..... Sensei?"
Tentu saja, Flora membuka mulutnya secara refleks karena terkejut. Roanna, yang juga merupakan seorang murid dari Akademi yang sama, juga membuat ekspresi yang sangat terkejut. Bahkan Duke Huguenot berkedip berulang kali karena terkejut.
"Oi, Oi, Siapa dia? Apa dia seseorang yang kamu kenal, Flora?" Hiroaki bertanya, matanya berbinar.
"Namaku Celia Claire. Putri dari Count Claire, dan mantan profesor dari Putri Christina, Putri Flora, dan Roanna-san di Akademi. Aria yang di sana adalah teman lamaku."
Celia memperkenalkan dirinya, lalu melihat ke arah Aria saat dia menyebut namanya.
"............"
Sebagai seorang pelayan, Aria tidak bisa mengatakan apa-apa, tapi matanya melebar ketika dia melihat Celia sebelum mulutnya terangkat ke atas dengan senyuman tipis.
[ Ini sangat mengejutkan sekali. ]
Pikir Liselotte. Aria pernah memberitahunya tentang Celia sebelumnya, jadi dia tahu kalau mereka adalah teman, namun dia tidak pernah membayangkan mereka akan bertemu lagi seperti ini.
"Ah, dan apa yang kamu maksud dengan 'Profesor'? Kamu tidak terlihat lebih tua dari Flora dan Roanna, atau bisa dibilang mungkin kamu lebih muda."
Kata Hiroaki sambil menatap Celia dengan seksama.
"Terima kasih untuk pujian. Tapi sebenarnya aku sudah berumur dua puluh satu tahun." Kata Celia, memberitahu umurnya dengan sedikit malu-malu.
"A-Apa?! D-Dua puluh satu tahun?! Kami bahkan lebih tua dari umurku! Apa kamu seorang Loli Legal atau semacamnya?!" Hiroaki berteriak, berdiri dan mencondongkan tubuh ke depan secara spontan.
"Gah......."
Kouta dan Rei tampak jijik mendengar kata-kata Hiroaki.
Saat itulah mereka menyadari kalau Hiroaki adalah kebalikan dari Rui yang sopan, pahlawan yang mereka kenal.
"Loli.... Legal?"
Christina dan Celia memasang ekspresi bingung, tidak memahami arti perkataannya.
[ Kami tidak akan bisa melanjutkan jika seperti ini. Perkataan tidak senonoh orang ini, yang dia buat tanpa mempertimbangkan waktu dan tempat, membuatku pusing. ]
Pikir Liselotte dalam benaknya.
Tanpa memiliki pilihan lain, Liselotte mengangkat tangannya.
"Umm....."
Perhatian semuanya tertuju pada Liselotte.
"Aku kebetulan hadir di upacara tersebut, tetapi bukankah Celia-dono telah diculik dari pernikahannya dengan Charles Arbor? Bagaimana dia bisa di sini...... kecuali kalau...?"
Liselotte terdiam dan menatap Rio dengan terengah-engah. Rio adalah pertama di lihatnya karena Liselotte telah memikirkannya yang mempunyai kemampuan untuk melewati keamanan yang ketat di tempat tersebut.
"Iya. Akulah yang menculiknya."
Kata Rio dengan jujur.
"J-Jadi begitu. Memang, jika itu kamu......"
Kata Liselotte, memahaminya.
"Amakawa-dono meminjamkan kekuatannya untuk mengurangi pengaruh dari faksi Duke Arbor."
Christina menekankan, berbicara seolah-olah dialah yang memerintahkan Rio untuk menculik Celia.
Itu adalah cerita buatan yang telah mereka diskusikan sebelumnya ketika mereka tiba di Rodania. Christina telah memastikan untuk memperingatkan Kouta dan Rei agar tidak memberitahu orang lain sebelum membuat keputusan ini. Bisa dikatakan, hal itu tidak sepenuhnya bohong.
[ Amakawa-dono meminjamkan kekuatannya untuk mengurangi pengaruh dari faksi Duke Arbor, atas permintaan dari Celia Sensei— ]
Informasi yang dihilangkan menyatakan hal itu untuk Celia, bukan untuk Christina.
Christina telah memberikan persetujuannya untuk melegalkan tindakan Rio sehingga penculikan itu tidak akan dipandang sebagai suatu masalah, namun hal itu tidak akan menghentikan siapa pun yang ingin mengkritik Rio dan Celia karena tidak mendapatkan persetujuan dari Christina pada saat tindakan itu dilakukan. Untuk menghindari hal tersebut, mereka dengan sengaja memilih kata-kata yang menyesatkan agar membuatnya seperti tindakan dari permintaan Christina sendiri.
Liselotte dan Duke Huguenot yang pintar, langsung memahami apa yang di maksud dan memasang ekspresi pengertian di wajah mereka.
"Heh.....?"
Namun, hanya reaksi Flora yang menunjukkan tanda kebingungan.
"Apa ada yang salah, Flora?"
Christina bertanya kepadanya.
"Ah, tidak bukan apa², hanya saja..... Apa kamu pernah mengenal Haruto-sama sebelumnya, Onee-sama?"
Flora melihat ekspresi Rio saat dia menanyai kakak perempuannya itu.
Christina terhenti sesaat.
"Kami tidak mengenal secara langsung, dan ada sedikit bahaya yang terlibat dalam prosesnya, jadi aku khawatir kejadian di sekitarnya itu rahasia. Aku tidak bisa memberitahumu." Katanya, menghindari pertanyaan itu.
"Aku mengerti......"
Flora mengerutkan keningnya dengan ekspresi frustrasi, saat dia menatap Christina.
Duke Huguenot memanfaatkan jeda percakapan itu untuk menatap ke arah Celia dan Rio.
"Jika aku boleh memastikan, apa kamu selalu bersama Haruto selama ini, Celia?" Dia bertanya.
"Iya. Dia juga ada saat penyerangan di Amande, dia menggunakan nama alias Cecilia. Meskipun aku sudah berusaha untuk menghindari membawanya ke depan semua orang sebanyak mungkin." Jawab Rio.
Jawaban dari Rio membuat Liselotte dan Duke melebarkan matanya karena terkejut.
"Hmm...... Ah! Benar, dia ada di sana saat itu! Tunggu, tapi warna rambutnya berbeda! Bahkan jika dia mengubah gaya rambutnya dengan mengikatnya, bagaimana dia bisa mempunyai rambut berwarna pirang?" Kata Hiroaki, menatap Celia dengan cermat.
Setelah jeda, Hiroaku menunjuk ke arahnya dengan semangat dan terus mengoceh. Kehadiran Celia di Amande tampaknya menjadi petunjuk yang membantunya untuk mengingatnya.
"Aku menggunakan semacam metode untuk mengubah warna rambutku."
"Heh...... Yah, aku sangat terkejut. Ini perubahan yang cukup dramatis." Kata Hiroaki dengan kagum.
Saat ini, gaya rambut Celia tidak diikat seperti terakhir kali dia berada di Amande — rambutnya sekarang terlihat terurai. Dikombinasikan dengan warna rambut yang berbeda dari sebelumnya, penampilan berubah cukup banyak.
"Kami sangat bingung ketika para monster menyerang Amande dan aku tidak punya pilihan selain datang ke Mansion Liselotte-san......."
Celia mengingat kembali waktu itu dan tersenyum masam.
"Aku tidak menyadarinya sama sekali..... Tapi....."
Flora berkata, dia menatap Rio seolah memahami sesuatu.
"Aku juga tidak."
Kata Roanna, mengangguk dengan takjub.
"Kamu juga tidak menyadarinya, Aria?"
Liselotte bertanya kepada Aria.
"Cukup memalukan untuk mengakuinya. Tapi, aku merasakan dejavu darinya ketika kami mengucapkan selamat tinggal.... Kami juga jarang bertemu satu sama lain di Mansion sebelumnya, dan aku tidak pernah menyangka kalau dia bisa mengubah warna rambutnya begitu alami. Jika aku memiliki lebih banyak kesempatan untuk mendengarkan suaranya, aku mungkin akan menyadarinya."
Jawab Aria, menganalisis alasan mengapa dia tidak menyadarinya.
"Begitu ya..... Karena tidak ada cara untuk mengubah warna rambut seseorang secara alami. Atau lebih tepatnya, tidak seperti yang biasanya seseorang pikirkan. Hal ini akan menjadi bentuk penyamaran yang sangat efektif yang membuat siapa pun tidak menyadari kemungkinan itu." Liselotte menoleh ke Celia dan berkata dengan sangat kagum.
"Memang. Itulah alasan kami meminta kalian merahasiakan keberadaan metode semacam ini. Karena kami berada dalam keadaan darurat, aku meminta Yang Mulia dan yang lainnya mengubah warna rambut mereka saat kami melarikan diri dari Cleia, tetapi mereka sendiri tidak tahu detail pasti dari metode tersebut." Kata Rio, menghentikan semua tindakan menggali informasi sebelum hal itu terjadi.
"Jadi begitu..... Aku memang sangat penasaran dengan itu, tapi mau bagaimana lagi. Aku akan mematuhinya."
Liselotte menyetujui dengan senyum masam. Seperti yang dia katakan, dia penasaran dengan hal itu, tapi langsung memutuskan kalau hal itu bukanlah informasi yang pantas dijadikan permintaan yang tidak masuk akal kepada Rio.
"Umm..... Haruto-sama, bisakah kamu menggunakan metode itu untuk mengubah warna rambutmu juga?"
Flora bertanya kepada Rio dengan gugup.
{ TLN : Insting Flora seram cuk wkwwk }
"Apa yang kamu katakan itu, Flora? Apa kamu tidak mendengarkannya tadi? Kita baru saja mengatakan kalai mengetahui informasi semacam itu dilarang."
Kata Christina, menghentikan Flora dengan terus terang. Wajah Flora memucat, kata-kata dari Christina membuatnya memikirkan kembali pertanyaannya itu.
"Aku minta maaf atas kekasarannya, Amakawa-dono."
Kata Christina sambil menghela napas.
"Tidak apa-apa, jangan pikirkan itu."
Kata Rio dengan senyum ramah dan menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Kita keluar dari topik utama, Amakawa-dono bisa menyelinap masik ke ruang rahasia di Mansion Count Claire karena ada Celia Sensei bersamanya..... Seperti yang saya kira kalian semua pasti sudah menyadarinya sekarang. Setelah itu, kami bisa melarikan diri dari regu pencari yang berpatroli di Mansion dan melarikan diri dari Cleia dengan bantuan dari Amakawa-dono."
Kata Christina, mengembalikan percakapan itu ke pembahasan utama.
"Heh. Jadi mengapa kalian datang ke kota berbenteng ini? Kalian sedang menuju Rodania, kan? Menurutmu Flora berada, bukan?" Hiroaki bertanya.
"Kami mengantisipasi rute terpendek dari Cleia ke Rodania akan dijaga ketat oleh regu pencari. Di tambah lagi, jika kamu menuju Rodania melalui Kerajaan Galarc, kami akan bisa lolos dari regu pencari begitu kami melintasi perbatasan. Namun, sepertinya mereka dapat menentukan rute pelarian kami melalui beberapa cara, dan mengepung kami dengan pasukan besar tepat di dekat perbatasan......."
Christina berhenti sejenak, melihat ke arah Rio, Sara, dan para gadis desa roh lainnya.
"Berkat bantuan dari Amakawa-dono dan teman-temannya, kami dapat mengalahkan musuh dan menangkap komandan mereka, Charles, dan Alfred sebagai tawanan."
"Ah, yah, aku tidak akan meragukan kekuatan Haruto saat ini, tapi kekuatannya rekan²ny? Kamu tidak sedang membicarakan tentang dua laki² yang membosankan di sana, bukan?"
Hiroaki melihat ke arah Kouta dan Rei sebelum melihat ke arah Sara, Orphia, dan Alma.
"Sepertinya kamu lihat, mereka bertiga adalah 'temanku'. Di mulai sebelah kanan, namanya Sara, lalu Orphia, dan Alma. Mereka bertiga adalah prajurit terampil yang bisa menggunakan senjata sihir."
Jawab Rio menggantikan mereka.
"Hmm......"
Hiroaki bergumam, melihat gadis-gadis itu dengan penuh minat. Sara, Orphia, dan Alma tampak sedikit tidak nyaman ketika mereka ditatap dan menghindari kontak mata dari Hiroaki itu.
"..........."
Sementara itu, Liselotte dan Duke Huguenot memiliki ekspresi kekaguman yang murni ketika mereka mendengar ada tiga pengguna pedang sihir yang hadir.
"Wow, itu sangat mengesankan. Kalian semua memiliki wajah yang cantik, tapi kalian juga bisa bertarung dengan baik." Kata Hiroaki, memuji mereka dengan minat yang kuat.
[ Semua perempuan di sekitarku telah menjalani kehidupan yang dilindungi seseorang...... Memiliki perempuan yang bisa bertarung di haremku akan sangat berharga. Hanya dengan membawa mereka, mereka bisa melindungiku. ]
Pikir Hiroaki dalam hatinya.
{ TLN : Enaknya di apain ya, mahluk satu ini }
"Terima kasih......."
Kata Sara sebagai perwakilan Orphia dan Alma.
Namun, dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu di dalam kepalnya, karena dia hampir terdengar sedikit kesal. Sementara Sara sedang merasakan hal tersebut, Duke Huguenot mengubah topik pembicaraan.
"Jadi begitu ya, bahkan Alfred-dono tidak bisa mengatasi empat pengguna senjata sihir. Aku hampir meragukan mataku saat melihat Charles dan Sword King dibawa sebagai tawanan.... Sungguh kebetulan."
Duke Huguenot tertawa. Memiliki sosok penting dari faksi musuh yang dipenjara benar-benar sesuatu yang menggembirakan baginya — cukup untuk membuatnya tertawa senang di dalam dirinya hanya karena memikirkan hal itu.
"Itu tidak benar." Kata Sara berkata dengan tiba-tiba.
"Apa maksudmu......?" Duke Huguenot bertanya dengan ekspresi terkejut yang langka.
Sara mengoreksi Duke Huguenot karena dia benci di beri pujian ketika dia tidak berkontribusi.
"Kami hanya mengalahkan pengguna senjata sihir lainnya yang hadir. Karena orang yang mengalahkan Alfred itu adalah Haruto seorang. Nyatanya, orang yang menangkap orang bernama Charles itu dan melawan 5.000 tentara yang menunggu di perbatasan adalah Haruto seorang."
"Heh......" Liselotte tersentak kaget, menutupi mulutnya dengan tangannya.
Fakta Sara dan para gadis desa roh lainnya yang bisa mengalahkan pengguna senjata sihir lainnya cukup mengesankan, tapi skala pencapaian Rio cukup besar untuk membuat mereka semua tercengang.
Duke Huguenot tidak bisa berkata-kata karena terkejut, namun sesaat kemudian dia memandang Christina dan memastikan hal itu lebih lanjut.
"Aku tidak bermaksud meragukannya, tapi apa itu benar?"
"Ya, itulh kebenaran. Amakawa-dono mengalahkan Alfred sendirian. Atau lebih tepatnya, dia melawan Shigekura Rui-sama sang Hero dan Alfred bersama-sama dalam pertarungan dua lawan satu — dan menang." Kata Christina, memberitahu kebenarannya.
"Dia melawan Hero dan Sword King yang bertarung bersama.... Dan menang?"
Sepertinya fakta itu jauh melampaui apa pun yang menyerupai akal sehat di dalam diri Duke Huguenot.
Dia membeku, kehilangan kata-katanya.
"Jadi dia menang melawan bajingan tampan dan licik itu, huh.....?" Alis Hiroaki bergerak-gerak sebagai reaksi.
[ Dia benar² orang yang menjijikan..... ]
Ramah dan sopan. Itulah kesan Rui yang mereka dapatkan dari melihatnya mengobrol dengan Rio, jadi ketika mendengar sikap berlawanan dari Hiroaki membuat Sara dan yang lainnya cukup heran. Sementara itu, Kouta dan Rei mencibir jijik atas perkataan buruk yang diberikan kepada teman baik mereka.
"Aku harap ini sudah menjelaskan segalanya kepadamu, Liselotte-san. Inilah alasan mengapa tentara kami dikerahkan begitu dekat dengan perbatasan. Meskipun tujuan mereka adalah untuk menangkapku dan mereka sekarang telah mundur, namun hal tersebut tidak mengubah fakta kalau kami telah memprovokasi Kerajaan kalian. Kami pasti telah menyebabkan masalah besar bagimu dan ayahmu. Karena itu, tolong terima permintaan maafku yang terdalam."
Kata Christina, menatap Liselotte dan menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Sangat jarang seorang putri menundukkan kepalanya pada seorang wanita bangsawan dari kerajaan lain, tetapi pengecualian yang sangat langka itu terjadi karena dia. Dia menundukkan kepalanya sebagai putri kerajaannya.
"Semuanya bukan kesalahanmu. Jadi tolong angkat kepalamu." Kata Liselotte kepada Christina dengan bingung.
Christina berhenti sesaat, lalu perlahan mengangkat kepalanya.
"Terima kasih."
Liselotte menghela napas lega.
"Selain itu, aku ingin tahu bagaimana mereka bisa mendeteksi pergerakan Yang Mulia? Jika mereka melacak kalian sejak kalian meninggalkan Cleia, maka akan ada lebih banyak kesempatan untuk menyergap kalian tanpa harus menunggu kalian mencapai perbatasan." Liselotte bertanya kepadanya.
"Alasan terbesarnya karena kami tidak punya banyak waktu. Setiap tiga hari sekali, Amakawa-dono dan teman²nya akan menggunakan senjata sihir mereka untuk meningkatkan kekuatan fisik mereka dan membawa kami saat mereka berlari, yang telah mempersingkat waktu perjalanan kami. Ketika musuh mengetahui lokasi kami, kami berada sekitar tiga hari dari perbatasan. Setelah mempertimbangkan kemampuan bertarung kami, ada kemungkinan mereka menghindari pencarian kami di sekitar hutan atau pegunungan di mana kami bisa bersembunyi."
Kata Christina, memberikan alasan logisnya.
"Memang, area perbukitan itu sangat cocok untuk pasukan bersembunyi di kaki bukit dan mengawasi pergerakan yang mendakinya. Jika mereka memiliki pasukan Griffin di udara, melarikan diri akan cukup sulit juga......." Liselotte berkata sambil berpikir, mengingat geografi daerah tersebut.
"Tapi meski hal itu diperhitungkan, mengerahkan pasukan begitu dekat dengan perbatasan adalah strategi yang terlalu berani."
"Iya. Itulah sebabnya kami yakin ada hal nekat di balik strategi itu." Christina mengangguk, lalu mengerutkan keningnya karena frustrasi.
"Berani dan licik...... Dia mungkin sombong, tapi Charles Arbor pasti komandannya."
Kata Liselotte memuji Charles.
"Aku ingin tahu tentang itu..... Ini hanya pendapat dari Amakawa-dono, tapi aku setuju dengannya — Charles mungkin telah didorong untuk mengerahkan pasukan begitu dekat dengan perbatasan oleh seorang pria bernama Reiss. Orang itu benar-benar licik, dan ada kemungkinan dia ada di belakang Charles."
Christina menyebut nama Reiss untuk pertama kalinya.
"Reiss.....? Bukankah nama itu....."
"Pria misterius yang sebelumnya muncul di hadapan Putri Flora dan Haruto saat Amande diserang, bukan? Dan juga nama duta besar Kekaisaran Proxia.....?"
Liselotte dan Duke Huguenot mengingat insiden saat Flora diculik selama kekacauan di Amande.
"Iya. Kita perlu menyelidiki Charles lebih banyak lagi, tapi orang itu kemungkinan besar adalah duta besar Kekaisaran Proxia." Kata Christina dengan pasti.
"Lucius Orgueil, kan? Orang yang menculik Putri Flora, yang juga merupakan target Haruto, dan mantan bangsawan dari Kerajaan Beltrum, dan dia juga adalah pemimpin Celestial Lion. Aku menganggap kemungkinan penculikan Putri Flora sebagai tindakan kebencian, tetapi jika dia terhubung dengan duta besar Kekaisaran Proxia dan Charles, maka ada kemungkinan faksi Duke Arbor terlibat dalam penculikan Putri Flora."
Kata Duke Huguenot, dia menyebutkan nama Lucius.
"Mungkin terlalu awal untuk memutuskan hal itu...... Namun, kami akan menginterogasi Charles terkait hal itu juga. Meskipun bisa jadi Duke Arbor-lah yang terlibat, dan Charles mungkin tidak mengetahui apapun. Kita seharusnya tidak berharap terlalu banyak."
Kata Christina sambil menghela napas berat.
[ Seperti yang dikatakan Putri Christina, kami tidak bisa terlalu banyak berharap banyak. Jika Charles tahu menahu tahu tentang Lucius, maka satu-satunya petunjuk yang tersisa adalah Reiss. Jika dia memang duta besar Kekaisaran Proxia, maka ada kemungkinan besar Lucius mempunyai hubungan dengan Kekaisaran Proxia..... ]
Rio menoleh untuk mengetahui keberadaan musuh bebuyutannya. Dia tidak bisa mengabaikan perkataan yang dibuat Reiss kalau Lucius masih hidup — dia harus menghabisinya lain kali.
"Selain itu, apa maksudmu dengan pemimpin Celestial Lion yang merupakan target Amakawa-dono?"
Kejutan besar mendatangi Christina ketika dia menatap ke arah Rio.
"Baiklah. Dia orang yang membunuh ibuku ketika aku masih kecil.''
Rio membenarkan, memberikan jawaban singkat seolah menyembunyikan perasaannya sebenarnya.
"Ah..... Begitukah....."
Christina mulai kehilangan kata²ny dan tidak bertanya apa-apa lagi. Dia mungkin telah membaca suasana di ruangan itu karena ekspresinya seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Aku ingin menanyainya tentang Lucius, jadi bolehkah aku menghadiri interogasinya juga?"
Sejak hubungannya dengan Lucius diketahui, Rio menggunakan kesempatan itu untuk membuat permintaannya.
Christina menutup matanya dan mengangguk perlahan.
"Aku mengerti. Tentu saja tidak masalah."
"Terima kasih."
Rio menundukkan kepalanya dengan hormat.
Melihat Rio dari sampingn dengan ekspresi yang sedikit bertentangan adalah Sara, Orphia, dan Alma. Mereka pasti penasaran dengan hubungan yang Rio miliki dengan Lucius. Flora memiliki ekspresi serupa di wajahnya saat dia melihat Rio.
Christina sepertinya memperhatikan ekspresi Flora, tetapi bertingkah seperti dia tidak melihatnya ketika dia melihat ke sekeliling mereka.
"Apa ada pertanyaan lagi?"
"Ah, benar. Sara bilang sesuatu seperti Haruto telah mengalahkan 5.000 tentara, tetapi aku tidak begitu mengerti. Akan menjadi hal lain dia adalah seorang Hero yang memiliki senjata suci sepertiku..... Jadi, jika dia melawan Alfred dan si brengsek, Rui itu, dia tidak mungkin bisa mengalahkan 5.000 orang pada saat yang sama, kan? Aku ingin tahu tentang bagaimana sebenarnya pertarungan itu terjadi."
Hiroaki memandang Sara dan bertanya tentang pertarungan Rio.
"5.000 tentara itu bertindak sebagai dindinh manusia di depan perbatasan. Mereka hanya menonton dengan tenang ketika Amakawa-dono bertarung dengan Alfred dan Rui-sama. Ketika mereka melihat keduanya di dorong mundur, mereka tahu kalau mereka tidak akan bisa menang melawan Amakawa-dono, bahkan sebagai kelompok yang terdiri dari 5.000 orang. Dia begitu menakutkan untuk dilihat......."
Christina mulai berbicara tentang pertarungan sebelumnya yang dia saksikan, memaksa berbagai emosi yang berputar-putar di dirinya. Dia menjelaskan situasi saat itu dengan fasih.
"Setelah Alfred dan Rui-sama dikalahkan oleh Amakawa-dono, tidak satu pun dari 5.000 tentara itu melangkah maju untuk melindungi Charles, yang dibawa sebagai tawanan di tengah-tengah mereka. Mereka hanya melihat komandan mereka diseret di depan mereka."
"Oi, Oi, apa para tentara itu tidak kompeten? Musuh mereka menyerang tepat di tengah-tengah formasi mereka, bukan? Hal itu bukanlah permainan panggung yang beranggaran rendah, jika mereka semua menyerang sekaligus, mereka dapat membunuhnya. Pasti ada seseorang yang berpikir seperti itu — Tch, jika aku adalah komandan, aku akan memerintahkan mereka. Oh, mungkinkah komandan mereka-lah yang tidak kompeten?" Hiroaki mengeluh, sepertinya tidak senang dengan kenyataan ini.
"Para tentara yang ada di sana secara naluriah mengerti kalau mereka bukanlah tandingan Amakawa-dono. Bahkan aku merasa takut padanya saat itu, meski dia adalah sekutuku — jadi aku yakin apa yang para tentara itu rasakan tidak bisa dibandingkan denganku. Hanya mereka yang ada di sana yang tahu seperti apa rasa menakutkan yang membuat tubuhku menggigil itu. Mungkin terdengar seperti kisah heroik yang didramatisasi bagi mereka yang tidak ada di sana, tapi itulah kebenarannya."
Tidak ada yang ingin mati. Tidak ada yang akan melawan seseorang dalam pertempuran yang mereka tahu akan berakhir dengan kematian yang tidak berarti.
Mereka yang melakukannya entah sudah pasrah, gila, atau benar-benar bodoh. Christina mempertahankan wajah yang sangat serius ketika dia berbicara dengan Hiroaki.
[ Ah, aku sudah lama memikirkan hal ini, tetapi bukankah orang ini terlalu menonjol? Dia selalu ada di mana pun aku pergi, merebut semua pencapaian yang harusnya aku dapat. ]
[ Dia memainkan peran yang lebih besar daripada Hero, dan sekarang reputasinya akan meningkat lagi? Di depan Liselotte juga? Ditambah lagi, dia selalu di kelilingi perempuan yang berbeda dengannya setiap kali aku melihatnya...... Jangan bilang kalau mereka semua miliknya, selain Christina dan para Ksatria perempuan ini? Tch...... Benar-benar pengganggu. ]
{ TLN : Satu kata, sasuga wkkwkwk }
Hiroaki mencengkeram dengan kesal dadanya saat dia melihat secara berurutan dari Rio ke gadis-gadis yang duduk di seberangnya. Dia tidak menyukai kalau fokas dari percakapan itu bukan tentang dirinya — sang Hero — melainkan hanya seorang Ksatria biasa.
"Kamu pasti mempunyai masalah besar karena melakukan itu. Sama halnya dengan Hero. Tidak, karena kamu mengalahkan si brengsek itu, kamu pasti merasa lebih hebat dari Hero, benar? Yah, itu jika saja si brengsek itu menggunakan senjata sucinya dengan kekuatan penuh. Tapi tetap saja, itu mengesankan."
Hiroaki sepertinya tahu kalau jika dia benar-benar menyangkal pencapaian ini, reputasinya sendiri akan terpengaruh. Sebaliknya, dia dengan enggan menerima prestasi Rio.
"Ya, aku pikir itu adalah pencapaian yang sangat hebat." Berbeda dengan Hiroaki, Liselotte memberikan rasa kekagumannya tanpa maksud tersembunyi.
"Aku merasa terhormat mendengarnya." Jawab Rio, menundukkan kepalanya ke arah mereka berdua.
"Pada dasarnya itu adalah cerita tentang bagaimana kami bisa tiba di sini, tetapi ada beberapa detail yang sengaja aku hilangkan. Aku juga ingin bertukar informasi dengan benar demi hubungan kami dengan Kerajaan Galarc, jadi maukah kamu membahasnya lebih banyak, Liselotte-san?" Christina bertanya.
"Tentu. Aku juga harus melaporkannya kepada Raja Francois dan Ayah." Kata Liselotte, mengangguk pelan.
Maka, Christina mulai membagikan informasi yang dia miliki.
◇◇◇◇
Sekitar satu jam kemudian......
"Mari akhiri pembicaraannya di sini. Apa yang harus kita lakukan setelah ini.....?" Christina melihat sekeliling ke semua yang ada di ruangan itu.
"Matahari sudah terbenam, jadi akan sulit menuju Amande hari ini. Bagaimana kalau kalian semua menginap di sini malam ini? Akan memakan waktu cukup lama untuk menyiapkan makan malam, jadi jika kamu ingin menanyai para tawanan itu, kamu bisa menggunakan ruang interogasi. Jadi apa yang ingin kamu lakukan?" Liselotte bertanya.
"Alfred dan Charles bisa kita interogasi nanti. Karena jika kita terburu-buru dan melakukannya secara sembarangan, hal itu akan menjadi masalah jika mereka masih dalam mempunyai ketenangan. Biarkan saja mereka tinggal di penjara bawah tanah hari ini. Jika harga diri Charles terluka, dia mungkin akan lebih terbuka untuk berbicara." Kata Christina, dengan mempertimbangkan kepribadian Charles.
Christina ingin memprovokasinya dengan menunda interogasinya dan menunjukkan kalai dia adalah prioritas rendah di dugaannya. Jika dia tetap menolak untuk berbicara, Christina akan terus mengabaikannya sampai kelelahan mentalnya menumpuk pada dirinya.
Liselotte memahami maksud dari Christina.
"Baiklah. Aku akan mengatur agar mereka berdua diberi makanan minimal dan tidak mendapat informasi apa pun."
"Terima kasih."
"Sama-sama. Sekarang diskusi kits sudah selesai di sini, luangkan waktu kalian untuk bersantai di sini sampai makan malam tiba. Aku akan menyiapkan kamar untuk kalian — meskipun mungkin bukan yang paling baik. Apa kalian memiliki permintaan terkait dengan fasilitasnya?" Liselotte bertanya.
Flora memandang Christina.
"Umm, bolehkah aku tinggal di kamarmu malam ini?"
Dia bertanya dengan agak malu-malu.
"Tentu, aku tidak keberatan."
Christina mengangguk dengan senyum lembut.
"Kalau begitu aku akan menyiapkan satu kamar untuk kalian berdua. Aku juga akan memberikan Vanessa di kamar yang bersebelahan bersama kalian, agar lebih mudah berjaga-jaga." Kata Liselotte, melihat kedua saudara perempuan itu dengan ekspresi hangat.
Vanessa menundukkan kepalanya.
"Terima kasih."
"Kalau begitu, bisakah kamu tinggal di kamar yang sama juga? Ada beberapa hal yang perlu kami bicarakan satu sama lain."
Sara mengangkat tangannya dan berkata, menatap Alma dan Orphia yang duduk di sampingnya.
"Baik. Kalau begitu..... Bagaimana dengan kamar yang berisi empat orang untuk Sara-dono, Orphia-dono, Alma-dono dan Celia-dono?"
Kata Liselotte, menyarankan tempat untuk empat orang.
"Apa tidak masalah, Celia-san?"
Sara bertanya untuk memastikannya.
"Ya, aku tidak keberatan dengan itu." Kata Celia.
"Jika tidak ada lagi yang memiliki permintaan, kalian akan diberi satu kamar untuk satu orang. Apa itu tidak masalah?" Kata Liselotte, memastikan yang lainnya
"Ya, aku tidak masalah dengan itu."
"Aku juga."
Duke Huguenot dan Rio menjawab lebih dulu.
"Kami juga setuju dengan itu."
"Ya."
Rei dan Kouta bertukar tatapan sebelum menjawab.
Roanna ragu sesaat sebelum menjawab, mungkin karena rasa kepeduliannya terhadap Hero – Hiroaki – dan kedua saudara perempuan dari Kerajaannya yaitu Christina dan Flora.
"Aku akan puas jika kamarku bisa dekat dengan Hiroaki-sama dan Yang Mulia........"
Saat ini, Roanna melayani sebagai pendukung dari Flora dan Hiroaki, tetapi dengan adanya kehadarian Christina sekarang, dia harus menunjukkan lebih banyak pertimbangan.
Hiroaki menatap mata Roanna dan mengangkat bahunya.
"Aku tidak keberatan."
"Kalau begitu aku akan menunjukkan jalannya."
Kata Liselotte, berdiri dan berjalan menuju pintu. Yang lainnya mulai berdiri dan mengikuti dari belakang. Aria pergi ke depan untuk membuka pintu, ketika—
"Maaf, Liselotte-sama." Kata Celia.
"Ya, ada apa?"
"Bolehkah aku meminta izinmu untuk berbicara dengan Aria sebentar?"
"Tentu. Aku akan menyuruh Aria setelah Sara-dono dan yang lainnya ada waktu untuk berbicara, tapi apa kamu ingin mengobrol dengannya sekarang?"
Liselotte menjawab dengan riang.
"Kami selalu bisa mengobrol di malam hari, jadi silakan, Celia-sana." Kata Sara, Orphia dan Alma mengangguk setuju.
"Terima kasih..... Kalau begitu aku akan menerima tawaranmu, jika kamu tidak keberatan?"
Celia bertanya pada Liselotte.
"Baiklah. Kamu bixa tinggal di ruangan ini dan menggunakannya. Aria, kamu dibebas tugaskan untuk sisa hari ini. Luangkan waktumu dan bersantailah dengan Celia-dono."
"Terima kasih banyak." Kata Aria dengan senyum tipis.
"Cosette, Natalie."
Liselotte memanggil kedua pelayannya yang sedang menunggu di luar.
"Apa kamu membutuhkan sesuatu, Liselotte-sama?"
Natalie menanggapi dengan hormat.
Sementara itu, Cosette dengan santai berusaha menatap Rio, dia tersenyum manis begitu memandangnya seolah-olah berkata
"Lama tidak bertemu, Haruto-sama."
Rio memberikan senyuman singkat dan mengangguk pelan sebagai jawaban.
{ TLN : Masih genit aja ini Cosette wkwkkw }
"Tunjukkan mereka yang dari Restorasi dan kedua anak laki-laki itu ke kamar mereka. Putri Christina dan Putri Flora berada di kamar yang sama. Tempatkan semua orang di kamar yang bersebelahan."
"Baik."
Natalie dan Cosette sama-sama menundukkan kepalanya.
"Chloe, kawal teman-teman Haruto-dono ke kamar mereka. Mereka akan menggunakan kamar untuk empat orang, bersama dengan Celia-dono."
Kata Liselotte kepada Chloe, yang menunggu di dekatnya.
"Baik, Liselotte-sama." Chloe mengangguk.
Begitu Liselotte memerintahkan itu, dia menoleh ke Rio di belakangnya.
"Haruto-dono, maaf membuatmu sibuk seperti ini, tapi......"
"Apa itu?" Rio bertanya dengan ekspresi bingung.
"Sebelum aku mengantarmu ke kamarmu, bolehkah aku meminta waktumu sedikit lama? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." Kata Liselotte.
"Tentu. Aku juga memikirkan hal yang sama, jadi dengan senang hati aku menerimanya."
Jawab Rio segera, menerima percakapan pribadi itu dengan mudah.
Hiroaki memperhatikan mereka dari samping dengan ekspresi tidak senang.
[ Hah? Mereka berdua mengabaikanku untuk kabur dan berduaan.....? ]
Karena Hiroaki telah berusaha keras untuk mampir dan mengunjungi Liselotte. Apa Liselotte lebih memprioritaskan seorang Ksatria yang baru dipromosikan daripada seorang Hero sepertinya?
Bisa dibilang, ada gadis lain menarik perhatiannya sekarang— Yaitu kelompok Sara. Dia sedikit tidak puas dengan kenyataan kalau Rio-lah yang membawa mereka, tapi ketiganya diberkati dengan penampilan yang setara dengan Liselotte.
Mereka bertiga sangat menarik, akan bohong jika dia mengatakan kalau dirinya tidak tertarik untuk mengenal mereka. Bahkan selama diskusi sebelumnya, dia terus melirik ke arah mereka karena penasaran. Atau lebih tepatnya, dia tidak memiliki minat khusus dalam diskusi tersebut, jadi di tengah-tengah pembicaraan dia terus menatap mereka.
Karena mereka-lah, Hiroaki memutuskan akan menutup mata terhadap pertemuan pribadi antara Liselotte dan Haruto dan sebagai gantinya menggunakan kesempatan ini untuk mengajak mereka bertiga minum teh saat Rio sedang sibuk.
"Mmm. Ah, apa yang harus aku lakukan sekarang? Tidak ada yang bisa dilakukan begitu aku kembali ke kamarku.... Menjadi seorang Hero memang membosankan." Tiba-tiba Hiroaki mulai berbicara, mengeluh tentang dirinya.
Tidak jelas dengan siapa dia berbicara — atau apakah dia hanya berbicara sendiri —Tapi nadanya sangat dilebih-lebihkan.
Bagian yang paling dia tekankan adalah fakta kalau dia bebas, dan juga fakta kalau dia adalah seorang Hero. Itu adalah skema pencarian perhatian untuk memikat siapa pun yang memiliki minat pada Hero — paling efektif bila digunakan melawan putri bangsawan.
Mereka biasanya mengerumuni Hiroaki bahkan tanpa diundang, itulah sebabnya Hiroaki mempunyai kemampuan dalam pihak penerima dan tidak memiliki pengalaman di pihak yang mengundang.
"..........?"
Saat ini, baik Sara, Orphia, maupun Alma tidak tertarik dengan Hero. Mereka melihat cara aneh yang Hiroaki lakukan dengan berdehem dan berkata aneh, mereka hanya sedikit heran dengan itu, tetapi kemudian mengabaikan kata-katanya dan berbicara kepada pemandu mereka, Chloe, sebagai gantinya.
"Tolong tunjukkan kamarnya kepada kami?"
{ TLN : wkwkwkwk malu banget pasti tuh }
"Ah, iya. Tolong, lewat sini."
Chloe juga tampaknya menganggap tindakan Hiroaki yang tiba-tiba itu aneh, saat dia tersadar kembali saat mendengar suara Sara dan melanjutkan tugasnya.
"Pfftt......."
Itu pasti sesuatu yang tampak lucu bagi Cosette, yang hampir tidak bisa menahan tawanya. Namun, seperti yang diharapkan untuk pelayan Liselotte, dia secara alami memalingkan wajahnya sehingga Hiroaki dan yang lainnya tidak akan melihatnya.
"Apa kamu bodoh?"
Natalie berbisik ke telinga Cosette.
"Kami akan istirahat dulu, Haruto."
Kata Sara kepada Rio dengan ramah saat mereka bertiga pergi.
"Ya."
"Datanglah ke kamar kami setelah urusanmu selesai."
Kata Orphia.
"Oke."
"Kami akan menunggumu." Kata Alma.
"Aku harap kalian beristirahat dengan baik."
Jawab Rio kepada mereka saat dia melihat ketiganya pergi. Dia kemudian berbalik untuk berbicara kepada Celia sebelum pergi.
"Selamat menikmati reunimu dengan Aria-san, Celia."
[ .......Celia? ]
Karena Rio memanggil nama Celia tanpa sebutan gelar atau semacam, mereka yang tidak ikutdalam perjalanan ke sini, semuanya tampak terkejut. Hal itu masuk akal, karena belum ada kesempatan bagi mereka untuk memanggil satu sama lain dengan nama mereka selama diskusi sebelumnya. Flora sangat terkejut, berkedip berulang kali dan membeku kaku.
"Ya. Sampai jumpa nanti."
Jawab Celia dengan senyum lembut, setelah itu Rio mengangguk dengan senang.
"Kami permisi dulu. Jika kalian membutuhkan sesuatu, silakan tanyakan pada salah satu pelayanku. Haruto-sama, tolong lewat sini." Liselotte mengangguk kepada Christina dan kelompok Duke Huguenot sebelum memanggil Rio untuk pergi bersamanya.
"Permisi." Kata Rio, ikut pergi bersama Liselotte.
[ Oh, jadi begitu..... ]
[ Yah, aku memang mempunyai rasa kecurigaan yang samar-samar kalau inilah masalahnya. Jadi ini yang dia memaksudkan ini kepada kami. Aku tidak tahu apakah mereka benar-benar berpacaran, namun ada laki² lain yang mengganggu lagi, sudah cukup untuk membuatku marah. Ini memang menyebalkan. Ah, dan itu juga informasi yang tidak perlu, sungguh deh, aku tidak ingin mengetahuinya. Sungguh mengecewakan...... ]
Perkataan Rio barusan yang memanggil nama Celia secara langsung sudah seperti kode keras dan sangat dingin untuk Hiroaki. Dia juga sangat sedih dalam pikirannya, dia menggertakkan giginya saat mulutnya menggerutu.
[ Bagaimana jika Liselotte juga mulai menunjukkan ketertarikan kepada juga? Apa memangnya yang harus mereka bicarakan berduaan? Berjalan berduaan seperti itu seperti mereka sedang pamer...... ]
Dengan jumlah kebencian yang didapat atas kesalahpahaman, Hiroaki memelototi punggung Rio. Dia menghindari berinteraksi dengan Rio sampai sekarang, karena sulit baginya untuk menang.
[ Aku mungkin perlu mempertimbangkan cara untuk mempertanyakan reputasinya. ]
Pikir Hiroaki........
Tepat saat dia memikirkan itu, seseorang yang telah mengamatinya tanpa dia sadari membuka mulutnya. Orang itu adalah Christina.
"Bagaimana kalau kita pergi juga?"
Christina bertanya dengan pura-pura tidak melihatnya.
"Ya..... Roanna." Duke Huguenot segera menjawab.
Pada saat-saat seperti ini, Roanna adalah orang yang paling tepat dalam menghibur Hiroaki. Merasakan Hiroaki dalam suasana hati yang buruk, Duke Huguenot memintanya untuk menenangkannya.
Roanna diam-diam mendekat ke Hiroaki dan menyentuhnya, berbicara kepadanya dari jarak dekat.
"Ya. Ayo kita pergi, Hiroaki-sama."
Ketika Hiroaki merasakan Roanna kehangatan melalui pakaiannya, perhatiannya beralih ke Roanna.
[ Roanna benar-benar hebat dalam hal-hal seperti ini. Tapi, Liselotte..... Sayang sekali. Dia bertingkah seperti godaan. ]
Hiroaki telah berusaha keras untuk mengunjunginya, namun Liselotte tidak akan memprioritaskannya. Merasakan tidak senang dengan ini, Hiroaki menghela napas lelah seolah dia sedang mengeluarkan semua amarahnya.
"Ah, baiklah. Tidak ada yang bisa aku lakukan sekarang dan aku merasa sedikit lelah. Mari bersantai bersama di kamarku. Flora dan..... Christina? Apa yang akan kalian berdua lakukan?"
Hiroaki tampaknya dalam suasana hati yang lebih baik sekarang, saat dia tersenyum sambil melingkarkan lengannya di bahu Roanna sebelum berpaling ke arah Flora dan Christina untuk mengundang mereka. Jeda singkat sebelum memanggil nama Christina mungkin karena dia tidak yakin dengan status hubungan mereka.
"Apa yang akan kamu lakukan, Onee-sama?"
Flora bertanya, mengamati reaksi Christina.
"Aku punya urusan kecil yang ingin aku diskusikan dengan Duke Huguenot, jadi kalian duluan saja. Aku akan mampir setelah selesai. Apa tidak masalah?"
Kata Christina sambil tersenyum kepada Hiroaki dengan anggun.
"Baiklah, aku juga yakin kamu memiliki lebih banyak informasi yang ingin kamu bagikan sekarang setelah kalian bertemu. Aku tidak keberatan dengan itu. Tapi aku juga ingin bicara denganmu, jadi usahakan lebih cepat daripada menunda-nundanya."
Kata Hiroaki, mengangguk dengan puas, menunjukkan betapa murah hati dirinya.
Sekarang setelah Christina bergabung dengan Restorasi, dia ada di pihaknya dan wajar saja baginya untuk lebih memprioritaskan Hiroaki.
Mempertimbangkan hal itu, perhatiannya lebih terfokus kepada kelompok Liselotte dan Sara, yang tidak Hiroaki ketahui kapan dia bisa punya kesempatan lagi untuk berbicara dengan mereka lagi, dan senyuman Christina barusan menyentuh hatinya yang paling dalam.
"Tentu." Christina mengangguk ramah.
[ Bagus. Dia mempunyai kepribadian yang sedikit berbeda dari adik perempuannya. Dia lebih terlihat seperti mawar berduri, tapi itu tidak buruk juga. Semoga kami bisa segera mengobrol. ]
Hiroaki berkata dalam dirinya dengan semangat. Berkat hal itu, dia bisa membuat Rio keluar dari pikirannya untuk saat ini.
"Kalau begitu, aku akan meminta Roanna dan Flora untuk menenangkan kebosananku dengan beberapa percakapan dulu." Kata Hiroaki, menenangkan dirinya.
"Jika kalian ingin berdiskusi, kalian bisa menggunakan ruang tamu terbuka di sana."
Kata Natalie, menyarankan kepada Christina dan Duke Huguenot.
Sepertinya ruang pertemuan yang mereka gunakan sampai sekarang berada tepat di samping ruangan yang lain, di depan pintu lainnya terhubung ke arah dapur.
"Terima kasih atas pertimbangannya. Dengan senang hati, kami akan menerimanya."
Kata Christina hangat. Keanggunannya cukup untuk mempesona bahkan untuk sesama perempuan.
"Kalau begitu aku akan menyiapkan teh dan makanan ringan untuk kalian. Cosette, tolong tunjukkan mereka jalannya." Natalie mempercayakan Hiroaki dan yang lainnya kepada Cosette sebelum menuju ke ruang pertemuan terlebih dahulu.
"Tentu, tidak masalah."
Kata Cosette, kemudian Natalie pergi.
"Sampai jumpa nanti, Onee-sama."
Kata Flora dengan enggan membiarkan Christina pergi.
"Yang Mulia, kata-kataku tidak bisa menggambarkan betapa terhormatnya aku bisa berada di hadapanmu sekali lagi. Aku sangat menantikan kesempatan berikutnya untuk berbicara bersama."
Roanna menundukkan kepalanya dengan rendah, mengungkapkan rasa hormatnya kepada Christina.
"Kamu telah mendukung Flora dengan sangat baik. Tolong beritahu aku tentang semua yang terjadi saat aku tidak ada nanti."
"Tentu, dengan senang hati aku akan melakukannya."
Jawab Roanna, senang menerima pujian dari Christina.
Kemudian, Roanna menoleh ke arah Celia.
"Celia Sensei, aku juga sangat senang bisa bertemumu lagi. Aku harap kita juga bisa mengobrol lebih banyak nanti."
"Ya, lama tidak bertemu, Roanna. Aku juga senang bisa bertemu denganmu lagi. Dan Putri Flora, lama tidak bertemu." Jawab Celia dengan ekspresi berseri-seri.
"Ya, Celia Sensei. Dan, umm, yah....."
Flora menjawab Celia dengan tersenyum sekilas, terangkut pada kata²nya seolah dia sedang mencari kata yang tepat. Daripada ingin melihat reaksi Celia, dia lebih seperti ingin menanyakan sesuatu.
"Hmm.....?"
Celia sepertinya menyadarinya dan membuat ekspresi penasaran.
"Ayo kita pergi."
Hiroaki mendorong mereka untuk bergerak, memotong percakapan Flora.
Flora mengakhiri percakapan itu dengan ekspresi sedih.
"Oke..... Tolong ceritakan ceritamu nanti, Celia Sensei."
"Tolong antar kami Cosette..... Namamu Cosette, bukan?" Hiroaki memanggil nama Cosette seolah dia harus mengingat namanya.
Namun pada kenyataannya, para pelayan Liselotte telah menarik perhatiannya sebagai perempuan kepas atas, jadi dia telah menghafal semua nama dan wajah mereka. Jadi, dia hanya berpura-pura harus mengingatnya karena rasa malu yang tak terlukiskan yang dia rasakan.
"Merupakan suatu kehormatan bagi pelayan sepertiku untuk bisa di ingat olehmu. Silakan, lewat sini."
Cosette tersenyum ramah, dan segera mulai memimpin mereka tanpa pembicaraan kosong. Hiroaki menatap punggungnya sambil berkata pada dirinya sendiri.
[ Hmm, pelayan Liselotte benar-benar memiliki profesionalisme yang tinggi. ]
Bahkan ketika Hiroaki memuji mereka, mereka tampak senang namun segera menghindarinya dengan anggun, dan tidak pernah terpikat karena usahanya untuk menarik perhatian mereka. Dia mengira itu karena mereka sedang bertugas, tetapi berkat itu juga, dia tidak punya kesempatan sama sekali untuk mengumpulkan informasi pribadi apa pun dari mereka.
Karena para pelayan itu menolaknya atas nama pekerjaan mereka, para pelayan itu tidak cocok dengan gaya Hiroaki dalam memberi undangan.
Yang berarti Hiroaki harus secara aktif berusaha untuk berinteraksi dengan mereka, tetapi dia benci jika orang lain menyadari kalau sebenarnya dia secara sepihak mencoba untuk mendapatkan hal yang baik saja dengan menunggu seseorang yang terpikat padanya. Dia harus berada di posisi superior setiap saat, itulah sebabnya Hiroaki menjadi pasif dalam menunggu ajakan dari seorang perempuan.
[ Kalau saja aku bisa memenangkan hati Liselotte, maka pelayannya akan datang sebagai bonus. ]
Pikir Hiroaki saat dia berjalan mengikuti Cosette, dan terus mengawasinya.
Ketika dia sedang memikirkannya, keberadaan Liselotte benar-benar sangat menarik. Mengingat kalau Liselotte sedang bersama dengan Haruto saat ini, membuat kebenciannya muncul kembali, namun......
[ Tunggu sebentar...... Mungkinkah perilaku Liselotte juga disebabkan oleh pola pikir profesional seperti para pelayannya? Mungkinkah dia tidak ingin melibatkan perasaan pribadinya saat mengobrol denganku ketika dia sedang bekerja...... ]
Pikiran seperti itu tiba-tiba muncul di benak Hiroaki. Bukannya tidak mungkin, mengingat betapa fokusnya para pelayannya saat mereka bertugas.
[ Ah..... ]
Langkah kaki Hiroaki terhenti.
Roanna segera berhenti juga, menatap wajah Hiroaki di sampingnya.
"Hiroaki-sama?"
"Tidak, bukan apa-apa."
Kata Hiroaki menggelengkan kepalanya dan mulai berjalan lagi. Di belakangnya, Roanna dan Flora, lalu Kouta dan Rei mengikutinya.
Christina yang telah mengawasi punggung Flora saat dia pergi, tapi kemudian dia berbicara kepada Celia saat dia mulai memasuki ruangan lain.
"Kalau begitu, kami akan masuk ke dalam duluan. Sampai nanti, Celia Sensei."
Dengan begitu hanya meninggalkan Celia dan Aria sebagai satu-satunya orang yang tersisa.
"Silakan duluan."
Aria mengundang Celia ke dalam ruangan itu dengan sikap seperti seorang pelayan.
"Mou, ada apa denganmu? Sekarang hanya tinggal kita berdua, jadi kamu tidak perlu bersikap seperti pelayan."
Kata Celia dengan sedikit gelisah.
"Hehe. Sekarang, ayo kita masuk. Aku akan menyiapkan teh."
Aria menunjukkan sekilas senyum lembut yang langka dan memasuki ruangan bersama Celia.
◇◇◇◇
Sementara itu, Rio telah sampai di ruangan yang ditunjukkan oleh Liselotte.
"Aku harap kamu tidak keberatan jika kita menggunakan ruangan tempat di mana aku tinggal. Silakan, masuk ke dalam." Kata Liselotte, membuka pintu ruangan itu dan mengundang Rio ke dalam terlebih dahulu.
[ Apa tidak masalah bagi seorang laki-laki sepertiku untuk memasuki kamar seorang perempuan bangsawan seperti ini? Dia juga tidak memiliki pengawal di sekitarnya..... ]
Pernah ada situasi di mana mereka bertemu satu sama lain di ruangan yang sama sebelumnya, tapi Rio masih belum terlalu mengerti dengan etiket wanita bangsawan. Namun, karena Liselotte tampaknya tidak terlalu memikirkannya, Rio mungkin terlalu banyak memikirkannya. Terlebih lagi, fakta kalau mereka sedang berduaan sekarang adalah bukti kepercayaan Liselotte kepadanya.
Akan aneh baginya untuk terlalu lama ragu², jadi Rio menjawab kepercayaan Liselotte dengan menundukkan kepalanya sedikit sebelum memasuki ruangan.
"Permisi."
Ruangan itu seperti apartemen studio dengan adanya dapur, tempat tidur, lemari pakaian, meja, dan kursi untuk diduduki.
"Aku akan menyiapkan teh untukmu. Maaf karena ruangannya agak sempit, tapi silakan duduk."
Liselotte menarik kursi di ujung meja dan menawarkannya kepada Rio.
"Terima kasih banyak." Kata Rio, setelah dia duduk.
"Tentu, tidak masalah."
Kata Liselotte dengan senang, berdiri di dapur di belakang Rio Dia mulai menyiapkan teh dengan gerakan terampil.
"Entah kenapa, rasanya agak aneh....."
Pikir Rio ketika dia melihat punggung Liselotte.
Liselotte memiliki citra yang kuat sebagai seorang wanita bangsawan, jadi ketika Rio melihatnya sedang menuangkan teh agak sikap yang sangat familiar.
"Apa kamu sering menyiapkan teh sendiri?"
Rio bertanya kepadanya saat Liselotte sedang memanaskan air dengan artefak sihir.
"Ya, setiap kali aku sedang sendirian. Aku jarang menyiapkannya untuk seseorang, jadi aku hanya bisa berharap kalau teh ini cukup baik."
Kata Liselotte dengan malu², pipinya agak memerah.
"Karena ini adalah teh yang dibuatkan olehmu. Aku akan sangat menantikannya."
Kata Rio, sedikit tertawa.
"Mou, jangan menggodaku begitu."
Setelah itu, mereka mengobrol dengan santai sampai Liselotte selesai dan dia kembali dengan nampan yang dibawanya. Tehnya masih perlu di masak sebentar, jadi mereka tidak bisa langsung menuangkannya.
"Baiklah, mari kita kembali ke urusan utama — tapi sebelumnya, aku ingin berterima kasih karena kamu telah datang ke sini." Kata Liselotte, menundukkan kepalanya kepada Rio sebagai pembuka.
"Tidak, akulah yang harusnya berterima kasih."
Kata Rio, menundukkan kepalanya ke arah Liselotte.
"Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku ingin membicarakan hal-hal yang hanya ingin kubicarakan denganmu...... Meskipun itu lebih merupakan seperti permintaan dari Satsuki-san."
"Dari Satsuki-san?" Liselotte berkedip.
"Benar. Ini tentang topik makanan jepang yang muncul saat perjamuan sebelumnya, jika kamu ingat. Secara alami, makanan akan terasa lebih enak jika kita semua makan bersama, jadi aku ingin mengundangmu, karena kamu hadir pada saat itu."
"Dengan senang hati, aku menerimanya."
Jika Liselotte telah berada di ibukota sebelum bertemu Rio di sini, dia mungkin telah bertemu Satsuki dan sudah mengetahui hal itu, tapi sepertinya bukan karena itu alasan kenapa Liselotte tersenyum bahagia saat ini.
"Masalahnya adalah kapan, di mana, dan siapa yang akan diundang......"
Rio, Liselotte, Satsuki. Ketiganya biasanya berada di lokasi berbeda, sehingga agak sulit untuk membuat rencana. Tidak ada cara untuk berkomunikasi yang nyaman seperti saat di jepang modern di mana mereka bisa menelepon atau mengirim sms.
Meskipun ada artefak sihir yang mampu melakukan transmisi jarak jauh, namun informasinya akan bocor secara terbuka ke orang lain dengan artefak yang sama dalam jangkauan transmisi tersebut, jadi artefak tersebut tidak bisa digunakan untuk urusan pribadi.
Menggunakan semacam kode memang ada, tetapi komunikasi dengan cara tersebut sangat terbatas kepada mereka yang hanya mengetahui kode tersebut, dan ada risiko pesan itu bisa diterjemahkan. Informasi yang sangat rahasia selalu harus disampaikan dari mulut ke mulut — ini adalah pengetahuan umum.
Jika orang² penting mengadakan undangan makan malam yang menampilkan masakan yang tidak biasa, tidak aneh jika banyak bangsawan tersebut untuk mendengarnya dan meminta partisipasi mereka.
"Artinya perencanaan harus dilakukan secara pribadi."
Kata Liselotte, segera menebak maksudnya.
"Iya. Aku tidak ingin pertemuan itu terlalu besar, karena akan sulit untuk menikmati rasa nostalgia ketika kita khawatir jika ada yang mengawasi kita."
"Aku sangat setuju dengan itu."
Kata Liselotte, mengangguk tegas.
Ini adalah kesempatannya untuk menikmati makanan yang belum pernah dia rasakan dari kehidupannya sebelumnya — dia ingin menikmati dengan puas tanpa mengkhawatirkan sekelilingnya.
"Yang paling pasti, Satsuki-san dan Miharu-san akan dimasukkan ke dalam undangan ini. Apa ada orang lain yang ingin kamu undang juga?" Rio bertanya kepadanya tentang siapa yang akan dia undang.
"Hmm...... Tidak ada seorang pun yang secara khusus ingin aku ajak dari kenalanku..... Tapi aku ingin lebih banyak mengobrol dengan teman²mu. Terutama Celia-san dan Aishia-san. Mereka sudah banyak membantuku selama penyerangan di Amande, namun aku hampir tidak pernah berbicara dengan mereka sama sekali."
"Celia dan Aishia....... Apa itu termasuk Sara dan yang lainnya juga?"
"Iya. Aku yakin Satsuki-san juga ingin bertemu dengan mereka juga, jika mereka juga teman Miharu.... Dan kalau memungkinkan, aku ingin bertemu dengan anak perempuan yang selalu naik bus yang sama denganku di kehidupan sebelumnya." Kata Liselotte, memintanya.
[ Satsuki sebenarnya sudah bertemu dengan mereka semua, ketika kami menyelinap keluar dari Kastil saat kami berada di sana untuk perjamuan. Yang tersisa berarti hanya Latifa, tapi...... ]
Rio berutang banyak kepada Liselotte, dan setidaknya mereka sudah berteman sekarang. Dia akan merasa tidak enak jika hanya Liselotte yang tidak memgetahui tentang fakta itu selama perjamuan sebelumnya.
Terlebih lagi, dia akan merasa bersalah karena membuat para gadis dari desa roh bertindak seperti mereka baru saja bertemu dengan Liselotte untuk pertama kalinya. Mungkin akan lebih baik dia menjelaskan banyak hal nanti.
Namun, masalah yang muncul di dalam benak Rio adalah Latifa. Dia masih tidak yakin, tapi ada kemungkinan kuat orang yang mengirim Latifa untuk membunuh Rio bertahun-tahun yang lalu adalah Duke Huguenot. Memasuki tempat itu mungkin memunculkan kenangan trauma untuk Latifa, jadi dia sengaja menghindari topik itu sejak datang ke wilayah Strahl dan juga tentang Duke Huguenot.
Sampai sekarang, Latifa lebih banyak tinggal di dalam rumah batu dan tidak pernah dibawa ke dalam acara yang melibatkan para bangsawan, tapi—
[ Hal ini mungkin akan menjadi kesempatan bagus baginya untuk tumbuh. Dan untuk menghapus bekas luka masa lalunya. ]
Rio teringat apa yang tetua Ursula katakan di saat pertemuannya sebelum datang ke Strahl bersama Latifa.
Apakah tidak masalah membuatnya lebih sering tinggal di rumah batu, meskipun mereka datang ke Strahl? Bukankah seharusnya Rio membiarkan Latifa mengalami lebih banyak hal, dan hal itu juga demi masa depannya?
Rio tidak tahu apa yang benar. Namun, jika Latifa ingin bertemu Liselotte, dia ingin menghormati keputusannya sebagai kakaknya.
Rio memikirkan semuanya dengan hati-hati sebelum memberikan jawaban yang agak optimis.
"Mungkin aku tidak dapat memastikannya. Tapi, aku akan bertanya kepadanya semuanya tentang ini."
"Benarkah? Terima kasih banyak!"
Kata Liselotte dengan senyuman berseri-seri, ekspresinya terlihat bahagia.
"Yups. Dan sebenarnya..... anak perempuan sd itu adalah adik perempuanku."
Kata Rio, mengungkap kebenaran.
"H-Heh, benarkah?" Kata Liselotte, kaget.
"Ya. Meski kami tidak memiliki hubungan darah, tapi dia terlahir kembali di dalam lingkungan yang cukup rumit. Peristiwa tertentu membuatku menjadi kakaknya. Dia juga gadis yang cerdas sekarang, tapi dia mungkin menyimpan perasaan negatif terhadap para bangsawan, terutama bangsawan dari Kerajaan Beltrum..... Itu sebabnya, dia tinggal dengan beberapa kenalan dekatku sepanjang waktu dan tidak banyak keluar." Kata Rio, menjelaskan kepada Liselotte, mengisyaratkan masa lalu kelam Latifa.
"Ah......"
"Namun, aku ingin melakukan apa pun yang aku bisa untuknya. Jika dia ingin melihat ke dunia luar, maka aku ingin mendukungnya. Aku tidak akan keberatan untuk memperkenalkannya kepadamu. Karena itulah, aku yang seharunya meminta darimu — maukah kamu menemui adik perempuanku? Aku yakin dia akan senang." Kata Rio, diam-diam menundukkan kepalanya.
"Aku mengerti.... Kalau begitu, serahkan semua persiapannya kepadaku. Aku juga sangat ingin bertemu dengannya. Aku akan menyiapkan tempat di mana dia akan merasa nyaman. Aku juga akan memastikan nama dan wajahnya tidak diungkapkan ke pihak luar."
Kata Liselotte, mengangguk dengan tegas ketika dia mengambil peran sebagai penyelenggara.
"Aku senang mendengar. Dan seperti yang baru saja aku sebutkan sebelumnya, aku terutama ingin menjauhkannya dari para bangsawan Kerajaan Beltrum. Setidaknya, selama dia tidak menginginkan sesuatu yang bertentangan........"
Kata Rio dengan ekspresi yang agak gelap, kata-katanya membawa makna yang lebih dalam.
Bayangan gelap menutupi ekspresi Liselotte.
"Pasti dia mengalami sesuatu yang sangat buruk....."
"Aku tidak bisa mengatakan apa² sekarang, mohon terima permintaan maafku yang tulus...... Aku akan membicarakannya dengannya terlebih dahulu, sehingga dia bisa menjelaskan kepadamu sendiri jika dia pada akhirnya memutuskan untuk bertemu denganmu di masa depan."
"Aku mengerti. Kalau begitu, batasi pesertanya untuk Satsuki-san, adik perempuanmu, dan teman-temanmu. Dengan begitu, satu-satunya orang yang akan dia temui untuk pertama kalinya adalah Satsuki-san dan aku sendiri."
"Mengenai itu......"
Rio terdiam sesaat, sebelum mulai berbicara lagi.
"Ada sesuatu yang ingin aku beritahu kepadamu. Agak sulit untuk memberitahunya sebelumnya, tetapi aku yakin sekarang adalah waktu yang tepat untuk melakukannya karena kita mengadakan makan malam. Jika memungkinkan, aku ingin kamu merahasiakan hal ini."
"Tentu. Apa itu?"
"Teman-temanku dan Satsuki-san sudah pernah bertemu."
Liselotte terlihat sangat bingung.
"Umm.... Apa ada kemungkinan hal itu terjadi di suatu tempat?"
"Iya. Secara rahasia."
"Rahasia...... Jadi Raja tidak mengetahuinya......?"
Liselotte tidak mengetahui fakta ini.
"Kapan itu terjadi? Bagaimana mereka bisa bertemu?"
"Mereka bertemu saat kami berada di ibukota untuk Perjamuan. Pertemuan itu terjadi di luar Kastil. Kami menyelinap keluar tanpa ada yang menyadarinya."
"B-Bagaimana caranya.......?"
"Dengan terbang di langit."
"Ja...... Jadi begitu ya."
Liselotte tampak cukup terguncang, tetapi menerima kata-katanya sebagai kenyataan.
"Aku yakin kamu terkejut, tapi kamu tampaknya menerimanya dengan cukup mudah meskipun begitu."
Terbang keluar dari Kastil adalah konsep yang sangat konyol, dan biasanya akan segera ketahuan. Hal iti mungkin bisa terjadi jika mereka mengendarai Griffin, namun menggunakannya tidak akan disarankan pada malam hari karena menarik perhatian para penjaga karena kepakan suara sayap mereka.
"Aku pernah mendengar kalau kamu menggunakan senjata sihirmu untuk terbang saat menyelamatkan Miharu-san dari kapal sihir terakhir kali."
"Jadi kamu sudah tahu tentang itu......."
"Iya. Meskipun aku tidak menyangka kalau kamu menyelinap keluar dari Kastil juga."
"Tolong maafkan aku. Aku menghadiri perjamuan itu dengan undanganmu, namun aku berperilaku terlalu berisiko seperti itu." Kata Rio, menundukkan kepalanya dalam² ke arah Liselotte.
"Kamu tidak perlu meminta maaf, aku punya tebakan tentang alasan kamu melakukannya.... Tapi kenapa kamu mengungkapkan hal ini padaku?"
Liselotte bertanya, menantap wajah Rio.
"Baik aku atau pun yang lainnya bukanlah orang-orang yang sangat terampil. Aku sangat yakin kalau kami tidak akan bisa berbohong kepada seseorang yang telah menjadi seperti teman untuk kami."
Liselotte terhenti dengan ekspresi sedikit heran.
"Terima kasih banyak......"
Katanya dengan agak malu-malu.
"Kenapa kamu berterima kasih padaku?" Rio berkedip.
"Aku senang diberitahu tentang itu...... Bagaimanapun, aku bisa memahami situasinya. Jika begitu, bagaimana kalau kita mengadakannya di Mansion-ku yang ada di Amande?"
"Di Mansion-mu? Satsuki juga akan ke sana?"
Rio tidak bisa membawa mereka keluar dari Kastil dengan terbang seperti terakhir kali, dan Amande terlalu jauh dari ibukota. Orang² di Kastil pasti akan menyadari jika Satsuki menghilang.
"Kami tidak bisa membiarkanmu membawa kami dengan terbang lagi, bukan? Aku berniat melalui jalur yang tepat dengan meminta izin dari Raja untuk mengundangnya."
"Aku mengerti, tapi...... Apa hal itu mungkin?"
"Ada kemungkinan besar hal itu bisa terjadi.”
"Jika kamu berkata begitu, maka hal itu pasti mungkin. Bisakah aku menyerahkannya kepadamu? Aku harus memberitahu yang lainnya."
"Ya, kamu bisa mengandalkanku. Apa kamu sudah memikirkan waktu untuk kita mengadakannya?"
"Jika bisa, aku ingin kamu menyelenggarakannya dalam satu atau dua bulan ke depan, aku persiapan yang lainnya juga. Karena jika terlalu lama dan aku mungkin akan perlu melakukan perjalanan lagi......"
"Kalau begitu, sebaiknya aku harus bergegss sebelum kamu melakukan perjalanan lagi. Aku kebetulan berencana pergi ke ibukota berikutnya untuk membuat laporan tentang insiden ini, jadi kami mungkin akan melakukannya lebih cepat dari yang kami rencanakan. Aku tahu kalau kamu juha akan menuju ke Rodania setelah ini, tapi apa yang akan kamu lakukan setelah itu?"
Liselotte bertanya-tanya apakah Rio akan tinggal di Rodania, atau apakah Rio akan menemaninya ke ibukota Kerajaan Galarc.
"Aku tidak berencana untuk menetap di Rodania terlalu lama, tapi Celia..... Aku berencana pergi setelah aku memastikan keselamatannya, karena aku berhutang banyak kepadanya." Jawab Rio.
Meskipun Rio tidak mengatakannya dengan pasti, namun Celia pasti akan tetap di Rodania.
Agak menyedihkan ketika Rio berpikir kalau mereka tidak bisa hidup bersama lagi, tapi tidak ada yang bisa Rio lakukan untuk itu karena Celia adalah bangsawan dari Kerajaan Beltrum.
Sementara sebagian dari diri Rio tidak menginginkan apa-apa selain langsung menuju Kekaisaran Proxia, dia harus meluangkan waktu dan memastikan tidak ada masalah dengan keadaan Celia. Itulah sebabnya, dia tidak berniat keluar dari Rodania untuk sementara.
[ Fakta saat Haruto-sama memanggil namanya tanpa gelar, itu berarti hubungan mereka cukup dekat, bukan? Aku ingin tahu hubungan seperti apa yang dimiliki Haruto-sama dengan Celia-sama...... ]
Liselotte ingin tahu tentang itu, tetapi tidak baik untuk mengungkit hal-hal semacam itu karena rasa ingin tahunya. Jadi, dia mencoba untuk mengendalikan dirinya.
"Begitu ya....."
Jawab Liselotte, meskipun dia masih memiliki tatapan penasaran di matanya.
"Aishia sedang menjaga Miharu dan adikku saat ini, jadi aku harus bertemu mereka untuk memberitahu mereka tentang ini. Jadi akan lebih baik jika kamu menunggu sampai aku bertemu lagi denganmu baik di Amande atau pun di Galtuuk sehingga aku bisa konfirmasikan detailnya kepadamu. Setelah itu, kamu bisa memilih tanggal yang sesuai untukmu dan juga Satsuki-san."
"Ngomong-ngomong, jika kamu membawa Miharu-sama ke Amande, berapa lama waktu yang kalian dibutuhkan?"
"Kalau kami berjalan kaki, bisa memakan waktu kira² satu sampai dua minggu tergantung cuacanya, namun kalau aku menggendongnya sambil lari, kami bisa sampai dalam dua atau tiga hari."
"Sungguh sangat cepat sekali..... Aku agak penasaran dengan ini, jadi berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk melakukan perjalanan dari Amande ke Galtuuk?"
"Jika aku hanya sendirian, aku hanya perlu dua hari."
Waktu tercepatnya sebenarnya adalah jika dia terbang, namun—
"D-Dua hari?!"
Bagi Liselotte, bahkan waktu dua hari saja sudah cukup mengejutkannya.
"Seperti yang kamu sudah tahu, aku bisa menggunakan senjata sihirku untuk terbang. Selama aku tidak terhalang oleh cuaca buruk, aku bisa mengurangi waktu perjalananku dengan mudah."
Itulah mengapa waktu yang Rio berikan dengan memperhitungkan cuacanya. Alam liar memiliki cuaca yang tidak normal, jadi tidak jarang bagi Rio untuk menghabiskan beberapa hari dengan aman menunggu cuacanya cerah di rumah batu.
"Kalau begitu..... Katakanlah akan ada jeda waktu sekitar tiga minggu hingga dua bulan dari sekarang. Apa kamu setuju?"
"Ya, aku tidak masalah dengan itu."
"Kalau begitu aku akan bergerak maju dan menganggap kalau makan malamnya akan berlangsung dalam jeda waktu tersebut. Jika mengangkut bahannya akan terlalu merepotkan, aku bisa menyiapkan kapal sihir tergantung lokasinya......" Kata Liselotte.
"Tidak memikirkan hal itu."
Kata Rio, menggelengkan kepalanya dan ekspresinya terlihat sedang berpikir.
"Hmm...... Aku juga harus memberitahumu tentang hal ini."
"Apa itu?"
"Caraku dalam membawa barang²ku. Jika kita akan memperdagangkan alkohol satu sama lain di masa mendatang, sebaiknya aku memberitahu hal ini secara pribadi kepadamu. Hanya orang yang dekat denganku saja yang mengetahui tentang hal ini, jadi aku percaya kamu pasti akan merahasiakannya."
"Aku merasa sangat terhormat jika begitu, tapi......"
"Bagaimana caramu mengangkut barang²mu?"
"Ini yang aku gunakan. Dissolvo."
Rio mengulurkan tangan yang menggunakan gelang penyimpanan ruang dan waktu dan melafalkan mantranya. Ruang di sekitar pergelangan tangannya melengkung membentuk dimensi blackhole dan sebuah botol keramik muncul di tangan.
"A.... Apa yang barusan itu?"
Liselotte membeku dengan mata yang terbuka lebar, hampir tidak berhasil mengeluarkan pertanyaannya.
"Ini adalah artefak kuno yang disebut gelang penyimpanan ruang dan waktu. Ada batasan tertentu dalam penggunaannya, tetapi gelang ini bisa menyimpan sesuatu dalam sebuah dimensi yang terisolasi dari ruang dan waktu. Seperti yang bisa kamu lihat, gelang ini bisa mengeluarkan barang yang di simpan di dalamnya kapan pun di butuhkan."
Kata Rio, menjelaskannya.
Pengungkapan keberadaan artefak sihir tersebut kepada Liselotte bukanlah pemikiran yang benar-benar nekat — Rio telah mempertimbangkannya sebelum dia melakukannya sejak keduanya menandatangani kontrak di perjamuan sebelumnya agar Liselotte bisa menjual alkohol buatan Rio. Saat ini, adalah kesempatan bagus untuk mengungkapkannya.
"Sebuah artefak kuno yang bisa menyimpan barang dalam dimensi yang terisolasi dari ruang dan waktu..... Berdasarkan informasi itu, sepertinya kamu bisa menyimpan makanan tanpa membusuk?"
Liselotte bertanya dengan hati-hati, tidak percaya apa yang dia dengar.
"Ya, itu benar."
Suara Liselotte mulai terguncang karena terkejut.
"Gelang itu adalah barang yang sangat luar biasa......"
[ Pedang sihir yang bisa mengendalikan angin, artefak yang bisa mengubah warna rambut, dan sake bermutu tinggi yang bisa membuat seorang bangsawan sangat bahagia dengan satu tegukan..... Berapa banyak harta yang dia sembunyikan? ]
Liselotte mulai merasa lebih jengkel daripada terkesan pada saat ini.
Mempunyai banyak barang mengesankan seperti itu adalah hal yang tidak biasa, namun karena Liselotte menyadari kalau kekuatan Rio yang tidak masuk akal, bahkan jika dibandingkan dengan barang² itu sangat tidak sebanding.
[ Sebuah artefak kuno yang bisa menyimpan barang tanpa menghabiskan ruang?! ]
[ Aku menginginkannya! ]
[ Aku sangat menginginkannya! ]
[ Tapi aku tidak bisa mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti itu kepada Haruto-sama! ]
Penyimpanan ruang dan waktu adalah barang yang akan buru oleh pedagang mana pun. Liselotte hampir mengatakan kemauannya itu agar Rio memberikannya, tapi dia menelan kata-katanya dengan susah payah. Karena benda itu adalah artefak sihir kuno, benda itu sangat mustahil untuk dibuat atau diperoleh.
"Ada alkohol dalam botol ini, aku ingin kamu memilikinya." Rio meletakkan botol itu di atas meja sebagai hadiah untuknya.
"T-Terima kasih banyak."
Kata Liselotte menundukkan kepalanya.
"Karena itu, aku bisa mengangkut barang menggunakan artefak ini. Jadi, tidak memikirkannya."
"Aku mengerti."
Kata Liselotte, tersenyum kecut dan menerima kalau kekhawatirannya sangat tidak perlu.
"Dan juga, Dissolvo."
Rio mengulurkan tangannya ke atas meja dan melafalkan mantra sekali lagi. Sepiring coklat yang sudah dipotong halus muncul.
"Ini adalah kue cokelat buatan Miharu-san."
"Miharu-sama......"
Kata Liselotte menelan gugupnya.
Sayangnya, tidak ada makanan ringan di ruangan ini, dan satu-satunya yang ada di meja adalah teh yang dibuat Liselotte. Kue itu akan menjadi camilan yang sempurna untuk dinikmati.
"Kamu bisa mengucapkan Conditum untuk menyimpan kembali." Kata Rio dengan datar, piring kue cokelat itu kembali ke dalam penyimpan ruang dan waktu.
"Ah....."
Liselotte mengeluarkan suara setengah terkejut, setengah kecewa.
"Dissolvo. Silakan nikmati dengan tehmu."
Rio tertawa kecil saat dia mengeluarkan piring kue coklat itu sekali lagi. Dia hanya menyimpannya sebagai demonstrasi penggunaan artefak itu — Rio juga telah bermaksud memberikannya cokelat itu dari awal.
{ TLN : Njir wkwkkwkkw, kok Rio lebih usil ke Liselotte ya, udah 2 cewe ini yang Rio godaiin kaya gitu, pertama Celia, kedua Liselotte }
"T-Terima kasih, aku akan menerimanya dengan senang hati......"
Liselotte dengan malu-malu meraih sepiring cokelat itu. Karena dia sudah mengetahu betapa lezatnya kue buatan Miharu, dia tidak menahan diri untuk menolaknya.
"K-Kue ini sangat enak!"
Rio juga mengambil satu potong agar Liselotte tidak merasa malu saat hanya dia yang makan. Rasa manis dari kue itu tidak terlalu kental dan menyebar di mulutnya.
"Ya, kue ini enak." Kata Rio, berkomentar.