"Maaf..... Fable-dono?"
"Heh, ah, ya!"
Mengingat kalau dirinya sedang mengobrol dengan Magicmaster dari Negara Clevideet, Tesfia menyadari kesalahannya.
"Jadi, aku ingin menggunakan bakatmu itu ke dalam pasukanku. Aku ini seorang Double Digit."
Kata laki-laki itu sambil mengeluarkan kartu lisensi dari saku dadanya, bersama dengan selembar kertas kecil yang disentuhnya. Saat laki-laki itu melakukannya, profil holografik muncul, setara dengan kartu nama. Hal pertama yang menarik perhatian Tesfia adalah namanya, Rowan Welts. Seperti yang laki-laki itu katakan, laki-laki itu adalah seorang Double Digit.
"Ah! Merupakan suatu kehormatan untuk berbicara denganmu. Tapi menurutku seseorang yang lemah sepertiku hanya akan menahan semua orang....."
Tesfia meletakkan tangannya di depan mulutnya dan berpura-pura terkejut, sebelum menundukkan wajahnya, berbicara dengan sopan. Laki-laki itu begitu antusias sehingga menolaknya tanpa berinteraksi sama sekali akan membuat martabat Tesfia dipertanyakan, meskipun Tesfia merasa tidak enak karena telah memaksanya....
Ketika Tesfia pertama kali mendaftar di Institut, bertemu dengan Double Digit akan berdampak besar padanya, namun berkat seseorang, Tesfia mulai bereaksi lebih sedikit terhadap hal-hal seperti itu. Dari apa yang Rowan katakan pada Tesfia itu, Rowan terkenal di Negara Clevideet, dan bertanggung jawab atas pasukan yang baru dibentuk. Jadi Rowan ingin mendapatkan anggota yang menjanjikan, meskipun hal itu berarti sedikit tidak masuk akal.
"Oh, itu tidak benar. Aku melihat pertandinganmu di semifinal, dan sepertinya kau cukup terbiasa bertarung. Tentunya, kau tidak akan bergabung dengan pasukanku ini sampai kau lulus, tapi aku akan menyiapkan waktu bagimu untuk berlatih selama beberapa liburanmu. Dan jika memungkinkan, aku juga ingin menyambut temanmu, Alice Tilake-Dono juga."
Rowan memang mengeluarkan suasana seseorang yang bisa menjadi kapten yang kompeten, namun sepertinya dirinya belum terbiasa. Rowan pandai menyampaikan kata-kata untuk seseorang di garis depan Dunia Bagian Luar, dan Rowan membawa peringkatnya dengan bermartabat. Secara keseluruhan Rowan meninggalkan kesan yang baik. Namun setelah melihat Alus beraksi, Tesfia merasa kalau Rowan sedikit tidak bisa diandalkan. Tesfia tidak punya niat untuk bergabung sejak awal, namun dalam diam Tesfia terkejut mengetahui kalau Rowan telah menyelidiki lingkaran pertemanannya.
"Aku merasa sangat senang mendengarmu mengatakan itu. Ini benar-benar tawaran yang disambut baik. Aku tidak bisa membuat keputusan sendiri tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan keluargaku... apalagi aku masih murid tahun pertama, jadi menurutku masih terlalu dini untuk mengambil keputusan. Sungguh menyakitkan untuk mengatakannya, tapi aku masihlah seorang murid yang belum dewasa dan dangkal. Aku ingin meluangkan waktu untuk mempertimbangkan masa depanku."
Rowan tidak bergeming mendengar nama Keluarga Fable, namun setelah banyak bicara, Rowan akhirnya mundur.
"A-Aku mengerti..... kalau begitu, mau bagaimana lagi. Sepertinya aku terlalu terburu-buru. Sebaliknya, aku akan melihat apa aku dapat menemukan kesempatan untuk berbicara denganmu lagi tahun depan."
"Terima kasih banyak. Aku benar-benar minta maaf telah menyita waktumu."
Tesfia membungkuk dengan senyum yang dipaksakan, namun Rowan mengangkat tangannya sebagai tanda terima kasih.
"Oh tidak, tidak. Kau tidak perlu minta maaf untuk itu. Aku akan menantikan pertemuan berikutnya, Tesfia Fable-dono. Sekali lagi, namaku Rowan Welts, dan merupakan suatu kehormatan jika kau dapat mengingatnya hingga tahun depan."
"Ya, aku akan mengingatnya."
Dengan ekspresi gembira saat melihat senyum Tesfia, Rowan pamit dan langsung menuju Alice. Tesfia sedikit jengkel ketika dirinya melihat Rowan dengan cepat menjauh. Alice baru saja berpisah dengan seseorang yang berharap untuk merekrutnya. Ketika Alice menoleh untuk melihat ke arah Tesfia, Alice menjerit karena terkejut saat mengetahui kalau Rowan sedang menunggunya. Setelah melihat itu, Tesfia mengangkat bahunya, dan dengan lembut berbalik. Ketika Tesfia melakukannya, Tesfia menemukan bahwa sebuah barisan lain telah terbentuk untuknya. Mereka semua memiliki kartu lisensi dan kartu nama holografik di tangan, jelas mengincar hal yang sama seperti Rowan. Pipi Tesfia berkedut sesaat, lalu Tesfia menenangkan diri untuk tetap mengenakan topeng seorang bangsawan lebih lama.
Acara ini adalah serangkaian pertempuran tanpa jeda. Setelah semuanya beres, Tesfia melihat sekeliling Ballroom sebelum matanya tiba-tiba berhenti pada titik tertentu. Tesfia menemukan Loki berdiri di tempat istirahat. Sayangnya, tidak ada seorang pun yang menarik perhatiannya. Loki kelelahan setelah pertarungannya dengan Fillic, namun Loki pulih dengan sangat cepat, dan sekarang Loki bahkan tidak memerlukan kursi roda untuk bepergian. Kenyataannya, orang-orang mengerumuni Loki di awal pesta. Namun Loki menolak hal tersebut dengan mengatakan, "Aku sudah menjadi partner seseorang, dan aku tidak berniat menerima undangan apapun."
Tanpa celah yang bisa mereka gunakan, para perekrut itu hanya memberi salam dan berpencar. Setelah itu, tidak ada yang menghampirinya. Sebenarnya, beberapa peserta dari berbagai institut telah mampir untuk menyambutnya, namun Loki tetap memasang ekspresi masam. Setelah dua jam berlalu, sebuah pengumuman keluar, dan personel militer yang ada di sana untuk merekrut orang-orang yang tersisa, dan orang-orang penting lainnya dari berbagai negara masuk. Hal itu adalah awal dari pesta kedua. Ada kesepakatan tak terucapkan bahwa acara sosial ini juga dimanfaatkan oleh kalangan bangsawan sebagai ajang mencari jodoh bagi anak atau saudara sedarahnya.
Personil militer dari keluarga terkemuka, seperti bangsawan atau sejenisnya, juga diizinkan untuk tinggal. Meskipun demikian, perekrutan secara terang-terangan tidak diperbolehkan. Tak lama kemudian, banyak perempuan dengan gaun cantik mulai bermunculan. Namun para peserta turnamen tetap menjadi bintang pertunjukan, jadi pakaian mereka tidak terlalu mencolok—meski mereka tetap berbicara tentang status keluarga dan sosial mereka. Di tengah-tengah hal tersebut, Tesfia yang berusaha mengatur napas, berjalan menuju meja untuk mengambil minuman. Saat Tesfia berada di sana, dia berpikir untuk mengambil satu untuk Alice juga, dan melirik ke arah sahabatnya. Tesfia melihat Alice tampak kecewa, dengan senyuman yang dipaksakan akan segera hilang. Seorang laki-laki tampaknya terus-menerus memburunya. Personil militer murni seperti Rowan telah pergi, jadi hal seperti itu sangat tidak biasa. Suara laki-laki yang berbicara kepada Alice terdengar keras dan sombong. Dan sepertinya laki-laki itu berusaha merekrutnya, meski ada larangan untuk itu. Laki-laki itu mungkin seorang bangsawan dalam posisi militer, namun pestanya telah berganti dengan personel militer lainnya yang mengizinkan kaum bangsawan masuk. Hal itu jelas tidak sopan, dan Alice terlihat tersudutkan, saat Alice meringkuk seperti sedang dimarahi.
Tesfia berseru, "Ada apa dengannya? Tidak bisakah orang itu setidaknya menunjukkan sedikit kesopanan....."
Dan bukan hanya Tesfia saja. Orang-orang di sekitar mulai membuat keributan saat perhatian dari Ballroom tertuju pada Alice dan orang itu.
"Apa kau tidak memahami sopan santun yang diharapkan darimu di sini? Kau berasal dari negara mana? Apa peringkat dan dari mana asal negaramu?"
Tiba-tiba suara tenang seorang perempuan menyela. Suaranya tenang dan jelas, namun ada sedikit kemarahan yang diwarnai dengan ejekan, seolah-olah mempertanyakan karakter orang itu. Namun meski begitu, orang itu tidak meninggalkan Alice.
"Maaf, tapi kami belum selesai berbicara. Tolong tunggu sebentar..... itu sebabnya, Alice...."
Orang itu, yang memakai kacamata bundar dan rambut di kepalanya berwarna abu-abu itu, tidak banyak berbalik dan melanjutkan.
"Aku ingin sekali memerisak AWR-mu, dan jika kau bisa memberitahuku siapa yang membuatnya....."
Perempuan yang berpakaian merah yang berdiri di belakang orang yang mengoceh itu menghela napas panjang.
"Aku harap orang itu bukan dari Alpha. Aku tidak ingin ada yang berpikir kalau kita mempunyai sampah sepertinya itu.... Selva."
"Dipahami."
Lelaki tua berpakaian kepala pelayan di belakangnya melangkah maju, berdiri di antara Alice dan orang berkacamata itu.
"Maafkan aku, tapi aku yakin kau sebaiknya menyimpan pembicaraan ini untuk nanti. Jika kau memaksakan hal ini lebih jauh, kami mungkin harus mengonfirmasi identitasmu di depan semua orang."
Dihadapkan pada kepala pelayan tua itu—Selva—dan tatapan tajamnya, orang itu mundur. Selva telah mundur dari pertarungan, namun menaruh cukup banyak niat membunuh dalam tatapannya hingga membuat seorang amatir tersentak adalah hal yang mudah baginya. Saat ini, Selva sudah berhenti memaksakan tubuhnya melampaui batasnya, namun pengalamannya berurusan dengan semua jenis orang di masyarakat bawah tanah bukan hanya untuk pertunjukan.
"T-Tidak, aku hanya.....!! A-Aku mengerti..... Permisi, Alice."
Terkejut dengan Selva, orang itu meminta maaf kepada Alice, dan kemudian melihat ke arah perempuan yang menyela dan kesulitan berkata-kata sekali lagi.
"K-Kau....!"
"I-Ibu— !!"
Tesfia berteriak kaget di saat yang bersamaan. Memang benar, yang berdiri di depan orang yang berkacamata, dan memasang ekspresi dingin dan marah, adalah kepala Keluarga Fable, salah satu bangsawan utama Negara Alpha.... Frose Fable sendiri.
Bukan hanya sebagai seorang bangsawan besar, namun Frose juga memiliki prestasi besar di militer, dan namanya masih terkenal, bahkan setelah pensiun. Orang berkacamata itu membuka matanya lebar-lebar, lalu membungkuk dalam-dalam dan bergegas keluar dari Ballroom itu. Frose memunggungi orang yang selama ini dirinya tatap dan menghela napas jengkel.
"Sungguh tidak ada harapan."
"Benar, Frose-sama."
"Sangat disayangkan kau harus berurusan dengan orang seperti itu, Alice."
Dalam sekejap mata, ekspresi Frose melembut menjadi senyuman yang ditujukan pada Alice.
"Frose-sama!! T-Terima kasih banyak."
"Tidak apa-apa. Sebenarnya, aku merasa sedih saat mendengar sahabat putriku menambahkan '-sama' ke dalam namaku.... aku tahu, kenapa tidak memanggilku ibu saja? Lagipula, kau sudah seperti anak perempuanku sendiri."
Frose mungkin mengatakannya dengan bercanda, namun bahkan Alice yang periang pun menganggap itu sebagai rintangan yang terlalu berat. Meskipun Alice mengenal Frose, Alice tidak selalu berada di kediaman Keluarga Fable sepanjang waktu.
"U-Umm.... apa Frose-san tidak apa?"
Alice bertanya dengan takut-takut, mengingat masa lalu saat di kediaman Fable. Sebelum mereka mendaftar di Institut, Alice diundang ke kediaman Fable untuk pertama kalinya. Dan untuk beberapa alasan, Alice terikat dalam pelatihan ketat Frose bersama Tesfia.
"Aku mengerti. Aku kira itu tidak apa untuk saat ini."
Frose menunjukkan ekspresi agak sedih. Hal itu membuat semakin sulit untuk mengetahui apa Frose itu serius atau tidak. Bagaimanapun, baginya itu mungkin hanya sapaan sederhana.
"Selain itu, kenapa kamu ada di sini, ibu?"
Tesfia bertanya. Namun dia tidak berhenti memikirkan pertanyaannya, karena Tesfia menyadari jawabannya bahkan sebelum dirinya selesai berbicara. Frose ada di sini, seperti yang dijanjikan oleh Alus, untuk melihat apa putrinya itu telah cukup dewasa di bawah bimbingan Alus untuk diizinkan tinggal di Institut. Frose ada di sini untuk menilai kemungkinan itu. Tesfia berkeringat dingin, namun Frose hanya tersenyum padanya.
"Tentunya aku di sini untuk menyemangatimu. Selamat atas kemenangannya, Fia. Dan Alice, itu adalah pertandingan yang luar biasa."
"T-Terima kasih banyak ibu."
"Suatu kehormatan mendengarnya, Frose-san."
Bahkan saat Tesfia buru-buru mengucapkan terima kasih kepada ibunya, Tesfia merasa hal itu tidak terduga. Meskipun ibunya memiliki reputasi yang harus dijunjung tinggi, Tesfia terkejut mendengar ibunya memujinya di depan umum. Meski di saat yang sama hal itu juga membuat Tesfia bahagia. Sulit membayangkan sikap Frose di masa lalu, karena Frose tetap mempertahankan martabat militernya bahkan setelah menyelesaikan dinasnya. Yang berdiri di depan Tesfia sekarang adalah seorang ibu yang bergembira atas kemenangan putrinya. Terlebih lagi, Frose sangat puas.
Efek dari bimbingan Alus ternyata lebih nyata dari yang diharapkan, dan putrinya telah berkembang lebih pesat sejak Frose memberi tahu bagaimana perasaannya yang sebenarnya tentang bimbingan dari Alus itu. Frose bahkan bisa bangga pada putrinya. Pada awalnya, Frose tidak yakin apa Tesfia bisa benar-benar bahagia, namun Selva telah memberinya dorongan yang Frose butuhkan dengan mengatakan, "Aku yakin Ojou-sama sudah bekerja sangat keras." Mendorong Frose untuk mengesampingkan pemikiran yang tidak perlu dan memberikan putrinya pujian jujur. Meskipun tujuan sebenarnya Frose itu adalah sesuatu yang lain.
Tesfia memandang ibunya dengan ekspresi rumit, dan Frose mengerti bahwa putrinya menginginkan jawaban. Keinginan Frose adalah agar Tesfia mencari tunangan dan berumah tangga, fokus belajar untuk menjadi kepala keluarga berikutnya. Itulah perasaan Frose yang sebenarnya. Tanpa bakat luar biasa, Tesfia tidak akan bisa menjadi seorang Magicmaster. Jadi Frose percaya kalau memberikan jalan bagi putrinya untuk diikuti adalah demi kebaikannya sendiri. Tidak ada gunanya jika usaha putrinya sia-sia.
.....Atau setidaknya itulah rencana awal. Tapi sepertinya anak itu penuh kejutan.
Yang dimaksud Frose dengan "Anak itu" tentunya adalah mengarah pada Alus. Frose tak berniat mengabaikan kemenangan Tesfia di divisi murid tahun pertama. Dan Frose secara alami akan mengakui semua upaya yang telah Tesfia lakukan. Pada saat yang sama, pertumbuhan Tesfia jauh melebihi ekspektasi Frose, membuatnya bertanya-tanya tentang menarik putrinya keluar dari Institut adalah sebuah kesalahan. Terlebih lagi, ada jurus yang digunakan Tesfia di akhir pertarungannya dengan Alice. Frose memang pernah menunjukkan Zepel-nya di masa lalu. Namun di saat itu, Tesfia masih jauh lebih muda dan bahkan belum mulai belajar sihir.
Bisa dibilang, Zepel hanyalah langkah lain menuju teknik rahasia Keluarga Fable. Zepel itu hanyalah langkah selanjutnya setelah Icicle Sword. Namun, Frose membutuhkan waktu tiga tahun untuk mendapatkan mantra itu, dan Frose akhirnya putus asa untuk mengembangkannya ke bentuk terakhirnya. Bahkan dengan seluruh bakat, akal sehat, dan usahanya, hal itu berada di luar kemampuannya. Kenyataannya, dikatakan bahwa tidak ada kepala Keluarga Fable yang mampu menyempurnakan bentuk terakhirnya. Mempelajari Icicle Sword merupakan tuntutan semua kepala keluarga, namun belum ada seorang pun yang menguasai teknik tersembunyi yang sebenarnya. Mungkin hal itu hanya mungkin secara teori—hanya khayalan belaka. Dalam hal ini, Frose belum menjadi kepala Keluarga Fable yang sebenarnya.
Aku belum bisa mencapainya. Tapi mungkin Fia bisa.... tapi anak itu akan diperlukan untuk itu.
Frose mendapati dirinya tersenyum melihat pemandangan yang muncul di kepalanya. Jalan realistis untuk memenuhi keinginan putrinya dan kelanjutan Keluarga Fable telah muncul di hadapannya. Saat antisipasi memenuhi dadanya, membayangkan masa depan idealnya, Frose tiba-tiba menyadari bahwa dirinya telah membuat putrinya menunggu.
"Fia, mengenai pengunduran dirimu dari Institut....."
"Ya?"
Tesfia dengan cemas menunggu kata-kata ibunya selanjutnya. Suaranya bergetar, dan Alice menyadari hal ini selagi dirinya terdiam dengan cemas.
"Aku tidak akan menarikmu keluar dari Institut untuk saat ini. Lanjutkan latihanmu, dan jangan malas belajar juga."
"——!! Ibu, apa kamu serius?!"
Saat Tesfia mendengarnya, wajahnya dipenuhi kegembiraan, saat dia terbebas dari kekhawatirannya. Namun Tesfia tiba-tiba menyadari sesuatu dan memutuskan untuk bertanya.
"......Ibu tidak akan menariknya kembali nanti, kan?"
"Tidak, setidaknya aku akan menunggu sampai kamu lulus. Kita bisa membicarakan masa depanmu setelah itu."
"Ya! Terima kasih banyak ibu!"
Ekor samping rambut Tesfia terbang ke atas dan ke bawah saat dirinya membungkuk.
"Bukankah itu bagus, Fia?"
"Ya, terima kasih telah membantu pelatihan dan hal-hal lainnya, Alice!"
Ada lebih banyak kegembiraan dalam ekspresi mereka berdua sekarang dibandingkan saat turnamen. Di tengah perayaannya, Frose melanjutkan.
"Tapi aku punya syarat. Sampai kau lulus, kau harus mendapat bimbingan yang tepat dari Alus-dono."
"A-Aku mengerti."
Tesfia sedikit tersandung pada kata-katanya, saat dirinya sibuk menganggukkan kepalanya. Dari apa yang Frose dengar dari kepala sekolah, Alus kemungkinan akan terus mengajar mereka berdua sampai lulus : dengan kata lain, selama mereka berdua tetap menjadi teman sekelas. Hal itu adalah harapan egois, namun memikirkan hal itu membuatnya bahagia—namun tersipu malu. Melihat cara Alus mengajar mereka berdua sekarang, Frose tidak punya alasan untuk menolak.
"Pastikan dia mengajarimu juga." Kata Frose pada Alice.
"B-Baik." Alice mengangguk dengan ekspresi tegang.
Melihat itu, Frose mulai berpikir lagi. Seperti yang Alus janjikan di kantor Sisty, Alus telah menunjukkan kemungkinan Tesfia. Jadi Alus mungkin tidak akan melepaskan tangannya dari Tesfia begitu saja, namun.....
"Fia, aku ingin menyampaikan salamku juga kepada Alus-dono. Ada di mana dia? Sepertinya dia mengundurkan diri dari final.... apa dia merasa kurang sehat?"
"——!! Ah, umm, itu..... Al punya urusan yang harus diselesaikan....."
Tesfia jelas terguncang. Namun yang Tesfia tahu hanyalah kalau urusan Alus itu adalah sebuah misi, jadi tidak ada lagi yang perlu dikatakan untuk itu.
"Jadi begitu. Itu sungguh disayangkan. Aku bertanya-tanya mengapa dia tidak muncul di final."
Frose mempertahankan penampilannya yang tenang, namun diam-diam dirinya kecewa. Meskipun Frose tidak mengatakannya dengan lantang, Frose datang ke pesta ini untuk menemui Alus lagi. Hal itu akan menjadi kesempatan sempurna untuk memperkirakan kemampuan tersembunyi Alus itu. Sebenarnya—mengingat penilaian Selva dan nada bicara Lettie ketika mereka berdua berbicara, mudah untuk membayangkan kemampuan Alus itu jauh melebihi kemampuan seorang murid Institut.
Frose hanya ingin melihatnya sendiri dari dekat. Alus telah maju hingga menghadapi Fillic dari Negara Rusalca. Dan dari apa yang Frose tahu, Fillic akan memberikan kesempatan ideal untuk menilai kekuatan Alus yang sebenarnya. Pertandingannya sampai saat itu telah berakhir dalam sekejap mata, sehingga mustahil untuk memahami kekuatannya dengan baik. Namun itu tidak sia-sia. Loki akhirnya menang melawan Fillic. Dan Frose sudah mengetahui kalau Loki adalah partner Alus, kemampuan Loki itu jauh melebihi ekspektasi Frose. Sebagai partner Alus, Loki seharusnya berada di bawahnya. Dan Loki telah mengalahkan kartu as dari Negara Rusalca itu, yang semakin meningkatkan minat Frose kepada Alus. Namun pada akhirnya, Frose tidak mendapatkan apapun.
"Kalau begitu tolong beritahu dia bahwa aku akan menghubunginya suatu hari nanti."
"Aku mengerti. Nanti akan mengkabari Al tentang itu." Kata Tesfia kepada Frose.
Pembicaraan ini bukan jenis pembicaraan untuk pesta perayaan, jadi Frose menundanya untuk nanti.
"Ngomong-ngomong, Alice, orang sebelumnya itu..... sepertinya dia tidak mencoba merekrutmu."
"Ah, benar! Dia bilang dia berasal dari departemen teknis militer Rusalca. Dia ingin memeriksa AWR-ku....."
"Sungguh tidak biasa. Apa itu benar-benar permata yang luar biasa? Setelah keluar dari militer, aku khawatir kalau aku tidak terlalu mengetahui perkembangan AWR terbaru. AWR-mu itu tipe tombak, benar? Dari mana kau mendapatkannya?"
".......! A-Ah, umm.... s-sebenarnya, Al yang membuat itu.... Al bilang AWR itu untuk hadiah ulang tahunku, jadi aku tidak bisa menolaknya....."
Tampaknya Alice tidak mampu berbohong kepada Frose dan Alice akhirnya berbicara kebenaran. Alice merasa bersalah karena setiap kali dirinya membuka mulutnya, sepertinya dia akan membocorkan lebih banyak lagi rahasia Alus.
"——!! Jadi begitu. Dan kau tidak ingin menyebutkan namanya. Tapi tetap saja, tampaknya para teknisi dari semua negara berhenti memperhatikan lingkungan sekitar mereka begitu rasa ingin tahu mereka terpicu."
"K-Kalau begitu, biarkan aku menarik ucapanku kembali! Tidak seharusnya bagiku untuk menyebutkan itu....." Alice tiba-tiba mencoba untuk menenangkan keadaan setelah semuanya sudah terlambat.
"Ibu, aku ingin menanyakan hal yang sama padamu. Al tidak terlalu suka jika kamu mencampuri kehidupan pribadinya....."
Tesfia membayangkan Alus yang tidak senang, dan menanyakan hal ini kepada ibunya bersama Alice. Frose mengangguk, seolah setuju kalau dia akan menyimpannya untuk dirinya sendiri. Namun tetap saja..... Frose merasa informasi yang dirinya kumpulkan sebelumnya telah mendapat dukungan yang tepat. Bukan hanya karir Magicmaster Alus yang tidak biasa, namun tampaknya nama Alus berada di balik teknologi sihir terkini. Begitu pula di bidang ilmu sihir baru. Ketika mantra yang baru dikembangkan terdaftar di ensiklopedia mantra, nama pembuatnya akan selalu tercantum di sebelahnya. Namun itu sebenarnya bukanlah aturan yang ditetapkan. Buktinya, dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa mantra baru yang nama penciptanya dikosongkan. Ruang kosong itu seolah menandakan kalau orang tersebut terkenal di kalangan peneliti. Dan nama yang mengisi kekosongan itu adalah Alus Reigin.
Frose datang ke sini untuk menemui Tesfia, namun juga karena Frose juga mau menemui Alus. Namun, untuk berpikir kalau seorang murid akan mampu menciptakan AWR yang akan menarik minat seorang teknisi dari Rusalca ketika mereka negara berada di puncak pasar AWR.... Frose memikirkan kembali tombak keemasan yang Alice gunakan di turnamen.
"AWR milikmu itu cukup menarik, dan mantra yang kau gunakan itu bukanlah mantra elemen cahaya yang sudah ada, benar?"
"Y-Ya. Sebenarnya.... Al yang membuatnya..... juga."
"Begitukah....."
Frose menyipitkan matanya, dan bibirnya membentuk senyuman. Penciptaan mantra baru memerlukan pembentukan tim peneliti dan peluncuran proyek berskala besar. Kebanyakan dari mereka didanai oleh militer. Jadi satu orang yang melakukan hal yang sama patut dipertanyakan. Bahkan Frose menganggap hal itu tidak realistis. Namun nada suara teman putrinya dengan mudah menegaskan hal itu. Kedengarannya seperti Alice tidak berbohong. Hal itu seperti Alice hanya menyatakan kebenaran. Terlepas dari itu, jelas kalau Alus memiliki jumlah pencapaian yang tidak normal. Dan Frose bahkan tidak bisa membayangkan betapa sulitnya hal itu.
"Aku tidak tahu banyak tentang AWR, tapi Alice, aku yakin seseorang akan mendekatimu untuk memasukkan mantra yang kau gunakan ke dalam ensiklopedia. Hal itu pastinya termasuk mengungkap formula sihirnya. Meskipun menyimpan kartu as adalah hal yang penting bagi Magicmaster mana pun, aku tidak menyarankan untuk menolaknya. Penemuan mantra baru akan memperkuat Magicmaster secara keseluruhan, yang akan menambah kekuatan yang dibutuhkan untuk melindungi umat manusia." Kata Frose. Namun nadanya tidak sombong.
Perkataan Frose itu lebih seperti peringatan yang lembut. Alice memahami kalau Frose juga bersikap penuh perhatian, dan ekspresinya sepertinya mengatakan untuk tidak khawatir. Alice mencamkan nasihat Frose, dan mengangguk. Alice akhirnya menyadari kreativitas, keterampilan, dan pengetahuan yang diperlukan untuk menciptakan AWR jenis baru, serta mantra baru. Pengetahuan yang dibutuhkan oleh mereka mungkin jauh melebihi apa yang dapat Alice bayangkan. Dan semakin Alice memikirkan hal itu, semakin dia menyadari betapa diberkatinya dirinya itu. Mereka bertiga telah menghabiskan waktu cukup lama untuk berbicara, namun rasanya seperti terjadi dalam sekejap. Sekarang ada sekelompok orang yang berharap untuk berbicara dengan Tesfia dan Alice. Bintang pesta ini adalah para pelajar. Tak ingin memonopoli kedua gadis itu, Frose mengajukan permintaan terakhir.
"Ngomong-ngomong, aku juga ingin berbicara dengan teman kalian, Loki-dono. Bisakah kalian memperkenalkannya kepadaku?"
Frose bertanya, dengan senyum sopan yang sempurna. Loki adalah satu-satunya orang di Institut yang belum pernah dihubungi Frose. Frose sebenarnya berpikir untuk menyelidikinya juga, namun sekarang Frose hanya ingin menyambutnya sebagai partner Alus. Sementara itu, Tesfia dan Alice tidak menemukan sesuatu yang aneh dalam alur diskusi itu dan hanya menganggukkan kepala.
Mereka berdua juga tidak memikirkan risiko bahwa segala sesuatunya akan menjadi rumit setelah Frose dan Loki bertemu. Pada saat mereka berdua sadar—semuanya sudah terlambat. Tesfia mengingat pembicaraan mereka di rumah, dan mendapat firasat buruk tentang hal itu. Tesfia membuang muka dengan canggung, namun dari semua tempat, matanya tertuju pada Loki. Jika memungkinkan, Tesfia dan Alice ingin Frose menundanya sampai nanti. Bagaimanapun, Loki sedikit gelisah dan tidak stabil karena Alus tidak ada. Tidak menunjukkan kepedulian terhadap keadaan mereka berdua, Frose mengikuti tatapan Tesfia dan melihat Loki. Duduk di sudut Ballroom adalah seorang gadis berambut perak. Tidak diragukan lagi, gadis itu adalah gadis yang Frose lihat di semi final. Para bangsawan mengawasinya dari jauh.
Siapapun yang pernah melihat pertandingan itu akan tahu betapa kuatnya gadis itu. Dari apa yang Frose ketahui, hanya ada sedikit pertandingan dengan level setinggi itu di turnamen yang berfokus pada para murid ini. Bahkan mungkin bisa dibandingkan dengan pertandingan epik antara Jean Rumbulls yang kini sebagai Single Digit dan Lettie Kultunca. Sejujurnya, Loki memiliki masa depan cerah di depannya. Terlebih lagi, meski bertubuh kecil, Loki memiliki kecantikan yang seperti dongeng. Pertanyaan tentang garis keturunan dan keluarganya adalah pertanyaan kedua. Para bangsawan yang berkumpul di sini berharap untuk menjadikannya sebagai istri bagi putra-putra mereka. Bahkan bangsawan yang berkedudukan lebih rendah kemungkinan besar akan bersedia membayar biaya pernikahan yang sangat besar beberapa kali lipat dari biasanya untuk bersaing dengan saingan mereka, dan hal itu akan tetap sepadan.
Namun, Frose punya pandangan berbeda dari para bangsawan itu. Frose sudah tahu kalau Loki punya partner, dan partner itu adalah Alus. Artinya, keberadaannya bisa menjadi penghambat masa depan ideal Frose bagi Keluarga Fable. Frose hanya menginginkan putrinya untuk menarik ikan besar yang potensinya tidak diketahui yaitu Alus untuk dirinya sendiri. Tesfia sungguh luar biasa cantik. Terutama malam ini saat Tesfia mengenakan gaun cantik, membuatnya tampak seperti baru saja keluar dari buku bergambar. Di masa mudanya, Frose juga pernah di kerumuni oleh banyak laki-laki yang menyukainya. Frose berkepala dingin namun memiliki penampilan yang memikat, membuatnya iri pada gadis-gadis lain. Tesfia tidak mewarisi kecantikan ibunya yang memikat, namun terkadang Frose merasa seperti sedang memperhatikan dirinya yang masih muda, dan itu juga merupakan sesuatu yang Selva akan kemukakan dari waktu ke waktu. Putrinya masih memiliki kecantikan yang luar biasa menurut standar dunia, dan gadis berambut perak itu adalah tembok yang harus dirinya atasi.
Frose tidak tahu bagaimana perasaan Tesfia, namun ketika Frose masih remaja, tidak aneh kalau dirinya bersikap bermusuhan, apalagi cemburu, jika dia punya teman sekelas seperti Loki. Singkatnya, Frose mengakui Loki sebagai saingan yang layak bagi putrinya. Itu sebabnya melihat Loki terikat dengan keluarga asing atau bahkan keluarga bangsawan dari Alpha akan membosankan—terutama karena Loki adalah teman putrinya, dan Frose bahkan belum sempat memperkenalkan dirinya. Keinginan naluriah Frose untuk memonopoli individu-individu berbakat juga ikut berperan, bahkan setelah mengundurkan diri dari posisinya sebagai komandan yang cakap.
Meski begitu, aku kira tidak perlu terburu-buru.
Jika Frose tidak bisa mendapatkan Alus, Tesfia harus menikah dengan orang yang menjanjikan seperti yang direncanakan, meskipun penampilan Tesfia di turnamen sudah lebih dari cukup untuk memberinya harapan yang tinggi untuk masa depan Magicmaster-nya. Jadi Frose rela mengabaikan usia Tesfia ketika Tesfia menikah sampai taraf tertentu. Sebagai ibunya, Frose ingin memenuhi keinginan putrinya semaksimal mungkin. Dan jika Tesfia ingin mencapai prestasi besar sebagai seorang Magicmaster, Tesfia akan memiliki lebih banyak pilihan untuk dipilih.
Para Magicmaster mengambil risiko ketika berdiri di garis depan, namun pada saat yang sama itu adalah tugas kaum bangsawan. Mengatasi risiko-risiko tersebut dan menunjukkan tingkat kehebatan dapat menghasilkan keajaiban ketika memasuki dunia politik. Bagaimanapun, Frose sudah mengambil keputusan. Frose akan menunggu sampai Tesfia lulus seperti yang dirinya katakan. Saat pemikiran ini terlintas di kepalanya, Frose menatap Loki lagi. Para bangsawan yang melihat bakat yang dimiliki Loki berharap untuk mengatur pernikahan, atau setidaknya wawancara pernikahan, dengan Loki. Singkatnya, mereka tidak bermoral. Satu demi satu mereka tanpa malu-malu mendekati Loki. Frose bukanlah orang yang suka berbicara, namun sepertinya sisi buruk dari masyarakat bangsawan mulai terlihat di depan matanya. Lawan Loki di turnamen tersebut, Fillic, lebih dari cukup kuat untuk menjadi tunangan Tesfia, dan Fillic juga memiliki masa depan yang menjanjikan. Fillic tetap tersenyum ramah sampai sekarang, berperilaku seperti bangsawan yang baik, dan menangani orang dengan mudah. Mungkin Jean Rumbulls juga terlibat dalam hal itu.
Namun dari sudut pandang Frose, Fillic tidak meninggalkan kesan yang baik. Fillic mungkin tahu cara menghindari niat pihak lain, namun Fillic memberikan kesan teduh. Frose bisa menganggap peringkat Fillic itu bisa diterima, namun Frose merasa Fillic terlalu terbiasa dengan cara-cara dunia, dan Frose tidak menganggapnya terlalu tinggi. Sebaliknya, Frose menganggap sikap tegas, tidak menyesal, dan kurang ajar seperti Alus lebih disukai. Meskipun itu mungkin hanya pemikirannya setelah menatap Alus. Jika bukan karena Alus, Frose pasti akan menghampiri Fillic.
Bagi orang luar, dunia bangsawan tentunya merupakan sebuah misteri. Namun, kaum bangsawan sangat membantu umat manusia dalam kemampuan mereka untuk bertahan hidup. Itulah sebabnya para bangsawan melindungi nama mereka dari generasi ke generasi. Mereka tidak hanya menikmati keuntungan dari kelas atas, namun mereka juga mempunyai hak untuk tinggal di dekat Menara Babel—tempat terjauh dari tembok yang memisahkan umat manusia dari iblis—serta kemampuan untuk menggunakan kekayaan mereka untuk mempekerjakan Magicmaster sebagai penjaga. Tergantung pada kecerdikan dan kekuatan modalnya, mereka bahkan dapat diizinkan untuk memiliki wilayah. Dan yang terpenting, mereka dipromosikan dengan cepat di militer, dan bukan hal yang aneh bagi mereka yang berasal dari keluarga tertua untuk memiliki tentara pribadi dari generasi nenek moyang mereka.
Posisi mereka dilindungi oleh penguasa dan kebijakan nasional, dan garis keturunan mereka menghasilkan Magicmaster berbakat yang berkontribusi pada masyarakat. Namun, mereka juga memiliki kecenderungan untuk merosot menjadi kelas istimewa yang menikmati gaya hidup mewah. Sepanjang sejarah, kaum bangsawan bangga melawan iblis demi kemanusiaan. Memikirkan seperti apa kaum bangsawan sekarang, Frose bisa merasakan sesuatu yang mirip rasa malu muncul dalam dirinya. Dalam beberapa tahun terakhir, profesi Magicmaster semakin terbuka untuk masyarakat umum. Tren tersebut semakin didorong oleh diperkenalkannya penetapan peringkat berdasarkan kemampuan dan prestasi. Dengan kata lain, pemahaman kuat terhadap dunia Magicmaster yang pernah dimiliki kaum bangsawan sudah tidak ada lagi.
Meski begitu..... hanya sedikit yang bisa menghilangkan rasa keistimewaan yang datang dari kelahiran bangsawan. Dan Frose berpikir kalau tidak dapat dihindari bahwa mereka akan mati-matian mencari nilai terbaik di pasar. Namun meski begitu.... beberapa tatapan pahit diarahkan pada Frose. Karena kehadirannya, para bangsawan tidak dapat berbicara dengan Tesfia dan Alice.
Aku tidak yakin aku bisa menyebutnya serakah atau apa....
Merasakan suasana tidak nyaman, Frose hanya mengabaikannya. Tentunya dia mengerti bahwa mereka melakukan hal itu demi anak-anak mereka, dan dalam arti tertentu, Frose juga seperti mereka. Dan karena itu, Frose memutuskan untuk berpisah dari kedua gadis itu.
"Kalau begitu, aku mau menemui Loki-dono, aku akan ke sana dan menyapanya. Jadi kenapa kalian berdua tidak tinggal di sini dan berbicara dengan semua orang? Pesta ini tidak akan pernah berakhir jika aku menahan kalian terus."
"Tapi ibu....." Tesfia agak bingung. Namun dia pasti mengerti posisinya.
"Fia, lihatlah sekelilingmu. Ini akan menjadi kesempatan bagus bagimu untuk belajar tentang masyarakat bangsawan. Kau juga, Alice."
"A-Aku juga?!"
Alice terkejut ketika diskusi tiba-tiba beralih ke dirinya. Temannya dengan darah bangsawan penuh adalah satu hal, namun sebagai orang biasa, dan tanpa orang tua, Alice berasumsi kalau dirinya akan dibiarkan. Namun kenyataannya, Alice sama populernya dengan Tesfia, namun fakta kalau Alice tidak menyadarinya sama seperti Tesfia.
"Tentu saja. Jika kau berencana menjadi seorang Magicmaster, itu bukanlah sesuatu yang dapat kau abaikan. Anggap saja sebagai persiapan hidup di masa depan dan santai saja. Tapi..... jika kau tidak menyukainya, kau harus mengatakannya. Sangat mudah untuk terjebak dalam jaring mereka, jadi berhati-hatilah."
Alice dengan mudah ditekan, sehingga bagian terakhir benar-benar tepat sasaran.
"Y-Ya, aku akan berhati-hati."
"Jangan khawatir Alice, aku akan berusaha tetap dekat denganmu."
Kata Tesfia untuk menghiburnya. Namun ekspresi Alice tetap suram.
Kebetulan, Tesfia tidak yakin dirinya bisa dengan tenang mengabaikan semua bangsawan yang datang untuk berbicara dengannya. Namun jika Tesfia memperlakukan mereka dengan buruk, hal itu akan berdampak buruk pada keluarganya. Tesfia tidak berpikir bahwa tempat seperti ini—di mana lamaran pernikahan bertebaran dengan liar—adalah tempat yang cocok untuknya. Malah, Tesfia mulai merasakan reaksi alergi terhadap kata pertunangan dan pernikahan. Meski sedikit sakit kepala, Tesfia mengenakan topeng seorang putri bangsawan.
"Jika kau menemukan laki-laki yang baik, pastikan untuk mengajukan klaim. Yang ideal adalah petugas lapangan atau lebih tinggi. Jika itu tidak memungkinkan, pastikan mereka setidaknya berasal dari keluarga Double Digit. Dan berhati-hatilah terhadap keluarga yang hanya memiliki sejarah panjang. Baiklah, aku akan berangkat untuk menemui Loki-dono sekarang. Aku akan kembali ketika semuanya sudah beres."
Setelah melirik ke arah Selva untuk memastikan Selva mengawasi kedua gadis yang akan turun ke medan perang, Frose melangkah keluar dari kerumunan itu dan menuju Loki dengan dua gelas di tangannya. Melihat sikap Frose yang anggun dan matanya yang memikat, para bangsawan dan pengikutnya menyingkir. Sekitar sepuluh tahun telah berlalu sejak Frose meninggalkan militer, namun ketenaran Frose masih segar dalam ingatan mereka bahkan sampai sekarang, dan kecantikannya juga tidak menunjukkan tanda-tanda memudar. Bangsawan laki-laki yang lebih bernafsu ingin mendapat kesempatan untuk mengenalnya lebih baik hanya dengan sekali pandang. Namun Frose hanya tersenyum lembut saat dirinya berjalan dengan elegan melewati tempat yang penuh sesak itu.
***