Forget-Me-Not of Rebirth – Chapter 1 : 「Setelah Audiensi」
Di ruang audiensi Kerajaan Galarc.....
"Haruto Amakawa. Tolong izinkan aku untuk menggunakan nama ini mulai sekarang....."
Rio berkata dengan tegas kepada Raja Francois dan di hadapan semua tokoh penting dari setiap Kerajaan yang hadir.
"Amakawa....."
"Apakah itu 'kata' dari Kerajaan lain?"
"Kedengarannya tidak biasa....."
"Ya, aku juga tidak pernah mendengarnya."
"Apa ada artinya?"
Nama belakang yang tidak dikenal menyebabkan mereka yang hadir mulai berbisik di antara mereka. Pada saat yang sama, ada beberapa orang yang memiliki reaksi luar biasa: Satsuki dan ketiga pahlawan yang dipanggil dari Jepang.
"Haruto Amakawa..... Amakawa..... Haruto?"
Rui menggumamkan kata-kata itu dengan suara pelan.
Ketika dia membalik urutan nama depan dan belakang, itu benar-benar terdengar seperti nama orang Jepang.....
"Hei, bukankah nama belakang itu, nama orang Jepang? Bukankah kamu mengatakan kalau kamu adalah penduduk asli dunia ini? Ada apa ini?"
Hiroaki mengerutkan kening dengan curiga.
"Siapa kamu ini....."
Takahisa menatap Rio dengan ekspresi bingung dan dengan cepat menoleh ke Miharu, yang telah tinggal bersamanya selama ini.
"......."
Dengan napas tertahan, Miharu terus menatap Rio dengan tertegun. Satsuki berdiri di sampingnya.
"Amakawa Haruto. Aku kira itu nama Jepangnya, kan? Itu terdengar familiar....."
Satsuki bergumam pelan sambil menunjukkan ekspresi yang sedikit bingung.
Tidak heran kalau nama itu terdengar familiar. Haruto dan Satsuki pernah bertemu pada hari upacara pembukaan sekolah mereka.
Karena baginya sekitar 13 tahun telah berlalu sejak saat itu, Amakawa Haruto— tidak, Rio sudah benar-benar melupakan Satsuki, tetapi bagi Satsuki, peristiwa itu telah terjadi beberapa bulan yang lalu.
Karena Satsuki adalah anggota OSIS, Satsuki memiliki tugas untuk mengawasi siswa baru. Tetapi jumlah siswa yang dia ajak bicara sampai memperkenalkan dirinya tidak terlalu banyak, jadi dia masih ingat beberapa dari mereka.
"Amakawa adalah kata yang tidak aku kenal. Bisakah kamu menjelaskan kepadaku mengapa kamu memilih nama belakang ini dan apa artinya?"
Raja Francois bertanya kepada Rio.
"Itu adalah kata yang berasal dari kampung halaman orang tuaku, atau setidaknya itulah yang dikatakan ibuku. Aku tidak tahu arti kata itu, tapi itu sudah seperti sebuag kenangan-kenangan untukku, jadi itulah mengapa aku menggunakannya sebagai nama belakangku."
Jawab Rio tenang.
Dari semua orang yang hadir di ruang audiensi, satu-satunya yang tahu kalau Rio memiliki ingatan tentang kehidupan masa lalunya adalah Miharu, Satsuki, dan Liselotte, yang telah diberitahu untuk mengizinkan mereka datang ke dalam perjamuan.
Mata Liselotte melebar sedikit ketika dia mendengar nama belakang Rio adalah 'Amakawa'. Namun, gadis itu memutuskan untuk mengamati situasi dengan tenang sambil menaruh semua perhatiannya kepada Rio.
Pahlawan yang lain menunjukkan ekspresi kontemplatif, tetapi mereka tidak tampak mencurigainya. Anggota bangsawan dan Keluarga Kerajaan di ruangan itu sepertinya juga tidak meragukannya.
"Aku paham, jadi itu kenang-kenangan dari orang tuamu.... Baiklah. Aku, Francois, memberikan persetujuanku. Tidak ada yang bisa melawan aturan ini. Apa kamu memiliki rasa keberatan?"
"Tentu saja tidak. Itu akan menjadi kehormatan terbesar untukku."
Kata Rio, menundukkan kepalanya dengan hormat.
"Kalau begitu, mulai sekarang kamu akan menjadi Dark Knight, Haruto Amakawa. Tadi malam kita diganggu oleh beberapa bajingan, tapi berkat bantuan dari Haruto dan Shigekura-dono, tidak ada yang kehilangan nyawa mereka. Aku akan secara resmi mengumumkan pengangkatan Ksatria kehormatan baru kami. Nantikan itu, semuanya."
"Baik, Yang Mulia....."
Rio mengangguk ketika suara tepuk tangan meriah bergema di seluruh ruangan untuk merayakan kelahiran seorang Ksatria kehormatan baru. Namun, ada beberapa dari mereka, termasuk pahlawan, yang menunjukkan ekspresi berbeda.
"Dengan ini, pertemuan ini telah berakhir. Kalian bisa pergi sekarang."
Francois berdiri. Seperti masih banyak yang harus dia lakukan saat dia pergi dengan cepat. Sementara itu, para bangsawan dan Keluarga Kerajaan yang hadir mulai mendekati Rio dengan ragu-ragu.
"Haruto-kun."
Sambil menarik Miharu bersamanya, Satsuki adalah orang pertama yang mendekatinya.
"Kalian datang pada waktu yang tepat. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan kalian berdua."
Rio menjawabnya dengan ekspresi ramah tapi serius.
"Tidak apa-apa bagiku, tapi....."
Satsuki mengangguk, melirik ke arah Miharu. Gadis itu menatap Rio.
"Aku akan memberitahumu semuanya. Termasuk yang aku rahasiakan dari Miharu-san sampai sekarang."
Bahkan setelah mengumumkan nama 'Amakawa Haruto', Rio tetap bersikap biasa kepada Miharu seperti yang dia lakukan sampai sekarang. Namun, mungkin dia menahan diri karena ada beberapa orang di sekitar mereka.
".....Oke."
Miharu mengangguk pelan.
Pada saat itulah teman Satsuki dan Miharu, Takahisa, mendekati mereka bertiga dengan berlari. Tepat di belakangnya adalah Putri Pertana Kerajaan Centostella, Lilianna.
"Miharu, Satsuki-san."
"Maaf, Takahisa-kun. Ada sesuatu yang perlu kami bicarakan dengan Haruto-kun."
Kara Satsuki dengan nada meminta maaf.
"Kalau begitu, aku juga ikut dengan kalian!"
Takahisa mengundang dirinya sendiri dengan panik.
"Maaf. Ini sesuatu yang penting."
Kata Miharu dengan nada tegas sehingga Takahisa tidak bisa menolaknya.
".....O-Oke."
Takahisa tampaknya tidak mengharapkan penolakan Miharu saat dia kehilangan semangatnya dan mengangguk. Seolah-olah dia diberitahu :
"Aku tidak punya waktu untuk berurusan denganmu."
"Maafkan aku. Kami akan mencoba menyelesaikannya secepat mungkin sehingga kami dapat berbicara denganmu juga. Ayo pergi, Haruto-kun, Miharu-chan."
Satsuki mendesak mereka untuk pergi sehingga mereka tidak bisa diganggu oleh orang lain. Maka mereka bertiga meninggalkan tempat itu.
"Uh....."
Takahisa mengepalkan tangannya dan melihat Rio berjalan pergi dengan Miharu dan Satsuki di ditengah-tengah mereka berdua. Jika mereka berada di Jepang, Takahisa akan menjadi orang yang ada di posisi Rio....
Ada pahlawan lain yang sedang melihat Rio ketika dia pergi – pahlawan itu adalah pahlawan Kerajaan Beltrum, Shigekura Rui. Di sampingnya adalah Putri Christina Beltrum.
"Apakah kamu yakin, Hero-sama? Kamu terlihat seperti ingin memberitahumu sesuatu."
Christina bertanya kepadanya.
"Aku memang ingin bertanya sesuatu kepadanya. Aku bisa berbicara dengannya lain kali ketika bertemu dengannya. Mereka sepertinya cukup sibuk."
Jawab Rui sambil mengangkat bahunya.
"Hmph, aku tidak tahu siapa bintang perjamuan ini lagi."
Pahlawan dari Restorasi – Sakata Hiroaki mendengus kesal ketika dia melihat Rio berjalan pergi dengan Miharu dan Satsuki di kedua sisinya.
Di sebelah Hiroaki ada Putri Kedua Beltrum, Putri Flora, dan putri Duke Fontaine, Roanna. Flora melihat punggung Rio dengan ekspresi frustrasi. Kakak perempuannya, Christina, melihat reaksi itu dari kejauhan.
◇◇◇◇
Setelah Rio, Satsuki dan Miharu meninggalkan ruang audiensi, mereka menuju ke kamar Satsuki.
"....Nee, mungkinkah 'Amakawa' adalah nama belakang yang kamu miliki di kehidupan sebelumnya?"
Saat mereka berjalan, Satsuki menanyakan pertanyaan itu dengan tatapan penasaran.
"Ya. Di kehidupan sebelumnya, aku adalah seorang mahasiswa bernama Amakawa Haruto. Miharu-san, apakah kamu ingat seseorang yang memiliki nama yang sama?"
"....Iya."
Daripada menanggapinya dengan keras dan terkejut, Miharu hanya mengangguk. Rio sedikit terkejut, yang membuat Satsuki menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak dia ketahui.
"Apa maksudnya...? Apa kalian berdua pernah mengenal satu sama lain sebelumnya?"
".....Aku akan memberitahumu setelah kita sampai di sana. Akan menjadi masalah jika orang lain mendengarkan kita karena beberapa hal yang akan aku sampaikan kepadamu agak mengejutkan, jadi kamu mereka harus mempersiapkan dirimu dulu."
Setelah berpikir sejenak, Rio memutuskan kalau yang terbaik adalah untuk pindah tempat terlebih dahulu sebelum mereka berbicara.
"Persiapan diri untuk apa.....?"
Satsuki mencoba untuk bertukar tatapan dengan Miharu, tetapi tatapan Miharu dengan gugup mengawasi punggung Rio. Merasakan suasana aneh di sekitar mereka berdua, Satsuki memutuskan untuk tetap diam sampai mereka mencapai ruangannya.
Maka, setelah mereka mencapai ruangan Satsuki, mereka bertiga duduk di ruang tamu dengan Rio menghadap ke arah Satsuki dan Miharu.
"Kita sudah sampai. Aku sudah mempersiapkan diriku sebanyak yang aku bisa, jadi jelaskan apa yang terjadi ini. Mengapa Miharu-chan tahu tentang kehidupan masa lalumu? Ini pertama kalinya aku mendengar hal seperti ini."
Satsuki segera angkat bicara, menekan Rio untuk mencari tahu detailnya.
"Itu normal jika kamu tidak mengetahuinya. Aku masih belum memberitahunya kalau di kehidupanku di masa lalu, aku adalah Amakawa Haruto."
Jawab Rio, menatap Miharu.
"Tunggu, benarkah? Tapi Miharu sepertinya tidak terkejut, meski benar dia terguncang..... Tapi, dia sepertinya mengkhawatirkan sesuatu."
Satsuki juga berbalik untuk melihat Miharu.
"Ah, umm.... Tentu saja aku kaget."
Jawab Miharu dengan sedikit gemetar ke belakang.
"Tapi, maksudku, kalian saling mengenal, bukan? Jika seseorang yang kamu kenal meninggal tanpa kamu ketahui dan kamu hidup bersama dengan versi reinkarnasinya..... Tidakkah itu lebih dari cukup mengejutkan? Rasanya sepertinya kamu sudah mengetahuinya, atau setidaknya, ini seperti yang sudah kamu harapkan....."
Satsuki menatap Miharu dengan tatapan tajam.
"I-Itu sebabnya aku bilang aku terkejut. Aku kaget, tapi karena namanya sama dengan Haru-kun, aku mulai membandingkan mereka berdua dari awal....."
Jawab Miharu ketakutan. Tatapannya tidak pernah meninggalkan dari Rio sedetik pun.
"Haru-kun?"
Tanya Satsuki. Itu nama panggilan yang cukup akrab.
"Ah, umm, aku biasa memanggilnya seperti itu di masa lalu....."
Miharu menjelaskan kepada Satsuki dan merasa sangat menyadari kehadiran Rio. Tidak seperti dia, Rio mencoba untuk berpaling dari kedua gadis itu dengan perasaan canggung.
"....Ini pertanyaan yang cukup mendasar : hubungan seperti apa yang Amakawa Haruto miliki denganmu? Sepertinya kalian berdua dulu cukup dekat dari apa yang bisa kulihat."
Satsuki memandang keduanya dengan ekspresi penasaran.
Rio menarik napas dalam-dalam sebelum mulai menjawab.
"Miharu-san dan aku adalah teman masa kecil. Selain itu, Aki dan aku adalah saudara kandung yang tinggal bersama sampai orang tua kami bercerai dan aku harus pindah. Saat itu, Miharu-san dan aku berusia tujuh tahun."
"Te-Teman masa kecil Miharu-chan.... dan kakak Aki-chan ?! Heeeh? Tapi..... Heehh? Tunggu, bagaimana bisa ?! Kenapa kalian berdua berusia tujuh tahun? Bukankah kamu lebih tua dari Miharu-chan?"
Satsuki bertanya dengan ekspresi yang sangat bingung.
"Itulah mengapa aku mengatakan kepadamu kalau aku akan memberitahumu beberapa hal yang mengejutkan. Miharu-san dan kehidupan masa laluku, kami memang seusia."
Rio tersenyum pahit melihat reaksi yang sudah diharapkan.
"Apa itu benar, Miharu-chan?"
Satsuki menelan gugup.
"Iya. Haru-kun adalah teman masa kecilku dan kakak laki-laki Aki-chan. Kami seumuran."
Melihat Rio, Miharu perlahan mengangguk.
"Semuanya menjadi sangat membingungkan..... Ada masalah dengan garis waktunya, kan?"
Satsuki sepertinya ingin meletakkan tangannya di atas kepalanya dan berteriak kebingungan.
"Ya, aku tahu ini aneh. Tapi diriku yang dulu mati ketika masih seorang mahasiswa dan aku mendapatkan kembali ingatan tentang Amakawa Haruto di dunia ini saat aku berumur tujuh tahun. Dengan kata lain, Amakawa Haruto meninggal di Jepang empat tahun setelah Miharu dan kamu dipanggil ke dunia ini. Namun, sudah sembilan tahun sejak aku mendapatkan kembali ingatan tentang Amakawa Haruto."
".....Apakah itu berarti kamu telah hidup kira-kira 13 tahun lebih lama dari kami? Kami baru tiba di dunia ini beberapa bulan yang lalu."
Satsuki merangkum kata-kata Rio untuk memahaminya dengan lebih baik.
"Aku tidak mengatakan kalau aku telah hidup 13 tahun lebih lama dari kalian. Saat ini, aku hanya berbagi ingatan dan kepribadian dengan Amakawa Haruto. Ini tidak seperti kami berbagi identitas tunggal."
"Apa maksudmu?"
"Diriku saat ini tidak menggunakan Amakawa Haruto sebagai dasar keberadaanku. Aku adalah Rio, karena aku dilahirkan dan dibesarkan sampai aku berumur tujuh tahun di dunia ini."
Kata Rio, menjawab.
"Rio....?"
"Itu namaku di dunia ini. Aku harus mengganti namaku karena keadaan tertentu, tetapi nama asliku adalah Rio."
"Jadi begitu....."
"Ya. Itulah sebabnya aku biasanya tidak memberitahu siapa pun nama asliku, jadi tolong panggil aku Haruto."
"Aku mengerti. Tapi apa maksudmu dengan 'Kami tidak berbagi identitas tunggal'?"
Melihat wajah Rio, Satsuki bertanya lagi.
"Seperti yang baru aku jelaskan tadi. Tubuh ini milik Rio, bukan Amakawa Haruto. Pikiran milik Haruto tidak menulis ulang pikirkan milik Rio. Akan lebih tepat untuk mengatakan kalau ingatan dan kepribadian Amakawa Haruto sekarang ada dalam pikiran Rio, tetapi dalam ruang yang terpisah dari milik Rio. Kamu tidak akan menyebut itu orang yang sama dengan Amakawa Haruto, kan?"
"Itu.... Itu mungkin benar..... Tapi apa kamu baik-baik saja seperti itu?"
"Aku tidak bisa lagi menjadi Amakawa Haruto. Dan juga tidak ada bukti kalau ingatan dan kepribadian Amakawa Haruto di dalam diriku benar-benar seperti kelihatannya."
Kata Rio, berbicara dengan nada mengejek diri sendiri.
Melihat itu, Miharu menggigit bibirnya dengan ekspresi frustasi.
"Memang benar sih, tapi situasinya tidak pasti yang membuat ingatannya agak kabur, tapi....."
Satsuki cemberut seolah dia belum sepenuhnya menerima kata-kata Rio.
"Mari kita tidak membahas bagian itu lebih jauh, karena pada dasarnya, yang bisa kita lakukan hanyalah berhipotesis."
Kata Rio, membawa mereka kembali ke topik utama.
"Yang benar-benar ingin kuberitahukan kepadamu adalah mengapa aku merahasiakan kehidupan masa laluku: singkatnya, aku tidak ingin Miharu-san dan yang lainnya merasa lebih bingung setelah mereka baru saja tiba pertama kali ke dunia ini."
".....Yah, aku juga setuju kslau mendengar hal seperti itu hanya akan menambah kebingungannya. Maksudku, mereka baru saja dipanggil ke dunia lain."
Satsuki menyetujui sambil menghela napas, karena dia juga mengalaminya sendiri.
"Selain itu, ada beberapa hal yang belum kuberitahukan padamu."
Kata Rio dengan ekspresi yang sangat serius, yang membuat Satsuki menegang.
".....Apa itu?"
"Kira-kira empat tahun setelah kalian dipanggil ke dunia ini, Amakawa Haruto meninggal di usia 21 tahun – dan pada saat itu, Miharu-san masih belum kembali ke Bumi."
"Heeh.....?"
Satsuki berkedip berulang kali saat dia melihat Rio dengan ekspresi kaget.
Sementara itu, karena Aishia sudah memberitahunya sebelumnya, Miharu hanya mengerutkan keningnya.
"Masa laluku, Amakawa Haruto, memanfaatkan ketika dia akan menjadi siswa SMA untuk pindah ke kota tempat dia dibesarkan. Semua itu untuk menghadiri sekolah yang sama dengan kalian berdua. Itu sebabnya, aku melihat keributan besar yang terjadi ketika kalian semua menghilang pada hari upacara masuk."
Rio menjelaskan semuanya dengan tenang.
"T-Tapi bagaimana kamu bisa tahu? Kalau kami tidak kembali ke Jepang?"
Satsuki bertanya, menjadi sedikit lebih panik.
"Dalam tiga tahun sampai kelulusanku, Miharu-san tidak pernah kembali ke sekolah. Setelah aku lulus dari SMA dan menjadi dewasa, aku pergi menemui ibuku untuk mengunjunginya. Pada saat itulah aku bertanya kepadanya apakah Miharu-san masih menghilang."
"J-Jadi..... Ah..."
Satsuki mencoba bertanya lagi, membuka dan menutup mulutnya dengan susah payah. Begitu dia sudah cukup tenang, gadis itu mengumpulkan keberaniannya dan bertanya.
"Apakah itu berarti kalau kami tidak akan bisa kembali ke bumi selama empat tahun – atau bahkan lebih lama?"
"Benar. Namun, ketika aku bertanya kepada ibuku tentang kondisi Aki, aku ingat kalau dia bilang Aki baik-baik saja.... Mungkin ibuku berbohong kepadaku agar aku tidak khawatir atau mungkin saat itu Aki menemukan cara untuk kembali, tetapi tidak ada cara untuk mengkonfirmasi kebenarannya."
Kata Rio, mengingat kembali kenangan samar percakapannya dengan ibunya.
Jika Aki benar-benar kembali ke Bumi, itu berarti ibu Amakawa Haruto tahu bahwa Aki telah dipanggil ke dunia lain. Dalam hal ini, dia juga akan menyadari bahwa hal yang sama telah terjadi pada Miharu, jadi ketika Haruto pergi mengunjunginya, dia akan memberitahunya tentang kondisinya.
Namun, itu akan menjadi cerita yang tidak masuk akal. Ada kemungkinan ibu Haruto tidak mempercayai kata-kata Aki dan hanya diam saja.
"........"
Satsuki dan Miharu hanya terdiam.
"Itulah alasan mengapa aku tidak memberitahu Miharu-san dan yang lainnya tentang kehidupan masa laluku. Ada alasan lain juga, tetapi rasanya tidak benar kalau mengatakan sesuatu yang begitu menyedihkan jika aku memberitahu mereka semua ini ketika mereka masih terpisah dari kamu dan Takahisa-san. Untuk alasan ini, aku memutuskan untuk menunggu, atau setidaknya sampai kalian semua berkumpul kembali....."
Rio mengarahkan kata-kata itu ke Satsuki. Itu tidak lebih dari alasan yang dangkal, yang membuat Rio menunjukkan ekspresi bersalah
"Jika kamu memberitahu Miharu-chan tentang kehidupan masa lalumu, maka kamu seharusnya juga memberitahu kami tentang fakta kalau kami tidak bisa pulang. Aku takut kami tidak akan bisa kembali sebelum kami lulus, tapi mendengarnya secara nyata, sangat sulit menerimanya....."
Satsuki menunjukkan senyuman pahit.
"Aku pikir itu normal bagimu untuk merasa seperti itu. Miharu-san sepertinya tidak terlalu terganggu tentang itu, tapi siapa yang tahu bagaimana reaksi Masato dan Aki nanti."
Rio menjawab sambil melihat Miharu. Gadis itu diam selama percakapan.
"Ah, tidak.... Umm. Jika kita berbicara tentang Aki-chan, kupikir dia akan menjadi sangat tidak stabil jika kamu menceritakan semua ini padanya."
Jawab Miharu dengan nada bersuara tinggi.
Rio mengalihkan pandangannya dari Miharu untuk melihat keduanya.
"......Aku minta maaf karena telah menyembunyikan semua ini dari kalian. Sekarang, yang tersisa hanyalah memutuskan seberapa banyak informasi yang harus kita sampaikan kepada Aki, Masato dan Takahisa-san. Karena kalian berdua memahami situasinya dengan baik, aku ingin menyerahkan keputusan itu kepada kalian."
"Meski kamu mengatakan itu, tapi..... Itu sesuatu yang harus mereka dengar juga. Selain itu, kita juga harus memberitahu Aki-chan dan Masato-kun kalau kita telah menemukan Takahisa-kun dan memberitahu Takahisa-kun kalau mereka berdua baik-baik saja.... Kurasa kita harus mengatur waktu untuk itu dan memberitahunya segalanya."
Satsuki menunjukkan ekspresi khawatir.
"Dari apa yang kudengar di perjamuan kemarin, Putri Lilianna selalu bersama dengan Takahisa-kun. Mereka berbagi di ruangan yang sama, jadi akan sulit bagi Takahisa-kun untuk pergi ke rumah batu tanpa dia sadari."
Kata Miharu, mengerutkan keningnya.
"Dengan penyerangan yang terjadi kemarin, pengamanan di sekitar kastil juga diperketat."
Kata Rio, menambahkan.
Membawa pergi Takahisa dari ruangannya tanpa sepengetahuan Lilianna akan cukup sulit. Kastil memiliki beberapa ruangan tanpa jendela untuk meningkatkan keamanan para tamu, jadi jika mereka berada di salah satu ruangan itu, mereka akan dipaksa keluar dari pintu. Bahkan jika mereka mencoba berkeliaran di area tersebut, risikonya akan cukup tinggi karena peningkatan para penjaga.
".....Itu berarti pilihan terbaik adalah membawa Aki-chan dan Masato-kun ke kastil sebelum Takahisa-kun kembali ke Kerajaan Centostella."
Satsuki berpikir sejenak dan menyarankan pilihan yang realistis.
"Namun, bahkan jika kita menjelaskan situasinya kepada Raja dan Putri Lilianna, kita harus terlebih dahulu memastikan apa yang Takahisa-kun pikirkan tentang itu."
"Iya. Tapi untuk melakukan itu, kita harus membuat kalian berdua bertemu dengan Takahisa tanpa Putri Lilianna ikut hadir. "
"Karena aku pahlawan, kurasa aku satu-satunya yang ada di posisi untuk melakukan itu, ya?"
Meminta seorang putri dari Kerajaan asing untuk tidak ikut adalah sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh seorang Raja atau seseorang dengan posisi yang sama – seorang pahlawan. Bahkan jika dia adalah seorang Ksatria kehormatan, Rio tidak bisa melakukan hal seperti itu.
"Ya. Kami akan mengandalkanmu untuk itu, Satsuki-san. Aku tidak tahu berapa lama Takahisa-san akan tinggal di Kerajaan Galarc setelah perjamuan selesai, jadi yang terbaik adalah kita melakukan semuanya secepat mungkin."
"Baik. Serahkan saja padaku."
Kata Satsuki, mengangguk.
"Kalau begitu, kita juga perlu tahu orang seperti apa Putri Lilianna dan hubungan seperti apa yang dia punya dengan Takahisa-san. Jika kita akan menjelaskan keseluruhan situasinya kepada Takahisa-san, kupikir itu sesuatu yang perlu." Kata Rio.
Jika mereka mengetahui orang seperti apa Lilianna, maka mereka juga akan bisa memahami sampai batas tertentu bagaimana Kerajaan dia berasal dari karakter putri itu.
"Dari kita bertiga, Miharu-chan lah yang paling banyak menghabiskan waktu bersama mereka selama perjamuan ini. Apa yang kamu pikirkan tentang Putri Lilianna?"
Satsuki mengarahkan pertanyaan itu ke Miharu.
"Umm, seperti yang dikatakan Takahisa-kun, Putri Lilianna adalah orang yang baik. Dia sepertinya memiliki kepribadian yang lembut, dan Takahisa-kun sepertinya cukup mempercayainya."
"Aku mengerti. Yah, ada kemungkinan juga, dia bersikap seperti itu untuk mendapatkan kepercayaan dari sang pahlawan, mungkin aku terlalu paranoid."
Mendengar penjelasan Miharu, Satsuki menjawab seperti itu.
"Kurasa tidak salah jika menjadi berhati-hati."
Kata Rio, tertawa ringan.
"Ya. Aku ingin sedikit lebih banyak meluangkan waktuku untuk berpikir. Semua ini begitu mendadak, jadi aku masih belum cukup berhasil untuk mencernanya.... Namun, aku tidak pernah membayangkan bahwa Haruto-kun adalah Kouhai-ku di kehidupannya sebelumnya!"
Satsuki mencoba menghibur dirinya sendiri dengan mengalihkan topik pembicaraan.
"Kita mungkin pernah bertemu satu sama lain saat upacara pembukaan."
Jawab Rio sambil tersenyum.
"Ya, mungkin. Aku bertugas membantu para siswa yang sedang mencari kelas mereka di papan pengumuman..... Tunggu, mungkin kita benar-benar pernah bertemu satu sama lain.... Haruto, Amakawa Haruto....."
Saat berbicara dengan Rio, Satsuki samar-samar mengingat sesuatu. Gadis itu melakukan segalanya untuk mencoba memulihkan ingatan yang hilang itu.
"Sungguh?"
Rio menunjukkan ekspresi terkejut.
Bahkan Miharu, yang tetap diam sampai sekarang, membuka lebar matanya.
"Iya. Kamu adalah anak laki-laku yang berdiri di depan papan pengumuman untuk waktu yang lama itu, kan? Aku ingat berbicara denganmu karena aku pikir itu aneh. Aku menanyakan namamu dan kamu menjawabnya dengan mengatakan 'Amakawa Haruto’...... Kupikir. Apa kamu masih ingat?"
Satsuki meminta bantuan Rio karena dia sepertinya tidak terlalu mempercayai ingatannya.
".....Jika aku tidak salah, ada seorang siswa yang lebih tua mendatangku ketika aku sedang melihat daftar kelas. Namun, aku cukup terkejut kamu masih mengingatnya."
Ingatan Rio tentang itu agak kabur.
"Itu hari terakhirku di Bumi, tahu? Tentu saja, aku ingat. Yah, sepertinya kamu sudah benar-benar melupakannya."
Satsuki menatap Rio dengan tatapan mencela.
"Jangan meminta sesuatu yang tidak mungkin. Banyak hal yang sudah terjadi dan hari ketika kematianku."
Jawab Rio. Bagi Satsuki, hal itu baru terjadi beberapa bulan yang lalu.
"Aku pikir itu benar. Tetapi bahkan jika kamu adalah Kouhai-ku di Bumi, tapi secara mental kamu lebih tua dariku sekarang. Haruskah aku memperlakukanmu seperti orang dewasa?"
Satsuki berasumsi bahwa Rio adalah anak laki-laki yang seumuran dengannya, jadi dia memintanya untuk mengevaluasi kembali sikapnya sendiri.
Rio menggelengkan kepalanya dengan ekspresi tidak nyaman karena Satsuki akan memperlakukannya secara berbeda.
"Kamu bisa bersikap seperti yang kamu lakukan selama ini. Seperti yang aku katakan sebelumnya, jika aku tidak fokus pada sesuatu, maka kepribadianku adalah Rio, itulah mengapa merasa lebih tua secara fisik. Ini mungkin dipengaruhi oleh perasaan tubuh fisikku."
".....Oke. Kalau begitu, kuharap kita bisa terus akrab, Haruto-kun."
"Tentu."
"Sejauh ini hanya aku yang terus berbicara....."
Satsuki menoleh ke arah Miharu, yang duduk di sebelahnya. Miharu telah menatap wajah Rio dalam diam.
"Apakah ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan dengan Haruto-kun?"
Satsuki bertanya. Meskipun di depannya adalah anak laki-laki yang memiliki kenangan akan teman masa kecilnya, anehnya Miharu tetap diam tentang semua itu.
{ TLN : Ya, mau gmn lagi... Aishia tukang spoiler }
"Ah, umm..... ya, tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana."
Miharu tampak gugup ketika dia tersandung oleh kata-katanya sendiri.
"Sebenarnya, ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan dengan Miharu-san berduaan. Setelah kami selesai, Aku ingin melibatkanmu untuk pembicaraan lebih lanjut. Sementara itu, bisakah kamu meluangkan waktu untuk memikirkan apa yang telah kita diskusikan sejauh ini?"
Kata Rio, angkat bicara.
".....Tentu. Baiklah – kalau begitu, aku akan pergi ke kamarku."
Satsuki memandangi wajah Rio dan Miharu lalu berdiri diam. Gadis itu penasaran, tetapi memutuskan untuk tetap pergi ke kamarnya. Saat pintu tertutup, Rio mulai berbicara kembali.
"Miharu-san."
"Y-Ya."
Jawab Miharu dengan nada tersentak.
"Apa kamu sudah mengira kalau aku adalah Amakawa Haruto?"
Rio menatap lurus ke mata Miharu.
"Daripada mengiranya, aku selalu bertanya-tanya..... Karena kalian berdua memiliki nama yang sama dan juga mengeluarkan auara yang mirip. Selama kita tinggal bersama, aku mulai.... Mengingat Haru-kun......"
"Apa hanya itu.....?"
Rio menunjukkan ekspresi terkejut.
"Sebenarnya, di desa Seirei no Tami, Sara-chan dan yang lainnya menyebutkan sesuatu..... Sesuatu yang terjadi saat kamu, Haru-kun, dan Latifa pertama kali datang ke desa. Di saat kamu pingsan di penjara, kamu menggumamkan kata 'Mii-chan'....."
Dengan penuh keberanian, Miharu memanggil Rio 'Haru-kun' tetap di depan orangnya.
".....Aku mengatakan itu?"
Rio tidak tahu kalau itu terjadi ketika dia tidak sadarkan diri. Fakta itu membuatnya mengerutkan keningnya.
"Setelah itu, aku mulai berpikir mungkin kamu benar-benar adalah Haru-kun."
Miharu mengucapkan kata-kata itu sambil meremas tangannya di dadanya.
"Tapi, jika memikirkannya secara realistis, bukankah itu sesuatu yang mustahil untuk dipercaya? Sudah kubilang aku mati saat aku masih mahasiswa, kan? Meskipun, itu akan menjadi cerita lain jika kamu mengira kalau aku berbohong."
"Aku tidak pernah berpikir begitu! Memang benar kupikir ceritanya tidak masuk akal.... Namun meski begitu, saat kamu kembali ke desa, aku mulai merasakan perasaan yang kuat bahwa kamu benar-benar Haru-kun...."
".....Jadi itu sebabnya kamu bersikap aneh ketika aku kembali ke desa. Dan ketika aku membawamu ke rumah Liselotte untuk pertama kalinya."
Meskipun Rio memiliki wajah kesakitan, dia sepertinya telah memahami situasinya. Namun, ada sesuatu yang aneh tentang itu – bahkan jika dia bisa memahami alasan dari kemungkinan kecurigaannya, Miharu terlalu mudah menerima kebenaran itu. Seolah-olah seseorang telah memberinya petunjuk.
Lebih jauh, Miharu sama sekali tidak terkejut dengan apa yang telah diungkapkan Rio sejauh ini. Itu berarti dia hampir yakin kalau Rio adalah Amakawa Haruto.
[ Jika dia benar-benar yakin akan hal itu, mengapa dia tidak bertanya padaku sebelum aku mengatakan yang sebenarnya? Mungkinkah dia diam karena alasan tertentu, sama seperti alasanku? ]
Dengan pertanyaan-pertanyaan itu di benaknya. Rio mencoba mengingat kembali peristiwa yang terjadi sebelum dia dan Miharu pergi datang ke perjamuan.
[ Kalau aku memikirkannya, sehari setelah aku membawanya ke rumah Liselotte, Miharu-san mulai bersikap berbeda lagi.... ]
Rio menganalisis situasinya sambil melihat ke arah Miharu.
"A-Ada apa, Haru-kun?"
Merasa kalau Rio mengetahuinya, Miharu dengan takut-takut bertanya kepadanya.
".....Miharu-san."
Rio menghela napas.
"....Ya?"
Miharu menjawab dengan ekspresi cemas.
"Bisakah kamu berhenti memanggilku seperti itu?"
Rio menunjukkan ekspresi yang rumit.
".....Ke-Kenapa?"
Miharu mengerutkan kening dengan sedih.
"Seperti yang kubilang sebelumnya, Amakawa Haruto sudah mati. Aku bukan teman masa kecilmu. Aku hanyalah sesorang yang memiliki ingatannya. Jadi, kamu tidak perlu memaksakan diri untuk memperlakukanku seperti aku adalah teman masa kecilmu."
Rio berpura-pura tenang ketika mengucapkan kata-kata sulit untuk diucapkan.
"Tidak mungkin aku bisa menganggapmu sebagai seseorang yang berbeda!"
Miharu segera menjawab – dan tanpa diduga – meninggikan suaranya.
"......."
Rio hanya terdiam.
"Jika orang di depanku bukan Haru-kun, lalu kemana teman masa kecilku pergi?"
"......Dia sudah tidak ada lagi. Setidaknya tidak di Bumi lagi. Sisa-sisa ingatannya dan kepribadiannya sekarang menyatu dengan orang yang ada di depanmu sekarang, tidak lebih. Tetapi tubuhku ini adalah Rio, bukan Amakawa Haruto lagi."
Hubungan yang dimiliki Rio dengan ingatan dan kepribadian Haruto tidak saling terhubung. Tidak ada hubungan langsung antara keduanya.
".....Aku yakin Haru-kun masih di sana. Di dalam dirimu."
Menatap Rio, Miharu membuat pernyataan itu.
"Kalau begitu aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Apakah kamu melihatku sebagai teman masa kecilmu sekarang? Aku adalah seseorang bernama Rio, yang berinteraksi denganmu dengan nama Haruto, tidak dihitung untuk itu?"
"Itu....."
Miharu tidak dapat menjawab dengan segera. Memang, kalau dia hanya melihat Rio sebagai teman masa kecilnya saja. Dia hanya mencari Haruto dalam diri Rio saja dan mengesampingkan Rio.
"Aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi saat tinggal bersama denganmu, ada beberapa kesempatan ketika aku teringat hari-hari yang kuhabiskan bersama Haru-kun. Itulah kenapa mustahil bagiku untuk percaya bahwa Haru-kun tidak ada di dalam dirimu. Hanya itu."
Kata Miharu, melanjutkan.
"Aku pikir itu karena kamu tidak tahu sisi diriku itu Rio."
Jika Rio melakukannya, Miharu akan ketakutan. Miharu akan dipaksa untuk menerima kalau Amakawa Haruto dan Rio adalah orang yang berbeda. Karena itulah Rio tetap diam sampai sekarang. Dia tidak bisa mengambil keputusan. Rio merenungkannya dan menunjukkan senyum penyesalan.
"To-.... Tolong beritahu kepadaku. Tentang siapa Haruto – tidak, tentang siapa Rio. Jangan membuat keputusan sendiri. Mulai sekarang aku ingin tetap bersamamu. Itu yang aku katakan kepadamu, kan? Perasaanku tidak akan berubah."
".....Kenapa kamu ingin bersamaku?"
"Aku tumbuh bersama Haru-kun sampai aku berumur tujuh tahun, tapi ketika aku mulai membandingkanmu dengannya barulah aku menyadari betapa pentingnya Haru-kun bagiku. Perasaan itu terus tumbuh lebih kuat. Seseorang yang penting bagiku meninggal, tapi sekarang aku punya kesempatan untuk bertemu dengannya lagi, walau dengan penampilan yang berbeda. Aku tinggal bersamamu dan lebih banyak hal terjadi. Seperti aku sudah diberi kesempatan lain. Itulah mengapa aku ingin tetap bersamamu."
".....Aku senang mendengarmu mengatakannya. Tapi jika kamu tidak merasakan Amakawa Haruto lagi di dalam diriku, apakah kamu masih ingin tetap bersamaku?"
"Pertanyaan itu tidak adil. Memang benar, alasanku ingin tetap bersamamu mungkin sangat di pengaruhi oleh bagaimana aku menganggapmu sebagai Haru-kun, tapi...."
Kata Miharu, mengerutkan kening.
"Maaf. Miharu-san..... Meski Mii-chan adalah seseorang yang sangat berharga bagi Amakawa Haruto. Hal itu tidak berubah bahkan setelah dia menjadi dewasa. Ini mungkin terdengar bodoh, tapi alasan dia pindah kembali ke kota tempat kalian dibesarkan ketika dia bersekolah di sana, karena ada kemungkinan dia bisa bertemu denganmu lagi. Memang ada kemungkinan kalian berdua bersekolah di sekolah yang berbeda, tapi...."
Rio menjelaskan perasaan Amakawa Haruto dengan tulus.