Sonata of Beginnings – Extra Story
KEBOSANAN SANG PUTRI
Di Kastil Kerajaan Galarc, beberapa hari setelah Rio dan Miharu pergi.....
Charlotte menghabiskan waktu luangnya dengan minum teh di taman atap yang secara eksklusif digunakan oleh Keluarga Kerajaan. Satu-satunya orang yang hadir adalah pelayannya dan Ksatria Pengawal – singkatnya, dia tidak punya siapa-siapa untuk diajak bicara.
"Sekarang Haruto-sama telah pergi, segalanya menjadi jauh lebih membosankan."
Charlotte menatap langit biru cerah dan menghela napas lelah saat memikirkan seorang anak laki-laki yang muncul sehari sebelum perjamuan dimulai.
Rio adalah penyelamat dan sekaligus tokoh penting seperti Liselotte dan Flora. Setelah membuat prestasi heroik yang tiba-tiba, seperti mengalahkan Half-Dragon dengan pedang sihirnya, muncul ke Kastil bersama teman baik Satsuki – Miharu – dan menunjukkan keahlian militernya ketika di perjamuan, dia bahkan telah dijadikan seorang Ksatria Kehormatan Kerajaan Galarc. Dan bukan hanya itu, dia bahkan telah memainkan peran besar dalam menghentikan keributan yang ditimbulkan Takahisa yang membuat Rio menjadi topik pembicaraan akhir² ini.
"Apa yang harus aku lakukan selama waktu luang ini sebelum bertemu lagi Haruto-sama? Jika aku ingat dengan benar....."
Charlotte biasa menghabiskan waktunya dengan mengganggu para bangsawan muda yang mencoba mendekatinya dan mengamati hubungan antar manusia yang mau rusak di sekitarnya. Tapi sekarang Rio sudah jadi fokus minatnya, melakukan hal yang sama seperti dulu sudah tidak menyenangkan lagi baginya.
"Oh, sangat membosankan tanpa kehadiran Haruto-sama. Sangat menyenangkan mengobrol dengan Satsuki-sama, tapi aku tidak bisa membuatnya terus bersamaku setiap saat......"
Kemunculan Rio dan Miharu telah membuat Satsuki menurunkan kewaspadaannya terhadap Kerajaan Galarc, tapi itu tidak berarti kalau jarak di antara mereka telah benar-benar menghilang. Meskipun benar kalau dia sekarang mengundang Charlotte untuk minum teh lebih sering dan lebih santai, Satsuki sibuk dengan pelajaran dan pelatihannya, jadi Charlotte tidak bisa terlalu banyak menyita waktunya. Yang bisa dibilang......
"Namun jarak di antara kami akhirnya berkurang dan itu semua berkat Haruto-sama. Ini mungkin kesempatan bagus untuk mempelajari sesuatu yang baru dengan Satsuki-sama."
Dengan keputusan itu, Charlotte segera berdiri.
"Aku akan pergi mengunjungi Satsuki-sama."
Katanya, itu akan menjadi ketiga kalinya dia mengunjungi kamar Satsuki.
KESALAHPAHAMAN MII-CHAN?
Pada suatu hari di pagi hari.....
Rio dan yang lainnya sedang latihan pagi seperti biasa di luar rumah batu. Sementara itu, Miharu baru saja selesai menyiapkan sarapan dan saat ini sedang ada di dapur sendirian dengan pikirannya terbang ke langit.
Karena pikirannya sedang dipenuhi oleh—
"Kamu bisa memanggilku Haru-kun jika kamu mau. Aku yakin akan ada saat-saat kamu ingin mengingat masa lalu."
Itulah yang Rio katakan kepadanya saat mereka terbang di atas langit Kastil Kerajaan Galarc.
"......Haru, -kun.....? Memanggilnya seperti waktu itu......"
[ Haru-kun. ]
Miharu merasa sangat malu ketika dia membayangkan dirinya memanggil nama Rio seperti itu, tetapi di saat yang sama, di merasa harus memanggilnya dengan nama panggilan itu.
[ Tapi pada saat apa aku harus memanggilnya begitu? ]
Itulah masalahnya.
Memanggilnya Haru-kun saat yang lain ada akan terlalu memalukan. Tetapi untuk memanggilnya dengan nama itu secara tiba-tiba ketika kita mereka berdua, itu....
[ Itu sangat memalukan. ]
Menyadari hal itu, Miharu tersipu malu dan wajahnya memerah.
[ Tapi aku tidak bisa memanggilnya begitu ketika kami tidak berduaan..... Jadi aku tidak punya pilihan lain.... ]
[ H-Haruskah aku meminta izinnya dulu? Atau tidak apa-apa jika aku memanggilnya dengan nama itu secara tiba-tiba.....? ]
Saat dia memikirkannya, jantungnya berdebar semakin kencang.
"Ugh, hanya dengan memikirkannya membuatku sangat gugup..... Kalau terus begini, aku tidak akan bisa memanggilnya Haru-kun saat waktunya tiba......"
Miharu sangat malu meski tidak ada orang di sekitarnya. Dia menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya.
[ Apa yang harus aku lakukan? ]
[ A-Ah, b-benar juga. Bagaimana kalau aku berlatih? Aku mungkin akan terbiasa menyebut namanya jika aku berlatih sekarang karena tidak ada orang di sini! ]
[ Ini adalah sebuah ide bagus. Hmm..... ]
"...H-Haru.... -kun...."
Miharu berhasil mengucapkan nama lama teman masa kecilnya.
"A-Aku bisa mengatakannya....."
Tanpa ada Rio di dekatnya, dia berhasil mengatakannya, tetapi apa yang akan terjadi ketika Rio ada di sana?
"Tidak, aku harus berlatih beberapa kali dan membiasakan diriku!" Miharu mengepalkan tangannya dan mengumpulkan keberanian.
"H-Haru-kun. Haru-kun...... Haru-kun, Haru-kun, Haru-kun."
Awalnya hal itu terasa memalukan, tetapi ketika dia mulai mengucapkan nama panggilan itu beberapa kali, lama-kelamaan dia bisa dengan lancar mengatakannya.
[ Ya, aku mungkin sudah terbiasa. ]
[ Sekarang, mari ayo bayangkan jika Haruto-san berdiri di depanku. ]
Pikir Miharu sambil menarik napas dalam-dalam.
"S-Sarapan sudah siap, Haru-kun!"
Membayangkan Rio ada di depannya, Miharu mengucapkan kata-kata itu dengan senyuman dengan cara yang paling alami.
Namun, Rio yang asli ada di depannya.
".....Oke."
Jawab Rio dengan ekspresi agak bingung.
"....Heh?"
Melihat sosok Rio di depannya, Miharu memasang ekspresi kaget dan membeku di tempatnya.
"Aku baru saja kembali pelatihan pagi. Kamu bilang sarapan sudah siap, kan?"
Rio bertanya agar kata-kata Miharu yang diucapkan secara sepihak menjadi awal percakapan.
"Y-Ya..... Tunggu, tidak! Ah, maksudku, ya, sarapan sudah siap!"
Miharu hendak mengatakan yang sebenarnya, tapi dia menyadarinya dan berhenti tepat waktu.
"Kalau begitu biarkan aku membantumu membawakannya."
Begitu Rio mengatakan itu, dia mulai pergi untuk menyajikan makanan. Tetapi di sisi lain.
"Eeeeee....... E-Ehm! Umm! T-Tunggu!"
Seolah rasa malu telah menyusulnya, Miharu tersipu dalam-dalam dan membuka mulutnya. Namun, tidak tahu harus berkata apa, dia hanya tergagap.
Melihat Miharu seperti itu, Rio sedikit tersenyum.
"Yang lainnya akan segera tiba. Jadi, kita tunggu mereka." Katanya dengan nada tenang.
"O-Oke......"
Miharu mengangguk dengan suara yang perlahan menghilang. Dia tidak ingin melakukan apa pun selain bersembunyi di dalam lubang. Namun.....
"Baiklah. Ayo, kita mulai menyiapkannya, Mii-chan."
"Ya..... Heeeh...?"
Kata-kata yang diucapkan Rio selanjutnya membuatnya sangat terkejut.
[ Mii-chan. ]
[ Itu yang baru saja dikatakan Rio, kan? ]
Menyadari hal itu dan dengan pikirannya yang masih kosong, Miharu mengangkat kepalanya.
Rio membawa cukup banyak piring untuk semuanya dari rak sambil berpura-pura tidak menyadari sikap Miharu.
"U-Umm, apa harus sekarang.....?"
Miharu bertanya dengan malu-malu.
"Yang lainnya akan segera kembali, jadi sebaiknya kita segera menyiapkannya."
Rio menanggapi dengan cepat.
"K-Kamu benar....."
[ Apa aku salah dengar? ]
Miharu ingin mencari tahu, tetapi tidak bisa, karena Rio menjawabnya dengan terlalu percaya diri.
"Yah, aku sudah menyiapkan untuk semuanya, jadi aku akan menunggumu di ruang makan, Mii-chan."
[ Mii-chan. ]
Rio baru saja memanggilnya Mii-chan. Kali ini, Miharu benar-benar yakin akan hal itu.
"........"
Miharu berkedip berulang kali saat dia melihat punggung Rio menjauh dari dapur.