Forget-Me-Not of Rebirth – Chapter 2 : 「Perjamuan, Hari ke-3」
Malam itu, Rio sekali lagi mengenakan pakaian formalnya untuk menghadiri malam ketiga perjamuan. Karena perkenalan telah selesai dalam dua hari sebelumnya, Keluarga Kerajaan dan bangsawan dari Kerajaan yang diundang tidak diperkenalkan kembali seperti hari-hari sebelumnya, yang memungkinkan upacara pembukaan berakhir agak cepat.
Di lantai atas aula, Francois memandang para tamu yang ada di bawah. Acara dimulai dengan sambutan resmi.
"Semuanya, terima kasih telah berkumpul. Meskipun kejadian malam sebelumnya adalah peristiwa yang sebuah gangguan, kami belum menemukan siapa dalangnya karena semua penyusup yang kami tangkap melakukan bunuh diri. Untungnya, tidak ada tamu yang terluka. Karena itu, kita bisa melanjutkan malam ketiga perjamuan ini tanpa masalah."
"Malam ini, aku akan memperkenalkan kepada kalian, dua tokoh pemberani yang berkontribusi besar dalam meredakan kekacauan kemarin. Salah satu dari mereka menggunakan busur sucinya yang sangat terampil untuk bisa mengalahkan dua penyusup dalam sekejap mata : Shigekura Rui-dono. Dan yang satunya adalah Haruto yang telah mengalahkan enam penyusup dalam sekejap. Kalian berdua, silakan datang ke sini."
Kata Francois mengundang Rio dan Rui untuk menghampirinya. Setelah Rio dan Rui berdiri bersebelahan, mereka yang hadir menunggu kata-kata Francois selanjutnya.
"Kalian tahu, mereka berdua ini adalah orang yang cukup rendah hati. Rui-dono menegaskan kalau yang paling banyak berkontribusi adalah Haruto dan karena hal itu dia hanya menerima medali sebagai hadiahnya. Sedangkan Haruto menolak segala macam hadiah meskipun dia yang telah memukul mundur enam penyusup. Bahkan aku terkejut ketika dia terus menolak hadiah yang mau aku berikan kepadanya."
Francois tertawa kecil, membuat semua orang yang hadir tertawa bersamanya.
"Namun, akhirnya kami bisa mencapai kesepakatan. Mempertimbangkan kontribusinya yang besar dalam mempertahankan salah satu kota terpenting Kerajaan kita, Amande, serta telah menyelamatkan Putri Flora dari Restorasi, dan bangsawan Kerajaan kita Liselotte Cretia, aku telah memutuskan untuk memberikannya sebuah gelar Ksatria kehormatan."
Aula langsung menjadi berisik. Di antara mereka yang hadir adalah orang-orang yang telah menghadiri audiensi di mana Rio diangkat menjadi Ksatria kehormatan, mereka yang telah mendengar desas-desus, dan mereka yang tidak tahu apa-apa tentang apa pun. Namun, berita itu mengejutkan mereka semua. Para tamu hanya bisa berbicara dengan keras satu sama lain.
"Tenang! Tolong tenanglah!"
Suara Ksatria yang memimpin pembukaan bergema di seluruh ruangan, membungkam semua orang yang hadir.
"Izinkan aku memperkenalkannya sekali lagi. Dia yang hari ini dinobatkan sebagai salah satu Ksatria kehormatan Kerajaan kita, Ksatria Hitam : Haruto Amakawa."
Francois meninggikan suaranya dan memperkenalkan Rio kepada anggota Keluarga Kerajaan dan bangsawan yang ada di ruangan itu.
Rio, mengenakan pakaian formal, meletakkan tangannya ke dadanya dan membungkuk dengan hormat. Semua orang yang hadir mulai bertepuk tangan.
"Meskipun ini belum pernah terjadi sebelumnya, setelah menyaksikan pertarungannya kemarin, aku tidak punya pilihan selain menerima keputusan Yang Mulia."
"Ya, caranya bertarung sangat hebat."
"Walau begitu, diangkat menjadi Ksatria kehormatan pada usia sepertinya..... Dia pastinya yang termuda dalam sejarah, bukan?"
Para tamu dari lantai bawah aula mulai berbicara satu sama lain sambil melihat ke arah Rio. Di saat yang sama, di lantai atas aula, para pahlawan dari setiap Kerajaan dan partner mereka masing-masing sedang mengawasi punggung Rio dengan hati-hati.
[ Ksatria hitam..... Ugh. Tidak peduli berapa kalipun aku mendengarkannya, itu terdengar sangat konyol. Jika mereka memberiku gelar seperti itu, aku akan mati karena malu...... Sial, ada sebagian dari diriku yang menganggap itu nama yang keren! ]
Hiroaki mengerutkan keningnya. Dia yakin kalau memperkenalkan dirinya sebagai seorang Ksatria Hitam itu sangat memalukan, tapi dia iri dengan perhatian yang di dapat oleh Rio.
Ketika Hiroaki memikirkan hal itu, suara tepuk tangan telah berhenti.
"Ah, benar juga. Aku harus memperkenalkan pasangan dari masing-masing pahlawan di setiap Kerajaan, termasuk Haruto. Bisakah kalian semua melangkah maju?"
Francois mengundang para pahlawan dan pasangan mereka untuk maju agar para tamu dapat melihat mereka.
"Karena perjamuan malam kedua terganggu, pasangannya akan tetap sama. Ingatlah itu."
Dengan kata lain, pasangan Rio adalah Satsuki dan Charlotte, Takahisa adalah Lilianna dan Miharu, Hiroaki adalah Flora dan Roanma, dan Rui adalah Christina.
"Hehe, pakaian itu sangat cocok untukmu Haruto-kun."
Satsuki memujinya sambil tertawa kecil.
"Aku setuju. Itu membuatku ingin melupakan statusku dan mengikutimu sepanjang malam."
Charlotte membisikkan kata-kata itu kepada Rio dari sisi berlawanan.
"Haha.... Terima kasih banyak."
Rio mengucapkan terima kasih dengan senyum canggung.
"........"
Miharu memperhatikan ketika Rio mengobrol dengan mereka berdua sangat akrab, membuatnya mengerutkan keningnya dengan frustasi. Melihat itu, Takahisa mengepalkan tinjunya dengan erat.
"Yah, aku tahu banyak dari kalian semua yang tidak sempat bersosialisasi karena kejadian malam sebelumnya. Karena itu, keamanan di dalam dan di luar aula telah diperkuat, sehingga tidak akan ada lagi masalah seperti kemarin. Jadi, jangan khawatir. Dengan ini, aku acara pembukaan telah selesai."
Francois akhirnya mengumumkan dimulainya malam ketiga perjamuan hari ini.
Tepuk tangan bergema di seluruh aula sekali lagi. Para tamu lebih dari siap untuk bersosialisasi di acara di mana beberapa pahlawan dari setiap Kerajaan hadir. Namun, di antara mereka, seorang laki-laki yang mendengus dengan dingin.
[ Yah, tidak peduli seberapa berhati-hatinya mereka, tidak ada yang akan terjadi malam ini. ]
Laki-laki itu adalah duta besar Kekaisaran Proxia, Reiss, yang bersembunyi di kerumunan sebagai salah satu asisten Putri Pertama Kerajaan Rubia, Sylvie.
Sylvie dan bawahannya ada di sekitar Reiss, mengawasinya dengan hati-hati. Namun, Reiss tidak berniat melakukan apapun. Yang dia lakukan hanyalah menatao Rio dengan berani.
[ Haruto Amakawa, hm? Menurut Lucius, namanya itu Rio..... Kalau dipikir-pikir, dia memiliki nama yang sama dengan anak yatim piatu yang memberikan Charles apa yang pantas dia dapatkan di Beltrum. ]
Reiss tersenyum dengan cara yang menakutkan.
"Cih.... dasar menjijikkan."
Sylvie menatap wajah Reiss dengan ekspresi pahit.
"Oh? Malam baru saja dimulai, tapi suasana hatimu sepertinya sudah buruk, Yang Mulia."
Setelah melihat ekspresi Sylvie di sampingnya, Reiss mengucapkan kata-kata itu dengan berpura-pura tidak bersalah.
"Hmph....."
Sylvie berbalik ke samping sambil dengan kesal.
"Astaga. Sepertinya aku masih dicurigai tentang apa yang terjadi kemarin....."
Reiss mengangkat bahunya dengan berlebihan.
[ Terlepas dari itu, aku berterima kasih kepadamu, Yang Mulia. Mempertimbangkan betapa berguna dirimu bagiku, untuk malam ini, aku akan duduk santai dan tidak melakukan apa pun. ]
"Aku tidak punya niat untuk membuatmu marah. Untuk menghilangkan kecurigaanmu, aku terus bersama denganmu sepanjang malam. Jika kamu ingin salah satu pengawalmu menemaniku, kamu bebas melakukannya."
Reiss berbicara dengan nada dramatis dan mengambil langkah maju, berbalik ke arah Sylvie seolah bertanya apa yang ingin dia lakukan.
"Kalian, terus awasi dia."
Sylvie mengertakkan giginya dan memerintahkan pengawalnya untuk mengikuti Reiss.
◇◇◇◇
Sekitar sepuluh menit setelah perjamuan dimulai, Duke Huguenot menghampiri Rio, yang masih berada di lantai atas aula. Di ditemani oleh sejumlah besar Ksatria dan wanita bangsawan.
"Selamat atas pengangkatanmu sebagai Ksatria kehormatan, Haruto-kun. Hmm, mungkin aku harus memanggilmu Amakawa-sama sekarang..... Selamat, Amakawa-sama."
Kata Duke Huguenot kepada Rio, dia mengoreksi kata-katanya sendiri dan memberikan ucapan selamat kepada Rio.
"Terima kasih banyak atas kata-kata baikmu."
Jawab Rio sambil membungkuk.
"Aku berdoa semoga masa depanmu selalu diberkahi dengan keberuntungan. Dan semoga persahabatan kita berlanjut untuk waktu yang lama."
Duke Huguenot mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"Ya, aku juga berharap demikian."
Meskipun Rio lebih suka menjauhkan diri dari para bangsawan Kerajaan Beltrum, dia menerima jabat tangannya dengan senyum sopan.
"Terima kasih. Aku menantikannya. Ah, benar juga, aku mendapat kehormatan untuk bertemu dengan Amakawa-sama serta kedua pasanganya, Satsuki-sama dan Charlotte-sama beberapa kali dalam kesempatan di dua hari terakhir ini. Jika kalian tidak keberatan, bolehkah aku memperkenalkan kalian sekali lagi kepada beberapa bangsawan dari Restorasi sekali lagi?"
Duke Huguenot bertanya, dengan cerdik memasukkan Satsuki dan Charlotte dalam permintaannya.
Sebagai catatan, memperkenalkan diri kepada seseorang dengan status lebih tinggi beberapa kali dianggap tidak sopan.
Namun, selama acara dengan banyak pesertanya, bisa dilakukan beberapa kali tergantung pada status yang di miliki yang melakukannya. Orang yang berstatus lebih tinggi tidak biasanya tidak akan mengingat semua tamu yang datang, jadi mereka juga lebih suka melakukannya lebih dari sekali.
"Tentu. Kami tidak keberatan sama sekali, benar kan, Satsuki-sama?"
Charlotte menerimanya dengan senyum cerah.
"Iya."
Terbiasa dengan proses itu, Satsuki mengangguk tanpa menunjukkan sedikit pun tanda negatif. Dia mungkin sudah terbiasa melalui situasi seperti itu ketika masih di Bumi sebagai seorang putri dari keluarga kaya, atau mungkin dua hari terakhir perjamuan telah membantunya membiasakan diri.
"Terima kasih banyak. Majulah semuanya."
Duke Huguenot menundukkan kepalanya dengan hormat sebelum mengundang para bangsawan di belakangnya untuk melangkah maju.
Yang pertama maju untuk memperkenalkan dirinya adalah para pemimpin keluarga masing-masing. Berdiri di samping mereka adalah putri-putri mereka yang terlihat anggun.
Orang-orang ini telah dipilih dengan cermat oleh Duke Huguenot, jadi mereka semua memiliki keterampilan bicara yang luar biasa. Percakapan secara bertahap mulai terbagi-bagi, membuat Satsuki, Charlotte, dan Rio mengobrol dengan kelompok yang berbeda.
Setelah mereka selesai berbicara dengan Rio, para bangsawan itu menuju ke Satsuki dan Charlotte, jadi Rio ditinggalkan tanpa rekan percakapan.
"Kalian semua bisa menyapa Haruto-kun."
Kata Duke Huguenot, para putri-putri bangsawan dari Restorasi mulai mendekati Rio. Gadis-gadis itu berusia awal hingga pertengahan remaja dan mereka tampaknya cukup gugup.
"....Senang berkenalan dengan kalian semua. Namaku Haruto Amakawa. Merupakan suatu kehormatan berada untuk bisa berkenalan dengan kalian semua. Jika tidak masalah, maukah kalian memperkenalkan diri kalian kepadaku?"
Rio merasa tidak nyaman menerima tatapan dari sekelompok gadis, tetapi dia tetap menyapa mereka dengan senyum ramah. Yang pertama berbicara adalah dua gadis yang berasal dari keluarga yang sangat penting.
"Senang bisa berkenalan denganmu. Namaku Elise dari rumah Count Brandt."
"Namaku Dorothea, dari rumah Count Albert."
[ Heh? Bukankah mereka berdua ini..... ]
Nama dan wajah kedua gadis itu membuat Rio merasakan dejavu.
Itu tidak mengherankan; kedua gadis itu adalah mantan teman sekelasnya. Elise juga berada di kelompok yang sama ketika latihan luar ruangan di tahun keenam mereka.
Namun, selama empat tahun mereka tidak bertemu satu sama lain, kedua gadis itu telah kehilangan ciri kekanak-kanakan mereka dan telah menjadi gadis yang hampir dewasa. Tak satu pun dari mereka tampaknya menyadari kalau Haruto Amakawa adalah Rio.
{ TLN : 🤣 ketemu lagi dong wkwkwk }
"Senang berkenalan dengan kalian berdua."
Begitu Rio menyadari siapa mereka, ekspresinya menegang sejenak, tetapi pada akhirnya dia menjawab mereka dengan senyum ramah. Setelah itu, gadis-gadis lain mulai memperkenalkan diri satu per satu dan Rio menanggapi mereka masing-masing dengan senyum ramah.
Semua gadis-gadis itu, termasuk Elise dan Dorothea, menatap Rio dengan penuh perhatian. Mereka semua adalah gadis cantik yang bergerak dengan anggun dan berbicara dengan sopan, tetapi Rio tahu bagaimana buruknya perilaku mereka selama di Akademi, jadi Rio harus melakukan yang terbaik untuk menjaga agar wajahnya tidak berubah ekspresi.
[ ......Hm? ]
Pada saat itu, Rio melakukan kontak mata dengan Flora, yang sedang menuju ke tempat lain di lantai atas bersama Roanna dan Hiroaki. Gadis itu menunjukkan ekspresi yang rumit ketika dia melihat Rio berinteraksi dengan mantan teman sekelasnya itu. Pada akhirnya, Flora membuang mukanya dengan canggung.
Rio menghela nepas dan membuang muka. Secara kebetulan, tatapan tertuju pada Miharu, yang berdiri di samping Takahisa dan Lilianna. Tetapi pada saat itu, gadis terakhir baru saja selesai memperkenalkan dirinya, jadi Rio kembali fokus pada percakapan yang ada.
"Terima kasih telah memberitahuku nama kalian semua. Aku akan memastikan untuk mengingatnya."
Kata-kata dari Rio itu membuat semua para gadis itu tersenyum senang. Pada saat itu, Charlotte mengakhiri percakapannya dan mendekatinya bersama Satsuki.
"Haruto-sama, jika kamu telah selesai memberi salammu, bagaimana jika kamu menari denganku dan Satsuki-sama? Kemarin kita tidak bisa menari bersama karena penyusup nakal itu."
Charlotte meraih lengan Rio dan menatapnya dengan ekspresi seperti memohon imut.
"Ya, tentu saja."
Rio mengangguk dengan tersenyum masam.
Dia merasa agak tertekan setelah bertemu kembali dengan mantan teman sekelasnya, jadi dia bersyukur dia punya alasan untuk pergi. Gadis-gadis itu sepertinya ingin berbicara dengannya lagi, tetapi.....
"Semuanya maafkan kami, kami permisi dulu."
Charlotte menggunakan posisinya sebaga tuani putri untuk dengan tegas mengucapkan selamat tinggal kepada Duke Huguenot dan orang-orangnya dengan mudah.
Setelah mereka cukup jauh, Satsuki angkat bicara.
"Kamu sangat populer ya, Ha..ru..to-kun....."
{ TLN : Cemburu terus ini wkwkwk }
"Itu wajar saja. Selain para pahlawan, Haruto-sama adalah topik hangat di Kastil ini. Penampilannya adalah apa yang bisa semuanya lihat dan tadi malam kita semua juga dapat melihat kemampuannya yang sangat hebat. Aku yakin Duke Huguenot yang licik itu mengharapkan salah satu gadis-gadis itu bisa menarik perhatian Haruto-sama."
Charlotte menggumamkan kata-kata itu dengan wajah cemberut yang manis.
"Hmm. Lalu? Apa ada di antara mereka yang menarik perhatianmu, Haruto-kun?"
Satsuki bertanya sambil menatapnya dari samping.
"Heh?"
"Apa kamu tidak mendengarkannya? Kami ingin tahu apa ada gadis yang menarik perhatianmu?"
"Aku terlalu tidak layak untuk memikirkan hal seperti itu.... Dan aku masih belum terlalu mengenal mereka dengan baik."
Rio memilih kata-katanya dengan hati-hati. Dia akan berbohong jika dia mengatakan kalau dia tidak tertarik pada seseorang, tetapi terlalu jujur mungkin akan membuatnya tampak seperti orang yang dangkal.
"Hehe, jawaban yang khas sepertimu Haruto-kun."
Satsuki sepertinya merasa lucu mendengar jawaban itu. Haruto menunjukkan ekspresi bingung karena dia tidak mengerti bagian mana dari perkataannya yang khas darinya.
"Jika Haruto-sama menginginkannya, Ayahku akan dengan sangat senang hati memperkenalkanmu kepada wanita terbaik yang kami miliki, jadi jika kamu membutuhkan bantuan di dapartemen pernikahan, jangan ragu untuk memberitahu kami. Yah, jika kamu sudah memiliki seseorang dalam pikiranmu, tidak perlu untuk semua itu...."
Charlotte mengatakan itu sambil memandang dengan santai antara Rio dan Satsuki.
"Aku sudah menjawab ini sebelumnya, tapi aku tidak mempunyai hal seperti itu." Jawab Rio tenang.
"Hmm...."
Satsuki menatap Rio dengan ekspresi serius.
"Terlepas dari masalah pernikahan, aku senang mendengarnya. Akan cukup buruk untuk menari dengan laki-laku yang sudah memiliki wanita di kepalanya. Itu berarti tidak ada yang bisa menghentikan kami untuk aku dan Satsuki-sama menari denganmu. Kita bisa menari bergantian, jadi bagaimana jika kalian berdua yang mulai duluan? Aku akan berganti setelah irama berikutnya dengan Satsuki-sama."
Charlotte tersenyum cerah. Rio secara alami menoleh ke Satsuki dan dia kembali menatapnya kembali.
"Kalau begitu, bisakah aku meminta satu padamu, Satsuki-sama?"
Rio bertanya dengan sopan, tersenyum ramah.
".....Oke. Aku kira tidak masalah."
Satsuki mengangguk dengan agak malu-malu. Mereka berdua mendekati ruang dansa yang ada di lantai bawah bersama Charlotte.
"Ooh! Satsuki-sama akan berdansa dengan Amakawa-sama!"
"Apa? Aku tidak boleu melewatkan ini!"
Orang-orang mulai berkumpul di sekitar mereka. Itu normal karena dua bintang yang paling banyak dibicarakan akan menari. Rio dan Satsuki menunggu lagu yang sedang diputar selesai sebelum memasuki ruang dansa. Charlotte berdiri bersama yang lainnya menunggu gilirannya.
Sekarang setelah mereka siap, Rio dan Satsuki mengambil posisi masing-masing dan mendekatkan tubuh mereka satu sama lain.
"Ah, asal tahu saja, aku punya pengalaman dalam tarian formal ketika di Bumi, tapi tarian sosial di sini terasa terlalu lambat. Rasanya agak terlalu dekat karena pasang menari itu harus melihat pasangan mereka untuk waktu yang lama. Karena ini, aku tidak terlalu terbiasa dengan tarian di sini. Bisakah kamu yang memimpin?"
Satsuki bertanya sambil menatap wajah Rio.
"Tentu, aku tidak keberatan. Tapi, aku juga tidak pandai dalam hal ini."
"Heh, sungguh? Biasanya kamu bisa tahu hanya dengan melihat dari posisinya saja, jadi aku yakin kamu adalah salah satu yang terbaik di antara semua yang hadir....."
"Aku hanya pernah mengikuti kelas menari di masa lalu, namun aku hanya berlatih sedikit untuk perjamuan ini untuk mengingatnya kembali." Jawab Rio.
"Hmm. Yah, sepertinya kamu telah melatih semacam seni bela diri, karena keseimbanganmu sempurna. Itu mungkin tercermin dalam tarianmu."
"Kalau begitu, bukankah kamu akan dianggap cakap juga, kan? Kamu juga belajar seni bela diri, bukan? Aku tahu dari caramu melangkah."
"Yup. Aku belajar kendo, naginata, karate dan juga aikido sebagai sarana pertahanan diri. Bagaimana denganmu, Haruto-kun? Bahkan setelah melihat pertarunganmu tadi malam, aku tidak begitu yakin.... Apa kamu berlatih jujutsu?"
{ TLN : Untuk penjelasnya kaya gimana teknik bela dirinya silakan cari sendiri ( 〃▽〃) }
"Amakawa Haruto mempelajari teknik seni bela diri kuno yang diturunkan dari generasi ke generasi. Awalnya itu adalah jujutsu yang telah dipengaruhi oleh seni bela diri Tiongkok pada zaman Edo, tetapi setelah itu, teknik bela diri ini mulai berkembang ke berbagai teknik bela diri lokal dan asing, sehingga mengambil membentuk teknik bela diri baru. Namun, teknik bela diri ini hampir tidak di kenal oleh siapa pun lagi."
"He.... Kedengarannya menarik. Mungkin suatu hari aku akan menantangmu untuk berduel."
Satsuki tersenyum dengan berani, meminta permintaan itu secara tidak langsung,
"Jika kita memiliki kesempatan, dengan senang hati aku menerimanya."
Kata Rio, tertawa ringan.
"Berbicara tentang kesempatan, ini kesempatan yang bagus untuk bertanya — kamu bilang kepada Miharu-chan kalau dia tidak boleh tinggal bersamamu, kan?"
Satsuki bertanya tiba-tiba, mengubah topik pembicaraan. Keduanya tidak memiliki banyak kesempatan untuk berbicara berduaan, jadi ini adalah waktu yang tepat.
"Iya. Berapa banyak yang dia katakan padamu?"
Rio menjawab dengan nada tenang.
"Dia tidak memberitahuku detailnya, tapi dia terlihat sangat gelisah, jadi aku memutuskan untuk bertanya langsung kepadamu – apa tidak apa-apa?"
Satsuki menatap wajah Rio.
"Aku tidak keberatan. Kamu adalah teman Miharu-san.... Lagunya akan segera dimulai, jadi mari kita lanjutkan sambil menari."
Rio membuat ekspresi yang sedikit gelap dan berhenti di tengah perkataannya. Begitu lagu dimulai, Rio dan Satsuki mulai menari.
"Jadi mengapa menurutmu kalau dia lebih baik menjauh darimu? Kamu mengerti kan alasan mengapa Miharu-chan ingin bersamamu, kan?"
Tanpa menunggu Rio berbicara duluan, Satsuki yang pertama berbicara. Rio menutup matanya sejenak sebelum memberikan jawaban yang terdengar seperti dia membenci dirinya sendiri.
"......Itu karena aku tidak berguna, kurasa."
".....Tidak berguna? Kamu? Itu tidak benar."
Satsuki menatapnya dengan ekspresi putus asa, seolah dia tidak percaya apa yang baru saja dia dengar.
"Aku cukup pandai dalam menjaga penampilan. Ada hal-hal yang akan selalu tidak cocok antara Miharu-san, yang lahir dan besar di Jepang, dan aku, yang lahir dan besar di dunia ini."
"Jadi maksudmu, kamu mengatakan kalau kamu telah menyembunyikan ketidakcocokan itu?"
"Ya, benar sekali."
Rio mengangguk sebentar sambil menari dan membimbing Satsuki dengan gerakan anggun.
"Selalu tidak cocok, ya....."
Satsuki menggumamkan kata-kata itu dengan nada ragu. Ekspresinya mengatakan bahwa Miharu harus tinggal bersamanya, bahkan jika apapun masalahnya.
"Misalnya, jika kamau mengetahui kalau seorang teman dekatmu telah membunuh seseorang sebelumnya, dan sekarang mencoba membunuh seseorang untuk membalas dendam, kemudian telah melakukan kejahatan yang tak terhitung jumlahnya di masa lalu, apa pendapatmu tentangnya?"
Dengan ekspresi canggung, Rio menanyakan pertanyaan itu dengan suara rendah.
"Apa kamu.... sedang membicarakan dirimu sendiri?"
Satsuki tersentak. Tubuhnya hampir kaku, tetapi kakinya terus bergerak berkat kepemimpinan Rio.
"Miharu-san harusnya melihatku sebagai orang yang berbeda. Amakawa Haruto sudah mati. Bahkan jika dia mencoba mencari teman masa kecilnya itu di dalam diriku, aku tidak akan pernah bisa menjadi orang itu. Bahkan jika dia tidak pernah mau menerimanya, Miharu-san akan terus membandingkan kami berdua sampai akhir."
Bukankah itu situasi yang menyakitkan bagi kita berdua? Itulah yang disiratkan Rio. Mungkin Rio terikat oleh pemikiran 'Amakawa Haruto adalah satu-satunya orang yang berhak bersama Miharu’.
"Itukah sebabnya menurutmu lebih baik dia menjauh darimu?"
Satsuki menarik napas dalam dan menanyakan pertanyaan itu dengan nada gemetar.
"Ya." Jawab Rio dengan tegas.
".....Aku ingin mengatakan sesuatu tentang itu, tetapi aku tidak dapat menemukan kata-kata yang sesuai. Aku tidak berpikir apa yang kamu katakan itu salah..... Tapi menurutku itu tidak masuk akal."
Satsuki menahan perasaan pahit yang dia rasakan dan menjawab dengan suara sedikit jengkel.
"Kamu cukup keras kepala ya."
Rio menjawab dengan mengelak.
"Tentu saja. Ini bukanlah topik yang harus kita bahas di sini, jadi aku tidak akan mencampuri masa lalumu. Namun, aku tidak berpikir kalau ada ketidakcocokan di antara kalian berdua. Jadi jangan terburu-buru membuat keputusan untuk orang lain sesukamu."
Satsuki tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke dekat wajah Rio, mengancamnya. Keduanya tetap di posisi itu sebentar, saling menatap sangat dekat.
"Haha....."
Dengan ekspresi sedikit gelap, Rio tertawa ringan.
".....Dari caramu tidak dengan patuh menjawabku dengan 'ya' menunjukkan betapa keras kepalanya, kamu juga tahu?"
Satsuki menatap Rio dengan tatapan tajam.
"Mungkin. Ngomong-ngomong—"
Rio menerima kata-katanya dan kemudian, dia mulai melihat sekeliling mereka.
"Apa?" Satsuki mengerutkan keningnya dengan curiga.
"Bukankah kita seperti terlalu banyak menarik perhatian. Mungkin kita harus segera melepas pose ini."
Rio tertawa paksa.
"Heh....?"
Satsuki melihat sekeliling dengan heran.
"Arara, betapa bersemangatnya anak muda....."
"Ya, sepertinya Satsuki-sama juga terkadang cukup berani."
"Pemandangan yang sangat menarik."
Para anggota Keluarga Kerajaan dan bangsawan yang ada di ruang dansa sedang menatap mereka berdua dengan tatapan penasaran karena Satsuki sangat berani mendekatian wajahnya ke wajah Rio seolah-olah dia mau menciumnya. Itu pasti pemandangan yang luar biasa di mata orang lain.
"Ap....?!"
Satsuki menjadi terdiam dan wajahnya berubah menjadi merah sepenuhnya. Saat berikutnya, gadis itu terburu-buru menjauhkan dirinya dari Rio.
"Lagunya masih belum selesai, jadi mari kita selesaikan tariannya."
Rio menduga menyelesaikan tarian mereka sekarang hanya akan membuat segalanya lebih mencurigakan, jadi dia memimpin Satsuki sekali lagi.
"H— H-Haruto-kun!"
Dengan suara rendah, tapi dengan nada melengking, Satsuki menolak dengan sekuat tenaga. Namun, lengan dan kakinya tetap mengikuti Rio.
"Menghentikan tarian kita sekarang hanya akan menarik lebih banyak perhatian."
"M-Mou!"
Sepertinya Satsuki merasa agak malu, karena dia membiarkan dirinya dibimbing oleh Rio saat dia menundukkan kepalanya.
"Aku tidak menyangka kalau kamu adalah tipe orang yang gegabah."
Kata Rio sambil tertawa ringan.
"Sedangkan kamu adalah tipe orang yang sangat berhati-hati yang pada akhirnya tidak bisa melakukan apa-apa."
Satsuki berbalik ke samping dan dengan pipi memerah.