"Aku akan baik-baik saja. Aku akan melakukan yang terbaik untuk hidup yang baik di luar Kastil. Jadi jangan khawatirkan aku. Suatu hari, ketika aku tidak lagi merasa rendah diri denganmu, aku akan pergi menemui kalian..... Terima kasih telah menganggapku sebagai teman dekatmu selama ini. Kamu juga teman yang berharga bagiku, Rui."
"Ya. Kita akan selalu berteman."
Rui menunduk, menganggukkan kepalanya.
"Jaga Akane untukku. Katakan padanya kalau aku akan baik-baik saja."
"......Ya."
Dengan percakapan terakhir itu, Kouta menatap Rui sekali lagi.
"Saiki, jaga dirimy juga." Kata Rui pada Rei.
"Ya. Itu tentu saja."
Jawab Rei sambil mengangkat bahunya.
"Ah, benar juga..... Aku cukup penasaran, dan mau bertanya hal ini kepada kalian— Apa kalian mewarnai rambut kalian?"
Rui melihat rambut keduanya dan bertanya.
"Oh, ini......"
Kouta bertukar tatapan dengan Rei, lalu sebelum ragu² untuk menjawabnya. Rio telah meminta mereka untuk merahasiakan detail artefak yang mengubah warna rambut mereka jika memungkinkan.
Rio kemudian menyela percakapan mereka.
"Meskipun hal ini bukanlah pengetahuan umum, tapi ada cara untuk mengubahnya." Kata Rio, menjelaskan.
"Begitu ya. Tidak heran jika tim pencari sangat kesulitan menemukan kalian."
Rui tersenyum seakan memahaminya.
"Selain itu, Haruto. Terima kasih. Kamu mungkin tidak mengerti alasan kenapa aku berterima kasih kepadamu. Namun, aku bisa berhenti ragu-ragu karena kekalahanku. Itulah alasannya, aku bisa menghadapi Kouta dengan baik. Dan Kouta juga mau kembali menatapku." Kata Rui dengan senyum ceria sambil menundukkan kepala dalam-dalam kepada Rio.
"Aku tidak melakukan apapun."
Kata Rio, menggelengkan kepalanya dengan senyuman ramah.
Rui berbalik untuk berbicara kepada Christina dan yang lainnya, yang telah mendengarkan dari tadi.
"Tolong maafkan aku — percakapannya menjadi panjang karenaku. Kalian akan melewati perbatasan sebelum pergi ke Rodania, bukan? Aku akan menemani kalian sampai ke bukit. Kemungkinan besar para tentara di sana akan menyerang kalian lagi lebih kecik jika aku ikut bersama kalian.''
Kata Rui, menyarankan sambil melihat ke 5.000 tentara yang sedang menunggu di bukit.
"Kami sangat menghargai tawaranmu itu."
Christina mengangguk pada Rui.
"Apa kamu sudah baik-baik saja, Orphia?”
Orphia masih duduk di tanah saat Celia menggunakan sihir penyembuh kepadanya.
"Ya, aku baik-baik saja sekarang. Terima kasih banyak, Cecilia." Kata Orphia kepadanya.
Celia, menggunakan nama samarannya, kemudian mulai berdiri. Namun Celia masih terlihat cemas.
"Apa kamu yakin kamu sudah mendingan?
Biasanya, Orphia harus membutuhkan lebih banyak istirahat. Tapi mereka tidak bisa berlama-lama di sini.
"Aku akan menggendongnya sampai kita sampai perbatasan." Kata Rio menawarkan, mendekati Orphia.
"Heh.....?"
Mata Orphia melebar karena terkejut.
"Ini hanya untuk berjaga-jaga. Kamu harus lebih banyak beristirahat lagi."
Orphia menjadi semakin bingung, karena hal seperti itu jarang terjadi padanya.
"T-Tapi.... Apa kamu tidak masalah dengan itu?"
"Tolong jaga Orphia ya, Haruto?" Celia meminta.
"Tentu, serahkan saja padaku." Rio mengangguk tegas.
Rio berjalan ke arah Vanessa dengan membawa pedang Alfred di tangannya.
"Vanessa-san, ini adalah pedang milik Alfred-dono. Biasanya lebih tepat untuk memberikannya kepada Yang Mulia, tetapi beratnya akan menjadi beban saat kita bergerak. Bisakah aku memintamu untuk yang membawanya?"
Vanessa menatap pedang Alfred dan menggenggamnya dengan erat.
"Tentu, aku bisa melakukannya. Terima kasih."
Sementara itu, Sara dan Alma berada di dekat Orphia dan membisikan sesuatu kepadanya tanpa terdengar yang lain.
"Karena Rio yang berinisiatif sendiri, kamu harus membiarkannya menggendongmu."
"Itu benar. Kalau tidak, kamu mungkin akan menyesalinya suatu hari nanti."
Mereka berdua yang biasanya yang suka diejek dengan candaannya Orphia. Saat ini, mereka senang karena mempunyai kesempatan balas dendam ini.
"T-Tolong hentikan itu."
Orphia memprotes perkataan mereka dengan wajahnya yang memerah.
"Apa ada masalah?"
Rio kembali dan menanyai gadis-gadis itu.
"Tidak, bukan apa-apa. Orphia hanya ingin digendong olehmu."
"Tolong jaga Orphia, Haruto."
Sara dan Alma menunjukkan sikap saling terkoordinasi sangat mengesankan untuk menggoda Orphia.
"Urgh.... K-Kalau.... Begitu, tolong jaga aku, Haruto...."
Kata Orphia tersipu malu-malu, menundukkan kepalanya ke Rio.
"Baiklah. Kalau begitu, maaf."
Rio mengangkat Orphia dengan cukup mudah, menaruhnya dengan pas ke pelukannya.
Ketika Orphia memikirkannya, ini akan menjadi pengalaman pertamanya digendong oleh Rio.
Dia tahu Rio sudah meningkatkan kekuatan fisiknya untuk dengan mudah mengangkatnya, tapi sebenarnya ketika dirinya di angkat dengan begitu mudah, hal membuatnya merasakan sedikit rasa malu.
"..........."
Orphia menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan muka memerahnya karena malu.
"Kalau begitu, ayo kita berangkat."
Kata Rio kepada Christina.
Mereka meninggalkan para ksatria dan penyihir yang telah dilucuti senjata dan diikat tidak jauh dari sana, kemudian mereka semua menuju bukit yang mengarah pada perbatasan Galarc.
◇◇◇◇
Kelompok Rio telah mencapai puncak bukit. Ada 5.000 tentara yang berada di sana, tetapi para tentara itu jelas tidak melakukan apapun ketika kelompok Rio tiba di sana. Para tentara itu terlihat keresahan— hal itu jelas karena sejak mereka membiarkan Charles ditangkap tanpa melakukan apa-apa, wajar saja jika ada perasaan bersalah yang muncul.
"Melihat mereka dari dekat, jumlahnya benar-benar banyak......" Kata Christina sambil melihat sekeliling ke arah para tentara itu.
Mereka saat ini sudah berada di perbatasan Kerajaan Galarc, di mana aliansi Kerajaan mereka terpecah. Tempat itu juga relatif dekat Wilayah kekuasaan Marquess Rodan, yang digunakan oleh faksi Duke Huguenot sebagai markas mereka.
Karena itu sangat perlu untuk mengalokasikan jumlah kekuatan militer yang sesuai untuk pertahanan, jadi wajar saja jika ada banyak tentara telah ditempatkan di di sana sejak awal.
"Kerajaan mengerahkan sebanyak mungkin regu pencari dengan kapal sihir, lalu mereka mengerahkan sebagian besar pasukan di kota-kota benteng. Jumlahnya sekitar 5.000 orang." Kata Rui.
Memang benar kalau Kerajaan menggunakan kapal sihir, karena satu kapal sihir mungkin hanya bisa menampung beberapa ratus orang dari Cleia dalam sehari.
"Jadi begitu. Tapi, aku cukup terkejut karena ada begitu banyak pasukan seperti ini yang berada di perbatasan. Kaliannya harus sadar kalau hal itu sama saja seperti tindakan provokasi bagi Kerajaan Galarc."
Kata Christina memberikan tatapan dinginnya ke arah Charles.
Hal itu akan menjadi hal yang berbeda jika Charles menempatkan pasukannya di kota-kota berbenteng, namun nyatanya dia mengirim banyak pasukannya di perbatasan, hal itu terlihat sebagai tindakan provokasi. Siapapun akan berasumsi kalau Charles bersiap untuk menyerang Kerajaan lain.
Mereka akan memberikan penjelasan kepada Kerajaan Galarc ketika mereka mengerahkan semua pasukannya, tapi tidak ada yang cukup bodoh untuk mempercayainya dalam keadaan seperti ini.
Membawa banyak tentara ke perbatasan seperti ini akan menyebabkan Galarc segera mengirimkan juga tentara mereka, jadi mereka harus membuat para tentara itu mundur secepat mungkin untuk menghapus kesalahpahaman. Selain itu, mereka juga perlu bertemu dengan perwakilan dari Kerajaan Galarc untuk menjelaskan semuanya, dan meminta maaf.
"Hah, kau sudah terlambat untuk itu. Hubungan antara Kerajaan Beltrum dan Kerajaan Galarc sudah lama tidak ada. Dan karena strategi itulah kami bisa membuatmu lengah. Haha." Kata Charles, terlihat sedikit sombong dengan dirinya sendiri.
Memang, akal sehat biasanya akan menyebabkan mereka menghapus pilihan itu dari pertimbangan, itulah sebabnya mengambil pilihan tersebut dilakukan oleh Charles untuk mengecoh Christina. Dalam hal ini, apa yang telah dilakukan Chaeles adalah strategi yang tidak masuk akal dan berani — dan juga sangat efektif —
"..........."
Tatapan mata Christina semakin dingin kepadanya. Hubungan diplomatik menjadi rusak antara Kerajaan Beltrum dan Kerajaan Galarc tidak lain disebabkan oleh tindakan faksi Arbor.
"Kau sepertinya merasa agak sombong dengan itu, tapi orang yang membuat strateginya bukanlah dirimu sendiri, melainkan Reiss, bukan?"
Kata Rio, tiba-tiba memancingnya.
Cara misterius Reiss bertindak sebelumnya telah menyebabkan Rio menyimpulkan sebanyak itu.
"Apa........!"
Mata Charles melebar karena kaget.
"Sepertinya memang begitu." Kata Christina.
"S-Sungguh tidak tahu malu! Reiss-sama dan akulah yang memikirkan rencana ini bersama-sama! Dan rencana itu akan berhasil, jika kau tidak menghalanginya.....!"
Charles meratap dengan wajah merah, memelototi Rio.
{ TLN : Ingat wajah merah Charles ini lagi marah ya, bukan ngeblush karena kena picut Rio wkkwk }
"Jadi begitu. Bagi duta besar Kekaisaran Proxia, hubungan Kerajaan Beltrum dan Kerajaan Galarc yang memburuk hanya akan menguntungkan mereka. Mungkin karena itulah dia tidak peduli dengan hasilnya. Kau selama ini hanya digunakan olehnya, ya?"
Rio berbicara dengan tenang, secara khusus memilih kata-katanya untuk memprovokasi Charles.
Charles tertegun karena mulai kehilangan kata²nya, dan menjadi segera menjadi marah.
"A-Apa.... A-Apa yang baru saja kau katakan itu, bangs–.....?!" Namun, untuk sesaat, ada ekspresinya menjadi tidak pasti terlihat di matanya.
[ Aku berharap bisa mengetahui tujuan dari Reiss, tapi menilai dari reaksinya, Charles sepertinya juga tidak mengetahui apa-apa. ]
Pikir Rio dalam benaknya.
Rio telah meninggalkan Reiss karena dia tidak punya waktu lagi berurusan dengannya, tetapi tidak mungkin dia bisa kembali lagi sekarang — bukan karena Reiss akan tetap berada di sana jika dia melakukannya.
Satu-satunya sumber informasi yang dimiliki Rio adalah Charles, tetapi nyatanya Charles tidak akan memberikannya informasi yang membantu.
[ Apa itu berarti Reiss menawarkan dirinya sebagai pengalih perhatian dan merencanakan kekalahannya sendiri dari awal? Sungguh merepotkan ketika dia bisa mengetahui pergerakan kami sedangkan kami tidak memiliki mengetahui pergerakannya. Orang itu sangat jelas berada depan kami dalam hal bersemunyi dan mengintai. ]
[ Jika ada satu hal yang tidak berjalan sesuai rencana Reiss, mungkinkah itu kegagalan Charles untuk menangkap Christina saat dia bertindak sebagai umpan. Atau mungkinkah Reiss telah memprediksi kekalahan Charles juga.......? ]
"Aku minta maaf karena menyela."
Kata Rio kepada Christina, menganggap masalah itu tidak ada lagi jawaban.
"Ah tidak apa, aku juga sedikit kesal juga. Aku sudah lebih tenang karenamu. Kita harus cepat dan meminta para tentara ini kembali ke pos mereka."
"Kalau begitu, biarkan aku yang pergi dan berbicara dengan mereka." Kata Rui, menawarkan dirinya.
"Itu sangat membantu...... Terima kasih."
Kata Christina sebagai ucapan terima kasihnya.
Meskipun mereka mungkin bisa melakukan sesuatu terhadap para prajurit itu dengan mengancam komandan mereka, Charles, tidak ada yang tahu apakah mereka semua akan sinkron dalam hal itu.
Ada ketakutan hal-hal bisa tumbuh menjadi rumit jika mereka bertindak gegabah atau menuntut sesuatu yang tidak pantas.
Karena Rui bukanlah seorang komandan, melainkan seorang Hero. Selama Enam Dewa Bijaksana digunakan secara politik sebagai pemujaan Kerajaan, tidak ada alasan bagi para prajurit untuk mengabaikan kata-kata dari seorang murid dewa. Karena itu, Rui memiliki pengaruh yang jauh lebih besar daripada perintah Charles untuk mengejar Christina.
"Kalau begitu, aku akan pergi."
Rui berjalan beberapa puluh meter menuju para prajurit yang menunggu di depan. Begitu dia berada dalam jarak sepuluh meter, seorang perwira berpangkat tinggi bergegas keluar dari tengah pasukan itu untuk berbicara dengan Rui. Rui menoleh ke belakang untuk memberikan isyarat kepada Rio dan yang lainnya saat dia menjelaskan banyak hal kepada petugas.
Rui menjelaskan kalau mereka telah benar-benar dikalahkan dan Charles serta Alfred ditawan. Mereka tidak punya pilihan selain melihat Christina dan kelompoknya pergi, jadi pasukan itu harus mundur di sekarang juga.
Seorang pengguna pedang yang bisa mengalahkan para Ksatria dan penyihir elit, serta mengalahkan Sword King dan Hero di Kerajaan mereka, dan membuat 5.000 tentara dengan terkesima, dan tidak dapat melakukan apa pun saat mereka menyaksikan komandan mereka dijadikan tawanan.
"Guh......"
Menerima kekalahan yang belum pernah terjadi sebelumnya sebagai kenyataan, perwira dari pasukan itu mulai menggigit bibirnya. Kepalanya pasti merasa seperti akan meledak dengan cepat. Tanpa memedulikannya, beberapa menit setelah itu, Rui berbalik dan kembali ke Rio.
Perwira itu juga sedang mengumpulkan pasukan di sekitarnya. Kemudian, pasukan yang memblokir jalan itu, tiba-tiba mulai bergerak ke samping, membuka jalan setapak di tengah mereka.
"Silakan pergilah."
Rui menunjuk ke arah bukit begitu dia kembali, mendorong mereka untuk pergi.
"Terima kasih banyak." Kata Christina dengan hormat.
"Jangan berterima kasih kepadaku."
Rui menggelengkan kepalanya, lalu memanggil nama kedua tawanan itu, yaitu Charles dan Alfred.
"..............."
Tidak dapat mengatakan apa pun karena rasa kepahitan yang dirasakannya, Charles hanya menatap Rui.
"Iya?" Alfred menjawab dengan tenang.
"Aku tidak tahu seberapa banyak yang bisa aku lakukan, tapi kalian bisa menyerahkan sisanya kepadaku. Aku akan memastikan untuk melaporkan hal ini kepada mereka tentang apa yang telah terjadi. Aku bersumpah aku tidak akan membiarkan siapa pun bertanggung jawab dengan nyawa mereka."
Kata Rui kepada mereka berdua.
"Guh....." Charles meringis.
"Oke." Alfred menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Baiklah. Aku akan berdoa agar kita dapat bertemu lagi suatu hari nanti. Sampai jumpa."
Kata Rui pada Alfred.
"Sekarang pergi."
Vanessa menekan Alfred dan Charles untuk bergerak.
"Baiklah." Alfred mengangguk, dan mulai berjalan.
Charles tampak tidak senang diperintah, tetapi dengan enggan mulai berjalan setelah Vanessa menusuk punggungnya dengan sarung pedangnya.
Esensi sihir mereka telah disegel dan tangan mereka diborgol, jadi mereka tidak bisa melawan. Para prajurit yang telah memberi jalan untuk Rio dan yang lainnya mengawasi keduanya, membuat rasa malu yang dirasakan Charles dan Alfred semakin terlihat.
Terutama bagi Charles yang selalu memiliki kebanggaan akan dirinya, hal itu adalah hal yang sangat memalukan baginya.
"Sial....... Sialan kalian semua......."
Charles berkata dengan kesal ketika dia melihat sekeliling pasukan yang hanya diam dan tidak menyelamatkannya sebelum dia menundukkan kepalanya. Dia meningkatkan langkahnya, dengan takut menghindari tatapan mereka. Sara, Christina, Celia, Kouta, dan Rei mengikuti di belakangnya.
"Sampai jumpa, Kouta. Jaga dirimu juga, Saiki. Semoga kita bisa bertemu lagi."
Kata Rui kepada Kouta dan Rei.
"Ya." Kata Kouta, mengangguk dan memberikan jawaban singkat.
"Sampai jumpa."
Kata Rei, melambaikan tangannya dengan ringan sebelum mengikuti Christina dan yang lainnya.
Rui kemudian memanggil Rio yang berada di belakang Kouta dan Rei.
"Haruto."
"Ya?"
"Kamu masih ingat tentang apa yang aku katakan saat kita berpisah di Galarc?"
"Tentu. Saat di taman, bukan?"
Rio mengingat perpisahannya dengan Rui di Kerajaan Galarc.
Rui menatap langsung ke Rio.
"Jika kita memiliki kesempatan untuk bertemu lagi, aku ingin berbicara denganmu sebagai teman. Kita tidak dapat memenuhi janji itu kali ini, tapi aku harap kita bisa melakukannya lain kali."
"Ya." Kata Rio, mengangguk setuju.
"Semoga kita bisa menghindari pertemuan seperti ini lagi. Aku tidak punya banyak nyawa untuk bertarung denganmu secara serius — jika kita harus bertarung, aku lebih suka berada di pihak yang sama denganmu."
Kata Rui, bercanda sedikit dan menyelesaikan kata-katanya dengan ekspresi serius.
"Aku juga tidak ingin bertarung denganmu lagi. Terutama dalam pertarungan jarak jauh...... Kamu memiliki kemampuan yang sangat hebat."
Kata Rio memuji Rui.
"Tapi pada akhirnya, aku tidak bisa mengenaimu sama sekali."
"Jika kamu bisa bertarung dari jarak jauh tanpa ada gangguan, hasilnya mungkin akan berbeda."
"Aku tidak yakin dengan itu......"
Rui menutup matanya, terlihat agak ragu.
Kemudian dia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Kouta dan Rei.
"Haruto, jika Kouta dan Saiki dalam masalah.... Jika tidak terlalu merepotkanmu, bisakah kamu membantu mereka semampumu? Mereka adalah teman yang berharga bagiku. Itulah sebabnya, aku ingin mempercayakan mereka kepadamu, seseorang yang aku sudah aku anggap sebagai teman berhargaku di dunia ini. Jika kamu bisa berada di sana untuk mereka saat mereka dalam keadaan darurat, itu sudah cukup untukku."
"Aku mengerti. Jika mereka benar-benar dalam masalah, aku akan membantu mereka dengan semua yang aku bisa."
"Terima kasih..... Meskipun aku ragu hal seperti ini akan terjadi, aku bersumpah akan selalu ada untukmu jika kamu dalam masalah — sebagai temanmu."
"Ya, aku juga akan melakukan hal yang sama."
Keduanya saling tersenyum lembut. Rui tidak mengatakan apa-apa lagi dan berbalik ke arah yang berlawanan dengan Rio.
"Bagaimana jika kita pergi?"
Rio tersenyum lembut saat berbicara dengan Orphia di pelukannya dan Alma yang bertugas sebagai penjaga di belakang. Setelah itu, mereka berangkat mengejar Celia dan yang lainnya.
◇◇◇◇
Rio dan yang lainnya telah tiba di sebuah kota berbenteng yang berfungsi sebagai pos pemeriksaan di sepanjang jalan yang menghubungkan Kerajaan Beltrum dan Galarc. Kebetulan, kota berbenteng yang terakhir mereka datangi di sepanjang jalan yang mengarah ke Kerajaan Beltrum berfungsi sebagai pos pemeriksaan terakhir untuk Kerajaan Beltrum.
Gerbang benteng yang biasanya terbuka, saat ini tertutup rapat, dan beberapa tentara menunggu di depan gerbang.
"Berhenti!"
Para tentara itu berteriak, jelas sangat waspada dengan pendekatan mereka.
"Semuanya mari berhenti. Aku yang akan mengurusnya." Semuanya berhenti atas perintah Rio.
Kebetulan, semuanya kecuali Celia telah melepas artefak pengubah rambut mereka dan menurunkan tudung dari jubah mereka dalam perjalanan ke sini. Sekarang, setelah mereka berhasil melepaskan diri dari regu pencari, mereka tidak perlu menyamar lagi.
Hanya Celia seorang yang tidak bisa membuka penyamarannya karena adanya mantan tunangannya, Charles, ada di dekatnya.
Bahkan jika dia mengungkapkan dirinya kepadanya, melakukan hal itu hanya akan membuat semuanya menjadi rumit, jadi dia terus menyamar. Salah satu penjaga gerbang memelototi mereka, bertanya dengan tatapan tajam ke arah Charles dan Alfred.
"Siapa kalian ini? Dan siapa dua orang di sana..... Apa mereka Ksatria dari Kerajaan Beltrum?"
"Orphia, bolehkah aku menurunkanmu di sini?"
"Iya."
Rio menurunkan Orphia dari gendongan pengantinnya yang dia lakukan. Orphia diam-diam telah menggunakan spirit art penyembuhnya saat mereka bergerak, jadi dia telah sembuh total sejak lama, tetapi dia tidak dapat menemukan kesempatan yang tepat untuk berbicara saat berduaan di jalan. Ketika kakinya menyentuh tanah untuk pertama kalinya dalam sepuluh menit, ekspresinya terlihat sedikit sedih.
Setelah itu, Rio berjalan menuju tentara yang mendekati mereka dan mengungkapkan identitasnya.
"Namaku Haruto Amakawa, Ksatria kehormatan dari Kerajaan Galarc. Aku ingin meminta akses ke Kerajaan melalui pos pemeriksaan, tapi aku juga ingin mengklarifikasi situasi yang terjadi di perbatasan dengan tentara Beltrum. Bolehkah aku berbicara dengan orang yang bertanggung jawab di sini?"
Ekspresi tentara itu segera berubah.
"Sang.... Ksatria Kehormatan?! M-Maafkan ketidaksopananku! Bolehkah aku melihat bukti identitas?" Prajurit itu bertanya dengan hormat.
"Aku mempunyai lencana ini yang telah diberikan kepadaku oleh Yang Mulia Raja. Apa ini cukup?"
Rio membalikkan mantelnya dan bergerak lebih dekat ke arah penjaga gerbang, menunjukkan kepadanya lencana yang dia tempelkan di kerahnya.
"I-Itu memang, Itu memang lambang Keluarga Kerajaan..... Itu sudah lebih cukup! Seseorang yang bertanggung jawab akan segera keluar, jadi mohon tunggu di sini sebentar."
Kata prajurit yang menjaga gerbang itu dengan sangat gugup. Dia kemudian berbalik ke bawahannya untuk memberi perintah.
"Masuklah ke dalam dan segera jelaskan situasinya."
"Y-Ya, pak!"
Prajurit yang menerima perintah itu berlari dengan panik, memasuki benteng melalui pintu kecil.
"Aku akan kembali ke teman-temanku untuk sementara waktu." Rio berbalik dan kembali ke tempat Celia dan yang lainnya berada, kira-kira sepuluh meter dari para penjaga gerbang itu. Mereka menunggu di sana sebentar.
"Oi, apa seorang Ksatria kehormatan itu penting? Kapten terlihat sangat gugup, jafi apa bedanya dia dengan Ksatria biasa?"
"Dasar bodoh! Seorang Ksatria kehormatan setara dengan seorang Earl. Kepalamu bisa dipenggal jika kau tidak menunjukkan rasa hormat. Tanamkan hal itu dikepalamu."
"I-Itu benar......"
Para tentara itu saling saling membicarakan Rio dengan berisik. Terlebih lagi, karena adanya Celia, Sara, Orphia, Alma, dan Christina — semuanya gadis muda dan cantik — ada bersama Rio....
"Oi, apa kalian pernah melihat gadis semanis itu sebelumnya?"
"Tidak, tidak pernah."
"Mereka pastinya wanita bangsawan. Lahir dan dibesarkan di dunia yang berbeda dengan kita."
"Heh! Bangsawan memang luar biasa."
Para tentara itu bertukar kata² satu sama lain, melirik dengan ekspresi penasaran yang hampir tidak terlihat.
Beberapa menit kemudian, gerbang menuju ke dalam benteng perlahan mulai terbuka.
"Sepertinya semuanya berjalan lancar."
Kata Rio sambil melihat ke arah gerbang.
Fakta kalau pintu gerbang yang terbuka adalah pertanda baik.
[ Pada akhirnya, mempunyai gelar ini agak berguna, ya..... ]
Gerbang terbuka cukup lebar untuk bisa melihat ke bagian dalamnya. Beberapa orang berdiri di seberang — salah satunya adalah putri dari keluarga Count Cretia dan Presiden dari Ricca Guild, Liselotte Cretia.
[ Liselotte.......? ] Rio berkedip.
[ Lokasi ini pasti berada di wilayah Duke Cretia, dan cukup dekat dengan Amande, jadi tidak aneh baginya berada di sini. ]
Pikir Rio dalam benaknya.
Selain itu, tepat di samping Liselotte adalah Flora, Duke Huguenot, Roanna, dan Sakata Hiroaki. Christina melihat Flora juga; matanya melebar dengan samar, memperlihatkan rasa keterkejutannya. Begitu juga dengan Flora, dan keduanya saling menatap, mata mereka berdua terlihat seperti batu amethyst.
"Flora....... "
"O..... Onee-sama......?"
Keduanya berkata dengan pelan, memanggil satu sama lain seolah-olah untuk mengkonfirmasi kehadiran mereka. Dengan demikian, reuni Putri Pertama dan Kedua Kerajaan Beltrum telah terjadi di tempat yang tidak terduga.