Battlefield Symphony – Chapter 2.5 : 「Sementara itu」
Di saat yang sama, jauh ke arah timur dari tempat Rio dan yang lainnya berada, ada sebuah kota kecil di sepanjang jalan menuju Kerajaan Galarc.
Kota itu memiliki jumlah populasi penduduk sekitar dua ratus orang dan dikelilingi oleh pegunungan. Jalannya melewati lembah, jadi hampir tidak mungkin untuk tidak lewat sana. Karena itu adalah satu-satunya jalan menuju ke arah itu, jalan itu banyak digunakan oleh penduduk kota.
Ricca Guild juga menggunakan rute tersebut untuk transportasi mereka, jadi tidak heran jika kota ini selalu dipenuhi oleh pengembara daripada penduduk aslinya – kebanyakan dari mereka adalah petualang.
Di satu-satunya distrik utama kota ada banyak bar dan penginapan. Bar² tersebut berisi beberapa petualang biasa yang membuat tempat itu sebagai tempat bagi kelompok mereka untuk berkumpul dan membangun pengaruh mereka.
"Ah, tidak ada yang lebih baik daripada minum bir setelah hari yang melelahkan di tempat kerja! Oi, semuanya, aku akan mentraktir kalian hari ini!"
"Tapi tidak ada apapun selain bir murah!"
"Apa yang kau katakan? Ini sudah bagus!"
"Akan lebih bagus kalau ada cewek yang menemani kita. Yang bisa aku lihat di sini hanyalah wajah² jelek kalian semua."
"Kamu benar!"
Di suatu bar, tempat sebagian besar petualang veteran berkumpul, tawa hangat mereka bisa terdengar dari pagi hari.
"Hah?"
Suara bunyi pintu bar perlahan terbuka, menarik perhatian para petualang di sana. Kemudian muncul seorang pria yang tampaknya berusia tiga puluhan dan berpakaian seperti seorang petualang memasuki ruangan – pria iru adalah Arein, yang berada di kota ini atas perintah Reiss. Dia mengenakan jubah bertudung, baju besi kulit, dan pedang tergantung di pinggangnya.
"Aku tidak mengenal wajahnya."
Seorang pria dengan tubuh yang besar dan bertampang kejam – orang yang telah mentraktir semuanya – menggumamkan itu.
Bukan hal yang aneh jika melihat ada petualang baru di kota, tetapi bar ini dianggap sebagai wilayah petualang veteran. Petualang seperti mereka hidup dalam masyarakat yang berpikiran sempit, di mana yang terkuat yang berkuasa, jadi mereka memiliki penilaian yang cukup ketat yang mengatakan yang terkuat lebih unggul. Itulah mengapa, ketika seorang petualang pemula memasuki wilayah mereka—
"Apa yang kah inginkan?"
Tidak ada yang menyambutnya. Menjadi mabuk dan merasa agak ramah, petualang veteran memutuskan untuk mengintimidasi pendatang baru untuk melihat bagaimana dia akan bereaksi. Jika orang lain menjawab dengan sederhana, maka dia akan mengintimidasinya sedikit dan kemudian mencari tahu alasannya datang ke tempat itu.
Alasan paling umum adalah kurangnya pengetahuan bagi petualang pemula tentang bar dan kelompok petualang. Ada juga beberapa orang yang ingin menyapa para petualang lokal. Namun, ada juga beberapa orang yang ingin berkelahi dengan sengaja, tapi sangat jarang menemukan idiot seperti itu.
Sebagian besar termasuk dalam salah satu dari tiga kategori tersebut dan biasanya mereka yang memasuki bar tanpa mengetahui apa pun tentang hierarki tempat itu pergi secepat mungkin untuk menghindari konflik. Namun—
"Barman — tolong steak dan birnya."
Arein berjalan dengan berani ke konter dan memesan. Dalam sekejap, tatapan semua petualang berubah menjadi mengancam, tapi Arein bahkan tidak berkedip dan duduk di kursi tanpa memedulikannya.
Dia dengan cepat menghitung uang yang akan diberikan dan meletakkan tiga koin perunggu besar di atas meja.
"Oke."
Pemilik bar mengangguk sambil menghela napas, merasa semuanya akan berakhir buruk. Karena dia membayar, Arein adalah pelanggan, jadi pelayan bar itu segera mulai mempersiapkan apa yang dia minta.
Ketika—
"............."
Pria besar yang mentraktir bir itu berdiri dan mendekati Arein dari belakang. Petualang lainnya mengikutinya saat mereka menyaksikan dengan ekspresi lucu dan duduk di kursi di sekitar Arein.
"Oi, pemula. Kau memesan tanpa menyapa kami. Aku bisa melihat kau punya nyali. Apa masalahmu?"
Pria besar itu mulai berbicara dengan senyuman mencibir sambil memegang bahu Arein.
"Oh, kudengar bar ini penuh dengan petualang yang bersemangat dan terampil."
Arein menjawab dengan percaya diri.
Pria besar itu menyipitkan matanya.
"Hmm..... Dan urusan apa yang kau punya kami?"
"Tidak banyak. Aku hanya sedang mencari sekelompok penjahat yang memiliki hadiah di kepala mereka."
Arein mengeluarkan kertas. Meskipun pemberitahuan itu tidak memiliki nama atau wajah para penjahat, rincian surat perintah penangkapan sudah tertulis.
"L-Lima ratus koin emas?!"
Para petualang itu menunjukkan ekspresi terkejut saat melihat hadiahnya. Tidak heran – dengan uang sebanyak itu, mereka dapat membeli semua alkohol dan semua wanita yang mereka inginkan. Mereka bahkan bisa hidup boros tanpa bekerja selama sepuluh tahun ke depan.
"Oi, apa surat buronan ini di pasang di kota?!"
Petualang bertubuh besar itu mencari informasi lebih lanjut.
"Entalah."
"Aku tidak tahu."
Tak satu pun dari mereka yang tahu tentang itu. Jika mereka mengetahuinya, mereka tidak akan minum sepagi ini.
"Tidak heran kalian tidak tahu tentang ini. Lembaran ini baru ada kemarin di Cleia. Butuh sedikit waktu bagiku untuk sampai ke kota pedesaan seperti ini."
Arein berbicara dengan kesombongan.
"O-Oi, tunggu sebentar. Kau bilang lembaran ini baru ada kemarin di Cleia? Yang Kau maksud itu, Cleia ibukota dari wilayah Count Claire, kan? Untuk ke sana akan membutuhkan waktu seminggu dengan berjalan kaki. Bagaimana kau bisa mendapatkannya?"
Petualang bertubuh besar itu bertanya dengan curiga.
"Ah, kamu tahu, aku adalah seorang petualang yang bekerja untuk bangsawan besar. Mereka telah memberikanku Griffin untuk keperluan transportasi."
Jawab Arein dengan santai.
"Ah......."
Tak satu pun dari petualang di bar yang pernah bepergian dengan Griffin seumur hidup mereka, jadi mereka tidak tahu kecepatan menggunakannya – dan juga kedengarannya masuk akal jika seekor Griffin bisa terbang ke sana dalam satu hari. Mungkin mereka masih terkejut dengan jumlah uang yang mereka berikan sebagai hadiah karena tidak ada petualang yang keberatan dengan kata-kata Arein.
"Pemberitahuan ini mengatakan menangkap mereka hidup atau mati, tapi tuanku ingin menangkap penjahat ini hidup-hidup. Sepertinya tuanku punya urusan yang harus diselesaikan dengan salah satu dari mereka, jadi itulah kenapa dia memperkerjakanku sebagai pesuruh......."
Kata Arein, melihat sekeliling pada para petualang.
"Jelas sekali, ini adalah pekerjaan yang terlalu sulit untuk aku sendiri. Aku juga telah menandai beberapa kota di mana para penjahat mungkin melewatinya dan sedang mencari orang untuk membantuku. Jadi bagaimana? Aku juga harus pergi ke kota-kota di utara setelah ini, jadi bisakah kalian berjaga² di kota ini menunggu kemungkinan kedatangan mereka? Jika kalian menerima permintaanku, aku dapat membayar kalian di muka....."
Arein meletakkan tas kecil berisi koin perak besar di atas meja.
".....Koin perak besar, ya?"
Pria besar itu melihat koin mengkilap di dalam tas itu.
Meski jumlahnya bukan lima ratus koin emas dari total hadiahnya, tapi uang itu masih cukup banyak untuk mereka semua. Bagi Arein, uang itu tidak lebih dari uang saku......
"Tugasnya adalah mengawasi apakah para penjahat itu datang ke kota ini. Jika kalian menemukannya, jangan berharap mereka mengakuinya begitu saja. Kalian tidak harus menjelaskan situasinya kepada mereka dan tidak perlu mengejar mereka juga. Kalian hanya perlu memberitahu jika mereka lewat sini. Aku akan kembali dalam beberapa hari dan memberi kalian bonus jika kalian melihatnya."
"Hmm......"
Para petualang tidak langsung mengangguk. Mereka mungkin sedang menghitung keuntungan dan potensi kerugian mereka.
"Ngomong-ngomong, aku sudah tidak punya banyak waktu. Tolong — segera ambil keputusan. Jika kalian menolaknya, aku akan pergi ke kota berikutnya dan memperkerjakan para petualang dari sana. Jika kalian menerimanya, aku akan memberikan surat perintah ini."
Kata Arein, melipat kertas di tangannya. Itu satu-satunya salinan yang ada di kota itu.
"Cih, kau pembicara yang licik. Kami menerimanya."
Meski mendecakkan lidah, pria besar itu dengan antusias menerima pekerjaan itu. Pekerjaan yang mudah seperti itu tidak datang setiap hari.
"Aku senang kita telah mencapai kesepakatan."
Kata Arein, tersenyum puas.
◇◇◇◇
Sakata Hiroaki, pahlawan dari Kerajaan Beltrum sedang berada di salah satu kamar tamu istana Kerajaan di Galtuuk. Dia sedang duduk di sofa mewah dengan Roanna dan Flora di kedua sisinya dan Duke Huguenot duduk di depannya.
"Kamu pasti lelah setelah menghadiri semua pertemuan itu untuk memperkuat persahabatan kita dengan bangsawan dan Keluarga Kerajaan Galarc."
Kata Duke Huguenot, menundukkan kepalanya.
Sebagian besar pertemuan itu adalah pesta teh dan acara makan malam yang juga berfungsi sebagai wawancara pernikahan.
"Itu bukan masalah – semuanya diatur untukku. Ada juga jeda di antara masing-masing pertemuannya, jadi saya bersenang-senang. Aku tidak merasa lelah sama sekali." Jawab Hiroaki sambil mengangkat bahunya.
"Senang mendengarnya kalau begitu."
Duke Huguenot tersenyum.
"Hmph. Aku sangat mengenalmu. Kamu tidak akan pernah datang ke sini hanya untuk melihat bagaimana keadaanku, jadi apa yang kamu inginkan?"
Hiroaki berbicara dengan humor yang bagus.
Duke Huguenot tertawa sejenak mendengar kata-kata Hiroaki dan kemudian memasang ekspresi serius.
"Hahaha, sepertinya aku tidak bisa menyembunyikan apapun dari matanya yang tajam..... Ini mungkin sesuatu yang tiba-tiba, tetapi apa kamu berniat untuk menikah?"
"Menikah..... Kamu ingin aku menikah?"
"Ya."
"Pernikahan, ya? Aku masih terlalu muda untuk menikah, atau setidaknya itulah yang dipikirkan orang-orang di duniaku."
Hiroaki menghela napas sedikit dengan nada agak kesal. Untuk seorang anak laki-laki berumur sembilan belas tahun yang lahir di Jepang, kata "pernikahan" terdengar terlalu berat.
"Berkenaan dengan pembicaraan ini, aku juga sangat menghormati keputusan orang-orang yang terlibat, jadi aku tidak ingin terburu-buru..... Namun, wajah dan karaktermu sudah tersebar di perjamuan dan kami telah menerima lamaran pernikahan yang tak terduga dari bangsawan Galarc. Beberapa dari mereka bersedia menjadi selirmu. Pesta pertemuan terakhir yang kamu ikuti juga berhubungan dengan lamaran ini, tapi....."
Duke Huguenot melihat ke wajah Hiroaki untuk melihat ekspresinya, ekspresi Hiroaki terlihat dengan senyuman yang menunjukkan kesombongan.
"Ya, aku sudah menduga hal seperti itu terjadi. Ah, aku tidak pernah menginginkan popularitas seperti ini."
Terlepas dari kata-kata itu, Hiroaki menunjukkan ekspresi puas. Dia menggelengkan kepalanya dengan cara yang berlebihan.
"Aku minta maaf atas kurangnya bantuanku untuk hal ini, tapi aku sangat yakin kamu mempunyai pesona yang terlalu brilian untuk diabaikan."
"Oh, hentikan itu. Aku tidak membutuhkan pujian palsu yang kamu berikan untuk kepentingan sendiri."
Kata Hiroaki, menghela napasnya.
"Kamu tidak salah, karena itu adalah pikirkanku secara pribadi dan kebenaran belaka."
Tanpa menyangkal kalau hal itu untuk kepentingannya sendiri, Duke Huguenot terus memujinya. Fakta kalau dia tidak menyembunyikan niatnya adalah sesuatu yang sangat dihormati oleh Hiroaki.
"He...." Hiroaki menyeringai.
"Jadi, kamu ingin aku segera menikah, bukan?"
Kata Hiroaki, bertanya.
"Seperti yang aku katakan, keinginanmu adalah prioritas utamaku dan aku tidak berniat terburu-buru. Tetapi hal benar kalau kita tidak akan bisa mengabaikan semua lamaran pernikahan itu untuk waktu yang lama. Jumlahnya terus menumpuk, membuatku menjadi cukup kesulitan."
Duke Huguenot menghela napasnya dengan ekspresi yang rumit.
"Begitu ya..... Aku penasaran, memangnya pada usia berapa bangsawan dunia ini menikah?"
"Untuk para pria bangsawan menikah di usia dua puluhan atau paling lambat di usia tiga puluhan. Dan untuk wanita bangsawan biasanya menikah di usia remaja atau paling lambat usia dua puluhan."
"Hmm. Itu artinya aku di usia yang sudah cukup untuk menikah, ya?" Hiroaki berkata.
"Bisa dibilang begitu, memilih pasangan pada saat ini akan terlalu terburu-buru dan memilih banyak wanita sebagai istri di saat yang sama juga akan cukup bermasalah. Selain itu, aku yakin kamu juga memiliki keraguan tentang itu."
"Ya, begitulah."
"Itulah sebabnya aku ingin memberikan saran ini: untuk saat ini kamu dapat memilih istri pertamamu dan daripada langsung menikahinya, kamu dapat bertunangan."
Duke Huguenot akhirnya membuat permintaannya.
"Istri pertamaku, ya....."
Hiroaki menunjukkan ekspresi yang sedikit muram.
"Apa kamu tidak tertarik?"
"......Tidak, bukan begitu. Hanya saja istilah 'istri pertama' dan 'selir' menggangguku. Ini terdengar seperti mengatur wanita dari yang paling penting hingga yang paling tidak penting, kan? Aku ingin membentuk hubungan yang setara dengan mereka semua, aku tidak ingin mengikat mereka dengan sesuatu seperti itu. Sama dengan aturan yang mengatur tentang posisi sosial dan sebagainya. Itu terlalu menyebalkan. Wajar jika bangsawan memiliki istri yang dengan nama selir atau kastar yang paling rendah, bukan?"
"Aku tidak bisa menyangkalnya."
Duke Huguenot mengangguk dengan senyum tegang.
"Aku tidak suka hal semacam itu. Jika para wanita memperebutkan pria, pada akhirnya satu-satunya yang akan menderita tidak lain adalah pria itu. Kau tahu aku tidak suka hal seperti itu terjadi, bukan? Itu akan membuatku stres."
"Kamu benar."
"Itulah sebabnya aku memiliki beberapa syarat."
Hiroaki mengangkat satu jarinya.
"Apa itu?"
"Aku tidak punya masalah dengan membentuk harem, tapi aku yang akan memutuskan siapa yang akan menjadi istriku. Tentu saja, aku akan mendengarkan saranmu, tetapi aku tidak ingin mendengar perintah apa pun atau semacamnya. Aku mengerti kalau ada keharusan untuk memutuskan siapa yang akan menjadi istri pertama, tetapi aku tidak akan menganggap siapapun sebagai selirku. Aku tidak ingin mendengar keluhan tentang hubungan cinta yang aku inginkan dengan wanitaku. Aku juga tidak ingin kamu menggunakan wanitaky untuk membuat perselisihan antar faksi. Ini adalah syarat mutlakku. Jika kamu melanggarnya dan aku menderita akibat tindakanmu, maka..... Yah, aku rasa saya tidak perlu memberitahu apa yang akan terjadi nanti."
Kata Hiroaki, menjelaskan syaratnya. Karena dia berada dalam posisi di mana dia bisa menonjolkan egonya, dia telah mengatakan keinginannya dengan jelas.
"Hahaha, kamu benar² orang yang berpikiran luas seperti biasa. Namun, aku akan mempertimbangkan syarat itu dari dulu, jadi kamu tidak perlu khawatir."
Jawab Duke Huguenot dengan percaya diri.
"Hmm. Aku dapat mengandalkanmu seperti biasa. Tidak, sesuai yang diharapkan darimu."
"Bagaimanapun setiap bangsawan sedang melalui kesulitan seperti ini."
Duke Huguenot menjawab dengan senyuman saat melihat ekspresi kaget Hiroaki.
"Hahaha, jadi begitu. Ah, akan jauh lebih baik jika aku mencari informasi tentang apa yang dilakukan pendahuluku dalam situasi seperti ini. Ceritakan lebih banyak tentang itu lain kali. Mungkin di pesta atau acara serupa." Hiroaki tidak bisa menahan senyum penuh semangatnya.
"Dengan senang hati. Aku yakin akan banyak yang ingin berpartisipasi, tapi aku pikir lebih baik membicarakan hal semacam itu di tempat dengan sedikit orang. Aku akan memilih tanggal dan dengan hati-hati mengundang beberapa tamu."
"Kawan, aku benar² sangat mengandalkanmu. Kita harus lebih banyak mengobrol antar pria. Ah, ngomong-ngomong, siapa yang kamu pikirkan untuk bertunangan denganku?" Hiroaki bertanya, sekarang dia dalam suasana hati yang baik.
"Seorang Hero membutuhkan istri pertama dengan posisi sosial yang sesuai, jadi aku memilih Putri Flora."
Jawab Duke Huguenot dengan lancar.
"Hmm. Yah, itu masuk akal. Tapi apa kamu setuju dengan itu, Flora?"
Hiroaki menatap Flora, yang duduk di sebelahnya.
Karena Flora dan Roanna selalu berada di sisinya, tidak mengherankan jika salah satu dari mereka terpilih sebagai istri pertamanya.
"Heh? Ah.... Y-Ya. Aku akan melakukan yang terbaik."
Flora sedikit tersentak kaget dan mengangguk dengan agak canggung – lagipula itu adalah satu-satunya pilihannya.
[ Aku akan melakukan yang terbaik, ya..... ]
[ Jujur saja, Liselotte dan Roanna lebih menawan. Mereka berdua tahu bagaimana melakukan percakapan dan selalu menunjukkan perhatian yang cukup besar terhadap laki-laki. Keduanya sama² memiliki skor tinggi. Namun, aku tidak memiliki keluhan tentang penampilan Flora...... ]
Ketika Hiroaki membandingkannya dengan Liselotte dan Roanna,
[ Flora jauh lebih pendiam selama percakapan. ]
Hiroaki memikirkannya sambil melihat Flora.
[ Yah, memiliki wanita pasif sepertinya untuk hubungan poligami seperti ini tidak masalah. Akan sangat merepotkan jika istri pertamaku menjadi cemburu dan mulai membenci yang lain. Dalam hal ini, Flora tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Yah, lagipula aku tidak boleh melewatkan untuk mempunyai seorang putri di dunia fantasi seperti ini. Aku juga tidak berniat membiarkan gadis sepertinya jatuh ke laki² lain. ]