Dengan tampilan puas, Alus fokus pada mana yang telah diserapnya.
Bicara tentang memasukkan mana dalam jumlah yang konyol ke dalamnya. Tapi berkat itu, aku mendapatkan lebih dari yang kuduga.
Pikir Alus dengan sinis pada dirinya sendiri, karena jumlah mana yang dimasukkan ke dalam serangan itu melebihi apa yang Alus pikir akan terjadi. Akibatnya, lengan Alus yang terdorong keluar tidak mampu sepenuhnya menahan kekuatan mana itu, dan akhirnya terdorong ke belakang sedikit. Namun, Alus terus menyerap mana itu sambil menarik tangannya, akhirnya mematikan momentumnya.
"——!! A-Apa yang barusan itu?!"
Melihat Lettie bereaksi seperti yang diharapkannya, Alus menghela napasnya seolah tidak terjadi apapun.
"Itu rahasia...... tapi aku bisa mengisi ulang mana-ku dengan itu."
"Itu mantra yang bisa menyerap mana?!"
Menyerap memang benar, namun pada dasarnya hal itu berbeda dari apa yang dipikirkan Lettie—karena kemampuan Alus itu melahap mana karena keserahkahan mana itu sendiri. Tentunya, Alus tidak akan mengungkapkan prinsip di baliknya, jadi Alus menyambut baik kesalahpahaman Lettie dan pasukannya itu. Dengan pemikiran tersebut, Alus mengkonfirmasi apa yang sedang dilakukan musuh sekali lagi. Alus dan yang lainnya ada di sini untuk melenyapkan Devourer itu. Dan dengan ini, lawan mereka harusnya memahami kemampuannya dan kemampuan yang lain juga. Tujuan utama mereka bukanlah untuk melawan Kurama. Dan jika memungkinkan, Alus ingin menghindari pertarungan lebih lanjut dengan mereka.
"Yah, sepertinya sudah beres."
Mungkin musuh telah memutuskan hal yang sama dengannya, karena kehadiran mereka tiba-tiba menghilang dari area tersebut. Dari segi jarak, kelompok musuh itu nyaris tidak terlihat oleh Alus. Lebih jauh dari itu adalah area pengintai, namun menggunakan cara magis untuk mendeteksinya akan membuatnya melihat hal-hal yang tidak perlu juga. Alus kehilangan minat yang tersisa pada kelompok Kurama itu, dan dengan tenang berjalan ke arah Rinne, yang sedang berjongkok di tanah. Ada ketegangan dalam ekspresi Rinne itu dan butiran keringat di dahinya. Melihat mata Rinne yang masih terpejam itu, Alus menyimpulkan bahwa kemungkinan besar penglihatan Rinne itu belum pulih sepenuhnya.
Datang ke sisi Rinne, Alus membungkuk dan berbisik,
"Tolong rahasiakan apa yang baru saja kamu rasakan. Aku bukan orang yang suka bersikap keras." Alus memegang jarinya di depan mulutnya.
Rinne tidak bisa melihat gerakannya, namun karena Rinne dipanggil sebagai Alpha’s Eye, Rinne pasti bisa memahaminya. Faktanya, kemungkinan besar Rinne telah mempelajari lebih banyak detail tentang kemampuan khusus Alus dibandingkan yang lain. Meski hal itu hanya sesaat, namun Rinne berspesialisasi dalam merasakan pergerakan mana. Akan sulit bagi para Single Digit seperti Lettie untuk memahaminya, namun Rinne adalah masalah yang berbeda. Tidak akan ada kesalahpahaman seperti yang terjadi pada Lettie, dan Rinne kemungkinan besar sudah memahami bahwa kemampuan Alus berbeda dari sekadar penyerapan. Yang mengarah langsung ke rahasia Alus.
"A-Aku mengerti."
Alus tersenyum kecil pada Rinne yang mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
"Kita kehilangan waktu karena kejadian tak terduga ini, tapi mari kita kembali ke pembasmian itu sesuai—"
Sebelum Alus selesai mengucapkan bagiannya, sesuatu menimpanya dari belakang dengan kecepatan tinggi. Alus mengambil beberapa langkah ke depan, berhasil tetap tegak. Alus juga bisa merasakan sesuatu yang lembut di punggungnya. Alus dapat dengan jelas merasakan dua gundukan berubah bentuk saat didorong ke arahnya. Ketika pikirannya mulai membayangkan siapa mereka, dia memutuskan untuk berhenti berpikir untuk sementara waktu.
"Ahaha! Seperti yang diharapkan dari Allie! Tidak ada orang yang bisa mengambil peringkat No. 1 itu darimu!"
"Hei!"
"Kamu sangat kuat, dan kamu masih punya banyak hal lain di dalam dirimu. Aku tahu kalau aku memang benar tentangmu."
Lettie melingkarkan lengannya di leher Alus, matanya yang menteskan air mata bahagia tertuju pada Alus itu. Alus bertanya-tanya apa yang membuat Lettie itu begitu bahagia.
"Mungkin Onee-chanmu ini benar-benar akan mencoba memakanmu nanti!"
"Tingalkan itu untuk nanti! Kita masih dalam misi."
"Mouu, kamu sangat keras kepala..... menjadi terlalu kaku hanya akan merugikanmu. Mottoku adalah berbahagia ketika sesuatu yang baik terjadi, baik itu dalam misi atau tidak."
"Aku belum pernah mendengar hal seperti itu...."
Alus melihat ke arah pasukan mereka untuk meminta bantuan, namun mereka hanya menggelengkan kepala tanpa niat untuk ikut campur.
Jika ada.....
"Biarkan beri Lettie-sama seperti itu, Alus-sama." Kata Mujir sambil tersenyum masam.
"Kapten kami menjadi gelisah sejak misi di Vanalis."
"Ya, terkadang aku benar-benar berpikir Lettie-sama akan menangis kepadamu setiap kali sesuatu terjadi." Sajik menambahkan, sambil mengelus dagunya sambil tersenyum.
Anggota pasukan lainnya mengangguk setuju. Saat mereka melakukannya, Lettie, yang sedang mengusap pipinya ke belakang kepala Alus, tiba-tiba bergetar dan berhenti. Saat berikutnya, Lettie melihat sekeliling dengan tegas.
"Kalian mengungkit itu sekarang?! Saat kita kembali ke Vanalis, kalian akan langsung ke garis depan!"
Kata Lettie sambil menatap kedua laki-laki yang terlalu banyak mengoceh itu. Ekspresi Lettie yang dipenuhi amarah memiliki intensitas yang cukup untuk membuat orang berpikir dirinya membiarkan mana mengalir dengan bebas. Menghadapi tekanan itu, kedua laki-laki itu tak mampu berdalih hanya sekedar bercanda.
Mujir bahkan dengan takut-takut menunjuk dirinya sendiri dan bertanya,
"Heh? Maksudmu itu termasuk aku?" Mujir hanya menerima anggukan dingin atas itu.
".....Atau kamu punya masalah dengan itu?"
Lettie bertanya dengan nada sedingin es, membuat keduanya dengan cepat menggelengkan kepala dan menelan ludah sambil meluruskan postur mereka. Anggota pasukan lainnya memandang mereka dengan cara yang sama, namun itu hanya untuk menghindari kemarahan Lettie.
"Baiklah! Kita punya Allie untuk membantu kami kali ini. Bukan begitu Allie?"
Kata Lettie, berharap mendengar Alus setuju, namun Alus malah diam. Para anggota pasukan tidak yakin apa mereka harus bersukacita atas hal itu atau tidak. Memiliki bala bantuan yang kuat adalah sesuatu yang membahagiakan, namun mereka tidak ingin menginjak ranjau darat yang sama seperti dua lainnya. Lettie memperhatikan bawahannya.
"Kurasa melanjutkan hal ini lebih jauh akan menjadi contoh buruk bagi yang lain."
Kata Lettie, melepaskan Alus sambil tersenyum. Alus mengira sudah terlambat untuk itu, namun tidak mengatakan apapun. Setelah Lettie benar-benar melepas Alus, Lettie melepas cincin di tangan kanannya dan perlahan menyerahkannya pada Alus.
Alus menunjukkan ekspresi ragu sesaat atas tindakan Lettie yang tidak bisa dijelaskan itu. Lettie, seolah tidak yakin dengan reaksi Alus, mengusap jari manisnya dengan ekspresi kesepian. Lettie kemudian menunjuknya, seolah meminta Alus untuk memakainya. Itu adalah tindakan yang sangat dramatis, namun Alus kurang lebih mengerti bahwa Lettie ingin Alus memakaikan cincin itu ke jari manis Lettie. Alus cenderung terlalu bebal dalam hal-hal semacam ini, namun Alus merasa dirinya akan ditarik ke dalam situasi yang tidak bisa dia hindari dengan mudah jika dirinya menurutinya. Anggota pasukan di sekitarnya memperhatikan mereka berdua dengan ekspresi tegang, seolah-olah mereka ada di sini sebagai saksi. Alus juga bisa melihat warna memerah samar di pipi Lettie. Setelah berpikir sejenak, Alus dengan sembarangan melemparkan kembali AWR berbentuk cincin itu pada Lettie. Alus berhasil lolos dari satu jenis dilema, namun Alus ingin fokus pada misinya terlebih dahulu. Sebagai kapten, Alus harus segera memutuskan rencana mereka ke depan.
Dan karena itu, Alus dengan paksa membawa mereka kembali ke topik.
"Rinne-san, bagaimana dengan matamu?"
"Ah, iya! Itu masih membutuhkan waktu."
Rinne sepertinya masih memikirkan tentang kemampuan spesial Alus itu, saat Rinne menjawab itu dengan nada kaku. Bagaimanapun, mereka tidak punya waktu untuk disia-siakan. Langsung menuju tujuan mereka mungkin merupakan pilihan terbaik. Mereka kira-kira sudah setengah jalan, jadi sebentar lagi deposit mineral itu akan terlihat.
Beberapa saat kemudian....
Saat itu masih menjelang tengah hari, dan matahari menyinari mereka melalui dedaunan dan dahan pohon-pohon besar, memancarkan titik-titik cahaya di sana-sini di permukaan tanah. Karena banyaknya pepohonan, area tersebut secara keseluruhan terasa gelap, dan agak dingin. Jadi dalam hal ini, untunglah mereka memakai jubah. Meskipun masih terlalu awal untuk musim dingin, tidak ada tanda-tanda Iblis, apalagi makhluk hidup, di sekitar mereka. Bukan hanya Alus yang merasakan ada yang tidak beres dengan keheningan yang tidak wajar itu. Anggota pasukannya juga merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Mereka pergi bersama Lettie dalam misi panjang di Dunia Bagian Luar. Baik itu cuaca yang berubah-ubah, tumbuhan aneh, atau ekosistem yang berevolusi secara unik, mereka adalah elit yang tidak akan gentar karena hal kecil. Namun bahkan mereka merasakan bahaya di udara dalam atmosfer yang tidak normal itu. Mereka semua secara tidak sadar mengingat pengalaman masa lalu, dan menyadari bahwa mereka akan menghadapi sesuatu. Terlebih lagi, pengalaman masa lalu yang mereka ingat semuanya merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan.
Keheningan itu mengingatkan mereka pada keheningan tertentu yang muncul pada waktu-waktu tertentu. Dengan kata lain, ketika iblis kelas tinggi mulai menguasai suatu area dan membantai iblis yang lebih lemah di sekitarnya. Alasannya beragam, mulai dari kanibalisasi, evolusi, hingga tekanan dari iblis luar yang mengacaukan area mereka. Satu-satunya hal yang pasti adalah bahwa dalam keadaan itu, iblis tingkat tinggi sama sekali tidak toleran. Bahkan, iblis itu menjadi gila ketika mencoba membunuh apapun yang bergerak. Dan keheningan yang menyelimuti area itu sangat mirip dengan itu. Alus, yang mengambil poin, tiba-tiba berhenti, memberi isyarat kepada pasukan di belakangnya dengan tangannya. Ada gunung berbatu besar di kejauhan.
Alus melompat ke dahan pohon yang tinggi untuk melihatnya. Di lautan hijau ada tonjolan yang ditempatkan secara tidak wajar. Tanah berwarna aneh menonjol dari tanaman hijau di sekitarnya. Tonjolan itu jelas merupakan tempat tujuan mereka. Sekilas tampak seperti gunung, namun tidak menyatu dengan lingkungan sekitarnya sehingga memberikan tampilan yang tidak wajar. Jika harus mendeskripsikannya, mereka mungkin mengatakan itu seperti gunung raksasa yang terkubur dengan hanya bagian atasnya yang menonjol dari tanah. Alus sebenarnya bukan ahli dalam bidang deposit mineral, namun baginya, hal itu masih terlihat aneh. Puncak berwarna unik itu seperti puncak gunung es, seolah-olah ada jauh lebih banyak hal di bawah permukaan. Namun, Alus tidak menghentikan pasukannya karena dirinya melihat deposit tersebut. Alasan utamanya adalah......
"Ada bekas pertempuran di sini."
"Sepertinya begitu." Kata Lettie.
"Tapi....."
"Ya, jejaknya menjadi semakin ekstrim semakin jauh ke depan."
Bahkan sampai sekarang pun masih ada bau darah yang kental di udara. Mengingat berapa lama waktu telah berlalu, bau darah itu seharusnya sudah lama hilang. Namun saat mereka melanjutkan perjalanan, semakin jauh mereka pergi, semakin banyak darah yang ternoda di tanah. Darah itu sangat gelap sehingga bisa disalahartikan sebagai bayangan. Sebagai Magicmaster veteran, mereka tidak meremehkan Dunia Bagian Luar. Namun pemandangan itu benar-benar berbeda dari tanaman hijau yang mereka lalui beberapa saat yang lalu. Melihat bercak darah di daun di dekatnya, Alus menggosoknya dengan jarinya. Kemungkinan itu adalah hasil dari sihir, dan semak-semak yang ditebang serta pohon-pohon yang rusak parah menunjukkan betapa intensnya pertempuran yang terjadi. Namun dari sudut pandang Alus, jejak pertempuran tersebut sepertinya tidak memiliki maksud yang jelas di baliknya.
"Jejak itu ada di mana-mana. Apa tidak ada rantai komando? Sejauh yang aku tahu, mereka mungkin akhirnya saling membunuh."
Mereka pasti sangat mengalami disorientasi. Ada beberapa jejak Magicmaster yang menembakkan sihir ke segala arah.
"Ini agak jauh dari deposit ya?"
Lettie benar. Menurut informasi yang mereka miliki, pasukan pemusnahan Negara Balmes telah menemui Devourer itu tepat di sebelah deposit itu.
"Itu tidak mengubah fakta kalau jejak ini berasal dari pasukan itu. Mungkin mereka mundur dan berkumpul kembali, dan mencoba melakukan serangan balik dari sini. Bagaimanapun, jelas ada pertempuran di sini."
"Jadi mereka tidak bisa lari." Kata Lettie.
"Tapi tetap saja..... skalanya cukup kecil. Apa hanya itu perlawanan yang bisa dilakukan oleh 400 Magicmaster itu.....? Rasanya tidak mungkin. Jumlah mereka pasti sudah dikurangi menjadi sejumlah kecil sebelum ini. Aku yakin hanya ada sekitar 20 yang tersisa pada titik ini."
Pasukan berkekuatan 400 Magicmaster telah dikalahkan, dan mereka hanya mampu mencapai sejauh ini, sementara itu dikurangi menjadi kurang dari satu kelompok kecil. Alus tidak ingin menganggap dugaan Lettie benar, namun.... hanya dengan melihat jejak pertempuran itu, Alus kurang lebih bisa memahami situasinya. Bahkan jika Magicmaster Negara Balmes bukanlah elit, mereka seharusnya relatif kuat. Belum lagi jumlahnya ada 400 orang. Jika pasukan itu memilih mundur dari situasi berbahaya ini, seharusnya ada setidaknya beberapa lusin orang yang berhasil kembali. Namun hanya satu yang benar-benar berhasil kembali..... bagaimanapun, kebenaran ada di depan mata.
"Kita akan mengetahuinya setelah kita melangkah lebih jauh."
Kata Alus, namun dia sama sekali tidak optimis.
"Alus-sama, penglihatanku hampir pulih sepenuhnya. Aku bisa menggunakan mataku kapan saja sekarang." Rinne memanggilnya, memberitahunya kalau dirinya baik-baik saja, sambil mengedipkan matanya beberapa kali.
"Rinne-san, tolong jangan memaksakan dirimu..... itulah yang ingin aku katakan, tapi itu tidak akan ada artinya untuk saat ini. Jadi tolong lakukan."
"Sesuai perintahmu. Aku akan memenuhi tugasku sebagai pengintai!"
Mereka harus berada di perbatasan area targetnya. Jadi mata Rinne akan menjadi keuntungan dipihak mereka. Atau lebih tepatnya, tanpa adanya kemampuan mata Rinne itu, mereka mungkin akan menyerah kepada musuh mereka. Meski begitu, kekuatan mata Rinne itu belum dalam kondisi terbaiknya. Sebagai buktinya, Rinne menggelengkan kepalanya setelah gagal menemukan Devourer itu meskipun dirinya berusaha mendeteksinya. Namun wajah Rinne pucat, seolah dirinya melihat sesuatu yang menjijikkan. Alus kurang lebih bisa menebak apa itu, dan memutuskan untuk tidak mengajukan pertanyaan apapun saat mereka melanjutkan perjalanan dengan hati-hati. Mereka akan segera melihat sendiri apa yang dilihat Rinne. Hal itu adalah pemandangan yang sulit untuk dijelaskan..... pernahkah ada insiden yang menyebabkan banyak orang kehilangan nyawa dalam beberapa tahun terakhir?
"Allie! .....Bukankah ini lebih buruk dari yang diperkirakan?"
Lettie mengerutkan keningnya. Saat dihadapkan pada pemandangan itu, dia tidak bisa menahan diri untuk menanyakan hal ini. Pemandangan itu seperti sebuah pemandangan yang keluar dari neraka, benar-benar terpisah dari dunia hijau yang baru saja mereka masuki, dengan jauh lebih banyak darah daripada sebelum menodai permukaan tanah, mewarnai segala sesuatu dengan warna merah gelap yang menyeramkan. Semak dan kulit pohon di sekitar mereka semuanya berwarna merah. Namun meski begitu, tidak ada satu pun mayat yang ditemukan. Hanya darah dalam jumlah besar yang memberi tahu mereka betapa mengerikannya hal yang terjadi di sini.
"Kita sudah memperkirakan yang terburuk. Artinya kita benar." Kata Alus.
Memang benar, segala sesuatunya menjadi skenario terburuk seperti yang Alus perkirakan. Tetap saja, itu adalah pemandangan yang mengerikan. Dan langkah seseorang menjadi semakin berat hanya dengan berjalan melewatinya. Alus juga mendapati dirinya terkesan bahwa pasukan kedua Negara Balmes itu melanjutkan perjalanan mereka dari sini.
"Kapten! Di sini."
Melihat ke arah dirinya dipanggil, Alus melihat Sajik yang berekspresi tidak berhati-hati dan bangga, menatap ke suatu tempat. Alus pernah mendengar Sajik memiliki penciuman yang bagus, namun rasanya hanya membuang-buang waktu untuk memastikan kebenarannya.
"Ini goresan..... dan masih baru."
Kata Alus. Kulit pohon yang Sajik tunjukkan memiliki goresan yang ditinggalkan oleh empat cakar. Goresan itu cukup tinggi sehingga Alus harus mengangkat kepalanya ke atas untuk melihatnya. Goresan itu pastinya ditinggalkan oleh iblis yang sangat besar, namun apa itu benar-benar dibuat oleh target mereka? ....Tidak, mengingat situasinya, jika ada iblis lain di sini, iblis itu pasti iblis kelas tinggi. Bagaimanapun, iblis lemah mana pun seharusnya sudah dihancurkan oleh target itu sendiri. Iblis itu pastinya sesuatu yang tidak mudah dibunuh, belum lagi ada pembicaraan tentang enam iblis A-Class, jadi mungkin itu adalah salah satu dari mereka. Tentunya, ada kemungkinan juga bahwa kalau itu adalah Devourer.
"Masih terlalu dini untuk memutuskannya. Tapi tetap saja....."
Melihat seberapa tinggi tandanya, Alus berpikir kemungkinan besar cakar itu hanya menyentuh kulit kayu daripada digunakan untuk menyerang.
"Pada ketinggian seperti ini, iblis itu seharusnya berukuran lima meter."
Hal itu memberikan kredibilitas pada klaim Lettie sebelumnya bahwa Devourer itu mungkin adalah Ogre. Bagaimanapun, hal itu tidak cukup bagi Alus untuk mengklasifikasikan iblis itu, namun mengetahui bentuk dan tipenya akan membantu dalam membuat rencana. Alus berpikir untuk memberi Sajik pujian, namun melihat Sajik secara praktis membual kepada yang lainnya, Alus kehilangan keinginan untuk itu dan memalingkan wajahnya darinya. Alus pikir dirinya bisa mendengar suara kecewa di belakangnya, namun hal itu pasti hanya imajinasinya. Yah, Alus bisa memuji Sajik setelah semuanya selesai. Alus tidak tahu bagaimana pembagian hadiah dalam pasukan Lettie, namun seharusnya tidak ada masalah dengan menambahkan sesuatu yang ekstra. Bagaimanapun, itu bukanlah sesuatu yang harus Alus pikirkan sekarang.
Tepat setelah pemikiran itu terlintas di benaknya....
"Alus-sama!"
"Ada apa, Rinne-san?"
Melihat ke arah Rinne, Alus bisa melihat Rinne menekan salah satu matanya. Jaraknya kurang dari satu kilometer dari deposit itu, namun cara Rinne menekan matanya seperti menyempitkan lensa teleskop saat menggunakan mata sihirnya. Dengan cara itu, Rinne bisa melihat pemandangan jauh dengan lebih jelas. Rinne terdengar terguncang, namun memiliki ekspresi yang agak lega.
"Ada seseorang sekitar 200 meter di depan. Dia tampak berbeda dari musuh sebelumnya. Orang itu mungkin seorang Magicmaster yang dikirim oleh Negara Balmes."
"Jadi begitu....."
"Sudah dua bulan sejak pasukan pemusnahan dikerahkan, kalau memang masih ada seseorang di sana. Menurutku, mereka tidak punya waktu untuk berdiam diri di sana. Mereka mungkin sudah...." Kata Lettie.
"M-Masalahnya, orang itu masih bernapas." Rinne mengamati.
"——!! Bagaimana bisa orang itu bertahan hidup?" Seru Lettie.
"Tempat ini juga tidak aman sedekat ini dengan deposit!"
Pasukan itu mulai membuat keributan atas pengungkapan mengejutkan itu.
"Kapten, kita harus bergegas ke sana. Jika orang itu masih bernapas, dia masih bisa diselamatkan. Kita bisa mengandalkan informasi darinya." Kata salah satu anggota.
"Semuanya! Harap tenang!"
Mujir membungkam anggota pasukan dengan teriakan, setelah melihat ekspresi Alus yang merenung. Keheningan terjadi. Semua orang menahan napas sambil menunggu keputusan sang kapten. Alus menyadari ini adalah situasi yang sangat tidak normal. Namun meninggalkan orang itu di sini bisa menjadi sebuah kesalahan di kemudian hari, dan hal itu tidak berarti dirinya kejam. Jika mereka bisa menyelamatkannya, maka mereka harus melakukannya. Namun, Alus merasakan kegelisahan yang tidak bisa dirinya hilangkan. Hal itu membuatnya berhati-hati.
Itu terlalu mencurigakan tidak peduli bagaimana melihatnya. Kemungkinan besar itu juga jebakan..... jika aku hanya sendirian, aku bisa mengabaikannya, tapi Cicelnia itu ikut campur dalam hal ini, jadi ada aspek politis di dalamnya.
Alus mau tidak mau berharap semua iblis lebih bodoh daripada binatang. Ada Iblis kelas atas yang bisa menyembunyikan diri dan memasang perangkap saat berburu, namun itu sebagian besar hanya naluri dasar. Mereka tidak memiliki kecerdasan manusia, jadi mereka berhenti menargetkan mangsa yang lemah dan memikat target lainnya. Namun yang terlintas di benak Alus adalah insiden Godma Barhong.
Saat itu, Godma telah berubah setelah mengambil daging dan darah iblis. Manusia hampir tidak pernah berubah menjadi iblis, namun itu bukan tidak mungkin. Dan ketika Godma berubah—Godma tetap mempertahankan kecerdasannya. Godma pada akhirnya tidak mampu mendorong iblis itu dalam dirinya, namun mungkin Godma bisa melakukan yang sebaliknya, membuat iblis melahap manusia dan mengambil wujud mereka. Bagaimanapun, berbagai hal bisa terjadi di Dunia Bagian Luar. Dan iblis terus berevolusi seperti manusia. Alus menghela napasnya dan menggaruk bagian belakang kepalanya.
"Untuk saat ini, mari kita mendekat untuk melihatnya. Tergantung situasinya, kita mungkin harus mempertimbangkan untuk meninggalkannya."
Tidak ada yang mengajukan keberatan atas keputusan Alus itu, namun beberapa orang menahan napas mereka seolah ingin menguatkan diri. Mereka menghadapi musuh kuat yang bahkan mungkin melampaui iblis S-Class, bahkan kesalahan kecil pun akan menimbulkan kerugian besar.
"Tapi sebelum itu..... tampaknya Consensor tidak akan berfungsi dengan baik."
Saat Alus mengatakan itu, semua anggota pasukan itu fokus pada telinga mereka. Saat berikutnya, ekspresi semua orang berubah karena suara aneh yang mereka dengar.
"Suaranya jelas sangat buruk. Apa itu efek dari deposit?" Lettie bertanya.
Alus mengangguk. Mineral dalam deposit pasti membuat panjang gelombang mana menjadi tidak teratur. Mereka akan kehilangan kontak dengan orang-orang di belakang mereka, namun mereka telah diberitahu tentang hal itu sebelumnya sehingga tidak akan ada kebingungan.
"Pastikan jarak kalian tidak terlalu jauh. Kita akan melakukan pendekatan dengan kewaspadaan tinggi dalam formasi yang ketat sampai kita mencapai jangkauan visual."
Rinne akan tetap berada di tengah, namun mereka akan berjaga-jaga sekarang.
Mereka memperlambat langkah mereka dan bergerak sedemikian rupa agar tidak menimbulkan suara apapun, dan tak lama kemudian, darah di sekitar mereka semakin banyak. Dan itu bukan hanya jumlahnya; darahnya semakin kering, menunjukkan bahwa waktu telah berlalu lebih lama lagi. Jelas sekali bahwa mereka mendekati lokasi pertempuran pasukan utama. Akhirnya, Alus dan yang lainnya tiba di tempat tujuan tanpa terlihat. Saat mereka mengintip melalui dedaunan, mereka melihat seorang laki-laki terjatuh ke tanah. Tanah di sekelilingnya bernoda hitam. Hal itu karena semua darah yang mengering. Semak-semak di sekitarnya, yang sama-sama berlumuran darah, tampak layu. Laki-laki itu terpuruk dan kakinya berserakan sembarangan, dan dia tampak mati.
"Aku tidak bisa merasakan adanya iblis di sekitarnya, tapi melihat orang itu.... ada sesuatu yang aneh."
Kata Rinne. Baik Alus dan Lettie mengangguk mendengar kata-katanya.
"Alus-sama, sejauh yang aku tahu, tempat ini adalah tempat di mana pertempuran paling intens terjadi."
"Ya, sebenarnya tidak ada alasan bagi orang itu untuk tetap berada di sini. Jika orang itu selamat dari pertempuran, dia pasti sudah dimakan sejak lama." Kata Lettie.
"Hal ini tentunya terasa aneh untuk iblis seperti Devourer itu." Kata Alus.
"Orang itu masih hidup, kan? Aku tidak dapat melihat luka apapun dari sini. Jadi darah di tanah itu bukan darahnya sendiri."
"Jadi mungkin itu memang jebakan."
Namun menurut Rinne, tidak ada iblis yang menunggu. Sulit membayangkan seseorang memperhatikan mereka dan memasang jebakan untuk memikat mereka. Alus memberi perintah kepada anggota regi melalui Lettie untuk tetap berjaga. Lettie mengangkat tangannya untuk menyampaikannya kepada yang lain.
"Saat ini, tidak ada yang perlu kita lakukan...." Kata Alus.
"Mau memeriksanya?" Jawab Lettie.
Di Dunia Bagian Luar, membuang-buang waktu adalah hal yang bodoh. Keputusan yang cepat diperlukan. Mereka sudah berada di area iblis sehingga mereka tidak bisa meluangkan waktu untuk mengadakan pertemuan strategi. Jika Alus tidak bisa mengambil keputusan, selalu ada pilihan untuk meninggalkannya, namun sebagai kapten, Alus akan diminta untuk mengambil tanggung jawab setelahnya. Alus berpikir dirinya bisa lolos dengan alasan jika dia bisa membuat semua orang menyampaikan cerita mereka dengan benar, namun itu hanya membuang-buang waktu dan tenaga. Hal itu membuatnya jengkel. Ketika Alus berbalik dan memberi sinyal pada Lettie dengan matanya, Lettie merangkak dan mendekat.
"Siapa yang menyuruhmu datang seperti itu?"
"Kita akan diperhatikan jika kita tidak diam. Sekarang, mari kita lihat lebih dekat mayat misterius itu."
Lettie merangkak ke sisi Alus dan menjulurkan wajahnya dari balik bahu Alus untuk melihat orang di depannya. Saat berikutnya, matanya terbuka lebar dan Lettie berbisik ke telinga Alus.
"Ah, tidak salah lagi! Orang yang di sana adalah Duncal!!"
Semua orang tahu tentang peringkat No. 9 Negara Balmes, Duncal Konzer. Orang itu bertugas menjalankan misi ini. Bahkan Alus ingat Jean menyebut nama itu saat konferensi penguasa. Namun situasi yang tidak dapat dijelaskan ini tidak akan menjadi lebih baik hanya karena mereka mengetahui namanya. Malah, jika mereka meninggalkan seorang Single Digit—Single Digit yang dihargai oleh umat manusia—mereka akan kehilangan banyak kepercayaan. Alus hanya bisa tersenyum kecut.