Sonata of Beginnings – Chapter 2 : Keputusan Masato

 

"Ada yang ingin kukatakan kepadamu." Kata Masato.

 

"....Oke. Masuklah dulu, Masato-kun." 

Miharu menyadari kalau Masato memiliki sesuatu yang penting untuk dikatakan setelah melihat raut wajahnya, jadi dia mengundangnya masuk dengan nada ramah. 

Masato mengangguk dan mengikuti Miharu.

 

"Ayo— Duduklah di sini."

 

"Ya."

 

Satsuki mengundangnya untuk duduk di sebelahnya. Sementara itu, Miharu kembali ke tempat asalnya di samping Rio.

 

"Kamu ingin berbicara tentang Takahisa-kun dan Aki-chan, kan?" 

Satsuki menanyakan itu sambil melihat ke arah Masato.

 

"Ya. Tak satu pun dari mereka dalam keadaan yang mau berbicara, jadi aku membawa mereka ke kamar mereka dengan bantuan Putri Lilianna dan kembali......"

 

"Apa terjadi sesuatu?"

 

"Tidak, tidak ada yang terjadi, tapi......"

Masato menundukkan kepalanya dan mengerutkan keningnya. Setelah jeda singkat, dia mengangkat wajahnya. 

 

"Mereka berdua akan kembali ke Centostella dalam beberapa hari, kan?"

 

"Iya. Takahisa-kun adalah Hero dari Centostella, jadi Putri Lilianna tidak punya pilihan selain membawanya. Jika tidak, dia akan mendapat masalah. Jika Aki-chan memutuskan untuk tinggal..... aku bisa bertanya kepada Raja apakah dia mengizinkanku merawatnya untuk sementara waktu."

 

"Begitu ya......"

Bayangan gelap menutupi wajah Masato.

 

Satsuki, Rio, dan Miharu saling menatap. 

"Apa kamu lebih suka mereka tinggal di sini?" 

Tanya Satsuki.

 

"Tidak, itu tidak benar. Mereka mungkin telah melakukan sesuatu yang bodoh, tapi bahkan kakak laki²ku yang bodoh dibutuhkan oleh Kerajaan Centostella— Aku tahu ini dengan sangat baik karena Haruto An-chan memberitahuku beberapa kali. Aku setuju dengan kalian bertiga...... Aku juga tidak bisa memaafkan mereka dengan mudah. Jika mereka berdua tetap berada di sekitar Miharu Nee-chan dan Haruto An-chan tanpa memikirkan apa yang mereka lakukan, aku khawatir mereka mungkin akan mencoba melakukan hal serupa di masa depan. Itulah mengapa, aku tahu lebih baik untuk menjaga jarak dari mereka untuk sementara waktu. Tapi, tetap saja....."

Bertanya-tanya apakah yang akan dia katakan itu benar, Masato terdiam sebentar.

 

"Jangan menahan diri – katakan saja apa yang kamu pikirkan. Tidak ada yang akan menolakmu sebelum kami mendengarkannya dulu." Kata Rio.

 

"......Meski begitu, kedua orang bodoh itu adalah saudaraku. Melihat Aki menangis seperti itu dan kakakku bersikap seperti itu, aku merasa sangat menyedihkan sebagai saudara mereka. Aku tidak bisa berdiam diri dan menyerahkan segalanya kepada Putri Lilianna. Mengapa aku harus meminta orang lain menangani masalah yang disebabkan oleh keluargaku ini? Sejujurnya, aku tidak ingin bersama mereka, tetapi aku merasa itu adalah tugasku." 

Masato mengungkapkan campuran perasaan rumit di dadanya dan mengertakkan giginya.

 

"Masato-kun......"

Miharu dan Satsuki tidak bisa berkata-kata. Mereka berdua memasang wajah sedih.

 

".....Aku mengerti. Jadi apa yang ingin kamu lakukan sekarang, Masato?" 

Rio bertanya dengan nada ramah agar tidak membuatnya takut.

 

"Aku ingin pergi bersama mereka ke Centostella dan membawa mereka ke jalan yang benar. Aku tidak tahu apakah perubahan keputusanku yang tiba-tiba ini akan bermanfaat bagi mereka atau tidak, jadi aku tidak yakin apakah aku sudah membuat keputusan yang tepat, tapi......"

 

Masato telah berdebat dengan kedua saudaranya untuk memberitahu mereka kalau dia ingin tinggal bersama Rio, tetapi sekarang keputusannya telah berubah total. Masato sangat cemas tentang jalan yang akan diambilnya.

 

"Hubungan yang dimiliki keduanya dengan kita semua serupa, tetapi juga sangat berbeda. Singkatnya, situasi kita berbeda. Sangat wajar kalau keputusan yang setia orang buat berbeda dan setiap orang memiliki pemikiran berbeda tentang apa yang benar dan apa yang tidak – sebaliknya, secara umum tidak ada cara untuk memastikan apakah yang akan kamu lakukan itu benar atau tidak. Tidak ada yang menjamin kalau apa yang akan kamu lakukan akan memberimu hasil yang baik. Sejujurnya, yang harus kamu lakukan adalah mengikuti kata hatimu sendiri dan melakukan apapun yang kamu inginkan, selama kamu tidak menyesalinya di kemudian hari. Selama kamu tidak mengikuti jalan yang jelas berbahaya, aku akan mendukung keputusanmu. Kalau kamu butuh nasihat kami tentang itu, bilang saja." Kata Rio.

 

"Kalau begitu, bisakah kalian memberitahuku apa pendapat kalian tentang apa yang baru saja aku katakan ini......?" 

Masato bertanya dengan tatapan memohon.

 

"Aku tidak berpikir apa yang kamu katakan itu salah. Karena kamu adalah satu-satunya yang tidak terlibat dalam keributan tersebut dan juga merupakan keluarga dari keduanya. Tidak akan aneh jika kamu merasa harus melakukan sesuatu tentang itu, dan kamu tidak akan menjadi pengaruh buruk jika kamu berada di sekitar mereka berdua, tidak seperti Miharu-san dan aku." Rio menjelaskan.

 

Maksud dari perkataan Rio adalah tentang bagaimana Miharu sudah seperti kakak perempuan bagi Aki, tapi dia juga telah menjadi korban dari keributan tersebut dan alasan utama dibalik kejahatan tersebut, jadi cukup jelas kalau dia harus menjauh dari mereka berdua.

 

"Aku setuju dengan apa yang Haruto-kun katakan. Namun, dalam keadaan Takahisa yang sekarang, dia tidak akan bisa menjagamu dan Aki-chan, jadi kamu harus menjaga dirimu sendiri. Aku tidak akan bisa meninggalkan Kerajaan Galarc dan Haruto-kun atau Miharu-chan juga tidak akan ada bersamamu. Kamu harus lebih bertanggung jawab atas dirimu sendiri daripada sebelumnya." 

Satsuki setuju dengan Rio, tapi mengkhawatirkan Masato.

 

"Ya, aku tahu." Masato mengangguk.

 

"..........."

Sementara itu, Miharu terdiam sambil menunjukkan ekspresi khawatir.

 

"Apa kamu berpikir kalau kamu harus ikut bersamanya juga?" Tanya Satsuki.

 

"......Tidak, aku merasa kalau lebih baik aku menjauhi mereka." 

Miharu menggelengkan kepalanya perlahan. 

Hatinya terasa berat setiap kali dia memikirkan Aki, tetapi melakukan apa yang diinginkan Aki hanya akan memanjakannya lagi. Untuk saat ini, diam adalah hal terbaik yang bisa dilakukan Miharu.

 

"Begitu......."

Satsuki menunjukkan ekspresi rumit, namun pada saat yang sama terlihat jejak sedikit senang.

 

"Nah, kamu tidak perlu memikirkan jawabannya sekarang. Kamu dapat menggunakan waktu yang tersisa sampai keduanya kembali ke Centostella. Kamu juga belum memberitahu hal ini kepada Putri Lilianna, kan?" 

Rio mencoba menenangkan Masato dengan kata-katanya.

 

"Ya. Aku masih tidak tahu apa yang harus aku lakukan ketika aku membawa mereka ke kamar mereka masing²...... Tapi sekarang aku merasa lebih baik setelah berbicara dengan kalian, terima kasih." 

Masato tertawa ringan.

 

"Hehe, aku lega bisa melihatmu tersenyum seperti itu. Ini adalah saat yang sulit bagi kita semua, tetapi itulah mengapa kami harus berpikiran positif. Depresi hanya akan membuat yang lainnya depresi juga."

Kata Satsuki, tersenyum ramah.

 

"Iya. Sebaliknya, aku ingin menunjukkan kepada kedua saudaraku kalau kami semua bisa tertawa bahagia terlepas dari apa yang telah terjadi. Aku pikir hal itu akan berdampak besar kepada mereka." 

Masato tersenyum.

 

"Hehe." Miharu dan Rio tertawa ringan.

 

"Selain itu, Haruto An-chan— Aku punya sesuatu permintaan lain kepadamu....."

Masato mengubah topik pembicaraan.

 

"Apa itu?"

 

"Bisakah kamu membawaku ke rumah batu, malam ini? Yang mungkin mereka akan meninggalkan Kerajaan besok pagi, jadi aku ingin bertemu semuanya sebelum itu terjadi. Aku mungkin harus memberikan salam perpisahan kepada mereka dan selain itu aku juga ingin memberitahu semuanya apa yang baru saja dilakukan Aki......."

 

Masato mengatakan 'Aku mungkin harus memberikan salam perpisahan kepada mereka' seolah-olah itu mungkin, tetapi pada kenyataannya keputusannya sudah dibuat. Senyuman di wajahnya mengandung sedikit jejak kesedihan.

 

Rio berpura-pura tidak melihatnya dan mengangguk dengan ekspresi yang sedikit rumit. 

".....Ya, tentu saja."

 

Miharu dan Satsuki juga sepertinya memperhatikannya, tetapi memutuskan untuk mendengarkan percakapan itu dalam diam.

 

"Ah, aku tidak suka percakapan ini menjadi sedih. Setelah kita mengobrol dengan semuanya, ayo mandi bersama. Aku akan mengosok punggungmu."

Masato menujukan kata-kata itu kepada Rio dalam upaya untuk menghidupkan suasananya.

 

"Tentu, ayo kita lakukan nanti."

 

"Ya....." Jawab Masato dengan riang.

 

"Hmm, mandi bersama kah. Kedengarannya bagus..... Bukankah begitu, Miharu-chan?" 

Satsuki bergabung dalam percakapan dengan nada tertarik, seolah-olah dia sedang mengikuti permainan Masato.

 

"Iya. Aku juga ikut."

Miharu mengangguk sambil tertawa.

 

Rio berpikir sejenak. 

".......Kalau begitu, haruskah kita semua pergi ke rumah batu bersama-sama?"

 

"Heh? Tapi bukankah aku harus tetap di sini untuk berjaga.....?" 

Karena Satsuki mengatakannya setengah bercanda, jadi dia cukup terkejut karena diizinkan dengan begitu mudah.

 

"Keamanan di sekitar Kastil masih cukup ketat karena serangan dalam perjamuan sebelumnya, jadi tidak ada yang bisa kita lakukan dengan itu. Mari gunakan kesempatan ini untuk bersantai. Kita bisa kembali sedikit lebih awal sebagai tindakan pencegahan. Tentunya, jika kamu masih cemas, kamu bisa tinggal di sini......"

Rio memberi Satsuki pilihan.

 

"Guh..... Aku juga mau ikut!"

 

Satsuki tidak tahu harus berbuat apa, namun pada akhirnya dia menyerah pada godaan untuk mandi di rumah batu tersebut. Tidak dapat melewatkan kesempatan itu, mereka berempat memutuskan kalau malam ini mereka akan pergi ke rumah batu.

 

◇◇◇◇

 

Malam itu, setelah semua orang tertidur, Rio dan yang lainnya berangkat dari balkon Satsuki untuk menuju ke rumah batu.

 

Mereka berangkat dengan bantuan dari Aishia seperti sebelumnya. Rio menggendong Satsuki di pelukannya dan Masato di punggungnya, sementara Aishia menggendong Miharu. Kemudian mereka meninggalkan ibukota dan mencapai tujuan dalam sekejap mata. Aishia telah memberitahu semua orang yang ada di rumah batu, jadi Celia, Latifa, Sara, Orphia, dan Alma sudah menunggu di luar.

 

"Selamat datang kembali!" 

Latifa adalah orang pertama yang menyambut mereka; nadanya penuh semangat. Ketika dia habya melihat Masato, dan tidak ada Aki di sana, wajahnya menunjukkan tanda-tanda kebingungan.

 

"Selamat datang sekali lagi, Satsuki-san."

Latifa menyapanya dengan nada ramah.

 

"Halo, Latifa-chan. Maaf kalau aku mengganggu lagi, selamat malam." 

Satsuki membalas sapaannya dengan senyuman anggun.

 

"Selamat malam."

Celia dan yang lainnya menanggapi dengan nada hangat. 

 

"Tidak ada gunanya berdiri terus di sini. Ayo masuk."

 

Begitu tiba di ruang tamu......

 

"Ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan kepada semuanya — salah satunya adalah alasan kenapa Aki tidak ada di sini. Bagaimana kalau kita duduk dulu?" 

Rio mengundang mereka untuk duduk.

 

Aishia telah memberitahu mereka kalau Rio dan yang lainnya akan datang, tetapi dia tidak mengatakan alasannya, jadi Celia dan para gadis lainnya saling bertukar tatapan dengan ekspresi menegang dan duduk. Di depan mereka ada Rio, Miharu, Satsuki, Masato dan Aishia jadi mereka duduk saling berhadapan.

 

"Untuk menyimpulkan ini— Aki akan pergi bersama Takahisa-san ke Kerajaan Centostella. Yah, itulah yang paling mungkin terjadi. Jika dia ingin tetap, maka dia akan tinggal di Kastil Kerajaan Galarc, tapi......"

Rio terdiam sebentar.

 

"Tidak biasanya kamu bersikap aneh seperti itu. Apa telah terjadi sesuatu?" 

Celia melihat dengan cermat ekspresi Rio saat dia menanyakan itu.

 

"Karena Masato adalah adik mereka, dia yang ingin menjelaskan situasinya." 

Rio menyerahkan percakapan itu kepada Masato.

 

"Umm, terima kasih untuk Haruto An-chan dan semua yang ada di sini, saudara²ku, Miharu Nee-chan, Satsuki Nee-chan dan aku bisa bersatu kembali sekali lagi di dunia ini. Namun, meskipun kami bisa bertemu lagi, kami akhirnya berdebat tentang di mana kami harus tinggal. Perdebatan itu terjadi antara Miharu Nee-chan dengan Aki dan aku.... dengan saudaraku......"

Masato mulai menjelaskannya dengan nada gugup. 

 

"Kami membahas masalah ini di Kastil. Faktor utamanya adalah fakta kalau Satsuki Nee-chan dan kakakku adalah seorang Hero, jadi mereka tidak bisa begitu saja meninggalkan Kerajaan mereka masing². Karena hal itu, Miharu Nee-chan dan aku memutuskan untuk tinggal bersama Haruto An-chan, tetapi kakakku ingin kami ikut bersamanya....... Aki ingin pergi bersamanya, jadi tidak ada masalah dalam kasusnya........"

 

Celia dan yang lainnya mendengarkan kata-kata Masato dalam diam. Mereka tahu kalau Aki sangat terikat dengan kakaknya dan juga tahu kalau dia sangat mencintai Miharu – bahkan mungkin lebih dari Takahisa. Itulah mengapa mereka tidak terkejut mendengar kalau mereka bertengkar. Namun.......

 

"Terus terang, kakakku mempunyai perasaan kepada Miharu Nee-chan. Tapi Miharu Nee-chan tidak bisa membalas perasaannya karena dia mempunyai perasaan kepada Haruto An-chan. Setelah mengetahui itu, kakakku menjadi sangat cemburu. Sangat jelas bahkan orang asing pun bisa melihatnya."

 

Informasi tak terduga itu membuat Celia dan yang lainnya terkejut. Mereka semua berbalik ke arah Miharu. Begitu dia memproses kata-kata Masato, gadis itu wajahnya sangat memerah karena malu.

 

".....T-Tunggu, a-apa yang kamu katakan itu, Masato-kun?!"

 

"Heh.....?" 

Untuk sesaat, Masato membuat ekspresi bingung, tapi dia segera memperbaiki kesalahannya. 

 

"Ah, seperti yang aku bilang, kalau kakakku cemburu kepada Haruto An-chan dan menyebabkan masalah karenanya......"

 

Masato sepertinya menyadari kesalahan yang dia buat saat mengatakan perasaan Miharu dengan lantang. Kepalanya telah sepenuhnya dipenuhi oleh situasi yang dia sebabkan karena itu, jadi dia mengucapkan kata-kata itu tanpa sengaja. 

 

"E-Eh? Apa aku salah?" 

Masato mencoba memberi Miharu jalan keluar, tapi sudah terlambat untuk melindunginya.

 

"A-Apa yang kamu katakan itu, Masato-kun?" 

Miharu mulai melihat sekeliling sambil berpura-pura bodoh. Rio tetap diam dalam keheningan dengan ekspresi canggung pada situasi tersebut.

 

"Jiiiiiiiii......."