Sonata of Beginnings – Chapter 1 : 「Setelah Keributan」
Setelah menghajar Takahisa dan melompat turun dari kapal sihir, Rio mencapai taman atap Kastil sambil membawa Miharu di pelukannya. Di sana, Satsuki dan Charlotte menunggu mereka.
"Haruto-kun! Miharu-chan! Apa kalian baik-baik saja?!"
Begitu Satsuki melihat Rio dengan Miharu di pelukannya, dia berlari ke arah mereka.
"Ya, aku baik-baik saja. Ini semua berkat Haru-ku..... Haruto-san."
Jawab Miharu sambil melihat wajah Rio. Setelah melakukan kontak mata dengannya, gadis itu menundukkan kepalanya dengan wajah memerah.
Di saat yang sama, saat Rio dengan hati-hati menurunkannya dari pelukannya, dia sedikit tersenyum.
"Begitu ya....."
Satsuki sepertinya menyadari suasana aneh di antara mereka setelah melihat ekspresi keduanya. Namun, meski dia agak penasaran, tetapi ada hal-hal yang lebih penting untuk dibicarakan.
"Bagaimana dengan Takahisa-kun?"
"Dia masih ada di atas kapal. Mungkin tidak sadarkan diri."
Jawab Rio sambil melihat ke arah ajaib yang terbang di atas. Mungkin sedikit rasa bersalah yang dia rasakan adalah karena dia telah memukul Takahisa.
"Tidak sadar diri..... Hehe, jadi begitu."
Satsuki menunjukkan ekspresi terkejut, tapi kemudian mulai tertawa.
"Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Rio memasang ekspresi yang rumit.
"Yah..... Karena dia mencoba menculik Miharu-chan, satu-satunya pelaku di sini adalah Takahisa-kun. Aku rasa kita harus membawanya kembali dan menanyakan alasannya. Terlebih lagi, kita juga harus memberitahu Keluarga Kerajaan tentang ini."
Satsuki mengucapkan kata-kata itu dengan nada penuh kemarahan. Kemudian dia berbalik ke arah Charlotte.
"Kalau begitu, izinkan aku untuk membimbing kaliam ke tempat ayahku berada."
Charlotte membuat saran itu dengan nada tenang.
Satsuki menatap ke langit.
"Tapi jika kita tidak membawa Takahisa-kun kembali, kapal sihir itu mungkin akan meninggalkan ibukota dengan kecepatan seperti itu....."
"Kamu tidak perlu khawatir. Takahisa-sama akan dibawa langsung ke Kastil."
Charlotte berbicara seolah-olah itu adalah sesuatu yang telah direncanakan sebelumnya.
"Apa?"
Satsuki bertanya dengan ekspresi bingung.
[ Bagaimana dia bisa begitu tenang? ]
"Saat ini, ibukota sepenuhnya dikelilingi oleh armada kapal sihir Kerajaan kami, jadi akan sangat sulit bagi siapa pun untuk melewati perbatasan. Saat ini juga, Lilianna-sama sedang bersama dengan ayahku, jadi aku pikir para Kru kapal itu tidak akan begitu saja melakukan sesuatu yang gila bertindak tanpa ada tuan mereka di dalamnya. Melakukan hal seperti itu bisa dianggap sebagai deklarasi perang dengan Kerajaan kami."
Charlotte menjelaskan situasinya dengan senyuman. Seolah-olah dia telah menyadari pemberontakan Takahisa sejak awal.
{ TLN : Char-chan memang aneh.... }
"....Begitu ya."
Satsuki menatapnya dengan heran. Terlepas dari bagaimana dia melihatnya, persiapannya terlalu matang.
[ .....Jadi armada kapal sihir sudah mengelilingi ibukota? ]
Rio merasa penjelasan Charlotte cukup aneh.
".....Mengapa armada kapal sihir Kerajaan mengelilingi ibukota?" Tanya Satsuki.
Melihat Rio sambil tersenyum, Charlotte menjawab.
"Untuk mencegah rencana Takahisa-sama terlaksana. Namun, upaya Haruto-sama benar-benar mengubah hasilnya."
[ Dengan kata lain, dia tahu kalau Miharu-san akan diculik. ]
Rio sampai pada kesimpulan itu, tetapi tidak bisa mengerti mengapa Charlotte tetap diam tentang hal itu.
"Char-chan..... Jadi sejak awal kamu sudah tahu kalau Miharu-chan akan diculik?"
Satsuki bertanya dengan ekspresi bingung.
"Ya."
Charlotte mengangguk dengan tenang.
"Sebenarnya, aku tidak terlalu yakin tentang itu, tapi Lilianna-sama sendirilah yang memperingatkanku."
"T-Tunggu, tunggu sebentar! Jadi, kamu bisa menghentikannya sebelum semua ini terjadi, kan?"
Satsuki keberatan dengan panik, tapi Charlotte menjawab dengan tenang.
"Aku melakukan ini sebagai rencana cadangan, karena mengatasi hal itu akan sangat sulit. Semua itu untuk mencegah skenario terburuk terjadi."
Mendengar itu, Satsuki mendapatkan kembali ketenangannya dan menghela napasnya.
"Skenario terburuk katamu?"
"Ya. Singkatnya, skenario di mana Takahisa-sama mengamuk di Kastil dan menggunakan Divine Arms-nya untuk menculik Miharu-sama."
"Ap......"
Takahisa yang dia kenal tidak akan pernah melakukan hal seperti itu – itulah yang dipikirkan Satsuki untuk sesaat, tapi tidak butuh waktu lama baginya untuk menerima dugaan dari Charlotte. Bagaimanapun, Takahisa sudah mencoba menculik Miharu beberapa menit yang lalu.
".....Sekarang aku mengerti. Aku kira Takahisa-kun lebih dari terpojok."
"Terima kasih atas pengertianmu. Setelah duel dengan Haruto-sama, Lilianna-sama mengetahui rencana yang ada dalam pikiran Takahisa-sama dan memperingatkannya untuk tidak melakukannya. Namun, Takahisa-sama tidak dalam pikiran yang stabil untuk berkompromi. Bahkan, dia mengancam Lilianna-sama dengan memberitahunya kalau dia akan berhenti menjadi Hero jika dia tidak membantunya menculik Miharu-sama."
Mendengar itu, Satsuki menunjukkan ekspresi sedih.
"Begitu ya......"
"Salah satu tugas yang Lilianna-sama miliki sebagai seorang putri adalah mengikuti keinginan sang Hero. Namun, ini adalah pengecualian. Lilianna-sama bermaksud membantu Takahisa-sama dan pada saat yang sama menghubungi ayahku untuk membantunya menghentikannya. Ini semua terjadi lebih dari satu jam yang lalu."
Charlotte menjelaskan dengan tenang.
[ Setelah mengetahui kalau Takahisa akan memberontak, Charlotte lebih suka membiarkannya melakukanmya dalam lingkungan yang terkendali, ya? ]
Rio sampai pada kesimpulan itu.
"Karena alasan ini, dan karena waktu yang kami miliki sangat sedikit, kami harus bergerak secermat mungkin untuk mencegah rencananya terlaksana. Akibatnya, kami harus mengabaikan kemungkinan Miharu-sama diculik. Aku ingin menyampaikan permintaan maaf yang tulus, Miharu-sama."
Charlotte menyelesaikan penjelasannya dengan meminta maaf kepada Miharu dengan nada sedih.
"Tidak apa-apa. Berkat Haruto-san, aku sekarang aman dan baik² saja."
Melihat seorang putri membungkuk ke arahnya, Miharu secara refleks menggelengkan kepalanya. Namun, saat melakukan kontak mata dengan Rio lagi, ekspresinya menjadi kaku.
[ Untuk suatu alasan, Miharu-chan merasa malu setiap kali dia melihat ke arah Haruto-kun.... Sebaliknya, Haruto-kun tetap bersikap tenang seperti biasanya. ]
Satsuki dengan tenang menganalisis situasinya.
"Setelah menyusun tindakan, kami menunggu semuanya berjalan seperti yang diharapkan, tapi kemampuan Haruto-sama jauh melebihi harapan kami. Kami tidak akan pernah membayangkan kalau dia bisa mendapatkan Miharu-sama kembali dengan mudah. Jujur saja, itu bahkan menjadi sebuah kekecewaan yang berubah menjadi menakjubkan untukku."
Charlotte memandang Rio dengan senyum nakal.
"Sepertinya aku hanya memperburuk keadaan. Tolong terima permintaan maafku ini."
Rio menundukkan kepalanya dengan ekspresi serius.
"Tidak, tidak, itu tidak benar. Kamu bisa mendapatkan kembali Miharu-sama sendirian. Dan secara pribadi hatiku tidak pernah berdetak kencang seperti ini, ketika aku melihatmu melompat dari atas taman Kastil. Kamu sangat luar biasa, Haruto-sama. Jika ayahku melihatnya juga, aku yakin dia akan menghargaimu lebih dari yang telah dia lakukan."
Charlotte menatap Rio dengan tatapan yang lebih dari sekedar bergairah. Matanya tetap tertuju padanya.
Ditatap begitu lama, Rio mulai merasa agak tidak nyaman.
".....Itu suatu kehormatan bagiku."
"Hmm......"
Satsuki melihat Rio, Miharu juga melihat wajahnya dari dekat. Ketika dia memperhatikan tatapan kedua gadis itu, Rio tersenyum canggung.
"Hehe. Sekarang, izinkan aku untuk membimbing kalian ke tempat ayahku berada. Alu yakin kita harus mendiskusikan beberapa hal sebelum Takahisa-sama kembali."
Charlotte tersenyum memikat dan berbalik menjauh dari tempat itu. Namun, dia segera berhenti dan berbalik lagi.
"Ah, pertama – ada sesuatu yang harus kuberitahukan sebelumnya. Bagaimanapun, kalian harus siap untuk diskusi yang akan kalian lakukan dengan ayahku."
"Apa itu?" Tanya Satsuki.
"Alasan kenapa aku tidak bisa memberitahu kalian tentang situasinya sebelumnya. Aku pikir akan sulit untuk menerimanya."
Charlotte menunjukkan ekspresi muram saat dia melihat Satsuki dan Miharu. Pada akhirnya, matanya bertemu dengan mata Rio lagi.
"Apa maksudmu.....?"
Satsuki sedikit kaku. Dia dan Miharu saling bertukar tatapan.
"Aki-sama bekerja sama dalam penculikan Miharu-sama."
"Apa....."
Kebenaran yang baru saja diungkapkan Charlotte menjadi kejutan besar bagi mereka bertiga.
◇◇◇◇
Setelah itu, Charlotte dan yang lainnya menuju ke ruang pertemuan di Kastil Kerajaan yang disediakan khusus untuk bangsawan. Mereka cukup terkejut mendengar kalau Aki juga turut membantu dalam penculikan Miharu yang gagal, tetapi untuk saat ini mereka memutuskan untuk pergi ke pertemuan.
Di dalam ruangan itu ada Raja Francois dan Putri Lilianna.
"Miharu-sama......"
Lilianna berkedip berulang kali saat melihat Miharu. Mungkin tampak aneh baginya kalau gadis itu tidak bersama Takahisa setelah dia menyebabkan keributan sebelumnya.
Sementara itu, Francois menatap putrinya dengan tatapan bertanya-tanya.
[ Apa yang sedang terjadi? Jelaskan situasinya. ]
Itulah yang dikatakan matanya.
Melihat tatapan ayahnya itu, Charlotte tertawa ringan.
"Ini memang terdengar seperti keadaan tidak terduga, tetapi tidak perlu ada harus dikhawatirkan. Haruto-sama berhasil menyelamatkan Miharu-sama dengan aman setelah dia terbang ke langit."
Charlotte menyimpulkan. Francois dan Lilianna terkejut.
"....Terbang ke langit?"
Satu-satunya cara untuk terbang di wilayah Strahl adalah dengan menggunakan kapal sihir dan menaiki hewan tunggangan. Tidak heran mereka berdua terkejut mendengar kalau Rio mampu terbang dengan kekuatannya sendiri.
"Itulah yang aku katakan. Haruto-sama menggunakan kekuatan pedang sihirnya untuk terbang di langit dan naik ke kapal sihir tempat Takahisa-sama berada. Sepertinya, Takahisa-sama pingsan di atas kapal sihir itu, jadi mudah saja untuk membawanya kembali."
Charlotte menjelaskan apa yang terjadi sambil tersenyum ketika dia menatap Rio.
Francois mendengarkan dengan wajah yang hampir tertegun, tetapi melihat putrinya mengatakan yang sebenarnya, dia tertawa terbahak-bahak
"......Hahaha! Aku mengerti. Kamu selalu saja melakukan sesuatu yang bisa mengejutkan kami, Haruto."
"Terima kasih banyak atas pujiannya."
Rio menunduk dengan agak malu.
"Charlotte, apa kamu sudah menjelaskan situasinya kepada Satsuki-dono dan yang lainnya?"
"Aku telah memberikan penjelasan intinya, tentang apa yang telah kita rencanakan, tetapi tampaknya mereka masih agak terkejut dan tidak dapat sepenuhnya menerima situasinya. Meskipun normal bagi mereka untuk marah kepada tindakan Takahisa-sama, mereka mungkin akan bingung dengan kerja sama Aki-sama."
"Hmm. Yah, itu bisa dimengerti."
Charlotte dan Francois berpaling ke Satsuki dan Miharu.
"Bisakah kamu memberitahu kami detailnya? Kami ingin tahu mengapa Takahisa-kun dan Aki-chan memutuskan untuk menculik Miharu-chan."
Satsuki menahan napas dengan pelan dan bertanya.
Francois menatap Lilianna.
"Akan lebih baik jika Putri Lilianna yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan itu. Tapi pertama-tama mari kita duduk terlebih dulu."
"Satsuki-sama dan Miharu-sama bisa duduk di sana. Haruto-sama, tolong kemari."
Charlotte menawari kedua gadis itu kursi kehormatan kosong di ruangan itu dan kemudian berjalan ke Rio dan dan menariknya untuk duduk di dekatnya.
"Permisi."
Rio duduk di sebelah Charlotte. Satsuki dan Miharu saling bertukar tatapan sebelum mereka berdua duduk.
"Sebelum kita memulainya, bisakah kamu memberitahu kami di mana posisi Aki-chan dan Masato-kun saat ini?"
Tanya Satsuki.
"Kami menjaga mereka segera setelah keributan dimulai. Saat ini mereka berada di ruangan lain. Semua yang kami beri tahu kepada mereka adalah kalau asa sesuatu yang tidak terduga telah terjadi."
"Aku mengerti. Kalau begitu silakan."
Mengatakan itu, Satsuki menatap Lilianna.
"Baiklah. Aku akan mulai dengan alasan di balik tindakan bodoh Takahisa-sama. Aku yakin kalian sudah tahu ini, tapi Takahisa-sama punya perasaan terhadap Miharu-sama."
Lilianna menatap Miharu.
"Ya."
Satsuki mengangguk secara alami. Sementara itu, Miharu terkejut dan terlihat agak tidak nyaman. Rio mendengarkan percakapan tanpa adanya perubahan ekspresi.
"Itulah sebabnya Takahisa-sama sangat senang bisa bersatu kembali dengan Miharu-sama. Tetapi di saat yang sama, dia juga menjadi panik. Dia mulai mencemaskan seorang laki-laki yang tak dikenal telah mendekati Miharu-sama."
Mendengar penjelasan Lilianna, Rio menunjukkan pandangan yang jauh di tatapannya. Situasinya tidak asing baginya: di kehidupan sebelumnya sebagai Amakawa Haruto, dia telah melihat Miharu berbicara dengan Takahisa. Pada saat itu, Haruto telah merasakan rasa kehilangan yang dalam dan rasa panik yang kuat.
"Mengetahui orang seperti apa Amakawa-dono dan melihat kalau Miharu-sama juga menyukainya, kepanikan Takahisa-sama berangsur-angsur berubah menjadi rasa persaingan. Kemudian, ketika Miharu-sama mengatakan kalau dia ingin tinggal bersama dengan Amakawa-dono, perasaan persaingan itu berubah menjadi kecemburuan."
Ketakutan kehilangan Miharu telah menyebabkan Takahisa mengembangkan perasaan persaingan dan iri hati yang kuat.
"Iri hati bisa mengaburkan penilaian seorang manusia. Hal ini berlaku untuk Takahisa-sama, karena dia lebih emosional daripada orang lain. Dia bisa menjadi tidsk dewasa dan lemah hati, itulah alasan kenapa dia tidak dapat melihat situasi secara objektif. Dia tidak bisa menerima kenyataan, dia juga tidak bisa menghadapi kelemahannya. Tidak bisa menahan rasa cemburunya, Takahisa-sama menantang Amakawa-dono dengan duel, tetapi dia tidak menyerah bahkan setelah kalah..... Mengakibatkan kenapa pada akhirnya dia mencoba untuk menculik Miharu-sama."
Lilianna menjelaskan apa yang dia yakini sebagai kondisi emosional Takahisa.
".........."
Dengan ekspresi sedih, Satsuki dan Miharu terdiam.
"Takahisa-sama bersikeras kalau Miharu-sama tidak akan bahagia jika dia tinggal dengan Amakawa-dono, itulah mengapa dia memutuskan untuk berduel dengannya — tapi sebenarnya dia hanya ingin Miharu-sama tinggal bersamanya. Takahisa-sama tahu betul kalau dia akan kalah dalam duel, tapi dia tidak bisa menerima kenyataan. Dan pada akhirnya dia membuat amukan kekanak-kanakan setelah kekalahannya....."
Entah karena Lily adalah seseorang yang paling banyak menghabiskan waktu bersamanya sejak Takahisa dipanggil ke dunia atau karena dia memiliki mata tajam sebagai seorang bangsawan, dia membuat analisis yang cukup akurat tentang perasaan Takahisa.
{ TLN : Wohhh.... Lily best girl cuk }
"Aku bisa mengerti hal itu. Aku bisa memahaminya juga....."
Satsuki menjawab dengan nada suram.
"Bahkan setelah dikalahkan oleh Amakawa-dono, Takahisa-sama tidak dapat menerima pemikiran kalau Miharu-sama lebih baik menjauh darinya. Aki-sama dan aku mengikutinya setelah dia meninggalkan arena duek. Pada saat itulah dia mengatakan kepada kami kalau dia punya rencana agar Miharu-sama tidak pergi dengan Amakawa-dono."
"Dia benar-benar bertingkah seperti anak kecil....."
Satsuki menghela napas. Semakin dia mendengarkan, semakin dia jengkel.
"Aku sudah mengusulkan kepada Takahisa-sama agar kami kembali ke Centostella. Dan aku mengatakan kepadanya kalau lebih baik baginya untuk menjauhkan diri dari Miharu-sama untuk sementara waktu sehingga dia bisa sedikit tenang. Namun, dia langsung menolak permintaanku......"
Kata Lilianna, tersenyum sedikit sedih.
"Ketika aku memberitahunya kalau tidak ada yang tersisa untuk dia lakukan, Takahisa-sama sampai pada kesimpulan terburuk: membawa Miharu-sama secara paksa bersamanya di luar keinginannya..."
Lilianna telah mencoba menjelaskan betapa tidak masuk akalnya rencana itu, tetapi sayangnya, pada saat itu Takahisa sudah kehilangan kewarasannya.
Satsuki memasang ekspresi bingung.
"Aku tidak percaya itu..... Apa menurutnya dia akan berhasil?"
"......Iya. Takahisa bersikeras mengatakan kalau Miharu-sama akan memahami tindakannya begitu dia menjelaskannya dengan benar. Semua ini terjadi karena kata-kataku yang tidak bertanggung jawab yang menyebabkan semua ini. Aku mohon terimalah permintaan maafku yang tulus."
Lilianna berdiri dan menundukkan kepalanya. Kata-katanya mengandung penyesalan yang dalam.
"Mohon angkat kepalamu, tak seorang pun dengan sedikit ketidakwarasan di kepalanya akan sampai pada kesimpulan seperti itu....."
Merasa sangat jengkel, Satsuki membela Lilianna dengan kata-kata itu. Miharu sepertinya setuju dengannya saat dia berulang kali menganggukkan kepalanya.
"Namun, itu tidak mengurangi kenyataan kalau kata-kataku yang menyebabkan semua keributan ini. Aku melakukan segalanya untuk mengubah pikirannya, tetapi Takahisa-sama menolak untuk mendengarkanku. Dia mengatakan kepadaku jika aku tidak membantunya menculik Miharu-sama, dia tidak akan kembali ke Kerajaan kami dan akan berhenti menjadi seorang Hero."
"........."
Satsuki terdiam sekali lagi.
"Jika ada satu hal yang Putri Lilianna harus cegah dengan cara apa pun, itu adalah pemberontakan dari sang Hero yang mungkin terjadi. Bagi kerajaan yang percaya dan menyembah Enam Dewa Bijaksana hal itu adalah salah satu tragedi terbesar yang bisa terjadi. Ancaman seperti ini lebih dari efektif."
Setelah mendengarkan seluruh percakapan dalam diam, Francois angkat bicara.
"Jika Satsuki-sama memberontak, kami juga akan mendapat masalah serius."
Charlotte menambahkan kata-kata itu sambil tertawa.
"Aku tidak akan pernah melakukan itu ketika aku tidak diberi alasan untuk tidak mempercayai hubungan kita."
Satsuki menekan dahinya dengan tangannya dan menghela napas lelah.
Charlotte memutuskan untuk mengubah topik dengan mengajukan pertanyaan lain kepada Lilianna.
"Selain itu, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan. Mengapa Takahisa-sama berpikir kalau Miharu-sama tidak akan bahagia jika dia tinggal bersama Haruto-sama?"
"Di dunia asal Satsuki-sama dan Miharu-sama, melakukan pembunuhan adalah tindakan yang sangat hina bagi semua orang. Hal itu rupanya relevan karena..... umm, sepertinya Amakawa-dono pernah melakukan itu di masa lalu....."
Lilianna menjelaskan alasannya dengan nada canggung saat dia melihat ke arah Rio.
"Haruto adalah pengguna pedang pengembara, jadi hal itu wajar saja baginya untuk membunuh bandit untuk membela diri selama perjalanannya. Dari apa yang baru saja dikatakan Putri Lilianna, sepertinya tindakan membunuh seseorang sangat hina bahkan jika itu untuk membela diri. Apa aku benar, Satsuki-dono?"
Francois bertanya dengan rasa ingin tahu.
"Yah..... Dari negara kami berasal, membunuh seseorang sangat tidak dapat diterima, bahkan jika itu adalah pembelaan yang sah."
Jawab Satsuki dengan sedikit kepahitan.
"Di dunia kami, kami juga menganggap aksi pembunuhan tergantung pada waktu dan situasinya. Aku kira perbedaan utamanya adalah bagi kami ada pengecualian seperti pembelaan diri, sedangkan bagi kalian tampaknya tidak ada pembelaan diri."
Kata Francois penuh minat. Lalu dia mengarahkan pembicaran itu lagi kepada Liliana lagi.
"Aku minta maaf karena mengganggu. Kamu bisa melanjutkan ceritanya, Putri Lilianna."
"Ya, Yang Mulia."
Lilianna melanjutkan penjelasannya dengan ekspresi cemberut.
"Ketika Takahisa-sama sampai pada kesimpulan kalau penculikan Miharu-sama adalah satu-satunya pilihannya, tidak ada lagi cara untuk membuatnya berubah pikiran. Aku mencoba membujuknya, tetapi tidak ada gunanya, jadi pada akhirnya aku meminta bantuan Aki-sama. Namun....."
"......Apa yang Aki-chan katakan pada Takahisa-kun?"
"Dia bertanya padanya apakah dirinya tidak cukup untuknya."
".......Dan apa jawaban dari Takahisa-kun?"
Kali ini Satsuki yang mengajukan pertanyaan.
Lilianna perlahan menggelengkan kepalanya.
"Dia hanya diam. Tapi itu sama saja dengan menjawab tidak, jadi pada saat itulah Aki-sama, yang menerima pukulan emosional yang keras, memutuskan untuk membantu Takahisa-sama......"
"Aku.... mengerti....."
Baik Satsuki atau pun Miharu menunjukkan ekspresi sedih.
"Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Dan karena aku sangat menentang rencananya, Takahisa-sama mulai tidak mempercayaiku......"
Lilianna mengerutkan keningnya.
"Jadi pada akhirnya kamu memutuskan untuk bekerja sama dengannya?" Satsuki menyimpulkan.
"Ya, tapi hanya di luar. Pada saat itu, aku menyadari kalau aku tidak dapat memikirkan semuanya sendiri. Itulah sebabnya, meskipun aku memutuskan untuk membantu Takahisa-sama dengan rencananya, aku juga meminta bantuan kepada Raja Francois untuk menjelaskan keseluruhan situasinya kepadanya."
Lilianna menjawab dengan ekspresi sedih. Mungkin dia merasa bersalah karena mengkhianati Takahisa seperti itu.
"Miharu-dono, Satsuki-dono, Haruto. Aku minta maaf karena tidak memberitahu kalian tentang situasinya."
Seorang raja yang seharusnya tidak pernah menundukkan kepalanya dengan mudah, tetapi pada saat itu, Francois membungkuk dalam-dalam untuk menunjukkan penyesalannya.
"Tidak..... Jika ada, semuanya berakhir seperti ini karena aku..... Aku benar-benar minta maaf."
Miharu juga menundukkan kepalanya karena dia menyesal tidak menghadapi Aki secara langsung. Kalau saja dia tidak takut hubungan mereka memburuk, kalau saja dia tidak tinggal di sisinya tanpa melakukan apa-apa meskipun ada masalah yang dia bawa selama bertahun-tahun......
Pada saat itu, Satsuki berbicara dengan nada bersalah.
"Aku pikir situasi ini ditangani dengan tepat. Jika Miharu-chan tidak bermasalah dengan itu, maka aku tidak punya apa-apa lagi untuk dikatakan."
Meskipun Satsuki memiliki keberatan tentang kenyataan kalau Miharu harus dikorbankan, Satsuki juga tidak akan bisa memikirkan solusi yang lebih baik jika dia dalam posisi Francois. Mengekspresikan pendapatnya hanya akan memperburuk situasi dan memperkuat ketakutan yang telah diungkapkan raja dan Charlotte sebelumnya.
"Selama keduanya setuju, maka aku juga tidak keberatan."
Kata Rio yang menjadi pembicara terakhir.
"Aku mengerti..... Jadi hanya menyisakan bagaimana cara menghadapi Takahisa-dono dan Aki-dono. Sebagai wakil dari Kerajaan ini, aku ingin menghormati pendapat Satsuki-dono dan Miharu-dono......"
Francois berbicara sambil melihat ke arah Satsuki dan Miharu, yang berasal dari dunia yang sama dengan kedua pelaku keributan sebelumnya.
"Meskipun kamu bilang begitu kepada kami, Takahisa-kun tetaplah seorang Hero dari Kerajaan Centostella, jadi tidak mungkin kami bisa mengungkapkan pendapat kami tanpa terlebih dahulu mendengar apa yang dipikirkan Putri Lilianna....."
Balas Satsuki sambil meneruskan pertanyaan itu kepada Lilianna.
"Kerajaanku tidak akan memperlakukan Takahisa-sama sebagai seorang penjahat, aku berniat untuk menghukumnya dengan cara tertentu. Aku ingin mendiskusikan dengan kalian tentang jenis hukuman yang harus kita lakukan."
Lilianna menyatakan dengan tegas.
"Hukukan seperti apa yang kamu pikirkan?"
Tanya Satsuki.
"Ketika aku menawarkan untuk bekerja sama atas penculikan Miharu-sama, aku telah meminta Takahisa-sama menandatangani kontrak yang menyatakan kalau dia akan menerima segala jenis hukuman jika rencananya gagal. Ada berbagai syarat dalam kontraknya, tetapi kalau ada di antara kalian yang sudah memikirkan hukuman tertentu, aku lebih dari bersedia untuk melaksanakannya." Kata Liliana.
"Aku mengerti...... Kurasa kita tidak bisa mengatakan apa-apa tanpa melihat kontrak itu terlebih dahulu, tapi sebelum itu......"
Satsuki menoleh ke Miharu.
"Bagaimana denganmu?"
Miharu menunjukkan ekspresi sedih.
"Daripada hukuman — meskipun aku tidak tahu apakah Takahisa-kun mampu melakukannya sekarang – aku ingin dia dan Aki-chan meminta maaf kepada semuanya atas masalah yang mereka timbulkan. Terutama kepada Haruto-san."
Lilianna menatap Miharu, menunjukkan ekspresi tertekan saat dia mendengarkan pembicaraannya.
"Tentu, jika Takahisa-sama ingin meminta maaf dengan tulus, maka itu lebih baik, tetapi seperti yang baru saja Miharu-sama katakan, aku tidak berpikir kalau saat ini, dia tidak akan bisa melakukannya. Aku pikir hukuman terbaik baginya adalah membuatnya menyadari kalau hanya dengan meminta maaf saja sudah cukup. Aku juga tidak berniat memaafkannya dengan begitu mudah atas apa yang dia lakukan."
Lily tidak akan menutup matanya begitu saja hanya untuknya. dia menyiratkan kata-kata itu dengan nada yang sedikit marah.
"Kamu benar, memaafkannya dengan begitu mudah tidak akan menguntungkannya sama sekali. Bagaimana menurutmu, Haruto-kun?" Tanya Satsuki.
"Aku.... Khawatir tentang bagaimana kalian akan memperlakukan Aki karena perbuatannya." Jawab Rio.
"Jika Aki-sama masih ingin ikut dengan kami, maka aku bersedia membawanya bersama kami. Namun, aku belum memikirkan hukuman apa pun untuknya, jadi jika Miharu-sama dan Satsuki-sama memiliki pemikiran khusus, aku bersedia mendengarkannya."
Seperti halnya Takahisa, Lilianna menanyakan pendapat Miharu dan Satsuki.
"Aki-chan juga tidak bisa dimaafkan dengan mudah. Aku yakin Miharu-chan akan memaafkannya begitu dia melihatnya menangis, tapi kurasa itu tidak akan menjadi pembelajaran untuknya. Karena itu, lebih baik jika Miharu-chan dan Haruto-kun tidak melihatnya untuk sementara waktu. Bagaimana?"
Setelah mengungkapkan pendapatnya, Satsuki menoleh ke Miharu.
Miharu masih tidak mengerti alasan dibalik tindakan Aki. Dan merasakan perasaan kalau dirinya ingin tinggal bersama Aki, tapi dia harus menekan perasaan itu.
".....Ya. Itu mungkin yang terbaik."
Jika Miharu terus bersikap mudah terhadapnya dengan cara yang sama seperti yang dia lakukan sampai sekarang, maka Aki tidak akan menyadari apa yang dia lakukan sama sekali.
"Dan bagaiman denganmu, Haruto-kun?"
Tanya Satsuki.
Rio ragu-ragu sejenak, tetapi akhirnya mengangguk.
"......Aku tidak keberatan. Itu artinya bahkan jika Aki ingin tinggal dengan Miharu-san, dia akan tetap dipaksa pergi dengan Takahisa-san, benar?"
"Jika hal itu terjadi, maka akulah yang akan merawatnya. Namun, dia harus terlebih dahulu meminta izin dari Kerajaan Galarc. Bagaimana menurutmu, Raja Francois?" Tanya Satsuki.
"Tentu saja. Kami sudah siap menerima teman-temanmu sejak awal."
Francois mengangguk tanpa masalah.
"Terima kasih banyak."
Satsuki menundukkan kepalanya dan Miharu mengikutinya. Pada saat itu, seseorang mengetuk pintu.
"Siapa?"
Francois bertanya, tapi Charlotte bangkit dari kursinya. Mereka telah memerintahkan semua pelayan untuk pergi, jadi tidak ada orang yang bersedia untuk membuka pintu.
Mempertimbangkan status dari mereka yang hadir, Rio menyadari kalau dia tidak bisa membiarkan seorang putri bersusah payah membuka pintu, jadi dia bangkit untuk menemaninya.
"Izinkan aku yang akan membuka pintunya."
"Ara. Ini seperti aku mempunyai pengawal pribadi. Sungguh menyenangkan."
Rio membuka pintu ke ruangan, yang menyebabkan Charlotte menunjukkan senyum senang. Di pintu masuk ada seorang Ksatria yang berbeda dari mereka yang menjaga dari luar ruangan.
"Kami baru saja membawa Hero dari Kerajaan Centostella ke Kastil. Haruskah kami membawanya ke sini?"
Ksatria itu meletakkan tangannya di dadanya untuk menghormati dan memberikan laporannya.
"Bagaimana dengannya? Apa ada kesulitan dalam hal itu?" Tanya Francois.
"Tidak ada, Yang Mulia. Tapi dia sedang keadaan mood yang buruk dan sepertinya tidak berniat untuk berbicara."
"Aku mengerti. Kalau begitu, buat dia menunggu di ruangan sebelah."
"Baik, Yang Mulia."
Ksatria itu menundukkan kepalanya dengan hormat.
Rio menutup pintu itu secara perlahan.
"Nah, sekarang kita bisa kembali, Haruto-sama."
Charlotte menempelkan tubuhnya ke dekat tubuh Rio saat mereka kembali ke tempat duduk mereka.
"Apa yang akan kalian rencanakan? Aku tidak punya alasan untuk bertemu Takahisa-dono sebelum semua orang di sini."
Francois menoleh ke arah Satsuki dan Lilianna.
"Aku ingin berbicara dengan Takahisa-kun dan Aki-chan sebentar. Aku akan berbicara dengan mereka menggantikan Miharu-chan dan Haruto-kun."
Jawab Satsuki.
"Kalau begitu, kami juga akan membawa Aki-dono ke ruangan sebelah. Putri Liliana, jika kamu mempunyai sesuatu yang mau dibicarakan dengan Takahisa-dono, kamu bisa pergi ke ruangan sebelah terlebih dulu."
Kata Francois.
"Tidak, akan lebih mudah berbicara dengan Takahisa-sama jika Aki-sama hadir, jadi aku akan menunggu sampai Aki-sama tiba. Aku bisa melakukannya setelah Satsuki-sama selesai berbicara dengan mereka terlebih dulu."
Kata Lilianna, memutuskan.
"Kalau begitu, maukah kamu pergi denganku, Putri Lilianna? Kita bisa berbicara dengan mereka."
Tanya Satsuki.
"Baik. Mari kita lakukan itu."
Lilianna mengangguk dengan ekspresi serius.
"Terima kasih. Miharu-chan, Haruto-kun. Bisakah kalian pergi ke Masato-kun dan menjelaskan semua yang terjadi?"
Karena dia akan menangani Takahisa dan Aki, Satsuki meminta Miharu dan Haruto untuk menemui Masato.
".....Ya, serahkan pada kami."
Miharu mengangguk ragu-ragu sambil menunjukkan ekspresi sedikit gelap. Gadis itu telah menyadari kalau ini bukan waktunya untuk bertemu dengan Takahisa dan Aki.
"Kalau begitu, Aki-dono dan Masato-dono akan dibawa masuk. Aki-dono akan dibawa ke kamar ruangan sebelah, sedangkan Masato-dono akan dibawa ke ruangan ini." Kata Francois.
◇◇◇◇
Kedatangan Aki dan Masato diumumkan sepuluh menit kemudian. Satsuki dan Lilianna meninggalkan ruangan, sementara Masato duduk di sebelah Rio dan Miharu.
"Haruto An-chan, Miharu Nee-chan— Apa yang terjadi? Aki tampak memucat seperti hantu ketika mereka memanggilnya."
Masato telah bertemu dengan Satsuki di luar pintu masuk dan dia telah menyuruhnya untuk menanyakan apa yang terjadi pada Rio dan Miharu jadi sekarang dia cukup bingung.
"Kami akan menjelaskan semuanya. Silakan duduk dulu."
Rio berbicara dengan nada setenang mungkin.
Francois, yang masih di dalam ruangan, berdiri.
"Hmm. Kalau begitu Charlotte dan aku akan menyerahkan semuanya padamu, Haruto."
"Terima kasih banyak atas pertimbanganmu, Yang Mulia."
Meletakan tangan kanannya ke dadanya, Rio segera berdiri dan menundukkan kepalanya. Miharu buru-buru bangkit dan mengikutinya.
"Tidak masalah. Aku akan meminta Charlotte memberitahuku tentang tindakan heroik yang kamu lakukan sebelumnya."
Francois tersenyum dan meninggalkan ruangan bersama Charlotte. Rio, Miharu dan Masato ditinggalkan bertiga di ruangan itu.
"Bagaimana kalau kamu duduk di sini, Masato-kun?"
Miharu bangkit dan duduk di sebelah Rio saat dia meminta Masato untuk duduk di kursi sebelumnya.
"Oke....."
Masato duduk di seberang Miharu dan Rio, mengamati ekspresi keduanya dengan saksama.
"Jadi, umm. Ini mungkin akan mengejutkanmu, tapi....."
Miharu dengan ragu-ragu berbicara.
"Miharu-san, biar aku saja yang menjelaskan."
Saran Rio. Dia berpikir akan sangat kejam bagi korban kejadian yang harus menjelaskan apa yang terjadi.
"A-Apa itu....?"
Masato memperhatikan suasaja yang tidak biasa dan bersiap untuk yang terburuk.
"Aku yakin ini akan mengejutkanmu, jadi aku akan mencoba menjelaskannya dengan cara yang sesederhana mungkin. Takahisa-san mencoba menculik Miharu-san. Dan Aki bekerja sama dengannya."
Rio berbicara terus terang.
".......Apa?"
Seperti yang diharapkan, Masato membuat ekspresi bingung
"Takahisa-san dan Aki-chan memanggil kami ke taman untuk mengucapkan salam perpisahan kepada mereka, tapi yang sebenarnya mereka inginkan adalah menculik Miharu-san. Setelah semuanya pergi dan Miharu-san ditinggalkan sendirian dengan Takahisa-san, dia mencoba untuk menculiknya. Sekarang, Satsuki-san dan Putri Lilianna sedang berbicara dengan mereka berdua di ruangan sebelah."
"....Kamu tidak sedang bercanda, kan?"
Masato mengatakan itu dengan ekspresi tercengang.
"Tidak, aku sangat serius. Ada beberapa orang yang menyaksikan kejadian tersebut dan Putri Lilianna juga mengetahui rencananya. Belum lagi, akulah yang pergi ke kapal sihir di mana Takahisa-san membawa Miharu-san pergi."
Rio menjelaskan apa yang terjadi dengan suara kaku.
"Argh..... Sialan, apa yang mereka berdua lakukan...."
Masato hampir menangis.
"Masato-kun....." Miharu menggigit bibirnya.
"Maafkan aku, Miharu Nee-chan. Atas apa yang di perbuat oleh saudara-saudaraku....."
Masato meminta maaf kepada Miharu seolah-olah itu adalah kesalahannya sendiri.
"Jangan minta maaf, Masato-kun. Aku juga harus disalahkan. Meski aku yany paling dekat dengan Aki-chan, aku memutuskan untuk mengabaikan masalah yang dia bawa di dalam hatinya......"
Merasakan permintaan maaf dari Masato itu, Miharu membuat ekspresi sedih.
"Meskipun aku tidak bisa mengatakan dengan apa yang kamu anggap salah, bukankah menurutmu satu-satunya yang seharusnya merasa bersalah adalah para penjahat yang melakukan kejahatan? Membagi kesalahan di antara kalian tidak akan bermanfaat bagi mereka. Itulah sebabnya, kamu tidak bisa disalahkan. Jelas, aku tidak berniat menyangkal kenyataan kalau keduanya adalah orang penting bagimy, tetapi jika kamu terus berpikir seperti itu, itu hanya akan berakhir dalam siklus yang tidak ada habisnya." Rio berbicara logis.
"Tapi..... Apa yang harus aku lakukan....?"
Masato berbicara dengan suara yang hampir tak terdengar. Kata-kata Rio sepertinya telah mencapai hatinya, tetapi dia masih merasa tidak tahu apa².
"Yang terpenting bukanlah apa yang harus kamu lakukan, tetapi apa yang ingin kamu lakukan. Pikirkan tentang apa yang ingin kamu lakukan dan apa yang harus kamu perlukan untuk mencapai tujuan itu. Ini mungkin terdengar tidak mudah, karena pasti akan ada hal-hal yang ingin kamu lakukan dan mungkin beberapa di antaranya saling bertentangan..... Mengapa kamu tidak luangkan waktu untuk memikirkannya? Luangkan waktumu untuk memahami kebenarannya dan kemudian renungkan."
Sambil menasihati Masato dengan nada lembut, Rio membuat ekspresi yang sedikit gelap.
"Haruto An-chan......"
Masato berkata. Dia sangat tersentuh.
"Kamu seharusnya tidak merasa bersalah atas apa yang terjadi, Masato. Karena kamu tidak melakukan kesalahan apa pun. Hal yang sama juga berlaku untukmu Miharu-san. Apa menurutmu Miharu-san yang harus disalahkan atas apa yang terjadi?"
"T-Tidak! Tentu saja tidak!"
"Kalau begitu, berhentilah menyalahkan dirimu sendiri. Kamu bisa mulai dari sana."
"Oke......" Masato mengangguk patuh.
"Kamu juga."
Rio berbalik ke arah Miharu.
"O-Oke."
Miharu sangat memperhatikan kata-kata Rio sehingga ketika dia di panggil, dia sedikit kaget.
"Tolong jangan mengambil tanggung jawab yang terlalu besar kamu tanggung. Jika kamu benar² menghargai mereka berdua, daripada menanggung beban atas perbuatan mereka, dan bahkan jika itu berarti kamu harus bersikap keras dan mendorong mereka lebih jauh. Itulah mengapa lebih baik menjauh dari mereka untuk sementara waktu, bukan begitu ?"
".....Ya, itu benar."
"Jadi tolong berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Hanya itu yang ingin aku katakan."
Kata Rio sebagai penutup.