Battlefield Symphony – Chapter 1 : 「Perjalanan」
Di suatu tempat di sepanjang jalan yang membentang di selatan Cleia......
" Dari pembalas dendam kepada target balas dendam, tapi sekarang menjadi target balas dendam juga ingin balas dendam pada pembalas dendam. Manusia cukup sulit untuk dipahami, bukan begitu?"
Setelah meninggalkan kata-kata itu, Reiss pergi ke dalam hutan. Rio terus memelototinya setelah itu, ekspresinya terlihat muram.
".........."
Sementara itu, Christina melihat dar belakang Rio dengan ekspresi tidak percaya dan terkejut. Begitu juga dengan Celia, Sara, Orphia, dan Alma. Beberapa detik berlalu setelah itu dan keheningan menyelimuti mereka semua. Mereka semua menahan napas untuk sesat.
Rio kemudian menggunakan spirit art anginnya untuk memastikan kalau Reiss sudah pergi dan tidak ada lagi musuh di sekitarnya. Setelah itu, dia kembali ke arah Celia dan yang lainnya.
"Ayo pergi."
Rio adalah orang pertama yang memecah keheningan itu.
"......Heh?" Mereka semua secara refleks terkejut.
"Seperti yang dia katakan. Jika kita berlama² di sini, cepat atau lambat para pengejar akan menyusul kita. Raungan para Minotaur pastinya terdengar sampai kota, jadi sepertinya mereka telah menyadari kalau sesuatu telah terjadi di sini. Akan sangat berisiko jika kita menggunakan jalan ini, jadi lewat sini."
Rio secara alami mengabaikan kenyataan kalau Reiss telah menyebut nama aslinya dan dengan ringkas menjelaskan situasinya kepada yang lain. Kemudian, dia mulai memasuki hutan di sisi timur yang berada di sisi kiri jalan menuju selatan. Reiss menuju ke arah yang berlawanan.
Udara tidak nyaman mengalir di antara mereka.
".....Ya, ayo pergi."
"Ya."
"Oke."
Sara, si gadis serigala yang menyamar sebagai manusia, adalah yang pertama mengikuti Rio. Sama dengannya yang menyamar sebagai manusia, High Elf, Orphia dan Dwarf, Alma mengikuti di belakang Rio juga.
"Mereka benar. Kita tidak punya waktu untuk berlama² di sini. Ayo, pergi."
Ksatria wanita bernama Vanessa memanggil Christina.
"......Ya."
Mendengar itu, Celia menghela napas lega dan mengikuti mereka.
Kouta dan Rei saling menatap sebelum melakukan hal yang sama. Sementara itu, saat semua itu terjadi—
[ Aishia, apa kamu mendengarku? ]
Rio mengirim pesan telepati kepada Aishia, yang tidak ada dalam pertempuran sebelumnya.
[ Yups. ]
Aishia langsung meresponnya.
[ Di mana kamu sekarang? ]
[ Di tepi jangkauan telepati kita. Aku sudah memastikan kalau rumah batu aman. ]
[ Terima kasih banyak, Aishia. ]
Kata Rio sambil tersenyum.
Mungkin, setelah melihat kedatangan para Minotaur sebelumnya, Aishia memutuskan untuk bergerak terpisah dari gadis Seirei no Tami untuk memeriksa keadaan di rumah batu.
Satu-satunya orang yang ada di rumah batu sekarang adalah Miharu dan Latifa, karena Aishia telah memprioritaskan keselamatan keduanya, Rio sangat lega mendengarnya.
[ Apa yang harus aku lakukan sekarang? ]
Aishia bertanya.
[ Aku ingin kamu tetap di sana dan mengawasi Miharu-san dan Latifa. Kamu bisa datang kepada kami setiap hari tanpa terlalu dekat dengan kami dan kembali ketika matahari terbenam. Rombongan kami tidak lagi mengambil jalan memutar ke selatan, jadi kami akan langsung menuju Rodania melalui jalan timur. ]
Sebenarnya, Rio ingin sekali memintanya untuk mengawasi sekeliling mereka, tetapi dengan adanya kehadiran Reiss di dekatnya, dia tidak ingin meninggalkan rumah batu tanpa perlindungan, karena keselamatan Miharu dan Latifa adalah prioritas utamanya. Selain itu, mereka juga memiliki gelang penyimpanan ruang waktu yang dibawa Orphia, jadi memindahkan rumah tidak akan menjadi masalah.
[ Oke. ]
[ Kecuali terjadi keadaan darurat, aku tidak akan menghubungimu lagi sampai kami mencapai Rodania. ]
[ Jika sesuatu terjadi di sana, lepaskan gelombang ode dan mana dan aku akan berlari ke sana. ]
[ Ya. ]
[ Sampai nanti. ]
Percakapan telepati mereka berakhir seperti itu. Rio bisa menanyakan detail lainnya kepada Sara dan yang lainnya nanti.
{ TLN : Maskudnya itu, Rio bisa nanya tentang kejadian monster² yang datang sebelumnya di vol 11 }
"Apa ada yang masalah, Haruto?"
Berjalan mengikuti Rio, Celia bertanya kepadanya.
"Tidak, bukan apa². Monster² itu telah menghancurkan tanah di sekitarnya, jadi aku berpikir untuk mengambil keuntungan dari itu untuk menyembunyikan jejak kita."
Kata Rio sambil melihat ke tanah hutan yang telah diinjak² oleh sejumlah besar monster.
"Kita bisa melewati puncak pohon untuk menghindari meninggalkan jejak kaki kita lagi mulai sekarang."
Pasukan pencari pasti akan dikirim untuk menyelidiki keributan yang telah terjadi dan informasi terpenting yang bisa ditinggalkan Rio dan yang lainnya adalah jejak kaki mereka. Jika seseorang menemukan jejak kaki mereka, mereka pasti akan terlacak.
Dalam hal ini, pilihan yang terbaik adalah dengan tidak meninggalkan jejak kaki mereka dan dengan demikian tidak meninggalkan jejak apapun untuk para pengejar, sehingga memperpanjang waktu pencarian mereka.
Jika mereka menemukan jejak kaki Reiss, yang menuju ke arah yang berlawanan, para pencari mungkin akan membagi kelompok mereka ke dua arah. Namun—
"Melalui puncak pohon......?"
[ Apa hal itu mungkin? ]
Christina, Vanessa, Kouta, dan Rei mendongak ke atas untuk melihat puncak pohon di sekitar mereka.
Mereka semua memasang ekspresi bingung. Meskipun benar kalau mereka tidak akan meninggalkan jejak jika mereka bergerak dari puncak pohon, namun hutan tersebut di kelilingi oleh pepohonan setinggi lebih dari sepuluh meter.
Sebagai seorang Ksatria yang terlatih secara fisik, Vanessa mungkin akan mampu melakukannya, tetapi bagi yang lainnya, memanjat pohon saja sudah seperti pencapaian yang luar biasa. Belum lagi meloncat dari pohon satu ke yang lainnya. Mereka juga tidak bisa membuang waktu mencoba memanjat pohon² tersebut atau para pengejar bisa segera datang.
"Kami yang akan menggendong kalian. Aku bisa membawa Kouta-san dan Rei-san, dan tiga lainnya.... Bisakah aku menyerahkannya mereka kepada kalian, Sara?" Kata Rio.
".....Tentu!"
Sara bertukar tatapan kepada Orphia dan Alma sebelum mengangguk sambil tersenyum.
"Kalau begitu, ayo segera pergi. Aku akan membawa Kouta-san, jadi bisakah kamu naik ke punggungku, Rei-san? Maaf."
Rio menggendong Kouta di pelukannya seperti seorang Putri.
"Heh? Tung–....."
Di angat dengan begitu mudahnya tanpa mendengar jawabannya, Kouta langsung membeku.
"Ayo, Rei-san. Pegang erat-erat agar tidak jatuh."
Kata Rio, mendesaknya untuk cepat naik.
"Ah..... Baiklah. Permisi."
Mengetahui ini bukan waktunya untuk berdebat, Rei mengangguk dengan patuh dan naik ke punggung Rio.
[ O-Oh..... Wow, orang ini sangat hebat. ]
Rei terkagum² tentang bagaimana Rio bisa menggendong mereka secara alami.
"Kalau begitu aku akan menggendong Celia-san. Sara Nee-san dan Orphia Nee-sana bisa membawa dua yang lainnya."
Kata Alma mendekati Celia.
"Terima kasih, Alma."
Celia tersenyum hangat dan kemudian menoleh ke Christina dan Vanessa untuk mencoba mengurangi kewaspadaan yang mungkin mereka miliki terhadap gadis-gadis yang mereka belum kenal sebelumnya.
"Seperti yang kalian saksikan di pertarungan sebelumnya, gadis-gadis ini memiliki senjata sihir seperti Haruto dan bisa meningkatkan kekuatan fisik merema ke level yang cukup tinggi. Mereka adalah gadis yang dapat diandalkan, jadi aku jamin kalau mereka akan membawa kita dengan aman."
"Aku mengerti. Aku akan mempercayakan diriku kepada kalian berdua."
Christina mengangguk dan memandang Sara dan Orphia.
"Aku akan membawa yang Ksatria wanita, jadi kamu bisa membawa yang satunya, Orphia."
Sara menyarankan.
"Yup, tentu."
"Terima kasih."
Vanessa menundukkan kepalanya ke arah Sara.
Setelah Sara dan yang lainnya bersiap-siap dan menggendong orang-orang yang akan mereka kawal, kelompok itu akhirnya mulai pergi.
"Ayo pergi. Aku akan memimpin jalan, jadi ikuti aku dengan hati-hati. "
"Tentu!"
Rio melakukan lompatan besar sambil membawa Kouta dan Rei dan mendarat di dahan pohon.
"H-Hebat......"
"......Aku tahu dia memiliki kemampuan fisik yang luar biasa, tapi aku tidak berpikir dia akan mencapai level ini."
Kouta dan Rei yang mempunyai berat melebihi 120 kilogram jika di gabungkan, tetapi Rio bisa melompat ke sana seolah-olah gravitasi tidak ada, membuat mereka berdua sangat terkagum².
"Kalian mungkin akan menggigit lidah kalian jika berbicara, jadi sebaiknya kalian jangan terlalu banyak bicara."
Begitu Rio mengatakan itu, dia melompat ke pohon berikutnya. Sara dan yang lainnya mengikutinya dengan melompat ke cabang di belakang Rio. Kemudian, mereka terus berjalan melalui hutan, meninggalkan medan perang sebelumnya dalam waktu singkat.
Seperti yang Rio rencanakan, satu-satunya jejak yang tertinggal adalah jejak dari pertempuran besar yang terjadi di jalan dan di hutan sekitarnya. Regu pencari yang datang dari Cleia – termasuk Alfred dan Rui – tiba di lokasi keributan hanya dalam waktu beberapa menit kemudian.
◇◇◇◇
Sepuluh menit setelah mereka meninggalkan medan perang di jalan selatan, Rio dan yang lainnya mencapai tempat yang aman di jalan timur.
[ Kita seharusnya sudah berada cukup jauh dari lokasi kita sebelumnya, tapi...... ]
Semakin jauh mereka dari Cleia, semakin jauh juga mereka dari lokasi yang sedang dilakukan pencarian secara menyeluruh oleh pasukan Charles.
Meningkatkan jarak mereka juga akan meningkatkan kemungkinan untuk mengecoh para pengejar, jadi jika memungkinkan, Rio ingin pergi sejauh mungkin.
Namun, mempertahankan kemampuan fisik dan peningkatan kekuatan fisik pada saat yang sama menghabiskan sejumlah besar esensi sihir, sehingga mantra sihir dianggap cukup tidak efisien. Mampu menahan mantra selama beberapa menit benar-benar sulit.
Jelas saja, Rio dan gadis-gadis dari Seirei no Tami memiliki esensi yang luar biasa dibandingkan dengan manusia normal, sehingga mereka dapat mempertahankan peningkatan fisik mereka selama yang mereka inginkan. Tapi, jika mereka menggunakannya dalam waktu yang lama akan menimbulkan kecurigaan dari Christina dan yang lainnya.
[ ....Sebaiknya kami istirahat dulu. Aku juga harus menjelaskan situasinya kepada Sara dan yang lainnya. ]
Setelah memutuskan itu, Rio mengurangi kecepatannya dan mendarat di cekungan di hutan. Gadis² dari Seirei no Tami mengikuti langkahnya dan mendarat di sampingnya dengan mudah.
"Kita seharusnya aman untuk saat ini. Kita sudah melalui banyak hal yang tidak terduga selama ini, jadi kita beristirahat sejenak untuk menjelaskan berbagai hal dan mendiskusikan rencana kita ke depannya."
Kata Rio, menyarankan sambil menurunkan Kouta dan Rei.
"Tapi......"
Celia mulai gugup ketika melihat wajah semuanya.
Sepertinya dia masih khawatir tentang Reiss yang memanggil Rio dengan nama aslinya.
Tidak ada yang berbicara di sepanjang perjalanan mereka, karena faktanya tidak ada yang belum mengenalkan diri mereka masing² yang membuat suasananya cukup canggung.
"Kalau dipikir², Sara-san dan yang lainnya belum memperkenalkan diri mereka kepada Yang Mulia. Bagaimana jika kita memulainya dari sana?"
Rio dengan sengaja menghindari topik tentang nama aslinya dan melanjutkan percakapan. Yang lain sepertinya memahami niatnya.
"Namaku Sara. Gadis ini adalah Orphia dan gadis yang ada di sana adalah Alma. Senang bertemu dengan kalian." Sara memperkenalkan dirinya dan yang lainnya. Orphia dan Alma menundukkan kepala mereka dengan sopan.
"Bolehkah aku bertanya, hubungan seperti apa yang mereka miliki dengan Haruto-san.....?"
Rei mengangkat tangannya dan bertanya.
"Bagaimana aku bisa menggambarkannya.... Hmm, mereka adalah orang-orang yang penting – atau lebih tepatnya, para warrior yang berasal dari kelompok minoritas yang terletak di pinggiran Strahl. Dan pada suatu peristiwa tertentu, membuat kami bertemu dan sejak itu mereka tidak melakukan apa pun selain membantuku."
Rio memberikan penjelasan yang sedikit detail, tapi meyakinkan tentang dari mana Sara dan yang lainnya berasal.
"Kami sedang bepergian bersama Haruto untuk mempelajari lebih banyak tentang dunia."
Kata Orphia, menambahkan. Secara teknis, dia tidak mengatakan kebohongan.
"Begitu ya..... Kalian semua sangat manis. Sungguh....."
Rei menatap mereka dengan penuh minat.
"Heh.... Terima kasih banyak."
Sara membungkuk, dan menerima kata-katanya sebagai pujian yang sopan.
"Senpai– Berhentilah mengatakan hal-hal yang tidak perlu dalam situasi yang seperti ini."
Kouta memukul Rei dengan sikunya.
"Hahaha...... Benar. Ah, namaku Rei Saiki. Anak laki-laki ini adalah Kouhai-ku, Kouta Murakumo. Senang bertemu dengan kalian."
Rei memperkenalkan dirinya dengan agak kaku.
"Halo, namaku Kouta."
Kouta tampak agak pemalu saat dia mengangguk dengan canggung. Kemudian, Christina menghembuskan napasnya perlahan untuk menenangkan dirinya untuk berbicara.
".....Aku adalah Putri Pertama Kerajaan Beltrum, Christina. Terima kasih telah menyelamatkan kami sebelumnya."
"Namaku Vanessa Emarle, pengawal pribadi Putri Christina. Aku sangat berterima kasih kepada kalian karena telah membantu Yang Mulia selama situasi kritis ini."
Kata Vanessa, menundukkan kepalanya dengan hormat.
"Eh, whoa. Jadi kamu adalah seorang putri..... Yah, kami hanya turun tangan untuk membantu Haruto dan Celia-san, jadi kamu bisa berterima kaish kepada mereka berdua."
Kemungkinan besar Aishia sudah memberitahunya detailnya, namun, Sara memutuskan untuk bertindak seolah-olah dia baru saja mengetahui kalau Christina adalah seorang Putri Kerajaan.
"Jadi bagaimana situasi saat ini? Kami hanya tahu kalau ada keributan di kota dan kamu sedang dalam pelarian dari para tentara......" Alma bertanya.
Mereka tidak bisa memberitahu kepada Kelompok Christina kalau Rio telah meminta Aishia untuk memberitahu para gadis dari desa roh untuk membantunya dalam pelarian mereka dari Cleia.
Untuk alasan ini, Alma menyampaikan kepada Rio dan Celia niatnya yang jelas untuk berpura-pura tidak tahu.
"Yang Mulia." Kata Rio memanggil Christina.
"Heh....? Ah, iya?"
Christina tersentak ketika dia menjawab.
"Apa kamu merasa tidak enak badan?"
Rio menatapnya dan bertanya kepadanya.
"T-Tidak, tidak, aku baik² saja."
Christina mengalihkan pandangannya dengan ekspresi bersalah.
"Aku senang mendengarnya. Bisakah aku menjelaskan situasinya kepada mereka? Aku dapat menjamin kalau mereka tidak akan memberitahu hal ini kepada siapa pun." Rio memandang Sara dan yang lainnya.
".....Ya, silakan."
Christina mengangguk dengan canggung.
Mungkin itu karena dia tidak punya pilihan lain dalam situasi saat ini atau mungkin itu karena sesuatu yang lain......
"Kalau begitu, aku akan mencoba meringkas apa yang terjadi. Pertama, Celia..... -sama dan aku berhasil menyelinap ke dalam Mansion ayahnya seperti yang telah kami rencanakan."
Kata Rio. Dia berbicara dengan canggung ketika dia menyebut nama Celia dengan -sama.
".........."
Celia sepertinya ingin mengatakan sesuatu saat dipanggil dengan '-sama', tapi dia menahannya.
"Setelah kami berhasil menyelinap ke dalam ruang bawah tanah, kami bertemu dengan Yang Mulia yang juga bersembunyi di sana. Saat ini, dia sedang diburu oleh tentara Kerajaan, yang dipimpin oleh para pelaku konflik politik yang terjadi di ibukota."
Kata Rio, menjelaskan dengan singkat.
"Begitukah..... Jadi, Haruto dan Celia-san akan pergi ke Rodania?" Tanya Sara.
"Iya. Aku telah memutuskan untuk mengawal mereka ke sana." Rio membenarkan, dia sedikit mengernyit dan menghela napas, seolah-olah dia sudah menebak apa yang akan dikatakan Sara selanjutnya.
"Kalau begitu biarkan kami menemanimu. Kami ingin membantumu dengan semua yang kami bisa."
Jujur, hal itu sebenarnya tawaran yang sangat meyakinkan. Dengan begitu akan banyak yang bisa dilindungi, bahkan Rio pun akan kesulitan untuk melindungi mereka semua.
Tentu saja, prioritas utamanya adalah Celia, tapi dia juga ingin menghindari kerusakan tambahan yang akan membuat Celia marah. Jadi, untuk menghindari itu, dia tidak bisa mengambil jalan pintas saat mengawal Christina. Dalam hal ini, tawaran dari Sara dan yang lainnya sangat membantu.
".....Kami sedang dikejar oleh tentara dari seluruh Kerajaan. Jadi, perjalanan ini akan menjadi perjalanan yang berbahaya."
Di situlah kekhawatiran Rio terjadi. Sara dan yang lainnya telah meninggalkan desa roh untuk belajar lebih banyak tentang dunia luar, jadi sangat tidak masuk akal untuk melibatkan mereka dalam masalah yang begitu berbahaya dan bermasalah seperti itu.
Jika orang yang harus mereka lindungi hanyalah Celia, maka mereka tidak perlu menyembunyikan spirit art mereka dan bisa terbang begitu saja. Namun, mereka tidak bisa melakukan hal itu karena ada Christina dan yang lainnya yang hadir. Hal itu adalah masalah yang sama sekali berbeda dari memberi mereka artefak sihir untuk mengubah warna rambut mereka.
Kecuali jika ada semacam keadaan darurat, Rio tidak ingin menggunakan metode apa pun yang menyimpang dari pengetahuan umum di wilayah Strahl.
Mereka harus melalui jalan darat. Dan dia juga tidak bisa melakukan sesuatu yang manusia super lakukan seperti berlari dengan menggendong Celia di pelukannya sepanjang siang dan malam hari.
"Bukankah kita berteman? Apa menurutmu kami akan menonton saat kamu dan Celia melakukan perjalanan berbahaya seperti ini?"
Sara bertanya, nadanya agak kesal.
"Yups, benar yang dikatan Sara-chan."
Orphia mengangguk setuju.
"Dan bukankah lebih baik memiliki lebih banyak orang untuk mengawal kalian? Itu sebabnya, kami ada di sini."
[ Itulah mengapa kami ada di sini, bukan Aishia-sama ] — itu adalah implikasi Alma yang hanya bisa dimengerti oleh Rio.
Dia ada benarnya. Meskipun Aishia sekuat Rio dan bisa melakukan banyak peran sendiri, dia hanya memiliki satu tubuh humanoid. Ditambah, bahkan jika Aishia berpartisipasi dalam pengawalan ini, dia akan jauh lebih berguna dalam wujud rohnya daripada dalam wujud manusianya karena dia dapat mengawasi sekeliling dan memperingatkan Rio tentang bahaya yang mungkin terjadi.
Sebaliknya, Sara dan yang lainnya dapat memperkuat pertahanan kelompok dengan tetap dekat dengan Christina dan teman-temannya sementara roh kontrak mereka bisa mengawasi sekeliling mereka.
Dalam situasi ini, mereka lebih berguna daripada Aishia. Mengetahui hal itu, mereka datang untuk menyelamatkan Celia dan menawarkan bantuan mereka.
".....Baiklah. Kalau begitu, aku akan mengandalkan kalian semua. Terima kasih."
Kata Rio, berterima kasih. Dia akan memastikan untuk berterima kasih kepada mereka di lain waktu.
"Terima kasih banyak, sungguh....."
Celia menundukkan kepalanya ke arah Sara.