Keduanya benar-benar membuang waktu dengan begitu saja sampai malam tiba, dan Alus tiba di Kantor Kepala Sekolah bersama Loki. Bau alkohol menyengat hidung Alus bahkan sebelum memasuki ruangan. Jika ada guru yang melihatnya seperti ini, Sisty akan kehilangan wibawanya. Saat Alus menatap mereka berdua dengan tatapan dingin, Loki mulai membuka ventilasi ruangan.
"....Betapa mudahnya Kepala Sekolah itu mendapatkannya jika dia bisa minum-minum di tengah Festival Kampus. Aku sendiri punya banyak pekerjaan di bidang keamanan."
Alus memulai dengan ucapan sarkastik saat dirinya melangkah ke ruangan berbau busuk itu. Namun, Sisty dan Lettie sepertinya tidak memperdulikan hal itu. Bagaimanapun, mereka sedang bersenang-senang. Sarkasme apapun tidak akan sampai kepada mereka.
"Mouu, kamu tahu akan jauh lebih mudah bagiku jika kamu bekerja lebih keras."
Sisty menolak dengan lemah. Dari kelihatannya, Sisty tidak bisa mengimbangi Lettie, yang pernah bertugas di militer. Kemerahan telah menyebar dari wajahnya hingga ke tulang selangkanya. Itu adalah pemandangan yang sensual, namun Sisty benar-benar menjadi lemah selama Festival Kampus. Mungkin Sisty benar-benar stres. Alus melibatkan Sisty selama insiden Elise itu, jadi Alus tidak bisa terlalu menyalahkannya. Jika Alus tidak bisa membuat mereka berdua mengatakan alasan mereka berdua itu memanggilnya, kunjungannya akan sia-sia. Namun ketika Alus melihat ke orang lain di ruangan itu…..
"Hmm, kurang lebih aku bisa menebaknya.... apa persiapannya sudah selesai, Lettie?"
"Mereka sempurna. Itu sebabnya aku datang menjemputmu, Allie."
Kata Lettie sempoyongan saat berdiri, bicaranya tidak jelas.
Lettie melingkarkan lengannya di leher Alus dan mendekatkan wajahnya. Lettie tidak lebih dari seorang pemabuk yang mengganggu, namun selain beban yang terasa di pundaknya, Alus tidak menganggapnya terlalu mengganggu. Alus tahu Lettie adalah seorang gadis yang mudah tersinggung, dan tidak akan ada habisnya jika Alus bereaksi terhadap setiap hal kecil. Loki menatap mereka dari sisi lain ruangan, namun Alus tidak bisa membaca apa yang dipikirkan Loki itu. Alus pikir Loki tidak akan senang melihat Lettie menutupi tubuhnya, namun ternyata tidak, karena Loki memberinya tatapan penuh arti. Tampaknya hal itu ada hubungannya dengan pakaian Lettie, dan ketika Alus melihatnya lagi, Alus menyadari bahwa Lettie tidak mengenakan seragam militernya yang biasa. Namun hanya itu saja. Karena tidak tahan, Loki angkat bicara.
"Lettie-san, kemarilah sebentar. Aku yakin kamu akan bisa menunjukkan kepada Alus-sama dengan lebih baik seperti itu."
Loki melepaskan Lettie dari Alus. Saat Loki melakukannya, Lettie bertanya-tanya apa sebenarnya yang harus dirinya tunjukkan pada Alus.
"Oh, ya."
Kata Lettie, seolah-olah dia sudah melupakan semuanya. Meraih roknya, dia berputar.
".....Bagaimana kelihatannya?"
Dengan postur yang agak genit, Lettie dengan polosnya tersenyum pada Alus. Pipi Lettie memerah mungkin karena minum-minum sebelumnya, namun tidak diragukan lagi, Lettie memang terlihat cantik.
"......."
Alus dalam diam mengamatinya. Setidaknya Alus bisa membedakan antara pakaian laki-laki dan perempuan. Dan Lettie pastinya memakai pakaian yang modis. Yang artinya.... bahkan Alus langsung mengetahui jawaban yang benar. Hal itu sederhana ketika kalian memahaminya. Melihat kembali ke wajah Lettie, Alus melihat mata perempuan itu yang penuh harap. Namun mengapa para perempuan justru memaksa lawan jenisnya dengan sikap diam mereka untuk memberikan jawaban yang mereka inginkan di saat seperti ini? Memberinya jawaban itu akan menyelesaikan segalanya dengan damai, namun karena Alus tahu seperti apa Lettie biasanya, kata-kata jujur apa pun akan tersangkut di tenggorokannya.
".....Y-Ya, i-itu cocok untukmu..... juga...."
Alus melirik Loki. Alus bertanya-tanya apa boleh mengucapkan kata-kata sulit yang sama seperti yang terpaksa Alus ucapkan pada Loki itu, kepada Lettie juga. Loki hanya menutup matanya dan mengangguk. Loki telah memberikan persetujuannya.
"Ya. Menurutku kamu terlihat sangat cantik?"
"Ara....?!"
Bukan Loki atau Lettie yang bereaksi, namun Sisty. Sisty masih mabuk seperti biasanya, namun matanya terbuka lebar karena terkejut. Saat berikutnya, Sisty tampak terharu, seolah bersukacita atas pertumbuhan anaknya sendiri. Adapun Lettie sendiri....
"Haha, mungkin akulah yang bertanya, tapi ini sedikit memalukan."
Kegembiraan terlihat jelas di sekujur tubuhnya, dan Lettie meremas kain roknya. Lettie memanfaatkan keadaan mabuknya untuk bertanya, namun sebenarnya dia sedikit gugup. Memang, dia hanya mabuk secara kelihatannya. Kenyataannya, dia tidak bisa mabuk sepenuhnya. Dari sudut pandang Sisty, sikap kekanak-kanakan ini merupakan keistimewaan anak muda. Loki, berdiri di belakang Lettie, mengarahkan senyum kagum ke arah Alus. Mungkin Loki mempunyai pemikiran yang sama dengan Sisty, meskipun Loki tampak sedikit tidak yakin pada dirinya sendiri.
Alus memikirkan banyak hal, sambil menyaksikan semua ini. Wajah orang-orang biasanya terlihat tegang setiap kali dirinya mengatakan sesuatu, namun belakangan ini hal itu sudah berkurang. Institut berbeda dari militer, yang memiliki suasana yang jauh lebih suram. Di sanalah berkumpulnya orang-orang yang ingin melindungi negara. Namun pada kenyataannya, dunia ini hanya orang yang memiliki keinginan kuat saja yang bisa bertahan. Ada juga sisi buruknya di mana orang akan saling menahan dan menendang satu sama lain jika ada celah. Alus mengira itu adalah tatanan alam, namun kesannya berubah setelah datang ke Institut. Hal itu menyadarkannya bahwa berada dalam keadaan damai adalah sebuah berkah. Tempat itu adalah dunia yang hanya terdiri dari hal-hal indah. Alus tidak bisa melupakan Dunia Bagian Luar, namun sebagian dari dirinya mulai terbiasa dengan hal-hal seperti obrolan kosong.
Kesadaran itu mungkin bukan sesuatu yang unik baginya. Lettie dan Sisty yang mabuk bukanlah sesuatu yang bisa mereka lakukan di militer atau Dunia Bagian Luar. Hal itu adalah bentuk relaksasi. Hal itu seperti Alus sedang melihat dirinya sendiri dari atas, memperhatikan dirinya sendiri saat dia menikmati kehidupan sehari-hari yang damai ini. Seperti melihat dirinya di cermin..... siapa yang asli dan siapa yang palsu? Alus ingin bertanya pada dirinya sendiri siapa dia. Alus sadar bahwa tidak ada tempat yang sempurna baginya di dunia kecil kebahagiaan, namun tetap saja, Alus berharap bisa membenamkan dirinya di dalamnya dengan sepenuh hati. Alus merasakan bagian-bagian dirinya yang bertentangan menariknya terpisah. Kesadaran Alus, yang terjebak dalam pemikiran tersebut, tiba-tiba muncul ke permukaan saat kata-kata Loki sampai ke telinganya.
"Omong-omong, Lettie-san.... Alus-sama masih menjalani kehidupan sebagai murid normal di Institut. Jadi aku ingin kamu menghindari masalah seperti itu."
Kata Loki. Lalu Alus tiba-tiba teringat ada sesuatu yang ingin dirinya keluhkan.
"Itu jadi mengingatkanku. Fia yang tidak memikirkan apapun adalah hal biasa, tapi Lettie, kamu seharusnya tahu akan ada keributan jika kamu muncul tiba-tiba di sini. Dan yang terpenting, kamu mengambil waktuku yang berharga."
Kata Alus. Sisty menatap Alus dengan pandangan protes, meski Sisty tahu kehidupan Alus sudah mulai berantakan.
"Asal tahu saja, sekolah ini adalah tempat belajar, bukan tempat untuk beristirahat."
Ucap Sisty dengan ekspresi cemberut. Sisty memukul mejanya. Seperti yang diharapkan, Sisty masih mabuk, namun karena tidak ada hal baik yang didapat jika berinteraksi secara sembarangan dengannya, semua orang mengabaikannya.
"Ya, aku minta maaf karena menyebabkan sedikit keributan. Itu sebabnya, umm, aku tidak punya apa-apa untuk ditawarkan sebagai permintaan maaf, tapi kamu bisa mengambil salah satu barang yang kubeli."
Kata Lettie. Alus melirik warung makanan dan jajanan di atas meja, namun sebagian besar sudah habis dimakan, hanya menyisakan sedikit. Begitu Lettie menyadarinya, dia segera mundur.
"K-Kalau begitu, bagaimana kalau aku saja? Serang sekarang dan kamu bahkan akan mendapat bonus." Kata Lettie dengan tidak jelas.
"Aku tidak butuh itu."
Alus tidak tahu seberapa banyak hal konyol yang dibicarakannya karena efek alkohol itu, namun Alus langsung menolaknya. Setelah ditepis, Lettie menempel pada Alus dengan ekspresi sedikit terluka dan mencoba lagi dengan suara memohon.
"Umm.... kamu.... serius?" Tanya Lettie.
"Aku akan menghentikan kalian saat itu juga, kalian tidak bisa berbuat hal mesum di depan kepala sekolah!"
Meski mabuk, sepertinya Sisty masih punya akal sehat dan tidak akan membiarkan hal seperti ini terus berlanjut. Namun, kata-kata Sisty yang berikutnya telah mengkhianati harapan tersebut.
"Lakukan saja itu secara sembunyi-sembunyi!!"
Kata Sisty. Bahu Loki bergerak-gerak.
Oh, jadi itu tidak masalah.
Pikir Loki dalam hati, sambil mencatatnya dalam hati. Bagaimanapun, sepertinya ini adalah tipuan lama Lettie ketika menggoda orang-orang yang lebih muda darinya. Ekspresi Lettie dengan cepat berubah menjadi serius.
"Selain itu, apa memang ada keharusan untuk menyembunyikan peringkat atau kemampuan Allie lagi? Bukankah lebih mudah jika mengungkapkannya ke publik?"
Tanya Lettie. Alus bisa mengerti ke mana tujuan Lettie. Alus tidak terlalu memikirkan betapa sulitnya menyembunyikan identitasnya, atau apa konsekuensinya. Namun, hal itu adalah saran Berwick dan tidak ada pilihan bagus lainnya pada saat itu. Alus tidak menyangkal bahwa dirinya bermimpi untuk berbaur dengan para murid lain sambil merahasiakan identitasnya. Sementara itu, Loki ingin menyetujui pendapat Lettie. Loki pikir dunia harus mengetahui kekuatan tersembunyi Alus dan pencapaiannya. Hal itu karena hal-hal itu disembunyikan sehingga orang-orang seperti Fillic yang Loki lawan di turnamen menjadi sombong. Namun meski sekarang berada di ambang kehancuran, hari-hari damai yang Loki habiskan bersama Alus penuh dengan kegembiraan.....
Loki memutar otaknya saat memikirkan hal itu, namun segera mempertimbangkan kembali dan mengangkat kepalanya. Loki sudah mendapatkan jawabannya. Loki akan menyerahkan segalanya pada keinginan Alus sendiri. Yang harus Loki lakukan hanyalah mendukung Alus dalam keputusan apapun yang Alus akan buat. Akhirnya Sisty angkat bicara.
"Aku keberatan. Institut ini tidak memperlakukan para muridnya secara berbeda berdasarkan peringkat atau status mereka. Merupakan pelanggaran terhadap kebijakan untuk mengumumkan bahwa Alus sebenarnya adalah seorang Single Digit dan saat ini berada di Peringkat No. 1. Belum lagi hal itu akan menimbulkan banyak kebingungan. Hal ini adalah perintah Gubernur Jenderal, dan aku tidak bisa menentangnya. Alus juga sudah mendapatkan banyak perlakuan istimewa.... bukan?"
"Siapa yang bilang? Aku tidak punya kenangan apapun tentang itu."
Kata Alus. Ada insiden Elise kemarin dan kredit spesialnya, namun Alus masih merasa mendapat lebih banyak masalah daripada hal layak yang diberikan kepadanya.
"Jika aku harus mengatakannya, meskipun dokumen yang kamu berikan kepada Lilisha membantu meredakan keributan sejenak, aku kagum kamu bahkan memberiku skorsing. Aku akui itu adalah pilihan yang mudah.... tapi dokumen itu ditandatangani olehmu, bukan?" Alus menatap Sisty, dan Loki yang mengetahui kejadian itu juga memberinya tatapan menuduh.
"Ahh.... umm, ya. Aku memang mempersiapkannya, tapi kejadian itu sedikit merepotkan tahu? Setidaknya aku harus melakukan itu untuk menyembunyikan posisimu."
"Setelah pertarungan simulasi itu, kamu terdengar sangat termotivasi ketika kamu mengatakan untuk menyerahkan sisanya padamu. Dan hasilnya adalah upaya menutup-nutupi hal yang buruk ini?" Tanya Alus.
Sisty terlihat sedikit canggung mendengarnya. Secara praktis Alus telah menyelamatkan Festival Kampus itu dari kekacauan besar, namun Alus tetap dihukum, meski itu hanya formalitas.
"Yah, seperti yang sudah terjadi, aku akan pergi dari Institut untuk sementara waktu.... aku yakin kamu sudah mendengarnya dari Lettie." Kata Alus.
"Vanalis, kan."
Kata Sisty, seolah jengkel karena permintaan Alus yang tinggi itu, namun di saat yang sama Sisty lega karena Alus mengubah topik. Sebenarnya Sisty merasa sedikit khawatir.
"Ya. Jadi sementara itu, aku ingin kamu membantuku sehubungan dengan kelas dan kredit yang akan aku lewatkan. Aku juga sudah berbicara dengan Gubernur Jenderal tentang pengecualian tersebut."
Kata Alus dengan sinis, dengan nada yang sama seperti yang digunakan Lilisha ketika Alus memberi tahunya tentang isi dokumen itu. Sisty tidak punya pilihan selain tersenyum pahit dan mengangguk. Alus kemudian menekankan hal itu lebih jauh.
"Dan juga, daripada menyebutnya sebagai skorsing, aku ingin kamu menjadikannya sebagai ketidakhadiran jangka pendek sengaja dari Institut. Ya, aku yakin Fia dan yang lainnya akan datang dan mengajukan banding untuk hal yang sama." Lanjut Alus.
Sisty dalam diam mengangguk juga. Sisty tahu betapa pentingnya mendapatkan kembali Vanalis. Hal ini tidak hanya akan menjadi pencapaian yang luar biasa, namun juga akan semakin memperkuat posisi Berwick, sehingga dapat mengendalikan pihak-pihak yang berbeda pendapat.
"Dan jika hal ini berlangsung lebih lama dari yang diharapkan, kamu dapat memperpanjang ketidakhadiran itu. Omong-omong, bagaimana denganmu, Loki?"
"Tentu saja aku akan menemanimu!"
Loki langsung menjawab. Jawaban yang diharapkan. Di Turnamen Sihir Persahabatan, Alus berjanji dengan Loki untuk membawanya dalam misi apapun di masa depan. Loki sangat mampu, dan karena pengintai pada dasarnya berguna dalam situasi apapun, Alus merasa tidak keberatan.
"Baiklah, jadi lakukan itu untuk kami berdua." Kata Alus.
"Oh, rekan ekstra yang imut!" Seru Lettie.
Sisty terlihat kesusahan saat dirinya diminta menyalahgunakan wewenangnya dua kali, namun Lettie dengan senang hati memeluk Loki dari belakang, yang sepertinya sedikit menggelitiknya.
"Bolehkah aku menemanimu juga, Lettie-san?" Tanya Loki.
"Tentu saja. Kamu akan lebih bisa diandalkan daripada orang-orang di pasukanku!"
Lettie mungkin terlalu menyanjungnya. Bagaimanapun, jika menyangkut pencapaian masing-masing unit, pasukannya adalah yang terbaik di Negara Alpha. Bukan saja mereka terampil, namun teknik mereka yang diasah melalui pertarungan nyata membedakan mereka dari personel militer biasa. Pengalaman bertarung Loki yang sebenarnya mungkin tidak bisa dibandingkan. Sisty mengisi gelasnya dengan ekspresi cemberut, mencoba melarikan diri dari kenyataan, saat Alus menekankan maksudnya lebih jauh.
"Kalau begitu sudah diputuskan. Jadi urus semuanya yang kamu bisa, Kepala Sekolah." Kata Alus.
"....Tapi setelah kejadian kemarin, aku masih sedikit khawatir tentang keamanan."
Kata Sisty dengan agak gelisah.
"Kamu mungkin sudah melupakan ini, tapi aku hanyalah seorang pelajar. Kamu harus berusaha untuk tidak terlalu bergantung padaku." Kata Alus dengan sinis.
".....Bagaimana kalau tidak hanya menggunakan bala bantuan militer, tapi juga koneksi pribadimu?"
Loki punya saran, menyiratkan bahwa Sisty harus bertanggung jawab sendiri.
"Aku mungkin sudah mengatakan ini sebelumnya, tapi jangan mempercayai kata-katanya. Terutama dalam hal kekuatan bertarung. Jika sesuatu terjadi, dia hanya harus melawan sendiri." Kata Alus.
"Allie benar, Loki-chan. Perempuan tua ini masih cukup kuat untuk menjadi Magicmaster tugas aktif." Kata Lettie, menyetujui.
"Heeh? T-Tentu, menurutku dia adalah mantan Single Digit...."
Loki telah melihat sendiri kemampuan Kepala Sekolah selama insiden serangan Godma dan para bonekanya. Meski begitu, Loki tidak bisa tidak khawatir.
Bagaimanapun, bahkan di antara orang-orang yang dulunya memiliki peringkat yang sama, terdapat kesenjangan yang besar antara mereka yang dulu dan yang sekarang. Penelitian tentang sihir mengalami kemajuan setiap tahunnya, dan dengan metode latihan serta pengetahuan yang terus meningkat, kekuatan para Magicmaster meningkat di semua tingkatan. Akibatnya, Magicmaster Single Digit dari setengah abad yang lalu hanya akan berada di sekitar level Double Digit menurut standar saat ini. Loki dengan cepat berasumsi bahwa Sisty tidak terkecuali dalam aturan itu. Namun Alus memanggilnya dengan tatapan agak tegas, ingin mengoreksi pemahaman dangkal itu.
"Di situlah letak kesalahanmu. Bahkan jika dia kembali bertugas aktif, dia masih memiliki kekuatan yang cukup untuk dianggap sebagai Single Digit."
Dan di dalam lingkungan Institut, Alus tahu kekuatan Sisty semakin ditingkatkan karena sistem penghalang yang unik.
"Kekhawatiran keamanannya hanyalah alasan baginya untuk bisa bersenang-senang."
Kata Alus dengan sinis.
"J-Jadi begitu ya.... maafkan aku." Kata Loki.
"Aku tidak yakin apa aku harus senang atau marah. Jika aku harus mengatakan sesuatu..... Lettie! Siapa yang kamu panggil perempuan tua itu, hah?!"
Sisty berkata dengan marah. Lettie mengalihkan pandangannya, dan mencoba berpura-pura menghindari kemarahan Sisty itu.
"Kamu sama buruknya dengan saat kamu masih di sini!"
Sisty menghela napasnya dengan keras, merasa seperti sedang didorong oleh anak nakal. Sisty ingin memberitahunya untuk tumbuh dewasa, namun menahannya. Sisty mempertimbangkan kembali setelah berpikir bahwa sisi kekanak-kanakan Lettie adalah hasil dari semua hal yang Lettie lihat di Dunia Bagian Luar. Dahulu atau tidak, Lettie pernah menjadi muridnya. Jadi Sisty masih bisa menganggapnya lucu. Semakin merepotkan seorang anak-anak, semakin Sisty dapat menikmati pertumbuhan mereka. Bahkan sekarang, Sisty masih ingat dengan jelas kesulitan yang dirinya alami saat itu. Sejak Sisty menjadi Kepala Sekolah, belum pernah ada murid yang menyusahkan seperti Lettie, Alus tidak termasuk. Sebagai sekolah bergengsi, Institut Sihir Kedua memiliki banyak murid dari keluarga baik-baik. Sejujurnya, para murid itu dimanjakan. Lettie, sebagai sesuatu yang berbeda dari itu, tetap ada dalam ingatan Sisty itu.
"Cepat pergi, bekerjalah untuk negara."
Sisty mengusir mereka, membuat Alus dan Loki membelakanginya. Di luar sudah gelap, namun mereka masih bisa mendengar suara para murid. Saat itulah tiba-tiba Sisty berbicara.
"Loki-san, apa kamu punya waktu sebentar?"
Kepada gadis berambut perak yang sedikit terkejut itu.
"Jangan terlalu khawatir tentang hal itu. Perempuan itu mungkin sudah dewasa secara fisik, tapi dia tidak punya nyali sebanyak yang terlihat."
Sisty tidak melewatkan kesuraman yang menyelimuti perasaan gadis remaja itu. Saat Alus memuji pakaian Lettie, entah Alus mengatakannya dengan enggan atau tidak, hati Loki tidak tetap tenang. Bahkan jika itu adalah akibat dari tindakan Loki sendiri, hatinya tidak stabil. Sisty tahu itu adalah nasihat yang diharapkan dari seorang perempuan yang lebih tua, namun Sisty tetap melakukannya demi pertimbangan. Namun saat berikutnya, seseorang memaksa masuk di antara mereka berdua. Seseorang itu adalah Lettie, memegang bahu Loki dan memutarnya. Lalu Lettie menoleh dan menjulurkan lidahnya ke arah Sisty.
"Kami berangkat sekarang, Oba-san."
Seru Lettie dengan nada ceria. Angin kencang bertiup di punggung mereka. Angin itu benar-benar badai yang menghempaskan mereka.
{ TLN : お婆さん/Nenek, di sini si Lettie ngeledek Sisty }
"Oh?" Kata Alus.
"Eeek!" Kata Loki.
"Ahahaha!" Kata Lettie.
Setelah mereka berdua terlempar, Alus menoleh dan melihat Sisty tersenyum menakutkan, sambil menunjuk jari telunjuk yang Sisty gunakan untuk mengendalikan angin itu kedua perempuan itu pergi. Saat keduanya terlempar ke koridor, mereka terjatuh di atas Alus.... dari sudut pandang orang luar, tidak ada yang bisa membayangkan kalau Sisty dan Lettie itu adalah Magicmaster tingkat tinggi. Dan terutama karena mereka berdua adalah Single Digit.
"Hei, jangan sampai kami terbawa juga, Lettie." Kata Alus.
"Sisty sama seperti biasanya."
Lettie tertawa seperti anak kecil yang menemukan mainan baru, jelas menikmati pengalaman itu. Lettie sangat bersemangat. Bisa dibilang, pakaian Lettie yang sekarang sangat kusut. Setelah Loki membantu Lettie turun dari punggung Alus, Lettie merapihkan pakaiannya. Akhirnya Alus berdiri dengan tatapan masam.
"Tidak disangka dia dengan berani menggunakan sihir di dalam Institut...."
"Apa sekarang tidak boleh?" Tanya Lettie.
"Biasanya itu dilarang." Kata Alus.
Merasakan kesenjangan generasi dari kata-kata Lettie itu, Loki bertanya.
"Apa sebelumnya tidak seperti itu?"
Sebagai seniornya, Lettie dengan santai bercerita tentang masa lalu.
"Yah, aturan saat itu cukup longgar. Saat itu dia akan sering menghajarku. Terutama mengincar wajahku, padahal aku ini perempuan."
"——!! Ah, aku mengerti dia mempunyai kebijakan pendidikan yang agak ekstrim di masa lalu. Dan dia tidak terlihat seperti itu sekarang." Kata Loki.
"Aku yakin Lettie hanya melakukan hal bodoh lagi seperti kali ini." Kata Alus.
"Dan berusaha keras untuk membuat marah Kepala Sekolah." Lanjut Alus.
"Hehe, aku ketahuan."
Kata Lettie dengan bercanda. Lettie tampak sedikit bahagia. Pada akhirnya, sepertinya Lettie tidak datang jauh-jauh ke Institut hanya untuk menjalankan misi. Bagaimanapun, mereka tidak bisa terus berbicara di depan kantor Sisty itu, jadi Alus berinisiatif untuk mulai berjalan. Tubuhnya akan hancur jika dia tinggal di sini bersama seseorang yang mencoba membangunkan beruang yang sedang tidur untuk bersenang-senang.
"Kami akan mendapatkan detailnya dalam perjalanan ke sana. Kapan kamu akan berangkat?" Tanya Alus.
"Yah, sisanya tinggal menunggumu, tapi aku punya beberapa pasukan yang mendahului kita, jadi aku lebih suka jika kita pergi lebih cepat daripada terlambat."
Artinya persiapannya sudah hampir selesai, dan yang tersisa hanyalah menunggu Alus untuk bergabung. Besok adalah hari libur, jadi waktunya tepat. Bisa dibilang, waktu itu selalu digunakan untuk bersih-bersih setelah Festival Kampus. Oleh karena itu, ada banyak kelas yang ingin membereskan semuanya hari ini, sehingga mereka dapat menikmati libur sepanjang hari besok. Untungnya bagi Alus dan Loki, kelas mereka hanya perlu mengembalikan beberapa alat dan menangani sisa hadiah, yang tidak akan memakan banyak waktu. Bahkan, Alus berharap hal itu sudah selesai sekarang.
"Kalau begitu sampai jumpa besok sebelum matahari terbit di markas." Kata Alus.
"Oke." Kata Lettie.
Alus menoleh ke Loki.
"Apa kamu tidak masalah dengan itu, Loki?"
"Ya."
Jawab Loki singkat dan penuh semangat.
"Kalau begitu, kurasa kita harus kembali ke kelas kita.... pastinya akan sibuk di sana."
Sejujurnya, Alus ingin sekali tidak melakukan bersih-bersih, namun Alus tidak bisa membiarkan mereka berdua melakukan itu. Jadi Alus mengatakan hal ini pada dirinya sendiri, sambil merenungkan naik turunnya Festival Kampus.
***
Dua jam telah berlalu setelah Alus dan Loki mengantar Lettie pergi. Alus mengabaikan hukuman tahanan rumahnya dan melanjutkan pekerjaan keamanannya, dengan Loki yang membantunya. Meski aktivitas ramai di kejauhan, Lilisha sendirian di sebuah gedung di sudut Institut. Gedung ini memiliki auditorium serta beberapa ruang serbaguna. Pada saat festival ini terutama digunakan sebagai tempat pengarahan bagi wali calon murid. Pengarahan itu sudah selesai, sehingga auditoriumnya hampir kosong. Suasana hening dan tenteram menyelimuti gedung itu. Lilisha sedang berkeliaran di ruang belajar mandiri di sudut jauh gedung. Ruang itu memiliki tanda bertuliskan Dilarang Masuk Tanpa Izin di pintunya, dan tidak ada lampu di dalamnya.
Beberapa saat kemudian, cahaya redup dari layar virtual menerangi sebagian ruangan. Lilisha, yang dalam diam memasuki ruangan dan bersembunyi dari pandangan, menekan kunci virtual. Tak lama kemudian, pesan Mengirim muncul di layar. Diperlukan waktu kurang dari satu detik untuk menyelesaikan transmisi. Namun Lilisha tidak repot-repot memastikan hal ini, dia berdiri dari kursinya dan bersandar ke dinding. Lilisha mengeluarkan perangkat jenis kartu yang mirip dengan kartu lisensi dari saku dadanya, dan setelah menekan sesuatu di atasnya, dia menempelkannya ke telinganya.
Napas Lilisha itu terdengar tidak teratur, dan bahkan nada deringnya pun membuat jantungnya berdebar kencang. Saat Lilisha berdehem, nada deringnya berakhir dan dia bisa mendengar suara berisik di ujung panggilannya itu. Panggilannya itu adalah saluran pribadi, namun pihak lain menggunakan sinyal penganggu jika terjadi penyadapan. Jeda sesaat membuatnya gemetar. Butir-butir keringat mengalir di punggungnya, dan jika dia tidak menguatkan diri, kakinya akan gemetar. Selama keheningan itu, Lilisha menggigit bibirnya untuk menguatkan dirinya.
"Nii-sama.... Ya, aku berhasil berbaur. Aku melakukan kontak dengan No. 1.... Ya."
Respons pasif Lilisha itu tidak hanya menunjukkan rasa hormatnya yang kuat terhadap pihak lain, namun juga sedikit rasa takut. Mengingat cara Lilisha yang berbicara dengan Alus sebelumnya itu, sulit dipercaya Lilisha bisa menjadi begitu tegang saat ini. Akhirnya pihak lain sepertinya menyalahkannya atas sesuatu.
"Tidak.... bukan begitu...."
Kata Lilisha, dengan putus asa membuat alasan. Fokusnya sepenuhnya berada pada pihak lain dari panggilan tersebut. Lilisha sangat ingin membuktikan bahwa dirinya berharga bagi pihak lain. Lilisha memanggilnya pihak lain itu dengan sebutan Nii-sama, namun cara bicara Lilisha itu bukanlah cara seseorang berbicara kepada anggota keluarganya, melainkan kepada majikan mutlak mereka.
Lilisha meletakkan tangannya yang lain pada tangan yang memegang perangkat tipe kartu. Setiap kali Lilisha mendengar suara pihak lain yang dingin dan tanpa emosi itu, tangan dan suaranya bergetar. Pada titik tertentu, Lilisha merosot ke lantai, punggungnya meluncur ke dinding. Hal ini adalah pemeriksaan rutin mengenai misinya yang diberikan oleh keluarganya. Misi itu termasuk mengumpulkan informasi tentang Alus. Untuk mengungkap kekuatan yang menempatkan Alus di Peringkat No.1. Lilisha telah bergabung dengan pihak militer beberapa bulan yang lalu, dan menerima misi untuk mengawasi Alus dari Gubernur Jenderal, berkat dukungan keluarganya dan tindakan di belakang layar. Salah satu alasan mengapa Lilisha dipilih juga karena usianya dekat dengan usia Alus. Dia akan dapat berbaur secara alami dengan para siswa di Institut. Mampu melakukan misi rahasia untuk keluarganya bersama dengan misi militernya sangatlah mudah. Misi yang diberikan keluarganya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang insiden pertarungan simulasi, atau lebih tepatnya, penyusup yang menyerang Institut itu.
Namun, yang Lilisha harus laporkan hanyalah nama Minalis dan tidak ada yang lain. Bagaimanapun, Alus tidak akan tergelincir. Begitu Lilisha menceritakan segalanya kepada kakaknya itu, dia mendengar helaan napas kekecewaan, seolah-olah kakaknya sudah mengetahui semuanya. Bahu Lilisha menegang, namun dia dengan cepat tersadar kembali dan buru-buru mencoba menutupi kesalahannya. Lilisha menyebutkan informasi lain yang dia harap bisa bernilai.
"Pencurian yang terjadi di ruang pameran sudah terungkap. Aku sudah mengirimkan materinya."
Alus adalah orang yang menangkap para pencuri itu, namun Lilisha mendapat informasi bahwa bangsawan Negara Alpha terlibat dengan mata-mata perusahaan tersebut. Meskipun mereka adalah cabang dari Keluarga Rimfuge, Keluarga Fruseva bekerja dalam bayang-bayang untuk menjaga ketertiban dalam wilayah manusia. Tugas itu termasuk membersihkan bangsawan yang menyimpang terlalu jauh dari niat penguasa. Artinya pengumpulan informasi mengenai bangsawan patut diapresiasi.... setidaknya Lilisha percaya hal itu akan berkontribusi pada keluarganya. Ada masalah yurisdiksi dengan tentara lokal, namun jika kaum bangsawan terlibat... namun, tidak ada pujian datang dari pihak lain. Jika ada.....
"Dasar adik yang bodoh dan tidak berguna. Masalah itu sudah ditangani."
Yang bisa dilakukan Lilisha hanyalah tersentak kaget.
"Aku tidak pernah mengharapkan apapun darimu sejak awal. Membuangmu ke militer untuk sebuah misi adalah hal yang benar untuk dilakukan. Mereka akan dengan senang hati menerima kegagalan jika mereka bisa menggunakan sihir."
"N-Nii-sama, a-apa yang kamu...."
Lilisha bertanya dengan suara gemetar, matanya terbuka lebar. Namun, meski Lilisha putus asa, suara dingin itu tanpa ampun berbicara.
"Aku tidak mau mendengar apapun lagi." Dan menutup panggilan itu.
***
Begitu mereka berpisah dengan Lettie, Alus dan Loki menuju kelas mereka. Namun saat mereka tiba, beres-beres itu sudah selesai. Sulit untuk mengetahui apa ini waktu yang pas atau tidak. Tak satu pun teman sekelas mereka di kelas yang terlihat kelelahan. Namun mata mereka yang menatap Alus penuh rasa ingin tahu. Mereka pasti sudah mendengar tentang hukuman tahanan rumah Alus itu. Fakta bahwa Alus dan Loki dipanggil ke Kantor Kepala Sekolah semakin memacu imajinasi mereka.
Namun dengan bantuan Lilisha dan masalah hukuman tahanan rumah yang rumit itu, mereka mungkin merasa terlalu tidak nyaman untuk menanyakannya secara langsung. Jadi meski suasananya riang, tidak ada yang memanggil Alus dan Loki. Di tengah suasana ini, wajah familiar muncul, tampak sedikit malu. Itu adalah Alice. Dia terutama terlibat dalam pertarungan simulasi itu, namun dia juga merupakan perwakilan kelas yang terpilih. Alus dan Loki pindah ke belakang kelas, dan duduk di sana adalah seorang gadis dengan ciri khas rambut berwarna merah.
"Kerja bagus." Kata Tesfia.
"Ya.... kamu juga." Jawab Alus.
"Apa semuanya baik-baik saja?" Tesfia bertanya dengan berbisik.
"Itu baik-baik saja. Tidak ada masalah apapun." Kata Alus.
Tesfia prihatin setelah mendengar tentang hukuman tahanan rumah Alus itu, dan kemudian Alus dipanggil ke Kantor Kepala Sekolah. Dalam situasi ini, Tesfia mungkin akan pergi dan memohon kepada Kepala Sekolah seperti yang Alus katakan pada Sisty sebelumnya.
"Aku juga sedikit terkejut, tapi kami sudah membicarakannya secara matang. Itu sebabnya kamu tidak perlu melakukan apapun. Faktanya, aku seperti berhutang budi padanya. Menjadi tahanan rumah itu tidak masalah bagiku.... pokoknya, jangan coba-coba melakukan hal bodoh, oke?"
Kata Alus dan Tesfia menatapnya dengan penuh tanda tanya.
"K-Kerja bagus, semuanya."
Saat itulah Alice dengan gugup berbicara dan membungkuk dalam-dalam di podium. Mereka semua adalah teman sekelas di sini, jadi Alice tidak perlu bicara sejauh itu, namun Alice adalah tipe gadis seperti itu. Dan acara ini adalah Festival Kampus pertama mereka, dan pertama kalinya seluruh kelas berkumpul menjadi satu. Siapapun akan merasa lebih rendah hati dari yang seharusnya.
"Umm, dengan ini, Festival Kampus telah berakhir. Ada beberapa masalah yang terjadi selama ini, tapi kita dapat mengatasinya dengan kerja sama semua orang. Aku sangat berterima kasih."
Alice kesulitan dengan pidatonya, meskipun ada catatan di tangannya. Orang-orang yang melihatnya akan mengira dia bisa berbicara lebih lancar. Namun melihatnya dengan pipi memerah dan bicara tergagap entah bagaimana terasa menenangkan.
"Pemandangan yang aneh."
Bisik Alus kepada Loki, yang setuju. Alice tidak perlu memberikan pidato kepada para murid itu. Alice bisa saja membiarkan mereka pergi saja setelah itu, dan kemudian menggunakan jaringan kontak untuk mengirimkan pesan pribadi ke kartu lisensi mereka. Meski begitu, tidak ada yang mengeluh selagi mereka mendengarkan Alice berbicara. Mereka mungkin ingin menikmati perasaan pencapaian dan rasa persatuan mereka itu lebih lama lagi. Namun, kesatuan yang dirasakan para murid itu adalah sesuatu yang Alus dan Loki tidak sepenuhnya pahami. Hal itu adalah sensasi yang membingungkan, seolah-olah mereka berdua tiba-tiba terlempar ke dunia lain yang tidak mereka ketahui sama sekali. Setelah Alice selesai dengan pidatonya, ruang kelas diselimuti suasana damai saat para murid itu bersantai setelah kerja keras mereka.
Perasaan terbebaskan menimbulkan suasana semangat yang tinggi. Tidak dapat mengikuti perubahan suasana hati itu, Alice menatap ke arah para murid itu dengan senyuman samar dan menggaruk pipinya. Saat itulah muncul sosok baru, Ciel, muncul di podium. Ciel sedang memegang selembar kertas kecil, semacam catatan. Ciel naik ke panggung dengan penuh semangat, membusungkan dadanya, dan mengikuti pidato Alice dengan ekspresi gembira di wajahnya.
"Hal ini sudah diumumkan, jadi beberapa dari kalian mungkin sudah tahu.... tapi kios kita adalah daya tarik pelajar nomor satu dalam hal jumlah pelanggan terbanyak! Nah, jika kalian memasukkan evaluasi survey ke dalamnya, kita berada di posisi ketiga secara keseluruhan...."
Ciel menambahkan bahwa hadiah berharga itu mungkin merupakan nilai minus, namun para murid itu tampaknya tidak peduli, karena mereka semua bersorak. Suasana kegembiraan memenuhi ruangan dan mereka semua mulai bertepuk tangan. Intensitasnya semakin meningkat hingga menjadi seperti badai yang terdengar dari luar kelas. Pipi Alus berkedut, karena suaranya semakin keras hingga dia khawatir gendang telinganya akan pecah. Namun meskipun Alus kesulitan untuk membiasakan diri dengan suasana di Institut, dia tidak merasa terlalu tidak senang saat ini.
"Itu semua berkat hadiah dari Alus-sama." Kata Loki dalam hati.
"Jangan bilang begitu. Intinya mereka semua berkumpul dan mencapai sesuatu."
Jawab Alus sambil tersenyum masam. Hal itu tidak seperti Alus tidak mengerti apa yang ingin Loki katakan, namun Alus tidak bisa menjalankan kiosnya sendiri. Beberapa hal hanya dapat dilakukan di kelas.
"Lagipula, hadiahku itu tidak seberapa. Hadiahmu, Alice, dan Fia juga berkontribusi dalam menarik pelanggan." Malah, hadiah mereka itu adalah hadiah utama di antara para laki-laki, namun Alus memilih untuk tidak mengatakannya.
"Begitu. Ya, aku mengerti."
Jawab Loki dengan nada agak senang. Saat itu, Alus kebetulan teringat boneka binatang misterius tak dikenal yang dibuat Tesfia.
"Apa ada masalah?"
Loki penasaran bertanya, saat Loki melihat Alus tersenyum.
"Kuharap aku bisa menunjukkan boneka binatang itu."
Kata Alus sambil menunjuk Tesfia dengan matanya.
Sebaliknya, Tesfia mengalihkan pandangannya dengan ekspresi murung, dan menghela napas.
"Jadi kamu sudah melihatnya. Tidak apa-apa, karena seseorang mendapatkannya."
"....Aku yakin itu kecelakaan. Mereka mungkin mengincar sesuatu yang lain dan kebetulan mengenai hadiahmu."
Alus mau tidak mau merasa geli ketika mengingatnya. Boneka itu menyeramkan dan Alus bahkan salah mengira boneka itu sebagai iblis pada awalnya, namun Tesfia bersikeras bahwa boneka itu adalah seekor anjing yang membuatnya semakin lucu.
"Mungkin itu bagian lain dari festival yang bisa dinikmati."
Lanjut Alus. Bagaimanapun, acara ini adalah festival yang dikelola para murid. Agak biasa jika hanya memberi hadiah yang bisa dibeli.
"Jika kamu berkata sejauh itu, apa kamu mau aku membuatkan untukmu juga?"
Tanya Tesfia kepada Alus.
"Aku tidak akan membutuhkannya, meskipun benda itu hanya dimaksudkan sebagai model sampel iblis. Tapi jika masih ada, mungkin aku bisa menggantungnya di kamarku." Kata Alus.
Tentunya, hadiah yang dibuat oleh ketiga gadis itu adalah daya tarik utama kios tersebut, dan semua hadiah itu telah didapatkan, namun jika masih ada yang tersisa, maka hal itu akan sangat menyedihkan. Alus sebenarnya tidak mengolok-olok kualitas boneka binatang itu. Bahkan, Alus merasa tampilan boneka itu menunjukkan bahwa Tesfia telah berusaha keras dan bekerja keras untuk membuatnya.
"Hmph. Aku tahu bonekaku itu jelek.... karena aku tidak bisa membuat sesuatu sebaik Loki atau Alice." Kata Tesfia.
Yang cukup mengagumkan, pembuatnya tersebut sendiri sadar akan pekerjaannya.
Yah, sepertinya dia menghabiskan lebih banyak waktu dan tenaga daripada biasanya, jadi aku yakin orang yang mendapatkannya tidak akan membuangnya.
Entah mengapa, Alus merasa hal itu juga mengkhawatirkannya, jadi Alus merenungkan boneka binatang mengerikan itu sekali lagi. Dengan rasa kasihan di hatinya, Alus mendoakan yang terbaik untuk boneka binatang itu. Fakta bahwa seseorang telah mendapatkannya saja sudah patut dipuji. Dan faktanya, semua hadiah di sudut kelas tidak didapatkan. Beberapa dari barang yang diserahkan Alus juga masih ada, namun itu sebagian karena Alus telah menyerahkan banyak barang dan berasumsi bahwa beberapa akan dikembalikan. Ketika Alus melihat ke arah Tesfia, dia melihat Tesfia sedang tertidur. Tesfia pasti sangat kelelahan. Dengan sedikit senyuman, di lingkungan yang bising, Alus teringat kembali pada saat Festival Kampus.
Alus kebanyakan sibuk bekerja di belakang layar, jadi dia belum bisa sepenuhnya menikmatinya sebagai seorang murid. Faktanya, bisa dikatakan Alus bahkan belum mampu sepenuhnya menangani pekerjaan keamanan yang diserahkan kepadanya. Namun sekarang setelah semuanya selesai, Alus menyadari ini adalah waktu yang sangat sibuk. Bagi Alus, ini adalah dua hari yang panjang. Di tengah pikirannya, Ciel kembali naik ke podium. Seseorang memperhatikan dan mengalihkan perhatian mereka pada Ciel, yang kemudian menyebar ke para murid lain, dan kelas secara alami menjadi sunyi. Dengan seluruh perhatian tertuju padanya, Ciel dengan bangga mengulurkan tangannya ke depan dalam pose yang berlebihan.
"Ahem, tolong perhatiannya..... aku punya informasi baru. Kelas kita mungkin gagal menjadi yang nomor satu secara keseluruhan dalam survey....."
Ciel berhenti sejenak untuk memberi kesan.
"Tapi dalam hal keuntungan, kita berada di puncak! Jadi inilah waktu yang kalian tunggu-tunggu! Ayo kita bagikan keuntungannya!"
Untuk Festival Kampus, kios diperbolehkan membagikan keuntungan di dalam kelas. Seperti yang dilaporkan Ciel, mereka mendapat untung paling banyak..... dan semua murid (tidak termasuk Alus) menunggu dengan harapan yang tinggi. Namun seperti yang diharapkan dari para murid Institut Sihir Kedua yang berperilaku baik, tidak ada yang memasang ekspresi berlebihan. Beberapa bahkan terlihat dengan berpura-pura tidak peduli. Namun—
"Hei, kamu meneteskan air liur."
Kata Alus, melihat bagaimana reaksi Tesfia terhadap hal itu.
Loki yang terkejut menindaklanjutinya.
"Bicara tentang serakah...."
Pipi Tesfia berubah semerah apel, dan Tesfia secara naluriah menyeka mulutnya dengan lengan bajunya.
"T-Tidak ada yang keluar?!"
Menyadari dirinya sedang diejek, Tesfia memelototi Alus.
"Hmm, mungkin aku hanya melihat sesuatu. Tapi sepertinya itu membangunkanmu."
Kata Alus. Tesfia terlihat mengantuk, namun ketika Ciel mulai berbicara tentang pembagian keuntungan, Tesfia langsung terbangun. Tesfia mungkin putri dari Keluarga Fable, namun karena berbagai alasan, Tesfia harus bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri, jadi Tesfia sangat menginginkan uang saku.
"Kamu ini benar-benar orang yang mudah ditebak, ya?" Lanjut Alus.
"......"
Tesfia tidak menyangkal atau menolaknya. Sebaliknya Tesfia menyembunyikan pipi merahnya dengan berbalik. Itu adalah imbalan yang adil atas kerja keras yang telah Tesfia lakukan, jadi tidak ada yang perlu dikeluhkan. Hal itu sangat mirip dengannya.
Namun selain hal-hal sepele itu, sebuah perangkat kecil seperti brankas dibawa ke podium. Brankas itu digunakan untuk mengumpulkan dan mengelola uang yang digunakan untuk pinjaman, namun juga memiliki fungsi membayar sejumlah uang. Ketika para murid menekan kartu lisensi mereka, uang ditransfer kepada mereka. Dalam sekejap mata, sebuah barisan terbentuk. Festival itu hanya acara pelajar jadi tidak mengeluarkan banyak uang, namun mereka tetap senang. Alus sedang melihat antrian itu sambil tersenyum, ketika Alus melihat Tesfia memegang kartu lisensi di tangannya dan melirik ke arahnya.
"Merepotkan sekali. Aku tidak akan mengatakan apapun, jadi mengantri lah sana."
"Aku tahu itu! Ayo, kalian berdua—"
Sambil memegang tangan Alus, Tesfia mencoba mengajaknya berbaris juga. Sepertinya Tesfia ingin menghindari terlihat dangkal dengan mengajak Alus menemaninya, daripada mengantri sendirian.
"Aku tidak membutuhkan uang receh itu." Kata Alus.
"Aku juga tidak. Alu—Al dan aku tidak perlu...." Kata Loki.
Setelah mengira Loki akan bereaksi seperti itu, Tesfia menghela napasnya.
"Bukan itu maksudnya. Ini adalah sebuah festival, dan itu bukanlah jumlah uang yang kecil..... ada maknanya bagi seluruh kelas untuk menerima uang ini. Baik kamu maupun Loki berkontribusi di kelas."
"....Apa begitu?" Tanya Alus.
"Begitulah adanya." Kata Tesfia.
Dari sudut pandang Alus dan Loki, mereka tidak bisa begitu setuju, namun yang pasti ada rasa solidaritas di antara para murid. Suasana dan persahabatan seperti itu mungkin terlihat tidak berarti, namun memiliki arti. Pada akhirnya, keduanya didorong ke barisan belakang oleh Tesfia. Bersenandung dengan semangat tinggi, Tesfia mengambil tempat di barisan di depan mereka berdua. Tesfia bersungguh-sungguh dengan apa yang dirinya katakan, namun pada saat yang sama, Tesfia terlihat sedikit lega karena bisa mendapatkan bayaran tanpa rasa khawatir. Ketika tiba gilirannya, Alus dengan santai merogoh sakunya dan mengeluarkan kartu lisensinya untuk menekannya di pembaca kartu. Sementara itu, Tesfia yang baru saja melakukan hal yang sama, sedang menatap nomor di kartu lisensinya sendiri dengan mata berbinar, mungkin mendengar suara dentingan uang di kepalanya. Pada saat yang sama, Tesfia berbicara pada dirinya sendiri tentang apa yang akan dia makan untuk makan malam hari ini.
Yah, terserahlah.
Pikir Alus sambil tersenyum masam. Tak lama kemudian, mereka dibubarkan pada hari itu, namun tidak butuh waktu lama hingga muncul pembicaraan tentang mengadakan pesta di hari libur mereka.
"Itulah kenapa aku ingin kita mengadakan perayaan besok."
Kata Ciel, menghentikan Alus dan Loki untuk ikut membanjirnya para murid yang meninggalkan kelas.
"Untuk lebih spesifiknya, akan ada prasmanan untuk seluruh murid di ruang serbaguna, tapi kita memutuskan untuk berkumpul di ruang kelas terlebih dahulu. Dan yang bisa masak akan membawa bekal." Lanjut Ciel dengan gembira.
Alice sepertinya setuju dengannya.
"Aku pikir hal semacam ini akan bagus untuk ganti suasana. Jadi kenapa kalian berdua tidak ikut juga, Al, Loki-chan?"
Perayaan itu tidak wajib, namun karena motivasinya yang begitu besar, Alice tidak akan membiarkan mereka berdua kabur, sambil meraih tangan Loki.
"Ayo kita masak sesuatu bersama-sama." Desak Alice.
Namun, Alus hanya mengangkat bahunya.
"Itu akan sulit. Maaf, tapi aku ada urusan penting besok."
Alice tampak sedikit bingung, lalu dengan takut-takut menoleh ke arah Loki.
"Jangan bilang..... kamu juga, Loki-chan?"
"Ya, aku minta maaf, tapi aku tidak akan hadir besok." Kata Loki.
"Itu adalah sesuatu yang tidak boleh kami lewatkan." Lanjut Loki.
Bahu Alice terkulai karena kecewa. Alus merasa agak kasihan pada Alice, namun Alus sudah membuat janji dengan Lettie beberapa waktu lalu, dan Alus juga sudah berbicara dengan Gubernur Jenderal dan Sisty, jadi semuanya sudah siap. Alus tidak bisa menikmati suasana festival selamanya.
"Nee, apa itu...."
Tanya Tesfia sambil mendekat, namun Tesfia segera terdiam saat melihat wajah Alus. Sebagai seseorang yang memahami keadaan Alus, Tesfia tidak tahu apapun tentang apa yang sedang terjadi. Seolah ingin menghilangkan suasana suram itu, Ciel melangkah masuk dan dengan ceria berkata.
"Begitu ya, sayang sekali. Tapi jika kalian punya waktu, ayo kita berpesta dengan semuanya."
Ciel tidak tahu tentang keadaan Alus, namun Ciel bisa merasakan suasana yang aneh.
"Yah, kami sibuk dengan tugas keamanan dan pertarungan simulasi, jadi mungkin itu bagus untuk kami." Saran Loki sebagai semacam kompromi.
Alus juga memahaminya, dan menambahkan, "Akhirnya."
Saat itulah Alus menyadari suaranya terdengar begitu jelas karena hanya mereka berlima yang tersisa di kelas. Alus pikir dirinya akhirnya bisa pergi, namun.... kemudian Ciel meninggikan suaranya seolah dia mendapat ide cemerlang.
"Ah! Kalau begitu mari kita mengadakan perayaan itu untuk kita berlima. Meski begitu, yang bisa kami lakukan hanyalah makan."
Ciel menyelesaikannya dengan senyum malu. Alus tahu bahwa sejak kejadian kemarin, teman-teman sekelasnya yang lain menjaga jarak darinya. Ciel, sebaliknya, tidak menunjukkan pertimbangan yang tidak perlu, dan Ciel juga tidak mengubah perilakunya di sekitarnya. Bagaimanapun, Alus merasa hal itu menjadi bumerang baginya pada kesempatan ini. Selagi Alus mencari alasan untuk menolak, Alice menepuk tangannya.
"Itu ide yang bagus. Dengan begitu aku bisa menyiapkan makanan bersama Loki-chan, dan ini adalah Festival Kampus pertama kita. Jadi ayo kita lakukan!" Kata Alice.
"Itu benar, jadi ayo cepat selesaikan persiapannya."
Kata Tesfia. Meski terlihat lelah, ternyata dia termotivasi.