Forget-Me-Not of Rebirth – Epilog : 「Kebangkitan Teman Masa Kecil」
Dengan lengan kirinya yang membawa tubuh Miharu, Rio menggunakan tangan kanannya untuk mengontrol pedangnya dengan terampil. Tujuan mereka adalah Kastil kerajaan Galarc.
"......Aku ingin tahu apa yang akan terjadi sekarang."
Saat mereka mendekati kastil, Rio menanyakan pertanyaan itu dengan ekspresi hampir pasrah. Bagaimana mereka bisa menjelaskan situasinya kepada orang-orang di Galarc dan Centostella?
"Ya..... Aku juga ingin tahu apa yang akan terjadi."
Situasinya benar-benar di luar kendali. Miharu membayangkan masa depan dengan senyum kaku.
"Memukul Takahisa-san mungkin sedikit berlebihan."
Terlepas dari kata-katanya, Rio sedikit tersenyum.
"Aku pikir itu baik-baik saja. Kadang-kadang kekerasan itu perlu....."
Kekerasan tampaknya bukan poin kuatnya, karena Miharu mengangguk beberapa kali seolah-olah dia mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri.
"Aku akan memastikan kamu tidak pernah mengalami situasi di mana kamu harus menggunakan kekerasan, jadi jangan khawatir."
Rio langsung menimpali.
"Aku jiga ingin bisa membela diri. Aku ingin kamu mengajariku dengan benar, Haru-kun..... Ah, umm, maksudku, Haruto-san."
Melihat reaksi Rio, Miharu berbicara dengan takut-takut.
".......Kamu boleh memanggilku seperti itu." Jawab Rio.
"Heh?" Miharu tersentak.
"Kamu bisa memanggilku Haru-kun jika kamu mau. Aku yakin akan ada saat-saat kamu ingin mengingat masa lalu." Rio berbicara dengan rasa sedikit malu.
"Apa karena kamu melihatku sebagai teman masa kecilmu?" Apa itu berarti kalau sekarang Rio akan menghadapinya sebagai Amakawa Haruto? Miharu mendekatkan wajahnya ke wajah Rio.
"Ahaha."
Rio tertawa kecil, mencoba menghindari pertanyaan Miharu. Kalau dipikir-pikir, Miharu yang Amakawa Haruto kenal memiliki kebiasaan mendekatkan wajahnya seperti itu ketika dia menanyakan sesuatu, bahkan jika dia tidak menyadarinya.
"Tertawa seperti itu untuk menghindari pertanyaan orang lain adalah kebiasaan burukmu, Haru-kun."
Miharu sedikit cemberut.
Rio menatap ke langit sebelum menatap Miharu dari dekat.
"Karena kamu ingin bersamaku, aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk memenuhi harapanmu. Apa itu tidak masalah?"
"......Y-Ya. Kita bisa memulainya dari sana....."
Saat dia melakukan kontak mata dengannya dari dekat, Miharu menurunkan wajahnya karena malu. Tindakan semacam itu mengingatkannya pada teman masa kecilnya.
[ Perasaanmu akhirnya telah sampai pada Haruto. Memberitahu percakapanmu dengan Takahisa sepertinya terbayarkan. ]
Aishia bergema di kepalanya.
"Percakapanku..... dengan Takahisa-kun.....?"
Sesaat, Miharu menunjukkan ekspresi bingung.
"K-Kamu mendengarnya ?! K-Kamu mendengar percakapanku dengan Takahisa-kun ?!"
Mengingat apa yang dia katakan selama percakapan itu, gadis itu tersipu.
"Ahaha."
Rio tertawa sekali lagi untuk menghindari pertanyaan itu. Miharu mendekatkan wajahnya ke wajahnya sekali lagi tanpa menyadarinya.
"Jawab aku!"
"Ngomong-ngomong, bukankah kamu juga membicarakan sesuatu dengan Aishia sebelum aku menyebutkan nama keluargaku?" Rio tiba-tiba teringat.
"Heh ?! I-Itu tidak...... Itu tidak benar......"
Mata Miharu terlihat jelas goyah.
"Yah, aku akan menanyakan detailnya pada Aishia nanti. Dengan itu kita akan membahasnya nanti."
"Itu tidak benar, tidak benar!"
[ Pada dasarnya, aku sudah mengakui perasaanku kepadanya! Tidak, tapi aku tidak mengatakannya di depannya, jadi mungkin itu tidak masuk hitungan? ]
Miharu mencoba meyakinkan dirinya dengan wajahnya yang mulai memerah.
"Kalau begitu maafkan aku, Mii-chan."
Rio tersenyum malu-malu mengucapkan nama panggilan Miharu dengan nada menggoda.