Bonus Short Stories
BANTUAN UNTUK HATI YANG BERKARAT
Hati bisa berkarat. Dan karat tersebut dapat menyebar, dan ketika kita menyadarinya, dampaknya dapat mencapai bagian tubuh yang lain. Para Magicmaster juga manusia, dan pengalaman keras yang harus mereka jalani di Dunia Bagian Luar terus-menerus menyebabkan hati mereka berkarat, seperti ketika mereka mendengar jeritan mengerikan dari seorang rekan di saat-saat terakhir sebelum iblis berpesta untuk menghabisi mereka. Pemandangan rekan mereka yang terkoyak membakar mata mereka dan meresap ke dalam jiwa mereka seperti racun.
Di Dunia Bagian Luar, terlalu banyak racun yang menggerogoti jantung sehingga tidak bisa dihitung. Mengalami satu atau dua gangguan mental bukanlah hal yang aneh. Tidak peduli seberapa kuatnya mereka, seorang Magicmaster tetaplah manusia biasa, dan mereka tidak dapat menghindari jiwa mereka yang terluka. Beberapa akan membantu mengakhiri nyawa rekannya yang tidak dapat diselamatkan, sementara regu lainnya akan berpencar dan meninggalkan rekannya yang tidak dapat bergerak. Banyak yang menghabiskan malam-malam tanpa tidur yang tak terhitung jumlahnya dengan penuh penyesalan sambil memikirkan teman-teman mereka yang tidak dapat mereka selamatkan. Semakin sering hal itu terjadi, semakin sedikit kecenderungan mereka untuk memikirkannya, dalam upaya putus asa untuk melindungi hati mereka.
Hasilnya adalah mereka akhirnya menjadi terbiasa. Namun meski begitu, hati mereka sudah lelah. Mereka sama sekali tidak menyadarinya, dan pada akhirnya hati mereka tidak sanggup lagi menanggungnya. Itulah mengapa penting bagi Magicmaster, dengan beberapa pengecualian, untuk memastikan istirahat. Ketika hati mereka mencapai batasnya, mereka akan sembuh dengan menghabiskan waktu luang di Dunia Bagian Dalam. Hal ini memungkinkan mereka untuk menegaskan kembali bahwa Dunia Bagian Luar bukanlah sebuah norma, bahwa kehidupan yang nyaman di wilayah manusia adalah kehidupan yang pantas, dan hal itu membuat indra mereka tidak mati rasa.
Kejadian sederhana itulah yang membuat Loki sadar betapa hancur hatinya. Saat itulah Loki mulai dikirim ke lebih banyak misi di Dunia Bagian Luar, dan pengalaman orang lain yang sekarat di sekitarnya mulai membuatnya tidak merasakan apa-apa. Itu adalah gejala yang dirinya sendiri tidak sadari. Peristiwa itu terjadi ketika Loki sedang makan malam bersama pasukannya setelah kembali dari misi. Makanannya tidak memiliki rasa apapun. Ketika Loki menyadari hal itu, dia memeluk dirinya sendiri dan bahu kecilnya mulai gemetar karena takut akan situasi tersebut. Loki tidak tahu sudah berapa lama dirinya seperti ini. Dan Loki tersentak saat menyadari bahwa dia bahkan tidak menyadari betapa hancurnya dirinya. Gangguan rasa seperti ini telah menjadi hal yang normal di kalangan Magicmaster dan dipandang sebagai penyakit akibat kerja.
Pihak militer tidak melihatnya sebagai sebuah masalah. Namun, itu sebenarnya hanyalah gejala awal, sinyal peringatan akan terjadinya sesuatu yang lebih buruk. Hal itu adalah bentuk pengenceran emosi yang diperlukan untuk melindungi pikiran dan kelangsungan hidup yang bahkan mengorbankan kegembiraan dan kebahagiaan. Yang paling ekstrim, hal itu memotong segala sesuatu yang tidak diperlukan untuk menjaga keseimbangan. Itu sebabnya Loki menganggapnya sangat menakutkan.
Loki tidak bisa merasakan apapun. Dalam hal ini, tidak aneh jika perasaan lain akan rusak selanjutnya. Apa itu karena penglihatannya, indera penciumannya, rasa sakitnya.....? Itu sangat menakutkan baginya. Loki tidak putus asa sebagai seorang Magicmaster, nmun dia semakin menjauh dari apa artinya menjadi manusia. Loki menghabiskan hidup yang ingin dirinya habiskan demi anak laki-laki itu, sesuatu yang tidak bisa Loki terima. Bahkan ada ketakutan bahwa perasaan ingin mengabdikan masa depan pada anak laki-laki itu akan memudar. Segalanya harus digunakan demi anak laki-laki itu. Namun, karena gejalanya baru tahap awal, Loki bisa segera mengobatinya.
Gangguan pengecapan sering terjadi di militer, dan pengobatannya sudah diketahui dengan baik. Loki tidak berakhir dalam situasi itu karena pikirannya belum matang. Faktanya, secara statistik hal ini lebih umum terjadi pada peringkat yang lebih tinggi. Mungkin mengatasi kematian sama dengan menyerahkan sebagian dari kemanusiaan mereka sendiri, sedikit demi sedikit. Entah mereka selamat atau mati tanpa ampun, selama Magicmaster terus seperti itu, mereka akan hancur sedikit demi sedikit.
Setelah kejadian itu..... saat Loki membawa makanan militer ke mulutnya untuk memastikan rasanya, Loki tiba-tiba berpikir.
Oh benar. Itulah yang harus aku lakukan.
Loki menyadari. Peringkat Alus sudah berada di lima besar Alpha. Dan tidak akan lama lagi sampai Alus berdiri di puncak semua Magicmaster. Ketika itu terjadi, Alus pasti akan kehilangan hal yang lebih berharga dari sekedar indra perasanya. Alus mungkin tidak akan peduli dengan orang lain. Alus mungkin tidak akan merasakan apapun tentang kematian. Apa yang tersisa dari pikirannya yang melindungi dirinya sendiri?
Pemikiran seperti itu membawa Loki pada kesimpulan tertentu.
Aku akan melakukan apapun yang aku bisa demi dirinya. Untuk membuatnya merasakan kebahagiaan..... aku harus terlebih dahulu.....
"Umm, tolong ajari aku cara memasak."
Juru masak kafetaria sedikit terkejut dengan permintaan tiba-tiba gadis itu, namun akhirnya tersenyum dan mengundangnya ke dapur. Satu-satunya orang di militer yang berhubungan dengan memasak yang terpikir olehnya adalah perempuan paruh baya yang bekerja di kafetaria. Loki menggunakan waktu luangnya untuk berlatih memasak.
Loki juga belajar untuk lebih teliti dalam memilih bahan-bahannya. Jika Alus mengalami gangguan rasa yang parah, keterampilan memasak saja mungkin tidak cukup. Dalam hal ini, Loki ingin mengingatkannya tentang rasanya, melalui bahan-bahan yang dipilih dengan cermat. Loki merasa kebahagiaan biasa yang menumpuk seperti itu akan menyelamatkannya. Itu sebabnya hal pertama yang dilihat Loki setelah menjadi partner Alus adalah teh. Gangguan rasa di militer terutama berasal dari psikologis, dan salah satu solusinya adalah dengan mengembangkan kebiasaan menikmati teh. Begitu Loki menjadi partnernya, Loki mencari peluang untuk sering menyajikan teh untuknya.
Loki lega melihat Alus tidak membencinya secara spesifik. Seperti yang Loki perkirakan, sepertinya indra perasa Alus agak tumpul pada awalnya, sampai-sampai Alus salah menebak jenis teh. Namun gejala Alus membaik seiring waktu...... mungkin. Saat Alus menyebut masakan buatan Loki enak, mungkin itulah pendapat jujurnya tentang rasanya. Loki memutuskan dalam hatinya untuk memperbaikinya secara perlahan dengan cara yang tidak Alus sadari, melalui pemilihan daun teh yang cermat dengan aroma yang lembut.
***
"Jadi begitu, itu mimpi yang kamu alami baru-baru ini? Kedengarannya hal itu mungkin benar."
Alus meminum tehnya sambil mengangguk pada permohonan Loki yang penuh semangat bahwa gangguan selera Alus itu perlu diperbaiki lebih lanjut.
Pada saat yang sama, Alus berkata, "Tehnya enak."
Tidak menunjukkan ketertarikan pada sentimen Loki. Loki mengerutkan alisnya dan menggembungkan pipinya.
"Itu setengah benar. Setidaknya aku...."
"Kalau hanya setengahnya, maka itu masih berbeda dengan kenyataan."
Kecerobohan Alus yang tidak perlu menyebabkan Loki merajuk dan mendekat padanya.
"Itu lebih dari setengahnya! Kamu hanya memandang makanan sebagai kebutuhan untuk mendapatkan nutrisi, Alus-sama! Itu sebabnya aku pikir kamu mungkin tidak bisa merasakannya."
"Yah, itu bukan hal yang aneh di militer. Tapi bukankah imajinasimu terlalu jelas? Kamu benar-benar memperluas interpretasimu tentang realitas di sini."
Itu tidak mungkin benar.
Pikir Loki, dan Loki terus menegaskan maksudnya. Alus telah bertarung di Dunia Bagian Luar lebih dari siapa pun; Alus tahu kejadian itu lebih baik dari siapapun. Alus hanya tidak menyadarinya, dan seharusnya sudah mengalami banyak gejala.
".....Aku hanya khawatir..... l-lalu bagaimana dengan rasa tehnya?"
"Seperti yang kubilang, tehnya enak. Rasanya enak."
Kata Alus sambil tersenyum lembut menghindari pertanyaan itu. Maka, suatu hari di sore hari itu berlalu.
KEBANGGAAN SEORANG GADIS YANG LEMAH
Hari itu hanya hari lainnya.
Cukup waktu telah berlalu sejak Loki menjadi partner Alus dan mereka mulai hidup bersama hingga dirinya menganggapnya hanya hari biasa. Laboratorium Alus merupakan seluruh lantai gedung penelitian, jadi terdapat cukup ruang. Mayoritas berisi peralatan penelitian dan sejumlah besar buku serta dokumen, membuat ruang hidup sebenarnya terasa agak sempit. Namun ruang itu masih besar jika hanya Alus dan Loki yang tinggal di sana. Karena kepribadian pemilik ruangan, membersihkan laboratorium setiap hari sangatlah penting. Karena Alus tidak memiliki kemampuan bersih-bersih seperti itu, Loki yang tinggal di sini diperlukan untuk Alus untuk mengabdikan dirinya pada penelitiannya. Meski begitu, Loki sepertinya menikmatinya, jadi tidak ada yang mengeluh. Saat ini, Loki tidak bisa membalas budi penyelamatnya, jadi Loki memberikan segalanya kepada penyelamatnya dengan harapan bisa berguna untuknya. Pada akhirnya itu mungkin hanya mementingkan diri sendiri, namun bagi Loki, yang tanpa kenal lelah bekerja untuknya sejak mengambil keputusan, sensasi itu telah menjadi bagian dari dirinya dan Loki menempatkan dirinya di urutan kedua atau ketiga. Tanpa ada kesempatan untuk berguna di Dunia Bagian Luar, Loki percaya bahwa wajar jika dedikasinya dimanfaatkan untuk merawat Alus.
Loki sebenarnya tidak suka mengerjakan pekerjaan rumah. Luka senang melakukan sesuatu demi Alus. Dan sekarang Loki memiliki gagasan yang jauh lebih baik tentang di mana segala sesuatunya berada daripada Alus. Misalnya, sebagian besar buku di laboratorium langka, bahkan ada yang dianggap tak ternilai harganya. Itu sebabnya setiap kali Loki menata buku itu di rak buku, Loki memperlakukannya dengan sangat hati-hati. Buku-buku yang berserakan di lantai atau meja dikembalikan ke tempatnya semula di rak persis seperti yang dirinya ingat. Alus bertanya-tanya apa Loki benar-benar harus berbuat sejauh itu, namun melihat Loki memperlakukan buku-buku yang berisi pengetahuan berharga dengan sangat hati-hati, membuat Alus agak senang juga.
Meski begitu, Alus juga sempat berpikir serius bahwa pada akhirnya buku hanya berisi informasi. Mungkin langka, namun nilainya tidak berharga lebih dari apapun. Seperti biasa, Loki menghabiskan hari itu setelah menyelesaikan pembelajaran dengan Alus mengawasi latihan Tesfia dan Alice, dan melakukan pembersihan sederhana. Loki juga tidak mengabaikan persiapan makan malam. Namun, Loki terlihat sedikit aneh hari ini. Loki biasanya mengerjakan pekerjaan rumah dengan cepat dan efisien, namun hari ini Alus melihatnya canggung dan membuat banyak kesalahan yang ceroboh. Berkat Loki, Alus bisa mengabdikan dirinya pada penelitiannya bahkan sampai sekarang, namun pikiran Alus ditarik kembali ke dunia nyata oleh suara keras. Ingin tahu apa itu, Alus buru-buru berdiri. Latihan Tesfia dan Alice juga akan menjadi berisik, ma,im suara ini jelas diluar kebiasaan. Mendengar sesuatu seperti pecahan kaca selama latihan karena kecerobohan Tesfia atau Alice sudah sesuai ekspektasi, namun Alus tidak bisa memikirkan alasan mengapa suara berat dan tumpul dari sesuatu yang menghantam lantai, dengan kemungkinan pengecualian pada salah satu bagian besar peralatan terjatuh.
"Ada apa, Loki!!"
Adegan yang dilihatnya membuatnya sadar apa yang ada di balik suara itu. Loki sedang bersandar di rak buku, dan di kakinya ada beberapa buku yang dia jatuhkan. Masing-masing setebal ensiklopedia. Loki menopang dirinya sendiri di rak buku itu setelah kehilangan keseimbangan, dengan dahi menempel pada satu tangan.
"A-Aku minta maaf, Alus-sama..... aku men.... aku menjatuhkan buku-bukunya....."
Loki kesulitan bernapas meski berada di dalam ruangan. Loki membungkuk untuk mencoba mengambil buku di kakinya, namun terjatuh karena Loki tidak mampu menopang dirinya sendiri. Alus dengan cepat melangkah untuk menangkap tubuh kecilnya. Melalui pakaian gadis itu, Alus bisa dengan jelas merasakan suhu tubuh gadis itu yang meningkat.
"Buku-buku itu tidak penting. Lebih penting lagi, jika kamu merasa kurang sehat, mengapa kamu tidak mengatakannya lebih awal?"
Akhir-akhir ini, Alus mengurangi waktu tidurnya untuk meneliti lebih lanjut. Dan hal itu mungkin akan memberikan tekanan besar pada Loki, yang selama ini menemaninya. Tidak peduli berapa banyak malam tanpa tidur yang Loki habiskan untuk misi di Dunia Bagian Luar, segalanya berbeda di sini. Selain itu, meskipun Loki bisa begadang tanpa tidur, hal itu tidak bisa disebut sehat. Menyentuh dahi Loki, Alus bisa merasakan betapa panasnya Loki itu.
"Aku minta maaf. Aku akan segera mulai membuat makan malam."
"Jangan khawatir tentang itu. Untuk saat ini, kamu perlu istirahat."
Alus menghela napas pada dorongan Loki untuk terus melakukan pekerjaan rumah karena rasa tanggung jawab, sambil mengangkatnya. Alus mendorong buku-buku yang tergeletak di sekitar dengan kakinya dan membawa Loki ke kamarnya.
"Sebaiknya kamu menggunakan tempat tidurku. Akan lebih mudah merawatmu di sini."
Loki membuka matanya dengan samar dan meminta maaf dengan lemah.
"A-Aku minta maaf....."
"Aku bilang jangan khawatir tentang hal itu. Ini salahku karena membuatmu untuk mengurus semuanya."
"Aku..... hanya menyebabkan masalah yang tidak perlu."
Alus mau tidak mau ingin bergurau kepada Loki meskipun Loki sedang sakit.
"Oh, lihat kamu begitu lemah. Yah, itu mungkin hanya flu biasa karena kelelahan, jadi istirahatlah sekarang. Aku akan mengurus semuanya."
Untuk saat ini, Alus meletakkan handuk basah di dahi Loki dan menyuruhnya minum obat. Setelah itu mungkin kelelahan Loki akhirnya mencapai puncaknya, karena Loki memejamkan matanya dan tertidur.
Waktu berlalu, dan hari sudah larut malam. Loki mengerang karena mimpi buruk, dan tiba-tiba terbangun. Saat Loki berbalik untuk melihat ke samping dengan pandangan kabur, Loki bisa melihat Alus. Alus tampak bermasalah. Setelah penelitiannya terhenti, Alus sedang membereskannya namun Alus tidak tahu ke mana perginya semua hal yang diperlukannya. Alus selalu menyerahkan pembersihan kepada Loki, jadi Loki lah satu-satunya yang tahu di mana segala sesuatunya berada. Akhirnya Alus merasa muak, dan mulai menjejalkan barang-barang itu di mana pun ada ruang di sana. Setelah Alus selesai, dia menyadari bahwa Loki telah bangun, dan membawakan makanan yang sudah dipanaskan dari dapur.
"Kupikir aku bisa membuat sesuatu yang sederhana, tapi ternyata tidak."
Sambil tersenyum masam, Alus meletakkan nampan di dekat lutut Loki. Di atasnya ada bubur dengan sayuran, dan jika Alus benar, rasanya pastinya hambar.
"Terima kasih banyak."
Mungkin obatnya bekerja, karena kondisi Loki tampak membaik.
Alus menyerahkan sendok sambil berkata,
"Mungkin aku harus belajar mengerjakan tugas rumah juga."
Yang menyebabkan Loki membeku. Melihat itu, Alus memberinya tatapan bingung.
"Aku akan mengurus semua pekerjaan rumah untukmu, jadi kamu tidak boleh belajar untuk itu, Alus-sama."
"Ah, oke, oke. Aku senang kamu merasa lebih baik. Tidak seperti aku bisa dalam satu atau dua hari.... intinya, jangan terlalu emosional atau flumu akan kambuh lagi."
Loki memberinya anggukan kecil, dan dengan cemberut Loki membawa bubur ke mulutnya, sesendok demi sesendok.
"Apa kamu mau aku menyeka tubuhmu setelah kamu selesai makan? Kamu berkeringat cukup banyak."
"A-Aku pikir..... demamku hanya akan bertambah buruk....."
Alus tidak tahu apa rona memerah diwajah Loki itu disebabkan oleh rasa malu atau karena demamnya. Apapun itu, satu-satunya yang tahu kenapa pipi Loki yang semerah tomat itu adalah gadis itu sendiri.