Kingdom of Lies – Chapter 3 : 「Tuduhan Palsu」
Rio ditahan di ruangan interogasi lantai paling bawah kastil.
“Tolong tunggu di sini. Seorang penyelidik akan segera datang.” prajurit yang mengantarnya ke kamar mengatakan itu sebelum meninggalkan ruangan, bunyi pintu terkunci terdengar di belakangnya.
Rio melihat sekitar. Tidak ada jendela di dalam ruangan interogasi, hanya terdapat meja dan kursi kayu di tengah ruangan. Pemandangan yang benar-benar suram untuk dilihat. Satu-satunya jalan masuk atau keluar dari ruangan ini hanyalah melalui satu pintu saja, yang saat ini tengah terkunci dari luar. Katika pintu terkunci, ruangan ini menjadi benar-benar tertutup.
“Kurasa mereka tidak terlalu mempercayaiku.” gumam Rio, tidak senang dengan situasinya saat ini.
Sebagai catatan, Vanessa dan yang lainnya bergegas pergi bersama Flora begitu mereka menyerahkan Rio kepada prajurit pengawal. Rio menjelaskan beberapa penjelasan singkat selama perjalan ke sini, tetapi mereka mungkin akan tetap menahannya sebagai saksi utama sampai Flora bangun dan memastikan kebenaran. Sementara itu, mereka akan melakukan penyelidikan resmi untuk mencatat perannya di kejadian itu. Mereka tidak membuang waktu sama sekali, itu masuk akal. Mengingat posisi dan hubungan masing-masing, perlakuan seperti ini sudah diperkirakan. Rio dapat mengerti itu. Tetapi jika dia jujur pada dirinya sendiri, berada dalam tahanan tidak terlalu menyenangkan.
Mungkin akan lebih baik jika dia tidak menyelamatkan Flora.
Lalu dia tidak akan diperlakukan seperti ini ... Dia tidak melakukan kesalahan apapun, namun dia dicurigai dan dikurung layaknya penjahat—semua itu hanya karena ia tidak dapat meninggalkan seorang gadis yang tak sadarkan diri dan membawanya keluar. Dunia ini tidak adil: Kebaikan ditunjukkan kepada yang kuat, sementara yang lemah terkekang oleh peraturan yang tak masuk akal.
Meskipun dia sudah mengetahui itu ... Rio menghela napas yang penuh dengan rasa frustrasi dan duduk di salah satu kursi yang kumuh, jauh dari apa yang disebut nyaman. Dia menyilangkan tangannya dan menutup matanya sambil cemberut. Dia tidak punya informasi, tidak ada petunjuk tentang masa depannya dan tidak ada cara untuk megubah situasi ini hanya dengan memikirkannya.
Jadi ... Dia memutuskan untuk bersantai sambil menunggu.
Tak lama setelah dia tenang, suara kunci yang diputar dapat didengar. Kemudian, pintu terbuka dan tiga pria muncul. Mereka mengenakan seragam ksatria pengawal kerajaan, tetapi pria terdepan, yang tampak berusia dua puluhan, memiliki desain hiasan yang sangat berornamen di atasnya. Wajahnya proporsional, tetapi ada sesuatu yang sombong dari tata cara dia memandang Rio. Ksatria yang mewah itu melirik Rio sebelum membuka mulutnya.
“Aku Charles Arbor, wakil komandan ksatria keamanan kerajaan dan yang akan menangani kasusmu. Kita akan menanyakan beberapa hal padamu; jika kau ingin segera bebas, maka jawablah dengan jujur.” perintahnya dengan nada superior.
Rio mengerutkan alisnya ketika Charles duduk di kursi seberang.
“Apa kau yang menculik Yang Mulia, Putri Kedua?” Tanyanya, sambil membuka beberapa dokumen.
Tampaknya dia tidak peduli dengan perasaan Rio sama sekali.
Ksatria yang melayani sebagai notulen duduk di sebelah Charles dan mulai mencatat kesaksiannya. Ksatria yang tersisa berdiri mengintimidasi di sebelah Rio.
“ ... Tidak, aku tidak melakukannya.” Jawab Rio, blak-blakan, merasa sedikit kesal dengan sikap arogan Charles.
“Lalu di mana kau menemukan Putri Kedua?”
“Di gubuk kayu permukiman kumuh. Dia dimasukkan ke dalam karung.”
“Kenapa kau ada di sana?”
“Orang-orang yang membesarkanku tinggal di gubuk itu.”
“Menurut kesaksian itu, merekalah yang menculik Putri Kedua. Benarkah itu?”
“Sepertinya begitu. Aku melihat mereka datang membawa karung dengan Putri di dalamnya.”
Begitulah, penyelidikan berlanjut. Semuanya adalah informasi yang sudah ia katakan pada Vanessa selama perjalanan ke kastil. Dokumen-dokumen di tangan Charles mungkin mungkin berisi semua intelijen itu sehingga dia bisa mengecek setiap inkonsistensi saat mereka melanjutkan penyelidikan.
Ada bagian dari kesaksiannya yang menempatkan Rio pada posisi yang tidak menguntungkan, tetapi itu semua informasi yang dapat diklarifikasi dengan pencarian yang menyeluruh. Akan lebih buruk jika Rio berbohong dan kehilangan jejak fakta yang sebenarnya, jadi dia memutuskan untuk menjawab sejujur mungkin.
“Jadi kau ingin bilang jika kau tidak terlibat dengan penculikan Yang Mulia, Putri Kedua?” Tanya Charles, ragu.
“Benar sekali.” Rio menegaskan, tanpa ragu-ragu.
“Hmm ... Mencurigakan sekali.” kata Charles.
“Menurut laporannya, orang-orang yang merawatmu terbunuh oleh seorang pria bertopeng yang tidak diketahui asalahnya. Jadi kenapa hanya kau yang hidup?”
“Dia dikalahkan.”
“Oleh siapa?”
“Olehku.”
Charles mengejek jawaban Rio.
“Jangan bohong padaku. Seorang bocah megalahkan bandit? Mustahil. Dia pasti sudah melewati beberapa bentuk pelatihan.”
“Aku tidak tahu, mungkin dia menurunkan penjagaannya? Aku terlalu panik saat itu, aku tidak tahu apa yang terjadi ....”
Rio memilih untuk tidak memberitahu mereka tentang bagaimana dia meningkatkan kemampuan tubuhnya.
“Hmm. Baiklah. Di mana pria itu sekarang?”
“Siapa tang tahu? Jika dia belum belum bangun dan melarikan diri, mungkin dia masih terbaring di antara mayat-mayat di gubuk.” jawab Rio, dengan nada muak.
“Kelompok pencari kita ada di gubuk itu saat ini. Laporan mereka akan segera tiba. Jika seperti apa yang kau katakan, mungkin kami dapat mendapatkan beberapa informasi dari orang itu ....”
Tepat setelah Charles selesai berbicara, ketukan bergema dari pintu.
“Sepertinya ada di sini. Masuklah.”
Atas perintah Charles, seorang ksatria membukakan pintu dan ksatria lain memasuki ruangan.
“Permisi. Ini laporan dari tim pencarian, Charles-sama.” ucap ksatria itu, membungkuk untuk membisikkan sesuatu ke telinga Charles.
Charles menatap Rio dalam diam sambil mendengarkan laporan. Rio pun menyaksikan dalam diam. Beberapa saat kemudian, Charles merengut dengan tidak senang atas laporan yang sudah di dengarnya.
“ ... Tampaknya kita harus pindah tempat. Berdiri.” perintahnya pada Rio.
“Kenapa kita harus pindah?”
“Tentu saja untuk melakukan interoggasi.”
“Lalu kenapa tidak kita lakukan di sini?”
Jawaban samar Charles membuat Rio sangat bingung. Dia tidak mengerti kenapa mereka harus meninggalkan ruang interogasi untuk melakukan interogasi.
“Berdiri saja! Kami tidak punya banyak waktu!” Charles berteriak, mengancam. Ksatria lain meraih kedua lengan Rio dan memindahkannya dari kursi.
“Aku bisa berdiri sendiri.” kata Rio, dengan ekspresi cemberut.
Dia segera bangkit dan mencoba untuk melepaskan para Ksatria yang memegang lengannya, tapi tampaknya mereka tidak memiliki niat untuk melepaskannya, karena mereka tidak memiliki tanda-tanda ingin melepaskan.
“Aku tidak akan lari, jadi bisakah kalian melepaskanku?” Rio bertanya kepada Charles, yang masih duduk di depannya.
“Hmm, mari kita lihat ...” Charles berdiri dengan tiba-tiba lalu berjalan ke arah Rio.
“Angkat tangannya.” perintahnya pada Ksatria yang menahan Rio.
“Baik.” para ksatria segera menjawab, memaksa Rio untuk mengulurkan tangannya.
“Hei, hentikan!” Rio mencoba melawan mereka, tetapi kekuatan anak kecil tidak sebanding dengan orang dewasa.
Dia mungkin dapat dengan mudah menghempaskan mereka jika dia memperkuat fisik tubuhnya dan kemampuannya seperti di pertarungan sebelumnya, tetapi situasinya bergerak terlalu cepat baginya untuk bereaksi dengan tenang. Dan meskipun dia berhasil menyingkirkan Charles dan ksatria lainnya, mungkin saja itu akan menjadi gangguan lain dan membuatnya menjadi penjahat sungguhan. Dengan kata lain jika dia bersikap tenang dan meningkatkan kemampuan tubuhnya, dia tidak mungkin bisa melarikan diri. Ria berjuang sekuat tenaga, tetapi orang dewasa yang memegangnya dengan mudah.
Charles memilih untuk bergerak. Denting! Suara gemerincing bergema di seluruh ruangan.
“Eh?” Rio memandangi tangannya, terkejut. Yang memborgol tangannya adalah sepasang belenggu dan rantai panjang yang memanjang menjauhi tubuhnya; seorang ksatria memegang ujung rantai untuk mencegah Rio melarikan diri
“Cepatlah. Bawa bocah itu.” ucap Charles pada Rio yang masih bingung, masih belum mengetahui situasinya.
∆∆∆∆
Diseret ke depan menggunakan rantai, Rio dituntun ke penjara bawah tanah yang basah dan lembab. Udara di dalam ruangan tersebut terasa dingin di kulitnya. Terdapat lentera yang memancarkan cahaya redup, tetapi untuk beberapa alasan aneh, cahaya itu bukan berasal dari api. Di ruangan interogasi sebelumnya juga terdapat beberapa lentera yang serupa, tetapi di ruangan ini hanya ada satu, yang membuatnya agak redup.
Pintu masuk terdiri dari besi kokoh dan terdapat tempat tidur yang diletakkan di sudut ruangan Baik lantai maupun langit-langit, seluruhnya terbuat dari batu, menyiratkan jika tempat itu tidak memperdulikan kenyamanan penghuni. Di atas itu semua, ada beberapa alat penahan yang terpasang di dinding sepanjang ruangan itu dengan bercak warna yang berbeda—mungkin dari darah. Sangat mudah membayangkan fungsi ruangan ini: sel penjara yang didedikasikan untuk interogasi dengan penyiksaan. Itulah kesimpulan Rio.
“Hei, untuk apa kau memasukkanku ke sini?” dia menuntut, tidak lagi harus repot melunakkan kata-katanya karena dendam.
“Kau adalah tersangka pelaku dibalik penculikan Putri Kedua. Tentu saja, kami harus membawamu ke tahanan untuk interogasi.”
“Aku tidak melakukan hal seperti itu!” jawab Rio, marah.
Dia dapat mengerti jika dipanggil sebagai saksi utama, tetapi ditetapkan sebagai pelaku kejahatan adalah masalah yang sama sekali berbeda.
“Itulah yang dikatakan oleh semua tersangka.” Charles mencibir, mengabaikan Rio dengan sembarangan.
“Ini tidak masuk ak—Ugh ...” Rio mencoba menyuarakan keluhannya, tetapi rantai yang membelenggunya ditarik dengan kuat, membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke tanah. Charles menatapnya.
“Aku sudah memutuskan jika kau sangat terlibat dalam kasus penculikan Yang Mulia, Putri Kedua. Karena itu, interogasi sekarang akan dilakukan. Kau tidak punya hak untuk tetap diam. Jawab semua pertanyaan dengan jujur—menolak menjawab hanya akan membuatmu sakit.” ksatria itu menjelaskan.
“Menyebal ... Kan ....”
Dia nyaris tidak bisa berkata apa-apa karena takjub, tetapi amarah dalam dirinya meledak saat dia menatap Charles.
“Hmm ... Mata pemberontak itu. Bisa kukatakan, khas penjahat tanpa moral.”
Charles menghela napas kesal berlebihan, tindakan mengejek yang penuh dengan sarkasme. Itu membuatnya tidak jelas apakah dia menjadi dirinya yang jujur atau sengaja memprovokasi Rio.
“Kurasa kami harus mengajarimu tentang posisimu dulu. Lakukan.”
Charles memberikan isyarat dengan kepalanya. Mendorong ksatria lain untuk bergarak. Seorang ksatria menarik rantai yang membelennggu Rio hingga katrol yang tergantung di langit-langit dan mulai menyesuaikan ketinggian untuknya.
“Hei, hentikan!” Protes Rio, tetapi ksatria itu terus bekerja.
Dia menarik tangan Rio ke atas sampai kakinya hampir hanya sedikit menyentuh tanah, menempatkan semua beban tubuh di tangannya.
Meskipun beratnya seperti anak kecil, itu masih cukup untuk membebani persendiannya.
Wajah Rio terlihat kesakitan saat Charles mendengus puas. Dia memegang tongkat kayu di tangannya yang dia ambil di suatu saat.
“Aku tidak ingin melakukan ini dengan cara sulit. Jika kau bekerja sama selama interogasi, aku dapat membebaskanmu sekarang. Pertama, akui pertisipasimu dalam penculikan Putri Kedua. Apa yang akan kamu katakan?” Charles menawarkan, membelai pipi Rio dengan ujung tongkat.
Menahan rasa sakit di pergelangan tangannya, Rio mengertakkan gigi.
"Tidak, terima kasih." katanya.
"Aku ... tidak melakukan itu.”
Dia menembak jatuh tawaran Charles..
“Kau yakin?”
Rio menjawab dengan diam. Charles mengayunkan tongkat itu ke perut Rio.
“Gah! Hah ....”
Erangan menyelinap dari bibir Rio. Charles dengan lembut menyapu tongkat ke area perut yang baru saja dia pukul.
“Kau terlibat dalam penculikan Putri Kedua. Benar, kan” dia bertanya sekali lagi.
“Aku ... Tidak melakukan ... Hal seperti itu ...!”
“Pembohong.”
Charles menghela napas dramatis lainnya, sebelum membisikkan sesuatu ke telinga Rio.
“Kau akan menyesalinya.” bisiknya dengan dingin.
∆∆∆∆
Sementara itu, di lantai teratas kastil kerajaan Beltrum, di kamar tidur Flora ....
“Zzz ... zzz ....”
Putri Kedua, Flora Beltrum, tertidur nyenyak di tempat tidur mewah bertiang empat. Angin sepoi-sepoi lembut bertiup ke dalam ruangan melalui balkonnya, yang mengabaikan pemandangan Beltrant, ibu kota.
“Reveles.”
Celia melantunkan mantra untuk mendeteksi dan lingkaran cahaya muncul di tangannya. Dia menutup matanya, menggerakkan tangannya ke seluruh tubuh Flora dan memfokuskan pikirannya. Beberapa saat kemudian, Celia membuka matanya dan menghela napas lega.
“Tidak ada jejak sihir di tubuhnya. Kedokteran berada di luar keahlianku, tetapi aku bisa katakan Dia akan segera sembuh dengan cukup air dan istirahat.”
Vanessa menghela napas lega setelah melaporkan diagnosisnya.
“Terima kasih, Celia. Jika Reveles tidak menemukan apapun, pasti Flora-sama aman dari segala kutukan yang mungkin terjadi.” ucap Vanessa, menundukkan kepalanya pada Celia.
“Tidak, aku senang dapat membantu. Sekarang kita semua bisa tenang.”
“Ya, tapi kita tidak tahu apa yang akan didapatkan pelaku dari penculikan ...” kata Vanessa.
“Kurasa informasi yang kita terima dari Rio akan berguna. Kita mungkin bisa mengidentifikasi pelakunya dari sana.”
“ ... Jika yang dikatakan bocah itu benar, mungkin saja.” Vanessa menambahkan.
“Kau berpikir dia berbohong?” Tanya Celia, dengan mata terbelalak.
“Tidak ... Tentu saja, itu mungkin bukan masalahnya. Hanya saja, karena bahaya pekerjaanku, aku meragukan segalanya.”
“Yah, aku tidak percaya jika dia anak yang buruk.”
“Kurasa jika profesor dari Akademi kerajaan mengatakan begitu, mungkin itu memang benar.” ujar Vanessa, dengan senyum kecil.
“Tapi aku masih pemula.” jawab Celia malu-malu.
Lalu, dia menyadari sesuatu lalu bertanya.
“Kalau dipikir-pikir, kemana Christina-sama dan Roanna pergi?”
“Oh. Mungkin mereka dimarahi karena menyalahgunakan kekuasaan dan pergi tanpa izin oleh Yang Mulia sekarang ...” Vanessa menjawab dengan lelah.
Saat itu, Flora bergerak.
“Uhh ... Mmh ....”
“Flora-sama!” Panggil Vanessa, dengan suara panik.
Flora membuka matanya perlahan. Dia berkedip beberapa kali sebelum menatap wajah Vanessa dengan linglung.
“Apa itu ... Vanessa? Di mana ....”
“Anda berada di kamar, Yang Mulia. Tubuh Anda melemah karena dehidrasi dan itu menyebabkan Anda pingsan. Tolong, minum ini.”
Vanessa mengambil kendi logam dari meja dan menuangkan air ke dalam gelas dan memberikannya kepada Flora.
“Terima kasih.” Flora menerima gelas itu dan meminumnya perlahan.
Setelah itu, dia menurunkannya dan memperhatikan Celia yang mengawasinya.
“Oh, umm. Kamu siapa?” Tanya Flora.
“Nama saya Celia Cliare, Yang Mulia. Aku adalah instruktur kelas di Akademi kerajaan.”
“Kamu adalah instruktur kakakku ... Aku sudah banyak mendengar tentangmu.”
“Aku merasa terhormat.”
Celia membungkuk hormat saat Flora tersenyum lemah.
“Maukah kamu menjelaskan apa yang terjadi denganku? Aku tidak ....”
“Iya. Tolong izinkan saya menerima kehormatan itu, Yang Mulia.” kata Vanessa, dan mulai menjelaskan situasinya kepada Flora.
Dia menghabiskan beberapa menit berikutnya untuk memberikan Flora garis besar umum tentang apa yang terjadi.
“—Yang membawa kita ke sini. Bocah itu mengklaim bahwa dia hanya melindungi Yang Mulia. Apa ini benar” Vanessa bertanya kepada Flora setelah selesai menjelaskan..
“Ya. Aku samar-samar ingat meminta seorang anak yang seusiaku untuk menyelamatkanku.” Flora menegaskan dengan anggukkan.
“Dan nama anak kecil itu bernama Rio?”
“ ... Maafkan aku. Aku tidak menanyakan namanya, jadi aku tidak tahu.” Flora menggelengkan kepalanya, matanya tertunduk.
“Tapi aku tahu wajahnya saat aku melihatnya. Di mana dia sekarang? Aku ingin berterima kasih.”
“ ... Dia mungkin sedang di interogasi sekarang.” jawab Vanessa.
“Interogasi? Kenapa?”
“Ada kebutuhan untuk mengkonfirmasi apakah pernyataan anak kecil itu benar, jadi ....”
“Kalau begitu bawa dia ke sini. Dialah yang menyelematkanku.”
Flora menyatakan jika Rio tidak bersalah dan mengajukan permintaan itu, tetapi Vanessa tampak bermasalah sambil menunduk.
“Itu ... Aku rasa sedikit sulit untuk memanggilnya ke ruangan ini.”
“Kenapa?”
“Anak kecil itu seorang yatim. Dia harus dibersihkan dan menerima izin dari Yang Mulia terlebih dahulu ....”
“ ... Kalau begitu lakukan itu dengan cepat,” pinta Flora, sedikit memaksa.
“Aku tidak akan membiarkan dia merasa tidak nyaman lagi.”
“Dimengerti. Tolong istirahat kembali, Yang Mulia. Ini akan lebih baik untuk kesehatan Anda.”
“Aku tahu. Kumohon lakukan apa yang aku minta.”
“Tentu saja. Celia, bisakah kamu tetap menemani Yang Mulia sebentar? Aku perlu menyiapkan beberapa hal.”
“Dengan senang hati.”
“Terima kasih. Aku akan segera kembali sebisa mungkin.”
Vanessa mengulurkan terima kasihnya pada anggukan Celia yang menyenangkan sebelum bergegas mencari Rio.
∆∆∆∆
Rio kelelahan. Belenggu menggali pergelangan tangannya, mencabik-cabik kulinya, tetapi dia tidak lagi merasakan sakit. Sebaliknya, seluruh tubuhnya telah begitu memar karena tongkat, dia tidak bisa lagi merasakan sakit di lengannya.
“Dasar bocah sialan! Sudah katakan detail penculikannya!!” Jeritan marah Charles bergema di seluruh ruangan; lapisan ketidaksabaran dapat di dengar di bawah semua kemarahannya.
Rio pun menyadari itu, meskipun dia tidak tahu alasannya. Karena begitu dia menyadari bingungnya pihak lain, dia bisa menjaga pikirannya untuk sedikit lebih tenang.
Tetapi situasi masih buruk.
Semenjak dia tiba di ruang interogasi kedua, dia dipukuli dan diremukkan dalam upaya untuk memaksakan pengakuan palsu darinya. Mereka tidak akan membiarkan dia pingsan dan menemukan kedamaian. Dia hampir tidak memiliki stamina yang tersisa, dan hanya bertahan dengan kemauan dan keras kepala yang murni.
Dalam upaya untuk mengurangi kerusakan fisik yang harus dideritanya, ia mencoba memperkuat tubuhnya.
Dia masih mengingat sensasi saat itu dengan cukup jelas ... dia seharusnya dapat mereproduksi dengan mudah jika dia berkonsentrasi, namun untuk beberapa alasan, Rio tidak dapat meningkatkan tubuhnya.
Itu karena belenggu yang menahannya.
Sihir yang digunakan untuk menyegel esensi sihir yang menggunakannya. Rio tidak tahu apapun tentang esensi dan sihir, tetapi dia tahu peningkatan fisik yang dia gunakan di pertarungan sebelumnya menggunakan esensi sebagai sumber energi. Dengan belenggu yang mencegah esensi sihirnya mengalir keluar dari tubuhnya, dia tidak bisa melakukan peningkatan fisik.
Meski begitu, Rio tetap menunggu kesempatan tanpa menyerah.
Pasti ada alasan mengapa Charles tidak sabar, berusaha memaksakan pengakuan dari Rio. Mudah untuk mengasumsikan bahwa jika Rio mengaku di sini, situasinya hanya akan menguntungkan Charles ... Itulah sebabnya Rio mengeraskan tekadnya. Dia benar-benar tidak akan menyerah pada kekerasan ini dan mengakui kejahatan yang tidak dilakukannya.
“Aku tidak punya apapun untuk dikatakan padamu.”
“Bocah sialan!”
Charles mengayunkan tongkatnya denga semua frustrasi yang terpendam. Sebuah pukulan tanpa ampun ke wajah.
“Guh ...!”
Darah mulai mengalir dari hidung Rio.
“Wa-Wakil komandan! Dia mungkin akan mati jika Anda berlebihan ....”
Salah satu ksatria yang diam-diam menonton interogasi mencoba menahan Charles dengan panik.
“Diamlah! Posisiku dalam bahaya sekarang!” Chareles berteriak.
“Ta-Tapi! Posisi Anda akan semakin buruk jika anda membunuhnya atas kemauan anda sendiri. Kita akan dalam bahaya.”
“Lalu kau ingin aku melakukan apa? Takut mengambil risiko tidak akan membawa hadiah di situasi ini! Jika aku tidak mendapatkan posisi terhormatku di sini, aku akan membawa kalian turun bersamaku!” Teriak Charles. Keheningan menyelimuti ruangan itu..
Semua ksatria yang berada di ruangan ini adalah bagian dari pengawal kerajaan dan mereka semua adalah ksatria yang mungkin akan kehilangan posisi mereka karena kasus penculikan Flora.
Keributan dari kasus penculikan Flora dimulai kemarin.
Keluarga kerajaan Beltrum mengadakan ritual setiap musim semi untuk berdoa demi kemakmuran kerajaan. Flora ditunjuk sebagai peran penting sebagai pendeta yang bertugas melakukan ritual itu.
Menurut tradisi, upacara penyucian dilakukan sebelum ritual. Untuk melakukan itu, Flora harus mengunjungi mata air di tanah suci kuno pinggiran kota. Tetapi, siapa pun dilarang untuk memasuki tanah suci itu kecuali pendeta dan pelayannya selama upacara. Namun, kali ini—kebiasaan itu menjadi bumerang.
Pengawal Kerajaan mengepung tanah suci dengan keamanan yang tinggi, tetapi mata air itu terletak di hutan dan penculik berhasil menyelinap melalui celah keamanan mereka. Penculikan Flora adalah kesalahan pengawal kerajaan yang bertanggung jawab atas keamanan lokasi dan ksatria di pusat keamanan—dengan kata lain, para ksatria yang berkumpul di ruangan tersebut bersama Rio.
Pada saat ini, Charles berada dalam bahaya akan kehilangan posisinya sebagai wakil komandan pengawal kerajaan. Khawatir akan hasil itu, dia sekarang putus asa untuk memulihkan kehormatannya yang dipermalukan dan secara paksa mengambil tugas interogasi dari penyelidik yang ditugaskan oleh Vanessa—untuk memaksa interogasi itu demi kebaikannya. Dia siap untuk memutarbalikkan kebenaran dengan satu atau dua tuduhan palsu jika sampai pada itu ...
Semua itu demi meringankan hukumannya sebanyak mungkin.
Karena pengakuan dianggap sebagai bukti tak terbantahkan di bawah sistem peradilan Beltrum, pengakuan akan menjadi bukti yang cukup untuk menghukum kejahatan. Jika Charles dapat membuat Rio memberikan kesaksian yang menguntungkan para ksatria selama interogasi dan mengulanginya di depan Raja sebelum vonisnya, maka kesalahannya akan terbukti.
Meskipun Flora bangun dan bersaksi jika Rio telah menyelamatkannya, tidak akan ada yang membatalkan hukuman bersalah Rio. Ini membuktikan seberapa kuat pengakuan dianggap sebagai bukti. Rio adalah bocah berusia tujuh tahun—dengan sedikit rasa sakit dan rasa takut, dengan mudah membengkokkan pengakuannya sesuai keinginan mereka, itulah yang dipikirkan Charles.
Sayangnya, Rio lebih memiliki daya tahan yang cukup dan keberanian daripada yang ia harapkan, benar-benar mengacaukan rencananya. Biasanya, interogasi tidak memiliki batas waktu ... Tapi kali ini berbeda. Pentempuran itu melawan kapan Flora akan terbangun.
Jika Flora mengkonfirmasi jika Rio adalah orang yang menyelamatkannya, Rio akan menjadi penyelamat Flora, kasus penculikan masih belum terpecahkan dan Charles tidak akan bisa lagi melakukan interogasi dengan penyiksaan. Jika itu terjadi, satu-satunya fakta yang tersisa adalah bahwa Charles secara paksa menyiksa penyelamat keluarga kerajaan, membuat situasinya berubah menjadi lebih buruk, daripada menjadi lebih baik.
Itulah sebabnya dia menjadi sangat tidak sabar. Flora bisa siuman kapan saja dan hanya tinggal menunggu waktu sebelum mereka menemukan interogasi yang terjadi di ruangan ini..
Dia harus membuat Rio mengakuinya sebelum itu, apapun yang terjadi.
“ ... Bawakan aku Kerah Kepatuhan.” perintah Charles, dengan suara rendah.
Ksatria di sekitarnya tersentak.
“I-Itu kejahatan besar menggunakan Kerah Kepatuhan pada tersangka tanpa izin!” salah satu ksatria lainnya tergagap.
Kerah kepatuhan adalah artefak ajaib yang mengikat kehendak pemakainya dan memaksa mereka mematuhi perintah pemilik terdaftar mereka. Jika pemakai menolak perintah, pemilik dapat mengucapkan kalimat untuk menimbulkan rasa sakit yang luar biasa pada tubuh pemakainya.
Terlebih, karena artifak tersebut memiliki sejarah disalahgunakan untuk niat jahat, ada hukum nasional yang ketat dalam penggunaannya. Undang-undang semacam itu termasuk pemakainya yang terbatas pada budak atau penjahat dan penggunaannya harus dilaporkan pada pemerintah.
Charles, yang kehilangan akal sehatnya, menentang aturan.
“Diamlah! Diam saja dan lakukan apa yang a—“
Tepat ketika Charles berteriak, pintu ke ruang bawah tanah terbuka. Terkejut, semua ksatria di dalam ruangan berbalik menghadap sumber suara. Di dekat pintu yang baru saja terbuka berdiri Vanessa Emerle, ksatria perempuan yang mengantar Rio ke kastil. Dia melihat keadaan ruangan tersebut lalu mengerutkan alisnya.
“Apa yang kau lakukan, Arbor-sama?” tanyanya, dengan suara geram.
“ ... Interogasi resmi oleh otorits wakil komandan pengawal kerajaan.” Charles hampir tersandung saat berbicara, tetapi dia segera menjawab, jawaban yang berani dan diperhitungkan.
“Aku menugaskan salah satu bawahanku sendiri untuk penyelidikan.” Vanessa keberatan.
“Orang itu memiliki misi lain. Aku tidak memiliki misi dan mengambil alih sebagai gantinya.”
“ ... Apa ada kebutuhan seorang wakil komandan pengawal kerajaan secara pribadi mengambil alih penyelidikan ini?”
“Karena penyelidikan ini sebagian karena kesalahanku. Aku merasakan kewajiban untuk itu. Apakah ada masalah dengan itu?” tanya Charles, acuh tak acuh.
“Aku yakin sudah mengirinkan pesan agar bocah itu diperlakukan dengan lembut, karena ada kemungkinan dia memang penyelamat Flora-sama.” Vanessa memandangi Rio yang tergantung di udara.
“Hmph. Sesuatu seperti itu mungkin telah disebutkan. Tetapi, aku sangat curiga bocah ini terlibat dalam penculikan Yang Mulia.” ucap Charles, pura-pura tidak tahu.
“Apa kau punya bukti kejahatan di luar pernyataannya?”
“Aku hanya menyimpulkan dari bukti yang ada. Kemungkinan selalu ada, bukan begitu?”
“ .... Benar, tapi bukankah kau harus menunggu sampai Flora-sama bangun?” Vanessa bertanya.
“Kami akan setuju untuk tidak setuju dengan itu. Atau kau ingin bilang aku tidak bisa menentang penyelamat Yang Mulia? Itu hanya akan membuat kebenaran semakin sulit diungkap.”
[ Itu hanyalah alasan satu demi satu. Dia benar-benar tahu caranya berbelit-belit. ] Pikir Vanessa...
“ ... Yah, tampaknya dia memang penyelamat Flora-sama. Apa kau menemukan koneksi dengan penculik itu?”
“Beruntung sekali, dia sepertinya tidak terlibat. Lagipula Yang Mulia pasti akan sangat marah jika dia menemukan penyelamat Yang Mulia adalah penjahat. Oh, sungguh sebuah berkah.” kata Charles dramatis, dengan kegembiraan yang berlebihan.
Vanessa memiliki beberapa hal yang ingin ia tanggapi, tetapi mempertanyakannya di sini hanya akan menghasilkan alasan yang lebih mengelak. Dia harus menulis laporan kepada atasannya nanti—mereka bisa menanganinya.
“Kalau begitu aku ingin kau menghentikan interogasinya di sini. Penyelamat Flora-sama seharusnya tidak diperlakukan dengan kasar. Yang Mulia ingin bertemu dengannya.”
“Baiklah, aku akan dengan senang hati turun di sini. Hei, lepaskan belenggunya.” perintah Charles. Para ksatria segera melepas belenggu Rio.
Tanpa energi yang cukup untuk berdiri, bocah itu terjatuh ke lantai.
“Kami akan pergi sekarang. Lagipula, aku punya hal lain yang harus kulakukan.”
Dengan kata-kata itu, Charles dan para ksatria lainnya meninggalkan ruang bawah tanah. Hanya tersisa hanyalah Vanessa dan Rio.
“ ... Maafkan aku. Aku akan memanggil penyihir yang dapat menggunakan Cura segera.” kata Vanessa, sambil mendekati Rio, yang sedang terbaring telungkup.
“Apa kau bisa berdiri?”
Rio mengabaikan suara Vanessa dan mencoba bangkit.
“Ugh ....”
Rasa sakit yang luar biasa menjalar di sekujur tubuhnya, menyebabkan Rio langsung jatuh ke tanah lagi.
“Jangan memaksakan dirimu. Tulangmu mungkin ada yang patah. Aku akan membawamu, jadi diam saja—“ ucap Vanessa, mengulurkan tangan ke Rio dengan hati-hati.
“Jangan ... Sentuh aku ...” Rio menampar tangannya.
Vanessa terhenti, menatap tangannya terkejut.
“Umm. Maafkan aku. Aku akan memanggil penyembuh ke sini, jadi tunggulah di sini.” Dengan Ekspresi bermasalah, Vanessa meninggalkan ruang bawah tanah.