Sonata of Beginnings – Chapter 3.5 : 「Sakata Hiroaki」
Sementara itu, dalam organisasi Restorasi yang pada dasarnya dipimpin oleh Duke Huguenot—
Hero organisasi mereka— Sakata Hiroaki, tetap memilih untuk tinggal di Kerajaan Galarc daripada kembali ke markas mereka di wilayah Marquess Rodan
Sebagai simbol dari Restorasi, Hiroaki dan Flora akan menggunakan kesempatan itu untuk tinggal di Kerajaan Galarc untuk memperdalam persahabatan mereka dengan Kerajaan Galarc; itulah yang dibahas Duke Huguenot dengan Raja Francois tempo hari.
Bisa dibilang, memperdalam persahabatan mereka adalah hanyalah alasan saja. Tujuan sebenarnya adalah untuk secara implisit memilih calok untuk menjadi selir untuk Hiroaki dari kalangan bangsawan Galarc demi membuat hubungan persahabatan dengan mereka.
Untuk alasan ini, ketika Rio dan Miharu meninggalkan Kerajaan, Hiroaki sedang berbuar dengan gadis-gadis bangsawan Galarc ditemani Flora dan Roana.
Pasangannya hari ini adalah Lisette, putri dari Duke Gregory. Namun, itu bukan pertama kalinya mereka bertemu – mereka berdua bertemu beberapa kali.
Faktanya, hari ini Hiroaki pernah diundang olehnya untuk berpartisipasi dalam pesta teh. Beberapa pengikut Lisette juga hadir.
Sebagai catatan, alasan mengapa Flora dan Roanna hadir karena mereka adalah perwakilan dari Restorasi dan harus membuktikan kepada pihak Galarc kalau suatu hari mereka akan menjadi istri dari Hiroaki atau seorang selirnya yang berpangkat sama.
Bisa dikatakan, mereka berdua tidak perlu melakukan hal yang tidak perlu – mereka hanya perlu menemani Hiroaki saat dia berinteraksi dengan para gadis bangsawan Galarc secara terbuka.
{ TLN : Njir Flora terima gitu aja nih ??? }
"Wah, sepertinya Hiroaki-sama sangat suka yang manis-manis."
Gadis-gadis bangsawan itu mengobrol bahagia dengan Hiroaki untuk menyenangkannya.
"Ya. Meskipun aku terlihat kurang jantan karena itu."
Jawab Hiroaki sambil mengangkat bahunya.
"Itu tidak benar!"
"Itu benar. Jika kami menyukai makanan manis, itu berarti kita memiliki kesamaan lain untuk dibicarakan."
"Apalagi, yang membuat manisan ini adalah salah satu hobi Lisette-sama. Bagaimana kalau kamu mencicipi manisan yang dibuatnya, Hiroaki-sama?"
"Oho, Kue² ini pasti sangat enak. Kue yang dibuat Lisette-sama sebelumnya juga sangat lezat......."
"Lisette-sama, bukankah ini kesempatan bagus untuk membuatkan sesuatu untuk Hiroaki-sama?"
Gadis-gadis itu menunjukkan koordinasi yang ketika sedang mengobrol. Meskipun mereka juga putri seorang bangsawan, mereka semua memastikan untuk memuji Lisette kapan pun mereka bisa. Bagaimanapun juga dialah yang menjadi pembawa acara pesta teh ini.
"......Tentu. Ini adalah pertama kalinya aku membuatkan sesuatu untuk seorang laki-laki, tetapi jika Hiroaki-sama menginginkannya, aku akan sangat senang melakukannya."
Lisette tersipu malu dan menatap wajah Hiroaki dengan ekspresi malu².
"Yah, tidak masalah bagiku.... Tapi apa kamu yakin? Aku bukan tipe orang yang akan berbohong dalam hal makanan. Aku akan memberikan pendapatku tanpa syarat. Apa itu baik²?"
Kata Hiroaki, dengan senyuman menggoda.
"Yah, ketika aku membayangkan diriku mengecewakamu, aku merasa sangat gugup, tapi..... aku ingin kamu mencicipi makananku meskipun begitu."
Kata Lisette, berkedip berulang kali ke arahnya.
"Oh? Terdengar bagus untukku. Kalau begitu kita harus memutuskan tanggal untuk pesta teh berikutnya. Aku akan memakan apapun yang kamu buat, jadi aku akan menantikannya." Jawab Hiroaki dengan bangga.
"Tentu!" Lisette mengangguk senang.
Setelah itu, obrolan mereka terus terfokus kepada Hiroaki. Hiroaki sepertinya mengerti kalau gadis-gadis yang hadir itu menginginkan pernikahan dan dia sedang menikmati suasana harem di sana. Namun—
"Hahaha...."
Entah dari mana, Hiroaki mulai memikirkan Liselotte – gadis bangsawan dari Kerajaan Galarc yang sangat disukainya. Jika dia harus memilih tunangan selain Flora dan Roanna, Hiroaki sangat yakin kalau Liselotte adalah yang paling cocok untuk posisi itu. Dia sangat kecewa karena gadis itu kembali ke Amande terlalu cepat setelah perjamuan selesai.
[ Yah, meskipun Lisette juga imut dan mengetahui bagaimana merangsang naluri laki-laki. ]
[ Dia memperhatikan hal-hal di luar percakapan, jadi aku ingin memberinya nilai yajg positif, tapi..... ]
[ Jika membandingkannya dengan Liselotte.... Dia tidak bisa dibandingkan dengannya. ]
[ Lisette dan Liselotte. ]
[ Meski nama mereka mirip. Tapi Lisette masih kekurangan sesuatu untuk menjadi pasangan bagi pahlawan sejati..... ]
Hiroaki membuat deskripsi Lisette yang kasar, atau lebih kasar, di dalam pikirannya.
[ Ini tidak bagus, aku harus melupakan Liselotte untuk saat ini. ]
Hiroaki menghela napas pelan mencoba untuk mendapatkan kembali suasana hatinya yang sebelumnya.
"Apa kamu merasa tidak enak? Kamu terlihat agak pucat."
Lisette memperhatikan perubahan ekspresinya dan mengawasinya dengan ramah.
"Ah, aku, tidak apa-apa. Aku baru saja mengingat sesuatu."
Tidak ingin mengungkapkan pikirannya sebagai orang bodoh, Hiroaki mencoba menghindari pertanyaan itu dengan canggung.
"Ara, apa yang kamu ingat?"
"Hmm, biar kupikir."
Hiroaki melihat sekeliling mencoba mencari alasan yang tepat. Pada saat itu, sesuatu muncul di benakku.
"Ah, benar. Apa kamu mendengar rumor tentang Hero dari Kerajaan lain yang menyebabkan keributan di Kastil?"
".....Iya. Bagaimanapun, ada beberapa saksi."
Lisette dan gadis-gadis itu saling menatap dan mengangguk dengan gugup.
Mereka tahu kalau Hiroaki sedang membicarakan tentang Takahisa, tetapi tidak peduli seberapa bersalahnya Takahisa, para gadis itu harus sangat berhati-hati ketika berbicara tentang Hero, karena komentar ceroboh hanya akan membuat Keluarga mereka hancur.
Lain ceritanya jika mereka hanya mengobrol dengan teman-teman yang dipercaya, tetapi sebagai tokoh masyarakat, mereka tidak bisa memandang rendah Hero Kerajaan lain. Setiap perkataan yang ceroboh dapat menyebabkan masalah yang bisa menghancurkan keluarga mereka, jadi wajar jika mereka ragu-ragu saat menanggapi.
"Setelah mendengar apa yang terjadi, aku merasa terhina memiliki status Hero sama sepertinya. Sungguh tindakan yang memalukan. Jujur saja, apa yang kalian pikirkan tentang itu?"
Karena Hiroaki adalah seorang Hero, dia sepertinya tidak memiliki pertimbangan seperti itu, jadi dia terus terang meminta pendapat Lisette dan yang lainnya.
"Umm......"
Lisette dan yang lainnya mulai berkeringat dingin.
"Hiroaki-sama, mohon jangan menyentuh topik yang sensitif seperti itu."
Roanna, yang telah mendengarkan dalam diam sampai sekarang, menghela napas lelah dan menegur Hiroaki.
"Hmm? Yah, mungkin hal itu bagi kalian, tapi bagiku itu lebih seperti 'Ah, sekarang dia mengacaukannya'. Aku berharap bisa memiliki kesempatan untuk berbicara dengannya dan mengkritiknya sesuai apa yang aku pikirkan." Kata Hiroaki.
"........"
Roanna menahan diri dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
"Yah, kurasa dia terlalu percaya diri. Hanya dengan mempunyai wajah yang sedikit tampan saja, dia pasti adalah seorang normie saat di Jepang. Dia mungkin berpikir kalau dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan dengan setelah datang ke dunia ini dengan kekuatan yang seperti cheat ini."
Hiroaki mulai menjelek-jelekkan Takahisa.
{ TLN : wkkwkwkw ngomongin diri sendiri kah ? }
"Tapi, nyatanya dia tidak bisa begitu saja melakukan apa dia mau. Mampu berperilaku seperti omong kosong tanpa mendapat dampak apapun adalah hak istimewa yang hanya dimiliki oleh protagonis cerita fiksi. Jika dia melewati batas yang tidak boleh dia langgar, wajar saja jika setiap orang merasa muak. Yah, kurasa bahkan jika dia adalah protagonis sebuah cerita, aku akan cukup bosan untuk membaca tentang bagaimana dia mengila dan bagaimana perempuannya diambil darinya. Plot cerita seperti itu pasti akan dikritik pedas di internet......"
Setelah mengatakan semua itu, Hiroaki mulai merasakan simpati untuk Takahisa dan tersenyum pahit. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang mengerti apa yang dia katakan – mereka semua menatapnya dengan ekspresi tidak nyaman dan bingung.
Hiroaki menyadari kalau gadis-gadis itu bereaksi berbeda dari yang diharapkan.
"Ah, singkatnya. Karena aku Hero yang sama sepertinya, aku ingin dia berperilaku sesuai dengan posisinya. Tindakan negatifnya juga merusak citra Hero lainnya. Yang juga tidak baik untuk Kerajaan yang bekerja sama dengan mereka, bukan begitu?
Dia mengangkat bahunya dan mencari persetujuan gadis-gadis itu.
Meski semuanya ragu untuk mengangguk, Roanna membuka mulutnya.
"......Aku selalu kagum dengan kesadaranmu akan posisimu sebagai seorang Hero dan tokoh masyarakat. Seperti yang diharapkan darimu."
"Ah, tidak, itu tidak perlu katakan lagi. Tidak ada yang spesial."
Dengan ekspresi agak malu, Hiroaki dengan rendah hati menjawab.