Sonata of Beginnings – Chapter 5.5 : Para Pengejar

 

Kembali ke waktu beberapa saat lalu, ketika Rio dan Celia mengunjungi Claia pada siang hari......

 

Di perkebunan yang ada di Mansion Count Claire, ada sekelompok tamu terhormat yang sedang di sambut oleh Count Claire. Salah satu dari tamu adalah Charles Albor, mantan tunangan Celia, dan tepat di belakangnya adalah Sword King, yang dikenal sebagai pengguna pedang terbaik di Kerajaan Beltrum, Alfred Emarle, kemudian ada sang Hero yang dipanggil dari dunia lain, Shigekura Rui.

 

Jauh di belakang mereka adalah para Ksatria yang berada di bawah komando Charles.

 

"Apa kalian masih belum bisa menemukan Putri Christina?!" 

Charles berteriak kesal ketika dia membuka pintu ruangan tempat regu pencarian yang dibentuk di dalam Mansion.

 

"C-Charles-sama! K-Kamu datang jauh² dari ibukota. Aku mohon maaf karena tidak bisa memberikan sambutan yang layak!" 

Ksatria yang bertanggung jawab atas operasi pencarian yang sedang duduk di meja sambil memeriksa beberapa dokumen berdiri dengan panik dan menyambut Charles dengan hormat.

 

"Lupakan itu. Apa kau sudah menemukan Putri Christina?"

 

"Kami sedang mencarinya, tapi kami belum menemukannya!"

 

"Apa kalian benar-benar mencarinya?"

 

"T-Tentu saja, Charles-sama!"

 

"Dan bagaimana dengan Count Claire?"

 

"Dia bersikeras mengatakan kalau dia tidak mengetahui apapun. Kami telah menempatkannya sebagai tahanan rumah dan terus mengawasinya, tapi sejauh ini kami belum melihat adanya gerakan yang mencurigakan. Apa kamu yakin kalau Putri Christina datang ke sini?"

 

"Tentu saja. Count Claire adalah satu-satunya bangsawan yang bersedia membantu Putri Christina dalam perjalanannya dari ibukota kerajaan ke Rodania, di mana markas Restorasi berada. Selain itu, dia satu-satunya bangsawan yang setia kepada mahkota dan dia yang satu-satunya meninggalkan ibukota di saat sang putri menghilang." 

Charles menjawab dengan nada frustrasi.

 

"Tapi, mereka mungkin saja sudah meninggalkan kota....."

 

"Itulah sebabnya, aku menyuruh orang-orangku untuk berpatroli di kota dan jalan raya. Dan meskipun dia sudah meninggalkan kota, kita harus menemukan bukti kalau Count Claire bekerja sama dalam semua ini."

 

"Tapi, ada kemungkinan Count Claire tidak terlibat....."

 

"....Apa kau bodoh?" 

Charles bertanya, dengan cepat mendekati kapten regu pencarian. 

 

"Putri Pertama baru saja kabur dari ibukota. Siapa yang akan bertanggung jawab untuk ini? Hmm? Apa kau yang ingin bertanggung jawab?"

Charles berbisik di telinganya.

 

"......T-Tidak, Pak." 

Kapten regu itu menggelengkan kepalanya dengan ketakutan.

 

"Kalau begitu, kumpulkan semua tukang kayu di kota ini besok." Kata Charles dengan tiba².

 

".....Maaf?" 

Kapten regu itu tertegun, karena dia tidak mengerti kenapa para tukang kayu dipanggil.

 

"Aku akan menggunakannya untuk mengancam Count Claire. Lakukan saja apa yang aku perintahkan. Aku akan mengurus pembicaraan dengannya." 

Kata Charles, menunjukkan senyum lebar.

 

"Y-Ya, Pak!"

 

"Jawaban yang bagus. Sekarang, kau harusnya senang." Charles berbalik dan memperkenalkan Rui dan Alfred yang berdiri di belakangnya.

 

"Dua orang yang sangat hebat ini akan bergabung dengan regu pencarian, dia adalah pahlawan Kerajaan kita, Rui Shigekura-sama, dan Sword King, Alfred."

Charles menekan tangan ke dahinya, mengungkapkan kesedihannya karena membuat Rui membantu mereka.

 

"Maafkan aku karena telah membuatmu melakukan ini, Rui-sama......"

 

"Teman dan Senpai juga menghilang, jadi aku dengan senang hati membantu pencarian ini. Aku berharap dapat bekerja sama denganmu." 

Rui tersenyum dan menyapa kapten dari regu pencari.

 

"I-Ini suatu kehormatan untukku!" 

Kapten itu memberikan rasa hormatnya dengan gugup.

 

"Dengan itu, Rui-sama dan Alfred akan bergabung dengan regu pencari. Jika perlu, kau bisa menggunakan personelku yang lain."

 

"Ya, serahkan padaku." Jawab Rui.

 

"Alfred, lindungi Rui-sama dengan nyawamu. Adik perempuanmu juga terlibat dalam hal ini, jadi kamu harus bertanggung jawab." 

Berbicara dengan sikap mengancam kepada Alfred, Charles menyipitkan matanya.

 

"......Aku tahu." 

Alfred menjawab singkat. Saat itu juga, seseorang mengetuk pintu ruangan regu pencari.

 

"Siapa? Masuklah." 

Charles berbalik ke pintu masuk dan mendesaknya untuk masuk. Orang yang memasuki ruangan adalah seorang Ksatria, yang dengan cepat melaporkan sesuatu kepada Charles.

 

"Charles-sama, seseorang yang bernama Jean Bernard, yang mengaku sebagai teman lamamu, baru saja tiba. Apa yang harus aku lakukan?"

 

"......Jean Bernard? .....A-Apa? Mengapa....? T-Tidak, Segera bawa dia ke ruang tunggu. Dan perlakukan dia dengan hormat. Aku akan segera ke sana."

Setelah mendengar perintah Charles, Ksatria itu mengangguk dan segera meninggalkan ruangan.

 

"Siapa dia? Ini pertama kalinya aku mendengar namanya." 

Alfred langsung menanyakan identitas pengunjung tersebut.

 

"Seperti yang sudah dikatakan. Dia adalah teman lamaku. Dan aku sudah mengenalnya cukup lama."

 

"Apa ini waktunya kau bertemu dengan seorang teman di saat seperti ini? Selain itu, bagaimana dia bisa tahu kalau kau ada di sini?"

 

"Dia mungkin datang ke kota ini secara kebetulan dan melihatku. Bagaimanapun, aku tidak bisa membuatnya menunggu. Rui-sama, aku permisi dulu."

Setelah mengatakan itu, Charles segera meninggalkan ruangan.

 

◇◇◇◇

 

Kemudian Charles bergegas ke ruang tamu dan menunggu kedatantan Jean Bernard – atau lebih tepatnya, Reiss – Kurang dari satu menit kemudian, Reiss datang.....

 

"Jean Bernard-sama baru saja tiba."

 

"Biarkan dia masuk dan jangan biarkan orang lain memasuki ruangan ini." 

Setelah Charles memerintahkan itu kepada Ksatria pengawal, Reiss memasuki ruangan.

 

"Wah, wah. Kita baru saja bertemu saat perjamuan beberapa minggu lalu. Bagaimana kabarmu sejak itu, Charles-sama?" 

Reiss menunduk hormat sambil tersenyum.

 

".....Haruskah aku memanggilmu Bernard-dono sekarang, Reiss-dono? Bagaimana kamu tahu kalau aku ada di kota ini?" 

Charles bertanya kepada Reiss, dia ingin mengetahui kenapa Reiss ada di sini.

 

"Yah, aku mengikuti pergerakan seseorang yang menarik minatku dan datang ke kota ini secara kebetulan. Aku segera menyadari suasana yang agak berat di sini, dan kemudian aku melihatmu, jadi aku memutuskan untuk datang dan menyapa. Alasanku memperkenalkan diriku sebagai Jean Bernard adalah karena aku tidak ingin menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu. Akan aneh jika duta besar Proxia muncul di tempat ini begitu tiba-tiba." 

Reiss berbicara sambil tersenyum.

 

"Aku mengerti. Ini benar² sebuah kebetulan."

Charles mengerutkan keningnya dengan menyesal.

 

"Aku ingin sekali memberikanmu sambutan yang pantas, tapi, seperti yang bisa kamu lihat, kami sedang sibuk sekarang." Charles membuat wajah muram.

 

"Kita adalah rekan kerja. Aku akan senang membantumu dengan apa yang aku bisa. Apa telah terjadi sesuatu?"

Reiss bertanya dengan ekspresi khawatir.

 

"Sebenarnya..... Yah, kami sedang mencari penjahat yang bersembunyi di kota ini."

Charles hendak menjelaskan apa yang terjadi, tetapi pada akhirnya dengan detail yang tidak jelas. 

 

Tidak perduli seberapa banyak Charles mempercayai Reiss, dia ragu² memberi tahu orang asing kalau putri yang selama ini dia awasi di Kastil telah melarikan diri.

 

"Astaga, kedengaran ini berbahaya. Jika Charles-sama datang ke sini secara pribadi, itu berarti penjahat itu telah melakukan dosa besar."

 

"Ya, umm.... Aku tidak menggambarnya sebagai orang yang berbahaya, tapi dia agak terlalu pintar....."

Charles menjawab seperti itu sambil memikirkan Christina.

 

"Begitu..... Yah, aku seharusnya tidak terlalu mencampuri urusan Kerajaan lain. Karena itu, aku tidak ingin mengganggumu lagi dengan kehadiranku, jadi permisi." Kata Reiss.

 

"Aku minta maaf, sekarang aku harus bertemu dengan Count Claire. Jika kamu ingin tinggal di kota, aku bisa menyiapkan kamar untukmu......"

 

"Tidak, jangan khawatirkan itu. Aku sudah mengamankan penginapan." 

Mengatakan itu, Reiss berdiri.

 

"Aku sangat menyesal tidak dapat memberikanmu sambutan yang layak. Jika kita bertemu lagi, mari kita mengobrol dengan santai."

 

"Ya, dengan senang hati." 

Dengan senyuman hampa, Reiss meninggalkan ruangan itu.