Thirty-Second Chapter : Bonds and Battle

 

Mundurnya Alus dari final turnamen diumumkan tepat sebelum pertandingan berikutnya. Tesfia dan Alice dibombardir dengan pertanyaan, namun karena ketidakhadiran Alus itu terkait dengan misinya, mereka berdua melakukan yang terbaik untuk menghindarinya. Ketidakhadiran Alus menjadi topik perbincangan besar di meja makan. Alus telah berhasil melewati turnamen ini sebagai pesaing yang menjanjikan, jadi beberapa orang bertanya-tanya apa Alus jatuh sakit atau semacamnya, namun mereka berdua hanya bisa mengatakan bahwa mereka akan mengetahuinya nanti.

Berdasarkan apa yang mereka berdua dengar dari Loki, Felinella mengetahui situasinya. Loki juga mengatakan mereka akan menghindari kebingungan yang tidak ada gunanya dengan tidak mengatakan apapun, dan menyerahkan segalanya pada Felinella. Setelah berganti seragam pertandingan, ketiganya memperlihatkan wajah mereka di markas mereka. Lima berhasil mencapai turnamen utama. Murid tahun ketiga telah tersingkirkan. Murid tahun kedua adalah Felinella dan sub-pemimpinnya, Illumina. Para murid tahun pertama adalah Alus, Tesfia, dan Loki. Namun absennya Alus menimbulkan kekhawatiran. Saat itulah Alice muncul, mengenakan seragamnya dan siap berangkat, membingungkan para murid lainnya. Setelah melihat semua orang untuk pengarahan, Felinella angkat bicara untuk mengurangi kebingungan.

 

"Semuanya, hari ini adalah hari terakhir turnamen. Kemenangan sudah di depan mata, tapi setelah sampai sejauh ini, aku tidak punya apa-apa lagi untuk dikatakan. Illumina dan aku akan melakukan yang terbaik juga. Dan.... seperti yang aku yakin kalian mungkin telah menyadarinya, murid tahun pertama Alus tidak hadir karena berbagai alasan."

Laporan Felinella menimbulkan kehebohan, beberapa orang terlihat heran, dan beberapa bahkan bertanya-tanya apa Alus meremehkan keseluruhan turnamen dan melewatkannya. Felinella melanjutkan, untuk mengekang penyebaran rumor :

 

"Tolong jangan salah paham. Alus-san sangat ingin mengikuti turnamen tersebut. Aku tidak bisa memberitahu kalian situasinya, tapi dia tidak melewatkan turnamen ini karena pilihannya, aku ingin kalian setidaknya memahaminya. Berkat dialah kita bisa sampai sejauh ini. Jadi jangan sia-siakan usahanya, dan sambut dia kembali dengan kabar baik. Aku ingin meminta Alice-san untuk menggantikan tempatnya di turnamen utama."

Tidak ada keberatan. Faktanya, mereka yang telah melihat pertandingan Alice itu, semuanya sepakat bahwa tidak ada orang yang lebih cocok. Beberapa orang yang tidak memahami kekuatan Alus yang sebenarnya bahkan merasa ini menjadi lebih baik. Dengan bantuan Felinella, ketidakhadiran Alus tidak membuat teman-teman sekelasnya marah. Namun masih ada beberapa yang ragu.....

 

"Aku ingin tahu apa yang terjadi. Apa kalian berdua tahu sesuatu?"

Ciel Faleno, seorang gadis yang menyerupai binatang kecil, dengan biasa memanggil kedua gadis itu. Sayangnya Ciel kalah di semifinal babak penyisihan. Penyebab kekalahannya adalah kelelahan akibat pertarungan berturut-turut. Jika Ciel dalam kondisi sempurna, dia akan mampu memberikan perlawanan yang lebih baik. Namun Ciel masih cukup puas dengan hasilnya, jadi dia tidak terlalu frustrasi. Tesfia hanya bisa memaksakan senyum mendengar pertanyaan Ciel yang polos dan jujur.

 

"Yah, menurutku kamu bisa berkata kalau aku sendiri tidak tahu?"

Jawab Tesfia sambil menggaruk pipinya dan membuang muka.

 

"Ada apa dengan itu? Tapi kalau Alus serius, dia pasti menang."

Ciel tidak tahu tentang peringkat Alus, namun Ciel punya naluri yang bagus. Setelah melihat Alus selama pelatihan, Ciel yakin akan hal itu. Setidaknya, dari sudut pandang seseorang yang berhasil mencapai pertandingan final babak penyisihan, Alus jauh melebihi kemampuan rata-rata para murid tahun pertama.

 

"Dia punya kecenderungan untuk terjebak dalam suatu masalah, jadi kurasa mau bagaimana lagi."

Kata Tesfia, dan Ciel mengangguk sebagai balasannya. Sementara itu, Alice tidak mampu menahan tekanan untuk menjadi pengganti dan mengeluhkan situasinya.

 

"Awww, mendengar Ciel mengatakan kalau Al pasti menang membuatku merasa semakin tertekan."

 

"Ah! Kalau dipikir-pikir, kalian berdua akan bertarung dulu. Tidak ada kemenangan secara default di turnamen utama, benar?" Ciel mencatat.

 

"Ya. Aku terbiasa bertarung melawan Fia, jadi tidak masalah, tapi di depan penonton itu....." Alice mengeluarkan kegelisahannya dengan ekspresi kaku.

Di turnamen utama, keempat arena digabung menjadi satu, dan semua penonton akan menyaksikan. Tentunya, menjadikan seluruh arena sebagai lapangan akan terlalu luas, jadi ada panggung melingkar di tengahnya. Meski begitu, arena itu dua kali lebih besar dari arena tempat mereka bertarung sebelumnya. Selain itu, Alice memiliki hal lain yang mengganggunya. Dan itu adalah AWR barunya, Shangdi Fides. Baik atau buruk, AWR yang diberikan padanya itu menonjol, dan hal itu memberikan tekanan lebih besar padanya. Warna emas AWR-nya itu bersinar dan Alice mendapat banyak tatapan penasaran dari penonton. Dan yang terburuk, Alice tidak punya waktu untuk mempersiapkan mentalnya. Bagaimanapun, pertarungan pertama hari ini adalah Tesfia melawan Alice. Di turnamen utama, pesaing dari Institut yang sama harus bertarung.

 

"Saat kita mulai, semuanya akan sama seperti biasanya."

 

"Hanya kamu satu-satunya yang akan tetap sama seperti biasanya, Fia."

Kata Alice sambil mengerutkan keningnya. Ciel setuju dengan Alice.

 

"Menjadi setenang itu sungguh luar biasa. Aku akan sangat khawatir kalau akan membuat kesalahan saat semua orang bisa melihatnya.... aku akan merasa kosong selama di arena... hmm, kamu juga luar biasa jika dibandingkan denganku, Alice."

 

"Aku hanya terkejut kamu bahkan tidak bisa mengingat dengan jelas saat di arena, Ciel. Ya, itu bukan sesuatu yang kamu pikirkan. Ngomong-ngomong, setelah pertandingan dimulai kamu juga akan bertarung seperti biasa, Alice." Kata Tesfia padanya.

 

"Menurutku pertandingan ini tidak akan berbeda dari biasanya."

Tesfia telah menyaksikan Alus memberikan ceramah kepada Alice setelah putaran ketiga turnamen. Detik demi detik, waktu pertandingan semakin dekat. Dan mereka bertiga terus berbincang di ruang tunggu sampai saat itu. Mereka kebanyakan membicarakan tentang pertandingan mereka, namun Alice bersyukur waktu berlalu dengan cepat. Loki duduk di sudut ruang tunggu melakukan pemeriksaan terakhir pada AWR-nya. Loki meng-enchannya dengan mana, memberinya ayunan ringan. Loki tampak mempertahankan AWR-nya sambil juga memfokuskan pikirannya sebelum putarannya.

 

"Oke, sudah hampir waktunya. Sudah cukup mengobrolnya. Sudah waktunya bagi kalian berdua untuk pergi ke arena."

 

Felinella muncul dan mengakhiri percakapan mereka dalam bentuk obrolan santai. Tidak ada bangku cadangan di tempat turnamen utama, dan begitu mereka meninggalkan lorong, panggung sudah berada tepat di depan mereka. Karena itu, Tesfia dan Alice sama-sama menuju panggung dengan AWR mereka. Pintu masuk Tesfia berada di sisi berlawanan dari pintu masuk Alice, jadi mereka berdua segera berpisah. Tesfia mengitari lantai pertama dan pesaing lain memberi jalan untuknya, sambil mengukurnya. Tentunya, itu tidak berarti apa-apa baginya. Tesfia mengalami hal yang sama di Institut sepanjang waktu. Akhirnya Tesfia melihat lorong redup menuju arena. Tesfia menunggu gilirannya tepat sebelum pintu masuk.

Sejujurnya, Tesfia merasa paling tertekan dengan pertandingan ini. Tesfia ingin ibunya melihat seberapa besar pertumbuhannya dengan matanya sendiri dalam waktu singkat. Bergantung pada hasilnya, Tesfia mungkin harus meninggalkan Institut. Tesfia telah tampil berani di depan Alice dan yang lainnya, namun Tesfia merasakan tekanan yang sangat besar sekarang. Saat Tesfia membuang pikiran kosongnya, dia menyadari bahwa ini juga merupakan semacam pertandingan sakral.

 

Tesfia dan Alice telah saling menyemangati untuk berkembang, dan sekarang Tesfia akan bertarung serius melawan sahabatnya. Tesfia mampu memotivasi dirinya sendiri dengan memikirkan hal ini. Tesfia menarik napas dalam-dalam dan memfokuskan pikirannya. Setelah beberapa tarikan napas, Tesfia bisa merasakan kegelisahan di hatinya perlahan memudar. Tesfia menempelkan punggungnya ke dinding dan menutup matanya untuk lebih menenangkan sarafnya. Tesfia selalu memiliki pasangan yang bisa dirinya lawan dengan sungguh-sungguh dan dekat dengannya. Tesfia yang sekarang—hanya ada di sini karena Alice. Jika Tesfia hanya sendirian, Tesfia Fable saat ini tidak akan memiliki kekuatan mental dan keterampilan seperti ini. Tesfia datang ke Institut bersama Alice sehingga mereka berdua bisa menjadi Magicmaster. Waktu yang mereka habiskan bersama ternyata sangat singkat, dan mereka masih berada di titik awal. Namun itu sebabnya—

 

"Aku tidak boleh kalah."

Tesfia memiliki keinginan murni untuk tidak kalah. Untuk saat ini, Tesfia akan melupakan keluarganya, ibunya itu, dan hanya fokus bertarung melawan Alice dengan sekuat tenaga. Dan akhirnya—

 

"Divisi murid tahun pertama, babak pertama turnamen utama. Dari Institut Sihir Kedua Alpha, Tesfia Fable melawan Alice Tilake dari Institut Sihir Kedua Alpha."

Keduanya melangkah keluar ke arena. Alice merasakan lututnya menjadi lemas ketika kedua mereka itu mendapat bersorak sorai dari penonton. Bahkan Tesfia kesulitan berjalan dengan tenang. Bukan karena kegugupannya, melainkan karena kewalahan oleh suasana itu. Saat melihat keduanya, suara puluhan ribu penonton meledak dengan serentak. Berdasarkan pertandingan mereka sejauh ini, tingginya ekspektasi penonton terhadap mereka berdua terlihat dari betapa riuhnya tepuk tangan yang diberikan.

 

Sejauh ini aku telah memenangkan lebih dari separuh pertarungan kami.

Tesfia dalam diam memandang Alice yang naik ke panggung dari sisi lain. Tesfia tidak memiliki ingatan yang sempurna tentang rekor menang-kalah mereka, namun Tesfia tahu dirinya menang beberapa kali lebih banyak daripada Alice. Tesfia juga nyaris tidak bertahan untuk menang selama pertarungan simulasi mereka di depan kepala sekolah.

 

Meski begitu, tidak banyak perbedaan dalam kemampuan mereka berdua. Di turnamen ini, mereka mengumpulkan lebih banyak pengalaman di setiap pertandingan yang mereka lawan. Jadi catatan dari seminggu yang lalu tidak ada artinya lagi hari ini. Tesfia mengalihkan pandangannya ke arah tangan Alice. Perbedaan terbesar dari semuanya adalah AWR baru yang dimilikinya. Alice juga telah mempelajari sihir baru, jadi peluang kemenangan Tesfia mungkin lima puluh persen atau bahkan kurang.

 

Tapi sebuah pertandingan bukanlah soal angka. Mencoba menghitung peluangku untuk menang tidak ada gunanya.

Tesfia menggelengkan kepalanya untuk membangunkan dirinya, mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ini tidak seperti dirinya. Tangannya tanpa sadar memegang sarung Katana-nya. Tesfia telah melawan Alice berkali-kali, namun rasanya sangat berbeda dalam pertarungan serius. Tesfia bisa merasakan dirinya semakin bersemangat. Hal itu berkat kedekatan mereka berdua sehingga mereka bisa berusaha sekuat tenaga tanpa menahan apapun. Mereka tahu kartu apa yang harus dimainkan satu sama lain—namun sepertinya mereka tidak tahu segalanya.

 

Maaf Alice, tapi aku akan memenangkan ini!

Pikir Tesfia, dan menyemangati dirinya sendiri.

 

***

 

Sementara itu, Alice dengan canggung berjalan ke tengah panggung. AWR miliknya memantulkan cahaya, membuat setiap langkah terasa lebih berat. Dari kegunaannya, AWR barunya itu luar biasa. Performanya sangat tinggi sehingga Alice bahkan mungkin berasumsi kalau kemampuannya sendiri telah meningkat pesat. Bahkan sejak pertarungan pertama, AWR-nya itu sangat pas di tangannya seperti seorang teman lama. Meskipun Alice senang dengan hal itu, dia juga merasa kesal karena dirinya belum bisa memanfaatkan kekuatan AWR itu sepenuhnya. Potensi terpendam AWR itu membuatnya menyadari ketidakberdayaannya sendiri.

Sihir yang dikeluarkan Shangdi Fides sebagai respons terhadap mana yang dituangkan ke dalamnya sangatlah kasar dan kuat, seolah-olah melepaskan rasa frustrasi terpendam yang muncul karena tidak memiliki pengguna yang layak. Setelah menguasai kontrol mana, Alice dapat merasakan perlawanan AWR itu dengan lebih jelas. Keadaannya sangat tidak terkendali. Pada saat ini, dengan mantra yang diucapkan hampir mengabaikan arah yang diberikan Alice, itu hanya membuang-buang potensi. Keduanya mencapai posisi awal yang ditentukan, dan satu-satunya yang terlihat dalam pandangan Alice adalah Tesfia. Kedua gadis itu saling menatap lurus.