Forget-Me-Not of Rebirth – Chapter 4 : Reuni Keluarga

 

Keesokan harinya, Rio mengikuti rencana yang telah mereka putuskan malam sebelumnya dan menerima izin untuk meninggalkan Kastil di pagi hari. Aishia dan gadis-gadis lain telah membawa Aki dan Masato ke ibukota, tapi mereka belum bisa pergi ke Kastil.

 

Tujuan Rio meninggalkan Kastil agar Raja Francois percaya kalau dia sudah mengkonfirmasi niat Aki dan Masato, sesuatu yang telah dia lakukan malam tadi. 

Tentu saja, Rio tidak bisa mengatakan padanya bahwa dia telah menyelinap keluar dari Kastil dan bertemu mereka secara rahasia. Rio menghabiskan dua jam di luar Kastil dan kemudian kembali untuk menyelesaikan persiapan dengan Satsuki dan Miharu.

 

Setelah meminta audiensi dengan Raja Francois di salah satu ruang tamu Kastil, Rio dan para gadis memberitahunya kalau ada dua orang yang ingin mereka undang ke Kastil. Takahisa dan Lilianna juga dipanggil lebih dulu. Selain itu, Michel dan Charlotte juga hadir. Menggunakan posisinya sebagai pahlawan, Satsuki mulai menjelaskan situasinya.

 

Satsuki menjelaskan kalau Rio tidak hanya menyelamatkan Miharu, tapi juga Aki dan Masato. 

Keduanya juga ingin bertemu dengan Takahisa, jadi Satsuki ingin mengundang mereka ke Kastil untuk memenuhi tujuan itu. Aki dan Masato tidak dibawa ke Kastil dari awal karena mereka berdua terlalu muda untuk menghadiri perjamuan. Itulah penjelasan yang diberikan Satsuki.

 

"Aku mengerti. Kamu bisa segera membawanya ke sini. Jika mereka adalah saudara Takahisa-dono, maka aku kira tidak apa-apa jika mereka tinggal di ruanganmu, bukan?"

Setelah mendengar penjelasan Satsuki, Francois memberikan persetujuannya.

 

"Iya!" 

Takahisa mengangguk dengan penuh semangat. 

 

Maka, diputuskan kalau Aki dan Masato akan dibawa ke Kastil. Setelah itu, Rio meninggalkan Kastil di temani oleh seorang petugas untuk menuju ke tempat Aki dan Masato berada. Miharu juga menemani mereka setelah menawarkan diri untuk pergi bersamanya.

 

Mereka pergi ke lokasi yang telah mereka putuskan sebelumnya dan membawa Aki dan Masato ke Kastil tanpa masalah. Kemudian, mereka menuju ke ruang tamu yang mereka tempati sebelumnya.

 

"Onii-chan!" 

Aki berteriak kegirangan begitu memasuki ruangan. Masato ada di belakangnya dengan senyum malu-malu di wajahnya.

 

"Aki! Masato!" 

Terbawa emosi, Takahisa melompat keluar dari kursinya dan berlari ke arah mereka berdua.

 

"Itu kamu! Aku tidak percaya itu benar-benar kamu!" 

Aki berlari ke depan untuk memeluknya. Takahisa mengulurkan tangannya untuk menangkapnya.

 

"Aki! Aku sangat senang kamu baik-baik saja......!" 

Takahisa memeluknya dengan erat.

 

"Ahaha, ini sakit."

Kata Aki, tapi dia juga memeluknya erat-erat.

 

"Ups, maafkan aku." 

Takahisa mencoba mengurangi kekuatan di pelukannya.

 

"Tidak, kali ini giliranku. Hehe...... Onii-chan." 

Memeluknya lebih erat, Aki membenamkan wajahnya di dada Takahisa. Bahkan gadis yang biasanya dingin seperti dia bisa memiliki sisi kekanak-kanakan.

 

"Bagaimana keadaanmu, Aki? Uhm..... Kudengar kamu hampir dijadikan sebagai budak....."

 

"Yup, aku baik-baik saja. Haruto-san..... Dia menyelamatkanku."

Jawab Aki dengan bayangan yang menutupi senyumannya. Gadis itu hampir berbalik ke arah Rio, tetapi pada akhirnya dia berhenti.

 

"Aku mengerti. Yah, kamu aman sekarang – aku akan melindungimu."

 

"......Iya." 

Aki mengangguk dengan samar. Melihat ekspresi tidak senang adiknya itu, wajah Takahisa berkabut karena frustrasi. Melihat Rio, dia menggigit bibirnya.

 

".....Umm. Terima kasih banyak, Haruto-san. Karena kamu sudah melindungi mereka bertiga, sungguh."

 

"Tidak masalah."

Jawab Rio singkat sambil menggelengkan kepalanya.

 

"Bagaimana keadaanmu, Masato? Mendekatlah – tunjukkan wajahmu."

Takahisa berbicara kepada Masato, yang berdiri di ambang pintu.

 

"Aku baik-baik saja. Berhentilah mengatakan hal-hal yang memalukan."

Jawab Masato dengan nada canggung.

 

"Kamu telah tumbuh cukup banyak selama kita berpisah."

Kata Takahisa, berbicara dengan nada seorang kakak laki-laki.

 

"Sungguh? Yah, aku masih dalam pertumbuhan."

Masato malu-malu dan menatap ke bawah kakinya.

 

"Kalian terlihat akur seperti biasa. Tapi aku senang kita berlima bisa bersama kembali. Lama tidak bertemu, Aki-chan, Masato-kun." 

Satsuki telah menyaksikan reuni keluarga itu dengan ekspresi hangat. Hanya Rio, Miharu, dan kedua bersaudara itu yang tahu kalau Satsuki telah menyelinap keluar dari kastil untuk melihat mereka sebelum perjamuan, jadi dia harus berpura-pura kalau ini adalah pertama kalinya mereka bertemu satu sama lain sejak mereka dipanggil.

 

"Lama tidak bertemu, Satsuki-san." Kata Aki.

 

"Aku senang kamu baik-baik saja, Satsuki Nee-chan."

Kata Masato, menambahkan. Keduanya menanggapi sesuai rencana.

 

"Sekarang kalian semua telah di persatukan kembali, maka kami akan mundur untuk saat ini. Tidak sopan bagi kami untuk mengganggu reuni yang telah lama kalian tunggu." 

Francois mengatakan itu sambil melihat Lilianna.

 

"Iya. Kami akan memperkenalkan diri kami dengan benar lain waktu."

Kata Lilianna menyetujui dengan segera.

 

"Jika kamu tidak keberatan, Haruto-sama, bisakah kamu menemaniku?" 

Charlotte menanyakan pertanyaan mendadak itu.

 

"Tentu saja." 

Tanpa alasan untuk menolak permintaan seorang putri, Rio langsung mengangguk. Dengan demikian, hanya lima anak laki-laki dari jepang yang tersisa di ruangan itu.

 

"Bagaimana kalau kita duduk dulu? Miharu-chan, kamu bisa duduk di sampingku." Saran Satsuki.

 

"Oke." 

Takahisa mengangguk bahagia, membimbing Aki ke sofa terdekat agar mereka bisa duduk bersama. Masato duduk di sofa lain sementara Miharu duduk dengan Satsuki.

 

"Aku tahu kita baru saja bertemu kembali dan semua menjadi bersemangat, tapi karena kita sudah memiliki gambaran umum tentang situasi masing-masing, dan mengingat akan cukup sulit bagi kita untuk memiliki kesempatan lagi untuk berkumpul kembali seperti saat ini, bagaimana kalau kita membahas topik utama lebih dulu?" 

Kata Satsuki, melihat wajah semua orang.

 

"Ya, tapi topik apa yang ingin kita bahas?" 

Takahisa memandang Satsuki dengan ekspresi sedikit bingung.

 

"Masalah penting tentang masa depan kita. Sekarang kita berada dalam situasi yang rumit, bukan? Baik Takahisa-kun maupun aku tidak bisa meninggalkan Kerajaan kami masing-masing dengan mudah, dan ada mungkin kita akan berpisah lagi di masa depan. Jika kita mempertimbangkan situasi kita dalam jangka panjang, bukankah kita harus memutuskan tentang apa yang harus kita lakukan untuk kembali ke bumi?" 

Satsuki menjelaskan topik yang ingin dia bicarakan dalam beberapa kalimat.

 

"Kamu benar....."

Melihat Miharu, Takahisa mengangguk.

 

"Pertama, ada sesuatu yang harus kamu ketahui tentang Haruto-kun. Ini adalah sesuatu yang sangat terkait dengan masa depan kita juga. Aku sudah mendapat izin untuk memberitahumu tentang hal ini, tetapi kamu harus merahasiakan apa yang akan aku katakan ini kepadamu. Bisakah kamu berjanji kepadaku?" 

Satsuki menatap langsung ke arah Takahisa.

 

"Jika kamu hanya bicara padaku, itu artinya yang lainnya......"

Takahisa melihat sekeliling.

 

"Mereka sudah mengetahuinya. Jika kamu bisa berjanji kepadaku untuk merahasiakannya, maka aku akan memberitahumu juga. Jika kami tidak bisa membuat janji itu, maka aku hanya akan memberikan kesimpulan dengan menghilangkan penjelasan rinci tentang situasinya. Satu-satunya hal yang aku minta darimu, kamu tidak boleh meminta hal itu dari yang lainnya karena mereka semua telah membuat janji yang sama dan kamu hanya akan membuat mereka dalam masalah." 

Penjelasan Satsuki sangat abstrak, jadi tidak mungkin untuk menentukan rahasia apa yang ingin dia ceritakan. Namun, Takahisa tidak ingin menjadi satu-satunya yang tertinggal.

 

"......Baiklah. Aku berjanji."

 

"Oke. Aku akan mulai dengan kesimpulan...... Kita mungkin tidak bisa kembali ke bumi dalam empat tahun ke depan." Kata Satsuki.

 

".....Empat tahun? Bagaimana kamu bisa tahu?" 

Itu adalah angka yang sangat spesifik.

 

"Ada seseorang yang meninggal di jepang, empat tahun setelah kita menghilang dan seseorang itu terlahir kembali di dunia ini. Sebelum itu, seseorang itu mendengar dari ibumu kalau Miharu-chan masih menghilang."

 

".....Apa?" 

 

[ Apa yang sedang terjadi? ]

Takahisa menunjukkan ekspresi ragu.

 

"Seseorang yang kubicarakan itu adalah Haruto-kun, yang di kehidupan sebelumnya adalah kakak laki-laki dari Aki-chan. Nama lengkapnya adalah Amakawa Haruto. Dia dipisahkan dari Aki setelah orang tua mereka bercerai. Masato tidak menyadari hal ini, tapi mungkinkah kamu tahu tenang ini.....?" 

Satsuki bertanya, tetapi Takahisa menunjukkan ekspresi benar-benar kosong karena sangat terkejut. Meskipun kata-kata itu telah memasuki kepalanya, dia tidak dapat segera menerimanya.

 

"Aki, apa kamu punya kakak laki-laki selain aku.....?" 

Takahisa menoleh ke Aki, memaksa dirinya untuk bertanya kepadanya.

 

"Aku tidak mempunyainya. Hanya kamu satu-satunya kakak laki-laki yang aku miliki satt ini. Hanya kamu satu-satunya....."

Aki meremas tangan Takahisa dan mengerutkan keningnya.

 

"Seperti yang kamu lihat, Aki-chan tidak memiliki perasaan yang sangat positif pada Amakawa Haruto. Ini hanya spekulasiku, tapi kurasa itulah alasan mengapa orang tuamu tidak memberitahumu tentang Amakawa Haruto." 

Kata Satsuki, menghela napas.

 

"Aki......"

Takahisa meremas tangan Aki untuk meyakinkannya.

 

"Amakawa Haruto juga merupakan teman masa kecil Miharu. Keduanya terpisah pada usia tujuh tahun karena perceraian orang tua Haruto-kun."

Kata Satsuki, melanjutkan.

 

"Miharu......?" 

Takahisa menjadi kaku, ekspresinya menegang.

 

"Iya. Haruto-san adalah reinkarnasi dari teman masa kecilku." 

Miharu menjawab setuju dengan wajah serius.

 

"Uh......"

Takahisa memucat ketika jantungnya mulai berdenyut dengan tidak menyenangkan. Dia tidak mengerti kenapa, tapi dia tidak bisa menahan rasa takut kalau ada sisi Miharu yang tidak dia ketahui.

 

"Mari kembali ke topik utama. Menurut ingatan Haruto-kun, ibu Aki-chan mengatakan kalau Miharu-chan masih menghilang. Namun, ketika dia bertanya tentang Aki-chan, dia menjawab kalau dia baik-baik saja."

 

".....Apa itu berarti Aki akan kembali ke bumi sementara Miharu tidak?" 

 

[ Ini konyol. ]

Takahisa tidak percaya kalau Miharu dan Aki akan terpisah. Ekspresinya penuh keraguan.

 

"Iya. Apakah ibumu berbohong kepada Haruto-kun atau dia mengatakan yang sebenarnya, sekarang tidak ada cara untuk mengetahuinya."

Jawab Satsuki. Ada bayangan di wajah anggunnya.

 

"....T-Tunggu sebentar! Aku tidak percaya Aki dan Miharu berpisah. Bukankah Haruto-san tahu kalau Aki juga menghilang? Karena kalau tidak, dia pasti langsung sadar kalau ibuku berbohong......?!" 

Takahisa menjadi panik.

 

".....Haruto-kun tidak tahu apa-apa tentang situasi Aki-chan. Setelah orang tuanya bercerai, ayah Haruto-kun memutuskan semua informasi yang dia miliki dengan Aki-chan dan ibunya."

Jawab Satsuki, memandang Aki sejenak. Mendengar nama ayahnya disebutkan, bibirnya Aki memperlihatkan tanda tidak senang.

 

"Tapi..... Aku tidak bisa mempercayainya. Mustahil bagi Aki dan Miharu untuk dipisahkan. Tidakkah menurutmu ibuku berbohong kepada Haruto-san agar dia tidak khawatir?" 

Kata Takahisa. Kali ini, Miharu yang menunjukkan senyum pahit.

 

"......Benar, itu kemungkinan yang lain. Aku juga merasa sulit untuk percaya kalau Aki-chan kembali ke bumi dan tidak mencoba berbicara dengan Haruto-kun di sana......"

Satsuki melihat ke arah Aki sekali lagi. 

 

"Bagaimanapun, sepertinya kita tidak akan segera kembali ke bumi dalam waktu dekat. Meskipun aku tidak mau mengakuinya, itulah yang dikatakan informasi ini kepada kita. Untuk alasan ini, aku pikir kita harus membahas apa yang akan kita lakukan mulai sekarang. Apa kalian tidak berpikiran sama?"

 

"Ya." Miharu mengangguk setuju.

 

"Sejujurnya..... Sebelum Haruto-kun dan Miharu-chan muncul, aku berada dalam kondisi sangat kesepian. Aku merasa sendirian. Setiap hari, aku bertanya-tanya apakah Miharu-chan dan yang lainnya juga ada di dunia ini, tetapi aku tidak punya bukti. Aku hanya ingin pulang secepat mungkin. Tapi sekarang, aku merasa lebih optimis. Kita semua bersatu kembali dan aku sudah berteman dekat dengan Haruto-kun. Jadi aku tidak bisa terus depresi selamanya, kamu tahu? Jika kita tidak bisa kembali ke bumi untuk sementara waktu – atau bahkan selamanya – maka aku ingin menetap di dunia ini dan menjalani kehidupan yang bermakna." 

Satsuki mengungkapkan perasaannya sambil melihat yang lainnya.

 

"Selama ini kita hanya membahas hal-hal yang samar-samar. Dalam beberapa kesempatan kami bertanya-tanya tentang apa yang akan kami lakukan jika kami bertemu Satsuki-san dan Takahisa-kun. Masing-masing dari kami punya pemikiran sendiri tentang itu, tapi pada akhirnya kaki selalu menghindari percakapan.... Namun, menurutku itu adalah sesuatu yang harus kita diskusikan dengan baik, apalagi sekarang kita semua sudah berkumpul kembali."

Miharu mengungkapkan pendapatnya dengan jelas.

 

"Itu benar. Mungkin sulit bagi kita berlima untuk tetap bersama, tapi selama kita tahu semuanya baik-baik saja, selama kita bisa bertemu lagi.... Aku pikir kita akan bisa terbiasa dengan itu." 

Kata Satsuki, mengangguk.

 

"Kita berlima bersama, ya.... Itu benar. Karena Satsuki-san adalah pahlawan Kerajaan Galarc, akan sulit baginya untuk tinggal di Kerajaan Centostella." 

Kata Takahisa, mengerutkan keningnya.

 

"Yah, benar....." Satsuki mengangguk tidak nyaman.

 

"....Apa kamu akan kembali ke Centostella segera?" 

Aki menarik lengan baju Takahisa dan bertanya.

 

"Iya. Aku mungkin akan bisa kembali, tapi aku tidak bisa tinggal terlalu lama. Itu sebabnya, aku menghabiskan sepanjang malam memikirkan apa yang ingin aku lakukan. Aku ingin bersama kalian semua selamanya. Aku akan melindungi kalian. Aku akan melindungi kalian dengan semua yang aku punya." 

Takahisa menunjukkan ekspresi tegang saat dia melihat ke arah Aki, Masato, dan— Miharu.

 

"Aku juga ingin tinggal bersamamu....."

Meski mengatakan itu, ada jejak keraguan di suara Aki. 

Dia ingin bersama kakak laki-lakinya itu, tetapi tidak yakin apakah dia  akan membuat ikatan yang dia buat dengan penghuni rumah batu lainnya adalah hal yang benar untuk dilakukan.

 

"Hmm...."

Masato bergumam dalam hatinya. Dia merasa bimbang dan tidak mau segera merespon.

 

"Maafkan aku. Aku tidak punya niat untuk ikut denganmu." 

Miharu mengajukan keberatan dengan keras dan jelas.

 

"K-Kenapa....?" Takahisa bertanya dengan panik.

 

"Karena aku ingin tinggal bersama Haruto-san...."

Jawab Miharu segera.

 

"Ap......"

Takahisa memasang ekpresi seseorang yang baru saja didorong dari tebing. Tanpa berkata apa pun, dia memandang Miharu dengan wajah bingung, tapi Miharu tidak punya apa-apa lagi untuk dikatakan.

 

Sementara itu, ketika Aki mendengar keputusan Miharu, ekspresinya menjadi gelap karena frustasi.

 

"Aku juga ingin tinggal dengan Haruto Nii-chan. Kehadiranmu di depanku membuatku sedikit ragu, tapi untuk saat ini, aku ingin tetap bersamanya."

 

"Tapi kenapa....?"

Takahisa jelas marah ketika dia menggumamkan kata-kata dengan suara pelan.

 

"U-Umm! Aku ingin pergi bersamamu!" 

Aki sepertinya mendengar gumaman Takahisa ketika dia langsung memberikan jawabannya.

 

"Aki....!" 

Ekspresi Takahisa bersinar seolah dia telah menemukan oasis di padang pasir.

 

"Bukannya aku tidak ingin tinggal bersamamu. Hanya saja.... Haruto Nii-chan telah melakukan begitu banyak hal untuk kami sehingga aku tidak bisa pergi begitu saja dengan mengatakan 'Baiklah, terima kasih kasih, aku sudah bertemu dengan saudaraku lagi' begitu saja.... Aku tahu kamu sedang mengabaikan Haruto Nii-chan sekarang, tapi kamu berpikir sama juga, bukan, Aki?" 

Masato bertanya kepadanya.

 

"........"

Aki sepertinya tidak bisa sejujur ​​Masato dan dia hanya terdiam. Namun, itu adalah bukti yang tidak diragukan lagi kalau dia merasakan hal yang sama.

 

[ Apa pengaruh Haruto-san pada Masato dan Aki sebesar ini? ]

Mereka hanya berpisah selama beberapa bulan..... Takahisa jatuh ke dalam ilusi kalau ikatannya dengan orang yang dicintainya dicuri oleh orang lain, jadi dia hanya bisa mengepalkan tinjunya dengan erat.

 

Saat Aki masih diam, Masato menghela napasnya dan menyuarakan pendapatnya sekali lagi. 

"Selain itu, dalam kasusku, aku juga sedang berlatih pedang..... Aku tidak ingin kehilangan kemajuan yang telah aku buat. Itu sebabnya, aku tidak bisa pergi denganmu, Aniki. Tidak sampai aku cukup dewasa untuk bisa berdiri sendiri."

 

"Berlatih pedang ?! Kamu — Kamu sedang belajar cara menggunakan pedang?"

Takahisa tidak bisa mengabaikan komentar itu.

 

"Ya....."

Masato terkejut melihat reaksi kakaknya yang berlebihan.

 

"Kenapa kamu mempelajarinya? Ini bukan permainan. Di dunia ini, pedang digunakan untuk membunuh orang." 

Karena Takahisa juga belajar menggunakan pedang di Kastil, dia memahami fakta itu dengan baik. Atau lebih tepatnya – dia mulai mengerti. Itulah sebabnya, dia bereaksi seperti itu setelah mengetahui kalau Masato juga belajar ilmu berpedang.

 

"Aku tahu itu. Haruto Nii-chan mengajariku segalanya. Lagipula, kalau kamu tahu semua itu, artinya kamu juga belajar menggunakan pedang, kan?" 

Masato menunjukkan kemunafikan kakaknya dalam keberatannya.

 

"Itu tidak masalah bagiku. Aku sudah SMA dan aku mengerti banyak hal. Tapi kamu masih SD. Rasa moral dan etikamu belum berkembang."

 

"Aku mengerti hal-hal itu juga!"

 

"J-Jangan bilang kamu sudah membunuh seseorang sebelumnya." 

 

[ Bagaimana jika dia serius? ]

Takahisa memucat.

 

"Tentu saja tidak! Tetapi di luar sana ada monster dan kamu tahu seperti apa dunia ini juga, bukan? Aku harus bisa melindungi diriku sendiri dan orang lain jika terjadi sesuatu. Ingat ketika kami dipanggil, kami hampir dijual sebagai budak."

Kata Masato, keberatan dengan nada tegas.

 

"Karena itu aku  bilang kalau mulai sekarang aku akan menjadi orang yang melindungi kalian. Kalian tidak perlu menempatkan diri kalian dalam bahaya. Selama kalian tinggal di Kastil, tidak ada hal buruk yang akan terjadi."

 

"Sudah kubilang aku tidak akan ikut denganmu! Aku tidak ingin duduk di sana dan dilindungi."

 

"Jika kamu bertarung, kamu mungkin akan mati terbunuh! Apa kamu tidak pernah memikirkan itu?!" 

Takahisa memarahinya dengan kata-kata kasar.

 

"Haruto Nii-chan sudah mengajariku semua itu!"

 

"Guh....."

Lagi-lagi nama itu. Haruto, Haruto, dan Haruto. Dia telah masuk ke kepala semuanya di saat Takahisa tidak ada. Meskipun tempat itu seharusnya untuknya.....

 

"Tenanglah kalian berdua. Aku tahu kalau aku bilang kita harus mendiskusikan banyak hal, tapi aku tidak pernah mengatakan kita harus berdebat."

Satsuki menyela ketika Takahisa terdiam.

 

"Aku..... Aku hanya tidak ingin Masato menjalani kehidupan yang berbahaya. Di kastil itu aman dan untuk mempelajari ilmu berpedang..... Jika dia benar-benar harus melakukannya, dia bisa meminta para Ksatria di Kastil untuk melatihnya."

Takahisa menyarankan ide mendadak itu.

 

"Oh? Selain keamanan Kastil, Haruto-kun adalah Ksatria kehormatan, tahu? Dia jauh lebih kuat dari seorang Ksatria biasa." Kata Satsuki.

 

"Tetap sekali." 

Masato mengangguk dengan bangga.

 

"Tapi Masato-kun, kamu harus mencoba memahami kalau Takahisa-kun sangat mengkhawatirkanmu. Jika sesuatu terjadi padamu selama kamu bertarung..... Semuanya juga akan sangat sedih."

Kata Satsuki, tersenyum lemah saat dia mencoba meyakinkan Masato. Dia juga sendirian setelah dipanggil ke dunia ini, jadi mungkin itulah alasan mengapa dia bisa memahami perasaan Takahisa.

 

"Hmm.... Yah, kurasa kamu benar." 

Masato mengangguk dengan enggan.

 

"Jadi sebagai kesimpulannya...... Atau lebih tepatnya, untuk meringkas semuanya untuk saat ini, Aki-chan akan pergi dengan Takahisa-kun, Miharu-chan dan Masato-kun akan tinggal dengan Haruto-kun dan aku akan tetap di Kerajaan Galarc – apakah itu terdengar benar?" 

Satsuki tidak memiliki keluhan apapun selama keputusan dibuat oleh orang yang memutuskannya.

 

[ Takahisa-kun dan Aki-chan sepertinya tidak mau menerimanya. ]

Dengan pemikiran itu, Satsuki melihat mereka berdua.

 

"......Apa kamu baik-baik saja dengan ini, Aki-chan? Dan membiarkan perasaanmu itu dan  berpisah dengan Haruo-san seperti ini?" 

Miharu bertanya kepadanya.

 

".....Siapa peduli." 

Aki membuang muka dan memberikan jawaban masa bodo untuk menyembunyikan amarahnya.

 

"Jika kamu akan pergi dengan Takahisa-kun, kamu harus berbicara dengan Haruto-san dengan benar. Aku harap kamu bisa berbaikan sebelum kamu pergi."

Miharu meletakkan tangannya di dadanya. Mendengar itu, Aki mengertakkan gigi dan berbicara dengan sinis.

 

"Sekarang kamu benar-benar berada di pihaknya, bukan? Kamu bukan lagi sekutuku."

Jawab Aki terus terang.

 

".....Tidak. Itu salah. Aku selalu menganggapmu istimewa bagiku. Kamu sudah seperti adik perempuanku yang sebenarnya."

Miharu menyangkal kata-katanya dengan ekspresi sedih.

 

{ TLN : Cihh, jijik sama Miharu }

 

"Lalu kenapa kamu tidak ikut dengan kami ?! Jangan pergi bersamanya – ikut aku dan Onii-chan! Tetap bersamaku!" 

Aki meneriakkan kata-kata itu.

 

"Aku..... tidak bisa melakukan itu. Maaf." 

Meski terlihat sangat sakit, Miharu tidak bisa berubah pikiran.

 

"A-Apa itu karena kamu mencintainya, Miharu Onee-chan? Apa karena kamu mencintainya sehingga kamu tidak bisa tinggal bersamaku? Itukah alasanmu memilihnya?" 

Aki berbicara dengan suara yang sangat gemetar.

 

"Bukan seperti itu....."

Miharu tersentak dengan ekspresi kaget. Dia ingin bersama Haruto, bukan Aki. Itu mungkin arti dari pilihannya, tetapi nuansanya salah sama sekali.

 

".....Aki-chan. Aku mungkin tidak berhak mengatakan ini, karena aku hanya mendengar apa yang terjadi dari orang lain, tapi— tidakkah menurutmu itu sudah berlebihan?" 

Satsuki yang menonton mereka dengan tenang sebagai orang luar, tapi bahkan dia tidak bisa membiarkan apa yang baru saja dikatakan Aki.

 

"Itu benar, Aki."

Masato menyetujui dengan marah.

 

"Cinta...."

Ketika Takahisa mendengar kemungkinan kalau Miharu menyukai Haruto, dia menjadi terdiam. Rasa shock itu berangsur-angsur berubah menjadi kepanikan.

 

"A-Apa yang Haruto-san pikirkan tentang ini ?!" 

Takahisa bertanya dengan suara keras. Pikirkan tentang ini? Implikasi pertanyaan itu terlalu luas.

 

".....Haruto-kun telah menyerahkan keputusan tentang siapa yang akan tinggal dengan siapa kepada Miharu-chan dan yang lainnya. Namun, memang benar dia tidak terlihat senang karena Miharu-chan memutuskan untuk tetap bersamanya."

Jawab Satsuki.

 

".....Bagian itu, aku sudah membereskannya. Kita membicarakannya dan aku bertanya kepadanya lagi. Meski dia masih enggan menerimanya, Haruto-san menerimanya." 

Miharu memandang Satsuki dan mengangguk.

 

"Itu dia." 

Satsuki tersenyum dan menatap Takahisa. 

 

"Bagus, Miharu-chan. Yah, fakta kalau Haruto-kun masih enggan untuk itu agak...."

Satsuki menghela napas lelah. Miharu hanya tersenyum malu-malu.

 

"K-Kalau begitu, Haruto-san bisa tinggal bersamamu...."

Takahisa menyarankan dengan panik.

 

"....Itu mustahil. Haruto-san juga ada yang harus dia dilakukan." 

Mengingat apa yang Rio coba lakukan, ekspresi Satsuki menjadi sedikit gelap.

 

"M-Mungkinkah itu alasannya enggan bersama dengan Miharu?" 

Ketika sampai pada topik Miharu, naluri Takahisa menjadi sangat tajam. Dengan pertanyaan itu, dia tepat sasaran.

 

"Yah, bisa dibilang begitu....."

Satsuki mengangguk samar. Takahisa memanfaatkan kesempatan itu dan menelan gugupnya sebelum berbicara.

 

"Jadi jika Haruto-san tidak ingin Miharu ikut bersamanya, bukankah memaksanya untuk membawanya bersamanya akan membuatnya kesulitan?"

 

".....Itu mungkin benar. Tapi aku rasa itu juga tidak masalah. Haruto-kun berniat untuk keluar dari kehidupan damai, jadi dia membutuhkan seseorang untuk menuntunnya kembali ke kehidupan normal."

Jawab Satsuki dengan letih, tatapannya penuh dengan perasaan yang bercampur aduk.

 

"Keluar dari kehidupan damai?" 

Karena mereka tidak menyadari situasinya, Takahisa dan kedua adiknya menunjukkan ekspresi bingung.

 

"Hmm.... Kenapa Haruto Nii-chan tidak ingin Miharu Nee-chan tinggal bersamanya? Apa dia akan baik-baik saja kalau aku tetap tinggal bersamanya?" 

Masato mengarahkan pertanyaan itu ke Miharu dan Satsuki.

 

"Itu.... karena....."

Miharu tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat.

 

"Mungkin alasannya karena, di kehidupan sebelumnya, Haruto-kun dan Miharu-chan adalah teman masa kecil. Namun, aku tidak bisa mengatakan lebih dari itu karena aku bukanlah Haruto-kun. Bukankah begitu, Miharu-chan?" 

Satsuki memberikan penjelasan dengan ambigu untuk menghindari keharusan yang merinci. Kemudian, dia mencari persetujuan Miharu dengan nada ramah.

 

".....Iya." 

Miharu mengangguk dengan suara pelan.

 

[ Apa..... Ada apa dengan ini..... ]

Takahisa sangat khawatir, jadi dia mengatupkan giginya untuk menekan emosinya.

 

[ Meskipun aku sudah memutuskan kalau akulah yang akan melindunginya, aku...... ]

Dalam beberapa bulan ketika mereka berpisah, banyak hal-hal yang telah berubah secara tak terduga. Takahisa tidak bisa menerima kenyataan kalau dia akan dipisahkan kembali dari Miharu sekali lagi.

 

[ Apa mereka bermaksud untuk menjauhkanku dari awal? ]

Takahisa tidak ingin merasa ketatukan kehilangan seseorang yang penting lagi, jadi dia memutuskan untuk menyatakan perasaannya kepada Miharu untuk menghindari hal itu.

 

Namun, bahkan sebelum dia bisa mengambil langkah pertama......

 

[ Aku.... Aku harus melakukan sesuatu...... ]

Takahisa menggertakkan giginya, namun saat itu Aki meremas tangannya. Dia mengubah ekspresinya dengan terengah-engah dan meremas tangan adiknya kembali.

 

"Tidak apa. Aku akan tetap bersamam."

Bisik Aki sehingga hanya Takahisa yang bisa mendengarnya. Setelah itu, dia membuka mulutnya sekali lagi. 

"Baiklah, Miharu Onee-chan. Aku akan melakukannya. Aku akan berbicara dengan Haruto-san."

 

◇◇◇◇

 

Sementara itu, setelah Rio meninggalkan ruang tamu dan mengucapkan perpisahan kepada yang lain, dia berjalan bersama dengan Charlotte menyusuri salah satu koridor Kastil.

 

"Ke mana kita akan pergi?" 

Rio bertanya sambil senyum kecil.

 

"Orang-orang dari pemerintahan utama Kerajaan Beltrum sedang bersiap untuk kembali ke Kerajaan mereka, jadi kita akan pergi untuk mengucapkan salam perpisahan kepada mereka dulu. Setelah itu, aku sudah punya janji dengan Liselotte untuk minum teh bersama dan aku berharap kalau kamu juga ikut."

Jawab Charlotte dengan nada ceria namun sedikit aneh.

 

"Begitukah....."

Rio tidak tahu alasan mengapa Charlotte sedang dalam mood yang baik, jadi dia menjawab sambil melihat ekspresinya yang tidak biasa.

 

"Terima kasih banyak, Haruto-sama."

Kata Charlotte tiba-tiba.

 

"Bisakah aku menanyakan alasannya?"

 

"Aku berbicara tentang Aki-sama dan Masato-sama. Kamu membawa mereka ke Kastil karena kamu sudah mempercayai kami, kan? Itu berarti Satsuki-sama juga telah memutuskan untuk mempercayai kami juga. Kami sangat senang dengan itu. Mungkinkah kamu sudah memberitahunya tentang apa yang kita bicarakan tadi malam?"

 

".....Ya. Namun, aku tidak yakin kalau yang aku katakan kepadanya akan berpengaruh kepada keputusan Satsuki-sama." 

Jika Aki dan Masato yang menginginkannya, Rio pasti akan membawa mereka ke Kastil.

 

"Meskipun kamu mengatakan itu, tapi menurutku tidak seperti itu. Ayahku juga senang dan sangat memujimu, Haruto-sama." 

Charlotte tersenyum sambil tertawa kecil. 

 

Di saat mereka sedang mengobrol, Rio dan Charlotte berjalan melewati taman yang berbentuk geometris yang mengarah ke gerbang Kastil.

 

Di sana terlihat ada beberapa gerbong kereta kuda dengan anggota Keluarga Kerajaan dan bangsawan dari Kerajaan Beltrum yang bersiap untuk pergi. Meskipun mereka akan melakukan perjalanan ke Beltrum menggunakan kapal sihir, kereta kuda itu hanya untuk membawa mereka ke pelabuhan.

 

"Sepertinya mereka akan segera pergi. Christina-sama dan Hero-nya ada di sana. Aku senang kita tiba tepat waktu. Sekrang, ikuti aku, Haruto-sama." 

 

Rio mengikuti dari belakang Charlotte menuju ke tempat para bangsawan Kerajaan Beltrum berada.

Mempertimbangkan masa lalunya, Rio tidak akan pernah mendekati mereka atas kemauannya sendiri, tetapi sekarang setelah dia mengubah identitasnya, sangat tidak mungkin mereka akan mengenalinya. Sebaliknya, akan aneh jika seseorang mengingatnya.

 

"Bisakah aku berbicara dengan Christina-sama dan Rui-sama? Aku ingin mengucapkan salam perpisahan kepada mereka. Aku adalah Putri Kedua Kerajaan Galarc, Charlotte, dan dia adalah Ksatria kehormatan, Amakawa-sama."

Kata Charlotte kepada para Ksatria yang menjaga gerbong kereta kuda. Rasanya agak aneh bagi Rio jika dia diperkenalkan sebagai seorang Ksatria seperti itu, tetapi gelar itu lebih berguna jika dihadapkan untuk para bangsawan dan menjadi keuntungan bagi Rio.

 

"Tolong tunggu sebentar."

Setelah kedatangan dua orang dengan berstatus tinggi, Ksatria itu pergi dengan gugup. Tak sampai semenit kemudian, Christina dan Rui muncul diiringi barisan Ksatria.

 

"Terima kasih banyak telah datang untuk mengantar kami pergi, Charlotte-sama, Amakawa-sama."

Christina menyapa mereka dengan anggun.

 

"Sangat mungkin jika kita tidak akan bertemu untuk sementara waktu, jadi aku ingin mengucapkan salam perpisahan kepadamu. Aku berharap kita bisa berbicara lebih banyak, tetapi posisi yang kita miliki membuat itu sulit. Namun, aku senang bisa mengucapkan selamat tinggal kepadamu."

Charlotte berbicara sambil tersenyum saat dia berpaling dari Christina. Di ujung pandangannya adalah Charles Albor, yang juga hadir bersamanya.

 

Christina juga melirik Charles sebelum menjawab dengan senyum ramah. 

"Kita mungkin bisa bertemu lebih cepat dari kita diharapkan, tapi kamu juga benar. Selalu ada kemungkinan kalau kita tidak akan pernah bertemu lagi, jadi aku juga senang karena kita bisa saling memberikan salam perpisahan yang layak seperti ini."

 

Kemudian tatapan Christina tertuju pada Rio.

"Amakawa-sama, terima kasih sudah datang mengantar kepergian kami. Rui-sama juga ingin berbicara lebih banyak denganmu."

 

"Itu.... Suatu kehormatan untukku." 

Rio menundukkan kepalanya dalam-dalam ke arah Rui.

 

"Akulah yang senang bertemu denganmu lagi, Haruto-kun. Seperti yang dikatakan Christina Ojou-sama, aku ingin berbicara denganmu lebih banyak lagi." 

Rui menunjukkan senyuman sambil mengatakan itu.

 

"Sementara itu akan menjadi sebuah kehormatan bagiku, bisakah aku bertanya alasannya?" 

[ Apa aku menarik minatnya dalam suatu hal? ]

 

"Kurasa itu karena apa yang kamu katakan tentang orang tuamu. Namamu sangat mirip dengan yang digunakan di duniaku, jadi itu membuatku merasakan keakraban, hampir seolah-olah kamu berasal dari tempat yang sama denganku. Selain Satsuki-san, dua pahlawan lainnya sepertinya lebih suka menjauh dariku, jika kita mendapat kesempatan untuk bertemu lagi, maukah kamu berbicara denganku sebagai teman?"

Rui mengulurkan tangannya ke arah Rio sambil menunjukkan senyum pahit.

 

"Tentu— itu akan menjadi sebuah kehormatan untukku." 

Rio segera menjabat tangan Rui setelah itu.

 

"Terima kasih." 

Wajah tamvan Rui menampilkan senyum bahagia. Pada saat itu, Charles Albor – yang selama ini memperhatikan mereka – mendekat.

 

"Apa kalian sudah selesai? Sudah hampir waktunya kita untuk pergi."

Kata-kata itu ditujukan kepada Christina dan Rui.

 

"Iya. Sampai jumpa kalau begitu."

Setelah mengatakan itu, Rui berbalik.

 

"Ara. Amakawa-sama, sepertinya ada debu di bahumu."

Christina berbicara tiba-tiba.

 

"Oh, maafkan kecerobohanku." 

Rio secara naluriah menggerakkan tangannya untuk membersihkan debu dari bahunya.

 

"Tidak, bukan di sana." 

Setelah mengatakan itu, Christina berjalan mendekat ke Rio dan berbisik pelan di dekat telinga kirinya.

 

"Terima kasih telah menyelamatkan Flora."