Bonus Short Stories
TANGAN BESI
Di militer Negara Alpha, tidak ada pasukan setenar pasukan Lettie Kultunca. Pasukan mereka dikenal karena keterampilannya yang tinggi dan betapa gaduhnya mereka. Masalah menemani mereka setiap hari, dan Lettie merasakan hal itu dengan tajam hari ini saat dia membuka pintu ke ruang pasukan mereka.
"Hueww."
Lettie berteriak secara refleks karena bau busuk itu.
Panas dan bau keringatnya sangat menyengat hingga membuat hidungnya berkerut. Meski sudah terbiasa, perubahan mendadak itu selalu membuat suasana hati Lettie buruk. Anggota pasukannya yang terampil sangat beragam, dan ketika tidak menjalankan misi, mereka menghabiskan waktu untuk berlatih atau membantu misi pertahanan. Karena itu, para laki-laki yang berkeringat yang memenuhi ruangan membuat sangat sulit bagi seorang perempuan muda untuk masuk ke sana. Bagaimanapun, sekitar selusin laki-laki dengan tubuh telanjang berlarian di sini.
Mereka yang melihat Lettie berdiri di ambang pintu dengan pipi berkedut langsung membuang muka. Namun itu semua sia-sia. Dengan satu-satunya jalan keluar mereka yang terhalang, hal itu pasti sangat menyulitkan bagi mereka.
"Agh?!"
"Urk!"
Para laki-laki itu berteriak satu demi satu. Dengan marah, Lettie memukuli para laki-laki itu saat Lettie berjalan ke belakang ruangan.
"Tunggu seb—"
Lettie mencengkeram kerah salah satu laki-laki yang mencoba melarikan diri itu, pembuluh darahnya menonjol di pelipis Lettie itu.
"…..Aku sudah memberitahumu sebelumnya, bukan? Ini adalah tempat yang juga digunakan oleh perempuan, bukan tempat untuk membuang baju baumu itu seperti sampah! Aku tidak percaya kau membiarkan pakaianmu tergeletak begitu saja tanpa repot-repot membuka jendela atau membersihkan diri sendiri....."
Saat berikutnya, laki-laki itu terlempar oleh tangan besi Lettie, yang menghancurkan apapun yang dilewatinya. Setelah itu Lettie melanjutkan, tanpa ampun dan cepat memukul siapapun yang dia temui. Terlepas dari kekasarannya sendiri, Lettie adalah hukum dalam pasukannya. Terlebih lagi, semua anggotanya telah bersumpah setia padanya. Bisa dibilang, para laki-laki yang tidak peka cenderung menjadi Magicmaster yang masuk ke Dunia Bagian Luar, jadi masalah seperti ini sering terjadi. Bagaimanapun, kamar mandi ada di sebelah, jadi mereka bisa saja membersihkan keringat mereka di sana dulu.
"Sajik, cepatlah, atau kapten akan merobekmu selanjutnya."
Tidak menyadari apa yang terjadi di ruang pasukan itu, Mujir dengan ceroboh melangkah masuk dari ruang ganti. Dalam sekejap, Lettie menghampirinya dan memandangnya.
"A-Apa yang bisa aku bantu, Kapten?" Tanya Mujir.
"Hmm, sepertinya kalian sudah siap untuk pulang." Kata Lettie.
"Y-Ya, aku sedang berpikir untuk berpamitan dengan istriku sebelum berangkat ke Dunia Bagian Luar....." Kata Mujir.
Aroma sabun yang samar keluar dari tubuh Mujir itu. Mujir mengenakan pakaian yang agak formal yang cocok dengan bentuk tubuhnya, seperti yang diharapkan dari satu-satunya laki-laki yang sudah menikah di pasukan. Jadi Lettie tidak punya hal khusus untuk dikatakan padanya. Namun—matanya beralih dari Mujir dan ke ruangan tempat Mujir itu keluar. Sementara itu, Mujir mencoba menyelinap melewati Lettie untuk menghindari masalah yang lebih lanjut.
"Tunggu....."
Nada dingin Lettie membuat kaki Mujir membeku.
"Aku akan menyelesaikan ini secepatnya, jadi tetaplah di sana."
Kata Lettie, membuat Mujir sadar bahwa dia perlu menunda kepulangannya ke rumah tercintanya lebih lama lagi. Melihatn Lettie tanpa berkata-kata melangkah ke ruang ganti, Mujir menghela napas panjang. Setelah Lettie membanting pintu hingga tertutup di belakangnya, Mujir bisa mendengar teriakan menyedihkan Sajik dari sisi lain.
"Rasanya Kapten lebih marah dari biasanya hari ini."
Kata Mujir sambil memeriksa waktu di arlojinya. Saat Mujir selesai berkata, pintu itu hancur ketika tubuh besar yang berukuran dua kali Lettie terbang melewatinya. Berbaring di dinding tempat Mujir mendarat, laki-laki bertubuh besar yang merupakan rekan Mujir itu mendongak dengan wajah memar.
Melihat Sajik seperti itu, Mujir berkata,
"Kan sudah kubilang."
Setelah itu, para laki-laki di ruangan itu terpaksa duduk di lantai dan mendengarkan omelan Lettie dalam waktu lama.
BONEKA BINATANG MASA DEPAN
Saat Festival Kampus berakhir, teman-teman sekelas Alus terlihat puas menerima pembagian keuntungan dari kios mereka. Tentunya, Alus ada di antara mereka. Setelah ini, mereka punya rencana untuk mengadakan pesta kecil. Namun, dengan jumlah gadis sebanyak ini, Alus tidak banyak bicara dalam persiapannya. Alus melirik ke sudut ruang kelas yang kosong tempat sisa hadiah ditumpuk. Hadiah-hadiah yang belum didapatkan dari kios menembak mereka hampir semuanya punya Alus. Syal rajutan tangan Alice dan Scrunchie Loki telah didapatkan terlebih dahulu. Melihat bagaimana boneka binatang Tesfia yang mengerikan telah didapatkan seseorang, mungkin barang berharga dari Alus agak berlebihan. Alus sekali lagi disadarkan akan kesenjangan dalam kepekaannya. Dalam festival semacam ini, barang buatan tangan memiliki nilai lebih dibandingkan barang mewah yang sudah jadi. Pada saat yang sama, Alus merasa sedikit iri pada para murid yang dapat melihat nilai dari ketekunan dan usaha yang diperlukan untuk membuat sesuatu dengan tangan mereka.
"Sepertinya masih ada sedikit pekerjaan berat yang harus dilakukan pada akhirnya."
Kata Alus sambil melihat ke tumpukan hadiah itu. Saat Alus mulai merasa sedikit muak dengan pekerjaan yang diharapkan itu—
"Alus-sama, aku akan membantu juga."
Loki angkat bicara, menawarkan bantuan, dan Tesfia serta Alice juga ikut maju.
"Lagipula, kita akan ke laboratorium Al, jadi aku akan membantu juga." Kata Tesfia.
"Barang-barang itu kelihatan cukup mahal jadi kita tidak ingin barang itu dicuri."
Kata Tesfia, menambahkan.
"Aku rasa tidak ada orang yang mau mencurinya di sini. Tapi siapa yang tahu kecelakaan macam apa yang mungkin terjadi jika seseorang menyentuhnya..... selain itu, kita bisa membawa semuanya sekaligus jika kita semua ikut ikut serta."
Kata Alice, sambil melenturkan tangannya, seolah mengatakan untuk menyerahkannya padanya. Mereka tampak agak tidak bisa diandalkan, namun Alus memutuskan untuk menerima tawaran mereka. Tesfia, Alice, dan Loki mengambil sebanyak yang mereka bisa bawa dan meninggalkan ruang kelas, meskipun mereka terlihat sedikit goyah saat melakukannya. Alus mengambil apa yang tersisa dan kemudian memanggil Ciel, yang berdiri di sana dengan senyuman di wajahnya dan tangan di belakang punggungnya.
"Kamu juga ikut, kan? Hanya ini yang tersisa, jadi bisakah kamu memulai persiapannya?" Tanya Alice.
"Tentu saja! Tapi sebelum itu...." Dengan tatapan licik, Ciel meletakkan sesuatu di atas tumpukan hadiah yang dibawa Alus itu.
"Hmm...."
Penampilannya menyeramkan dan aneh. Ketika Alus mengidentifikasi benda itu, dia berbicara dengan nada jengkel.
"Itu boneka binatang Fia. Jadi kamulah yang mendapatkannya?" Tanya Alus.
"Yah, aku tidak yakin itu cara yang tepat untuk menjelaskannya...."
Ciel menghindari pertanyaan itu sambil tersenyum masam.
Alus segera mengerti maksudnya.
"Jadi boneka itu masih ada...."
Bahkan saat Alus berbicara, boneka binatang mengerikan itu sepertinya sedang menatapnya. Seingatnya, tidak ada yang imut dari boneka itu. Malah, boneka itu terlihat menjengkelkan.
Itu sebabnya tidak ada yang memilihmu.
Alus ingin mengatakannya..... tapi.
Benar.... jadi tidak ada yang menginginkanmu.
Pikir Alus, dan merasakan kesedihan yang aneh. Boneka binatang itu tidak bersalah. Alus menatap Ciel dan mengangkat bahunya.
"Kamu baik sekali." Kata Alus.
Hal itu karena Ciel yang penuh perhatian, setelah melihat betapa populernya hadiah Loki dan Alice. Bahkan Alus merasa sedih karena hanya boneka itu saja yang tersisa, jadi Ciel melakukan pekerjaannya dengan baik. Di saat yang sama Alus sedikit lega karena seleranya tidak ada yang salah.
"Jadi, apa kamu mau menjaganya, ya?"
Ciel berkata, seolah-olah boneka itu hidup, mendorong boneka binatang itu ke arah Alus. Alus ingat Tesfia mengatakan kalau Alus bisa menggunakan boneka itu untuk mendekorasi kamarnya jika boneka itu masih ada. Alus juga diam-diam mengharapkan yang terbaik untuk boneka binatang mirip iblis yang diciptakan di dunia ini. Untuk beberapa alasan, Alus tidak sanggup mengatakan bahwa dirinya tidak membutuhkannya ketika melihat wajah masam boneka itu. Namun kenyataannya, Alus tidak membutuhkannya. Siapa yang tahu apa yang akan Tesfia katakan jika Tesfia menemukan boneka itu di kamar Alus..... namun Alus akhirnya menyerah untuk memikirkan itu.