Forty-Ninth Chapter : Iridescent Collar

 

Tanpa disangka, pertarungan simulasi itu berada pada level yang sangat tinggi, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dan tidak butuh waktu lama, diskusi tentang pertandingan Alus dan Elise menyebar ke seluruh Institut. Banyak murid yang menjadi saksinya, jadi hal itu melebihi rumor belaka. Tidak ada yang bisa Alus lakukan selama sisa hari pertama festival, jadi Alus kembali ke labnya. Namun keesokan harinya, belum ada tanda-tanda keributan itu akan mereda. Meski begitu, Alus tidak bisa melepaskan pekerjaan menjadi anggota keamanan yang dirinya terima. Sebagai Peringkat No. 1, tidak peduli seberapa merepotkan hal itu, meninggalkan misinya karena hal semacam itu akan mempengaruhi martabatnya. Namun, mau tak mau Alus merasa sulit melakukan apapun dengan semua mata tertuju padanya.

 

Alus tahu betul bahwa masalah sering datang pada saat seperti ini. Sekarang sudah tengah hari di hari kedua Festival Kampus. Alus terus memperhatikan kios-kios yang berjejer di depan gedung utama. Alsus sangat antusias dengan misi keamanannya.

Aku sudah menguatkan tekadku, tapi ini......

 

Posisi peringkat tertinggi adalah posisi yang sulit. Sikap para murid itu yang berhati-hati terhadapnya dan menjauhinya akan baik-baik saja. Hal itu masih sesuatu yang Alus anggap sebagai suasana damai. Namun hari ini jelas tidak normal. Hal pertama yang Alus perhatikan adalah kerumunan orang di depan gedung utama. Alus tahu para murid itu bukan sekadar pengunjung biasa dari fakta bahwa mereka tidak bergerak di sepanjang jalur utama. Kadang-kadang para murid itu berhenti dan mengirimkan pandangan penuh arti ke arahnya; di lain waktu mereka berbisik satu sama lain dan berjalan bolak-balik dengan sikap curiga. Alus mengerti apa yang sedang terjadi, dan bayangan menutupi wajahnya. Alus merasakan awan gelap berkumpul di masa depannya. Jumlah keseluruhan pengunjung tidak banyak berubah sejak hari pertama, namun area di sekitarnya jelas memiliki jumlah orang yang luar biasa banyak. Tentunya penyebabnya adalah Alus sendiri.

 

Kupikir pikir aku berhasil melakukannya dengan cukup baik, tapi kurasa aku masih mendapatkan akibatnya.

Alus memaksa pipinya yang berkedut untuk berhenti dan menahan keinginannya untuk mengeluh. Keinginannya untuk setidaknya menyelesaikan tugas keamanannya mulai terlihat bermasalah.

 

Semua yang aku lakukan di hari pertama, membantu orang lain selama beberapa jam pertama dan kemudian menyelesaikan beberapa masalah di kelasku sendiri..... tidak, itu karena harga hadiahnya terlalu mahal, jadi kurasa akulah yang menyebabkan masalah itu? Dan lalu..... ada juga memandu seseorang keliling Institut dan makan siang bersama Feli..... yang mungkin tidak masuk hitungan. Yang berarti.....

 

"Pertarungan simulasi" melawan Elise di akhir, dan diskusi berikutnya dengan Kepala Sekolah setelahnya sangatlah buruk. Felinella sebenarnya bertanya pada Alus apa Alus yakin akan bertugas hari ini, namun Alus tetap memaksakan diri. Selain harga dirinya, Alus memiliki tingkat penyelesaian seratus persen dalam misi, jadi Alus pikir ini akan menjadi misi yang mudah, namun sepertinya kehadirannya membuatnya lebih merepotkan.

 

Apa yang harus dilakukan...

Para murid yang bercampur dengan kerumunan menatapnya dengan lebih tertarik dari sebelumnya. Tatapan mereka semacam rasa iri, atau kekaguman. Pertandingan luar biasa kemarin memberikan para Magicmaster pemula itu—yang tidak dapat membayangkan potensi sihir yang tak terbatas—sebuah gambaran sekilas tentang apa yang mampu dilakukan oleh seorang Magicmaster kelas satu.

 

".....Yah, menurutku mustahil menyembunyikannya."

Alus menghela napas, dan menjauh dari depan gedung utama. Dan ketika Alus melakukannya, para murid mengikutinya seperti anak ayam yang mengikuti ibu mereka. Dengan antrian aneh di belakangnya, Alus berjalan menuju teras kafetaria. Karena area terasnya cukup luas, Alus berpikir setidaknya dia punya ruang untuk dirinya sendiri. Itu menempatkannya agak jauh dari gedung utama yang paling banyak dilalui lalu lintas orang-orang, namun mau bagaimana lagi. Namun, bahkan ketika Alus sampai di teras dan duduk di kursi terdekat, situasinya tidak berubah sama sekali.

 

Alus merasakan sakit kepala datang. Bahkan sekarang dia bisa mendengar rumor yang dibisikkan di latar belakang. Mereka yang terlibat dalam kerumunan murid-murid yang sedang berbisik itu telah menyaksikan kejadian kemarin, atau mendengar rumor tentangnya, dan ingin dekat dengannya dengan cara tertentu. Jika memungkinkan, mereka pasti ingin memastikan kemampuan dan peringkat Alus itu. Banyak yang mungkin ingin menjalin hubungan dengannya, atau setidaknya menerima nasihat tentang sihir darinya. Namun itulah hasil yang paling tidak diinginkan Alus. Dia ingin menghindari dianggap sebagai pahlawan oleh orang-orang acak yang wajahnya bahkan tidak dia kenal dan membuat mereka menaruh ekspektasi yang tidak masuk akal padanya. Alasan mereka tetap dekat namun tidak terlalu dekat adalah karena keragu-raguan mereka sendiri. Mereka tidak tahu sikap apa yang harus diambil terhadap seseorang yang kemarin merupakan teman sekelas mereka atau murid tahun pertama itu, dan yang kini tiba-tiba menjadi pusat perhatian. Mereka tidak bisa memperlakukannya seperti yang mereka lakukan sampai kemarin, namun tiba-tiba menyanjungnya ke langit terasa aneh juga. Namun ada seorang pejuang yang tak kenal takut di antara mereka. Alus tahu betapa kuatnya keinginan gadis itu hanya dengan melihat ekspresinya.

 

"Halo, Alus. Aku yakin ini pertama kalinya aku menyapamu dengan baik."

Rambut pirangnya berayun saat gadis itu berjalan dan berhenti di depan kursi Alus. Gadis itu memiliki poni pendek, namun itu tidak membuat tampilannya tampak seperti  anak-anak. Sebaliknya, poninya itu menekankan fitur wajahnya yang cantik. Berbeda dengan para murid yang hanya mengamati dengan agak terintimidasi, gadis itu menatap lurus ke arah Alus dengan kilatan kuat di matanya. Alus ingat Tesfia menyebutkan bahwa gadis itu pindah setelah Turnamen Sihir Persahabatan. Intuisinya memberitahunya bahwa gadis itu tidak bisa dianggap enteng.

 

"Namaku Lilisha Ron de Rimfuge Frusevan."

Gadis itu dengan berani memperkenalkan dirinya dengan senyum anggun. Berdasarkan panjang namanya, terlihat jelas bahwa gadis itu adalah bangsawan. Tidak hanya rapi dan bersih, gadis itu juga memiliki suasana yang menarik perhatian laki-laki. Setiap kali tubuhnya bergerak sedikit, aroma manis keluar, menciptakan suasana yang menggoda. Kehadirannya yang kuat tidak hanya datang dari kecantikannya namun juga dari cara seragamnya ditata.

 

"Ya, senang bertemu denganmu, Rimfuge-san..... atau haruskah aku memanggilmu Frusevan-san?"

 

"Kamu pasti sedang bercanda. Kamu tidak hanya dekat dengan putri Keluarga Fable, tapi juga dengan Puppet Orchesis dari Keluarga Socalent itu, benar? Aku takut memikirkan apa yang mungkin terjadi jika kamu hanya memberikan perlakuan khusus padaku..... jadi tolong, panggil saja aku dengan Lilisha saja. Kita berada di tahun yang sama, jadi pertimbanganmu tidak diperlukan."

Meskipun ini adalah pertemuan pertama mereka, Lilisha tersenyum anggun saat dirinya merasakan kecanggungan pada Alus yang tidak seperti Alus yang biasa. Dan Lilisha dengan terampil melanjutkan pembicaraan. Namun Alus merasa itu mencurigakan. Seperti itu semua hanya akting..... Alus dengan cepat menyadari bahwa senyuman gadis itu bukan untuknya, namun untuk para murid lain di sekitar mereka.

 

"Kamu sepertinya absen sebelum Festival Kampus. Apa kamu mungkin sakit?"

Alus pernah mendengar ungkapan serupa sebelumnya. Dan Alus telah melalui pengalaman sulit dengan Tesfia, jadi sudah sepantasnya menjawab hal itu tanpa kesalahan. Lilisha sudah menjadi orang yang harus diwaspadai. Untuk seorang murid normal, anehnya gadis itu akrab dengan keadaan Alus. Gadis itu mungkin memiliki informasi dari militer, namun Alus merasa gadis pirang ini memiliki kekuatan untuk menghancurkan kehidupan sehari-harinya yang sudah sebagian hancur.

 

Mungkin aku harus mengungkitnya seperti yang pernah disarankan Loki?

Pikir Alus, di sela-sela obrolan santai mereka, namun Alus tidak boleh melakukan apapun secara gegabah di depan para murid lain. Lebih penting lagi, ada sesuatu yang mengganggunya. Akhir-akhir ini, rasanya seperti gadis itulah yang menjadi pusat rumor-rumor itu. Dan tentunya, bukan karena gadis itu adalah orang yang diminati. Bahkan, gadis itulah yang memulai rumor tersebut. Kecepatan penyebaran rumor yang belum dikonfirmasi tentunya sangat cepat. Namun di sisi lain, orang-orang akan kehilangan minat dengan cepat. Namun belakangan ini, informasi dan topik baru akan segera bermunculan kembali, sehingga suasana aneh tidak pernah sepenuhnya mereda. Dan Alus curiga Lilisha-lah sumber semua itu. Alus tidak tahu dari mana Lilisha itu mendapatkan informasinya, namun gadis itu selalu menjadi penyebar berita utama. Dan Lilisha bahkan mengambil inisiatif untuk bergosip dan meningkatkan suasana hati di Institut.

 

"Ya, mungkin aku terlalu bersemangat selama Turnamen Sihir Persahabatan, jadi aku merasa tidak enak badan setelahnya."

 

"Apa kamu mungkin terluka? Aku kebetulan kenal dokter yang bagus."

 

"Tidak perlu, aku sudah lebih baik sekarang. Kamu tidak perlu berbicara dengan sopan. Kita ini teman sekelas."

 

"Ya, itu benar. Jika kita hanya teman sekelas, tidak akan ada masalah. Dan aku tidak perlu datang dan memperkenalkan diri."

 

"..........."

Kata-kata Lilisha itu sugestif dan tiba-tiba, mungkin mengandung kebanggaan dan arogansi kaum bangsawan. Alus ragu-ragu bagaimana menjawabnya sejenak. Saat Alus melakukannya, Lilisha dengan anggun membungkuk dan mendekatkan bibirnya ke telinganya.

 

"Apa kamu mungkin bosan dengan.... pekerjaan militer?"

Lilisha berbisik manis, nadanya bersimpati. Namun, kata-kata itu memiliki kesan yang dalam di benak Alus.

 

Jadi begitu.

Pada saat yang sama Alus merasakan beban turun dari bahunya. Agak menyebalkan bagi Alus karena harus menyamar sebagai pelajar. Dalam hal ini, Alus tidak perlu terlalu ramah dan menahan diri. Mengabaikan kebisingan di sekitarnya sejenak, Alus mengirimkan tatapan dingin ke arah Lilisha. Lilisha menerima tatapan dingin Alus itu sambil tersenyum, dan perlahan mengangkat tubuhnya. Gadis itu mempertahankan senyumannya, namun Alus melepaskan topeng palsunya.

 

"Aku bahkan tidak mencoba untuk terlibat dengan kalian, jadi mengapa kalian terus ikut campur dalam urusanku? Bagaimana tepatnya aku memandang matamu yang diliputi oleh kesombongan seorang bangsawan itu?"

 

"Ara, tolong jangan katakan itu. Dari sudut pandang pribadi, aku bukan musuhmu."

 

"Tapi kau juga bukan sekutuku, kan?"

 

"Hmm. Agak mengejutkan melihatmu memperlakukanku dengan begitu kejam...."

Senyum Lilisha tiba-tiba berubah menjadi gelisah. Ekspresinya seperti seorang murid perempuan lemah yang mengundang rasa kasihan.

 

"Ini pertemuan pertama kita..... dan menurutku aku tidak melakukan apapun yang membuatmu tidak menyukaiku..... jika aku melakukan sesuatu yang menyinggung perasaanmu, maka....."  Seluruh suasana tampak berubah seiring dengan perubahan yang terjadi saat Lilisha itu berbicara.

 

"Tipuan seperti itulah yang aku tidak suka. Menggunakan metode licik itu secara alami seperti bernapas, dan kau bahkan tidak merasa segan untuk menggunakannya.... itu sebabnya aku harus menggunakan kekuatan apa yang aku punya."

 

Mendengar nada suara Alus yang penuh rasa jijik dan pasrah, Lilisha mendongak dan tersenyum anggun.

"Ini bukan tentang kebangsawanan, melainkan etiket seorang perempuan. Tapi aku merasa sudah sedikit memahamimu. Aku pikir kita akan bisa 'Akrab'."

 

Sebelum Alus sempat bertanya apa yang gadis itu bicarakan, Lilisha memutar tubuh halusnya. Dengan membelakangi Alus, gadis itu melirik ke arah para murid yang mengamati dan membungkuk. Gerakannya anggun dan halus, dan meskipun para murid laki-laki itu terlihat tidak setuju, para murid perempuan itu tidak memandangnya terlalu baik. Hal itu tidak seperti Lilisha itu lebih unggul dalam hal itu, namun karena Lilisha itu memonopoli kesempatan untuk mendekati Alus. Tanpa mempedulikan semua tatapan itu, Lilisha mengeluarkan kertas dari sakunya dan membacanya dengan suara yang jelas.

"Alus Reigin telah menggunakan mantra yang mirip dengan mantra tabu, yang dilarang untuk digunakan, selama pertarungan simulasi di tempat pelatihan Institut Sihir Kedua. Hal ini tidak hanya mengejutkan dan membahayakan para murid, namun juga mengundang kekacauan di Institut dan mengganggu ketertiban. Oleh karena itu, Alus Reigin dengan ini ditempatkan sebagai tahanan rumah sementara. Dari Kepala Sekolah Institut Sihir Kedua, Sisty Nexophia." Lilisha menyatakan dengan lantang atas nama Kepala Sekolah.