"Alice, kamu kenal Gubernur Jenderal?"
"Heeh, dia ini adalah..... prajurit itu?! Tidak mungkin!"
Alus telah diberitahu kalau Berwick adalah komandan bertahun-tahun yang lalu, ketika mereka bergerak untuk menangkap Godma untuk Proyek Pemisahan Faktor Elemen. Ketika Alice diselamatkan dari fasilitas itu, sepertinya dia telah merawat Alice. Mungkin dia melihat ini sebagai penebusan karena membiarkan Godma kabur.
"Begitu ya, jadi kau mendaftar ke Institut juga.... Jadi begitu, jadi begitu."
Hanya Alus yang merasa ada yang tidak beres dengan nada main-main Gubernur Jenderal, karena sudah lama mengenal orang itu. Berpikir pada dirinya sendiri betapa cerdiknya lelaki tua itu, Alus memulai dengan pernyataan yang terdengar meminta maaf.
"Sehubungan dengan insiden dengan Godma ini, sejujurnya aku yakin ada kebodohan di pihakku."
"Yah, jangan khawatir. Aku telah menerima laporan dari Vizaist. Tidak ada masalah."
Alus sudah mengharapkan jawaban itu. Tidak ada bahaya nyata yang terjadi, dan sebagai yang terkuat di Alpha, dia juga tidak diminta untuk bertanggung jawab atas hal sepele dalam misi lainnya. Alasannya adalah karena Berwick sebagian besar memimpin misi tersebut, dan rincian misi tersebut tidak pernah dipublikasikan. Namun kali ini, meski Berwick mengatakan tidak ada masalah, Berwick menatapnya dengan serius, meski hanya Alus yang memperhatikannya.
"Tapi aku tidak pernah menyangka kalau Alice kecil adalah muridmu."
Bertentangan dengan perkataannya, sepertinya Berwick sudah mengantisipasi semua ini. Mungkin Alus dipaksa masuk ke Institut dan berakhir di kelas yang sama dengan dua murid berprestasi Alice dan Tesfia, semuanya sesuai dengan rencananya. Metode Berwick menjadi dua atau tiga langkah di depan sudah tidak asing lagi bagi Alus. Hal itu seperti cahaya yang muncul untuk membimbingnya dalam kegelapan. Saat keduanya berbicara, Tesfia dan Alice duduk di sofa, namun sebagai seorang prajurit, Alus tetap berdiri di depan Gubernur Jenderal. Namun, karena tidak ada orang luar yang hadir, nada suaranya tetap kurang formal.
"Sudah lama sejak terakhir kali aku melihatmu juga, Tesfia, meski kau mungkin tidak ingat."
"Heeh?! ....aku minta maaf."
"Oh, jangan khawatir tentang itu. Sudah lama sekali sejak itu."
Berwick tersenyum, mengingat masa lalu yang indah. Keberadaan Tesfia menjadi alasan Frose, ibunya, memilih pensiun. Ketika Frose aktif, dia menjabat sebagai panglima tertinggi sebuah batalion, dan dipandang sebagai komandan tiada tara pada masanya. Dia unggul dalam menggunakan taktik cerdik untuk melenyapkan iblis. Saat pensiun, ada pesta besar, di situlah Berwick bertemu Tesfia. Bisa dibilang, karena meriahnya pesta itu, mereka hanya bertukar salam, jadi tidak heran Tesfia tidak mengingatnya.
"Ngomong-ngomong, Alus. Kau tidak datang ke sini hanya untuk hal seperti itu, kan?"
Berwick tahu lebih baik dari siapa pun kalau Alus bukanlah tipe orang yang datang jauh-jauh ke sini hanya untuk meminta maaf atas kesalahannya. Alus mengangguk, lalu beralih ke topik utama.
"Saat eksperimen pada manusia dilakukan pada Alice, ada beberapa efek samping yang tidak terduga. Artinya, aku menemukan kecacatan pada informasi mananya."
"——!! Jadi begitu."
Alice menegang. Hal ini juga mengingatkan jenderal tua itu akan penyesalannya di masa lalu. Dengan ekspresi pahit, dia menyuruh Alus melanjutkan dengan nada berat.
"Hal itu sendiri tidak akan menimbulkan konsekuensi apapun. Kita bisa menyebutnya kecelakaan sederhana."
"Tidak, itu bukanlah masalah yang bisa diabaikan begitu saja." Kata Berwick.
"Terutama jika itu bukan perbuatan manusia."
Alus melihatnya sebagai sesuatu yang dapat dijelaskan sebagai suatu kebetulan, namun Berwick melihatnya sebagai sesuatu yang lebih serius.
"Sebagai hasilnya, Alice mengembangkan afinitas terhadap tanpa atribut."
"——!!"
Mata Berwick terbuka sejenak, dan untuk menenangkan diri, dia mengatupkan kedua tangannya, meletakkan sikunya di atas meja dan menyembunyikan mulutnya. Alice sudah mendengar ini sebelumnya, jadi dia tidak terlalu terguncang. Sementara itu, Tesfia yang baru pertama kali mendengarnya malah terlihat bingung, bukan kaget.
"Jadi, sama sepertimu, dia....."
Alus menghentikan Berwick dengan mengangkat tangannya. Alus belum menceritakan semuanya pada Alice; faktanya, Alus hanya mengatakan sebagian kebenaran kepada Alice.
"Dia tidak memiliki atribut, tapi tidak sama denganku."
Mendengar itu, Berwick segera menyadari kalau dia hampir secara sembarangan membiarkan sesuatu lolos. Dia berdeham dan mengangguk.
Namun, kebenaran tersebut menimbulkan kekhawatiran. Hal ini menunjukkan kemungkinan untuk menciptakan orang-orang yang memiliki afinitas terhadap tanpa atribut secara buatan melalui eksperimen pada manusia. Berwick melirik kedua gadis itu di sofa.
"Apa.... Apa hal seperti itu mungkin terjadi?"
"Aku membayangkan hal itu tidak mungkin dilakukan dengan sengaja. Kemungkinan besar itu semua hanya kebetulan. Dan bukan berarti dia kehilangan semua informasi mana, sepertiku. Akan lebih tepat untuk berasumsi kalau sebagian dari atribut cahaya itu telah diubah."
"Aku mengerti. Jadi itulah alasan kenapa kau datang sejauh ini."
"Itulah mengapa aku yakin kalau itu adalah tugas Gubernur Jenderal untuk melindunginya, sehingga dia tidak dijadikan subjek penelitian aneh lagi."
Berwick menghela napasnya. "Tentu saja. Kau tidak perlu mengatakannya sebagai tugas. Jika terjadi sesuatu, aku akan mendukungnya.”
"Terima kasih banyak."
"Kau tidak perlu berterima kasih padaku untuk hal seperti ini. Jika ada, aku ingin menawarkan dukunganku. Jangan khawatir, aku akan menjamin keselamatanmu. Selama kau tidak menceburkan diri ke dalamnya, itu saja."
Alice, yang merasa malu, membungkuk sebagai tanda rasa terima kasihnya yang mendalam kepada Berwick. Sejujurnya, Alus datang ke sini untuk mendapatkan janji dari Gubernur Jenderal. Jika rahasia afinitas Alice terhadap tanpa atribut terungkap, orang-orang dengan pola pikir yang sama seperti Godma pasti akan muncul. Bagaimanapun, hal itu seharusnya menyelesaikan masalah untuk saat ini..... atau setidaknya itulah yang dipikirkan Berwick. Tesfia dan Alice tampak akan bangkit dari sofa, ketika Alus dengan cepat mengganti topik.
"Oh, dan Gubernur Jenderal, tentang Turnamen Sihir Persahabatan....."
"Hmm?"
Berwick memberinya tatapan bingung, diikuti oleh ekspresi serupa dari Tesfia dan Alice.
"Setelah kamu menyebutkannya...." Kata Tesfia.
"Bagaimanapun, itu adalah event tahunan yang besar." Alice menimpali.
Berwick berkata, "Ada apa dengan itu.... Ah, itu karena Vizaist, bukan?"
Mendengar ucapan Berwick, Alus melanjutkan tanpa menegaskan.
"Aku tidak ada niat untuk ikut."
"Aku suda mengira kau akan mengatakan itu, tapi kau tidak akan mendapatkan apapun jika berbicara denganku. Kau sudah menjadi murid di Institut, dan merekalah yang melakukan seleksi."
Alus menjawab dengan senyum masam.
"Jadi itu artinya kau tidak akan ikut campur, jika aku gagal."
"......Aku tidak akan menerima jalan pintas apapun."
"——!!"
"Meskipun event itu adalah turnamen persahabatan, event itu tetap merupakan event yang resmi—dan pertandingan yang sah."
Tampaknya Berwick punya jawaban untuk semuanya. Artinya, jika Alus gagal dalam seleksi, Berwick pasti akan turun tangan. Intinya, ini adalah perintah untuk Alus. Meski begitu, Berwick memahami kalau dia memaksakan masalah tersebut. Dia menghela napasnya, dan mengusap pelipisnya.
"Aku baru saja mendapat panggilan dari Rusalca, yang isinya memberitahuku bahwa negara mereka juga memiliki banyak Magicmaster hebat yang akan ikut serta tahun ini."
Rusalca adalah negara besar di dekat Alpha. Dan mereka telah meraih kemenangan di Turnamen Sihir Persahabatan tahun sebelumnya. Alpha juga melatih banyak Magicmaster hebat, namun Rusalca sangat bersemangat dalam pelatihan mereka, dan telah merebut kemenangan dari tangan Alpha. Sayangnya, ketika menghitung hasil Alpha di turnamen, kalian akan menemukannya lebih cepat jika memulai dari bawah. Berwick ingin Alus ikut berpartisipasi agar Alpha bisa memiliki rekor yang lebih baik. Meskipun harga diri negara terlibat, beberapa perasaan pribadi juga ikut campur.
"Tidak peduli apa kata Rusalca, aku menolak. Itu tidak ada hubungannya denganku."
Dengan Alus menjadi pelajar tahun ini, dia memenuhi syarat untuk berpartisipasi.
"Oh, tidak semuanya buruk. Jika kami dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Alpha melatih Magicmaster yang hebat, itu akan lebih mudah bagimu di masa depan."
"Apa kau pikir aku cukup naif untuk jatuh pada hal seperti itu?"
"Aku tidak memintamu melakukannya dengan sia-sia. Aku bahkan akan memberimu sepuluh buku langka dari negara lain. Bahkan jika kau tidak mengalami kerugian karena uang, ada beberapa hal yang tidak bisa kau dapatkan begitu saja, bukan?"
"Tsk...... "
Meski tahu dirinya sedang ditipu, Alus mau tidak mau ragu dengan hadiah seperti itu yang ditawarkan. Tidaklah berlebihan untuk mengatakan kalau Alus sudah memiliki semua buku langka yang penting di Alpha. Alus telah mengumpulkan cukup pengetahuan. Namun semangat keingintahuannya tidak berhenti.
Sementara itu, Tesfia dan Alice menatap kosong ke pemandangan di depan mereka. Berwick melakukan serangan ketika dia melihat Alus berhenti untuk memikirkannya.
"Selain itu, aku tidak keberatan berbicara dengan Sisty tentang menghilangkan sebagian kredit di semester depan, jika kau mendapatkan hasil bagus di turnamen itu."
"B..... Baiklah."
Alus akhirnya menyerah pada godaan, dan meraih uluran tangan Berwick.
"Itu licik!"
Tesfia berbicar, setelah melihat semuanya terjadi di depan matanya.
"Dia disuap." Kata Alice dengan riang.
Berwick tersenyum kecut pada kedua gadis itu.
"Hanya ada beberapa keadaan untuk orang dewasa. Bukankah wajar jika orang dewasa memberi penghargaan kepada mereka yang berbuat baik?"
".....Tapi kali ini saja." Kata Alus terlebih dahulu. Namun Berwick berpikir kalau dirinya akan bisa menggunakan metode ini beberapa kali di masa depan.
Pada akhirnya, Berwick mendapat keuntungan dari kepribadian Alus yang tidak berubah, sementara kebencian Alus tetap tidak terselesaikan. Pada dasarnya, hanya pertukaran yang setara, kompensasi atas usahanya, yang bisa membuat Alus bergerak. Pertukaran yang adil tidak masalah, namun negosiasi sepihak membunuh jiwa bebasnya. Alus sudah cukup sering mengalami hal itu hingga merasa muak. Itu sebabnya dia tidak menuntut sesuatu yang samar-samar seperti kepercayaan, melainkan rasa sakit yang setara dengan apa yang dia rasakan karena kebebasannya terkikis, sebagai kompensasi dari pihak lain. Meski begitu, Alus harus mengakui kalau ada sesuatu yang tidak pasti seperti kepercayaan antara dirinya dan Berwick, karena semua yang mereka sepakati di sini hanyalah janji lisan. Bisa dibilang, itu menunjukkan betapa dekatnya mereka. Namun itu belum berakhir. Berwick menatap Alus dengan serius, seolah mengatakan kalau mereka masih memiliki sesuatu untuk didiskusikan.
".....Maaf, Tesfia dan Alice, tapi bisakah kalian keluar sebentar? Sepertinya yang aku terima belum cukup." Kata Alus.
"——!! Bukankah kamu sedikit serakah?"
Tesfia bertanya jengkel, saat Alus melontarkan senyuman gelap. Alice menggenggam lengan baju sahabatnya untuk menenangkannya.
"Ayo, Fia. Al punya banyak sesuatu juga..... kami akan menunggu di luar."
"Ya, kalian melakukan itu. Aku akan segera kembali."
Setelah membungkuk kepada Gubernur Jenderal sekali lagi, Alice meninggalkan ruangan, mendorong Tesfia di depannya. Namun sebelum Alice melangkah keluar, dia melihat ke belakang.
"Al, jangan membuat terlalu banyak masalah, oke?"
"Itu tergantung pada apa yang dilakukan musuh."
"Oh, mouu." Erang Alice, sambil memberinya senyuman pasrah dan pergi.
Dengan mereka berdua keluar dari ruangan, Berwick menunjukkan helaan napas santainya.
"Maaf soal itu. Aku mungkin akan membuat Alice kecil khawatir tanpa alasan jika aku mengatakannya di depannya. Aku yakin dia sudah menderita lebih dari cukup....."
"Apa itu sesuatu yang ingin kau katakan kepada seseorang yang ingin menjadi seorang Magicmaster? Itu bukanlah sesuatu yang bisa kau lakukan jika kau lemah."
"Aku tahu itu. Tapi terburu-buru melaluinya sulit dilakukan. Setiap orang perlu mengambil langkah terukur untuk maju, terutama jika mereka sedang menempuh jalan yang sulit."
"Betapa protektifnya dirimu."
"Jangan katakan itu. Tidak semua orang bisa membuat keputusan yang jelas sepertimu." Di balik ekspresi lembutnya, Berwick mengungkapkan emosi pahitnya.
Biasanya, itu bukanlah keputusan yang diambil dengan mudah, juga bukan keputusan yang baik. Namun Berwick mempunyai tanggung jawab untuk memaksakan tangannya. Emosi kompleksnya disebabkan oleh kesadarannya akan hal itu.
"Baiklah, langsung ke topik utama. Siapa yang tahu apa yang akan mereka berdua katakan jika aku membiarkan mereka menunggu."
"Hmph, bahkan peringkat Single pun tidak memiliki peluang melawan perempuan."
Ekspresi Berwick mereda sejenak saat dia mengolok-olok Alus. Sejauh ini mereka hanya berbasa-basi..... namun sejak saat itu, sikap Berwick berubah menjadi seorang militer yang tegas. Melihat itu, Alus menghilangkan segala hal yang tidak perlu, termasuk emosinya, wajahnya berubah tanpa ekspresi. Bahkan nada suaranya menjadi kosong, hanya menyatakan informasi secara apa adanya.
"Jika kau mengkhawatirkan Alice, apa itu berarti ini ada hubungannya dengan Godma? Aku ragu peningkatan keamanan markas besar juga tidak ada hubungannya."
Saat suasana berat menyelimuti ruangan itu, Berwick mengangguk.
"Kami masih belum sepenuhnya memahami siapa dalang di balik insiden tersebut, dan Godma sendirilah yang menjadi satu-satunya petunjuk kita. Dan informasi harus diperoleh, bahkan jika nyawa orang tersebut akan segera berakhir."
"Menggunakan atribut kegelapan untuk interogasi melanggar hukum internasional."
"......Ada beberapa yang merasa ada pengecualian untuk semuanya."
Dimungkinkan untuk menggunakan sihir atribut kegelapan untuk mengendalikan pikiran. Dan cara interogasi yang digunakan di masa lalu adalah metode cuci otak untuk mendapatkan informasi. Pelanggaran serius yang dilakukan oleh Magicmaster cenderung ditutup-tutupi oleh militer atau negara, di ketujuh negara. Kejahatan yang mengganggu ketertiban nasional sangatlah berbahaya, dan negara-negara melakukan apapun untuk menyelesaikannya.
"Seperti yang kau tahu, mantra tabu yang bahkan tidak tercatat dalam ensiklopedia mantra, Grimoire, telah dipastikan telah digunakan. Jadi ini tidak hanya berakhir di Godma." Kata Berwick.
"Aku bertaruh. Godma bukanlah seorang Magicmaster, tapi seorang peneliti, dan juga mengabdi pada hal itu. Wajar jika mencurigai seseorang di belakangnya, bahkan jika dia bisa menggunakan mantra tabu."
"Itu benar. Meskipun kita tidak bisa berharap banyak, kita seharusnya masih bisa mendapatkan beberapa informasi darinya."
"Harus punya?" Tanya Alus.
"Artinya...?"
"Sehari setelah dia diberi alat bantu hidup, dia dibunuh."
"——!!"
Alus menyipitkan matanya. Dia langsung menebak keadaan di sekitar situasi tersebut, serta tingkat keparahannya. Karena Godma adalah seorang tahanan penting, dia seharusnya dikurung dengan aman oleh militer. Itu berarti Godma dibunuh di dalam pangkalan militer, yang sepertinya tidak mungkin terjadi. Bahkan Alus, yang ahli dalam operasi rahasia, akan menghindari melakukan kejahatan di dalam pangkalan militer.
Fasilitas militer penuh dengan pengintai, dan para Magicmaster yang berpengalaman dan hebat. Melakukan kejahatan di suatu tempat seperti itu, tanpa terdeteksi, adalah hal yang mustahil. Hal itu bukan serangan bunuh diri, namun berdasarkan cara Berwick berbicara, sepertinya pelakunya tidak bunuh diri, juga belum ditangkap. Saat Alus menatap Berwick, dia menerima jawaban pahit sebagai tanggapan.
"Itu persis seperti yang kau pikirkan. Pelakunya benar-benar lolos dari kami. Mereka menemukan ruangan yang hanya diketahui oleh para petinggi, dan masuk ke dalamnya. Mereka juga melumpuhkan sistem keamanan. Kejahatan itu terjadi dalam beberapa menit yang diperlukan untuk membuat mereka kembali online..... kami tidak dapat memastikan kemunculannya, namun kami berhasil mengidentifikasi sisa mana, dan setelah analisis, kami dapat menghubungkannya dengan seseorang di militer. Masalahnya adalah orang tersebut, tidak diragukan lagi, berada di Dunia Bagian Luar ketika kejahatan terjadi, dan anggota regu lainnya juga membuktikan hal tersebut. Ini adalah situasi yang benar-benar membingungkan."
Itu adalah fenomena misterius yang biasanya tidak terpikirkan. Namun Berwick sudah menetapkan profil criminal itu. Tidak ada kebingungan di wajahnya, dia juga tidak terlihat menyerah, karena matanya tertuju pada target tertentu. Insiden itu benar-benar sulit dipercaya, namun hanya menunjukkan satu kemungkinan.
"Kejahatan yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan Godma di belakang layar..... dengan kata lain....."
Situasi tersebut mengingatkan Alus pada sebuah nama yang tidak akan pernah bisa dipublikasikan. Ketika memikirkan siapa yang mampu membuat kejahatan yang hampir mustahil menjadi mungkin—hanya nama itu yang terlintas dalam pikiran. Berwick tahu persis siapa yang dimaksud Alus dengan kata-katanya yang tidak jelas, dan menegaskannya dengan, "Mungkin tidak ada keraguan tentang hal itu. Mereka belum bergerak sama sekali sejak kau berurusan dengan salah satu kader mereka..... tapi sepertinya mereka bergerak lagi."
"Itulah kesimpulan yang paling logis. Tujuh negara telah membiarkan terlalu banyak korupsi terjadi." Kata-kata Alus yang dingin dan tajam menyoroti ancaman yang ditimbulkan organisasi ini terhadap mereka.
"Kami sedang menyelidiki sedalam mungkin. Selain itu, kami tidak dapat menemukan buku itu, salah satu dari Empat Buku Fegel yang kau laporkan."
"Jadi begitu. Ya, aku tidak punya bukti konklusif kalau buku yang aku lihat adalah salah satunya."
"Aku merasa sulit untuk percaya kalau kau dari semua orang akan membuat penilaian yang salah. Bahkan jika kau menemukannya, kami bahkan belum menemukan buku yang cocok dengan deskripsimu."
"Jika itu benar-benar salah satu yang asli." Kata Alus.
"Tidak ada keraguan kalau mereka akan mencoba memulihkannya."
"Memang."
"Mungkin aku seharusnya memprioritaskan pemulihannya selama pertempuran."
"Mungkin." Kata Berwick.
"Tapi kau tidak dapat disalahkan atas hal itu selama misi. Bagaimanapun, hanya itu yang kumiliki untukmu sekarang."
"Yah, liburan sudah usai, jadi aku harus pergi..... aku hanya berharap mereka bisa diam lebih lama lagi." Kata Alus dengan ekspresi muak sambil pamit.
"Kami mungkin akan memintamu mengambil tindakan lagil."
Kata Berwick tegas, dalam perannya sebagai panglima militer
Alus mengabaikan hal itu saat dia berjalan ke pintu, namun saat dia mencapai pintu itu, dia berhenti dengan membelakangi Berwick dan berkata, "Kau akan terlambat."
Dengan itu, Alus melangkah keluar. Jika mereka bergerak lebih cepat, mungkin semuanya bisa diselesaikan dalam kegelapan.
* * *
Dalam perjalanan pulang, Alus berhenti di Folen seperti yang dia katakan. Sekalipun mereka meluangkan waktu, mereka tidak boleh pulang terlambat. Selain itu, ini mungkin cara sempurna untuk mengeluarkan tenaga. Namun seperti yang diharapkan di kota yang makmur, dibutuhkan lebih dari satu hari untuk melewati semua toko. Saat Alus mengira mereka perlu mempersempit pilihan, dia menyadari kalau keduanya tidak mengikutinya.
"Fia, menurutmu itu apa?"
"Hmm..... aku tidak tahu."
Keduanya menempel pada etalase, menatap barang yang dijual dengan wajah bingung. Di etalase ada koin yang diukir dengan rumus sihir melingkar.
"Itu adalah sinyal asap. Di militer, itu biasa digunakan untuk meminta bantuan, atau memberitahu orang lain lokasi mereka. Ada juga beberapa yang bisa digunakan sebagai tabir asap melawan iblis."
"Sungguh?" Kata Alice.
"Jadi tempat ini bahkan punya hal-hal seperti itu....." Tesfia kagum.
Benda-benda itu adalah barang-barang konsumsi yang tidak mahal, namun barang-barang dengan kualitas lebih tinggi memiliki harga yang lebih tinggi, dan dibandingkan dengan barang-barang dengan kualitas lebih rendah, barang-barang tersebut dapat dijual dengan harga sepuluh kali lipat. Namun ketika membeli barang-barang ini, sudah menjadi kebiasaan umum untuk membeli dari toko-toko yang melayani militer. Bersikap terlalu boros dapat membuat kalian mendapatkan alat yang tidak berfungsi dengan baik saat kalian sangat membutuhkannya, atau bahkan alat tersebut akan meledak sebelum kalian dapat menggunakannya. Mereka yang familiar dengan formula sihir bisa menilai kualitasnya dengan melihat ukirannya, namun hal itu di luar kemampuan Magicmaster pada umumnya. Tesfia dan Alice sepertinya tidak tertarik untuk membeli apapun, namun hal itu tidak menghentikan mereka untuk melihat ke etalase setiap kali mereka melihat sesuatu yang menarik perhatian mereka. Alus segera menyadari kalau mereka tidak akan pernah membuat kemajuan jika ini terus berlanjut. Itulah alasannya—
"Aku akan pergi ke toko yang biasa aku datangi, jadi ayo kita bertemu di gerbang transfer satu jam lagi."
"Jangan tinggalkan aku! Aku ikut juga." Kata Tesfia cepat.
"Aku juga!" Kata Alice.
Kedua gadis itu segera mengaku akan mengikuti Alus, saat Alus mengatakannya. Alus mengangkat bahu, dan memutuskan untuk menyampaikan maksudnya.
"Aku tidak keberatan, tapi ini akan membosankan."
Alus tahu itu mungkin tidak ada gunanya. Mengingat kilauan di mata kedua gadis itu, semua yang kedua gadis itu lihat pastilah hal baru bagi mereka. Setelah itu, Alus melewati gang sempit, menuju ke toko yang sudah dikenalnya di ujung.
Toko itu terletak di dalam sebuah bangunan tua dan bobrok, yang tampak seperti tempat tinggal biasa dari luar. Kedua gadis itu tiba-tiba meringis, karena mengira Alus masuk tanpa izin. Saat Alus membuka pintu kayu, bel berbunyi dengan suara yang tidak nyaring. Kota ini adalah kota industri, dan fakta kalau bangunan seperti ini masih ada sungguh luar biasa. Menurut pemiliknya sendiri, hal itu karena memiliki daya tarik tersendiri.
"Orang tua, apa kau ada di sini?"
"Suara itu..... oh, ternyata itu kau."
Suara bertenaga seorang lelaki tua dari dalam toko merespons Alus. Dari segi usia, tidaklah aneh melihatnya berjalan dengan tongkat, namun akan memakan waktu yang cukup lama hingga lelaki tua itu membutuhkannya. Api masih menyala di matanya.
Orang tua itu menatap Alus dengan tatapan kecewa dan jawaban kasar, namun Alus mengabaikannya. Bagaimanapun, hal itu terjadi setiap saat. Sejauh yang Alus tahu, lelaki tua itu melakukan hal yang sama kepada semua pelanggannya. Namun lelaki tua itu tidak pikun atau semacamnya; lelaki tua itu sebenarnya memiliki ingatan yang luar biasa untuk seumurannya. Nama lengkap orang yang dipanggil 'Orang tua' oleh lingkungan sekitar adalah Budna Yorts. Dia adalah seorang teknisi AWR terkenal di Folen.
"Bagaimana keadaan bisnismu akhir-akhir ini?"
"Yah, ini sungguh membingungkan. Sejak sebulan yang lalu, ketika kami mendapatkan AWR rancangan baru dari Rusalca, barang-barang tersebut menyebar dengan sangat cepat."
"Apa itu berbeda?"
Orang tua itu sangat mengetahui kabar di Folen. Selain itu, dia adalah seorang pandai besi AWR yang sangat terampil. Dia pernah bekerja di departemen produksi AWR militer di masa mudanya, dan bahkan setelah keluar dari departemen tersebut, dia memanfaatkan pengetahuannya untuk bertahan hidup. Dia dikenal sebagai ahli pengrajin di kalangan para pengrajin.
"Tidak, mereka tidak jauh berbeda dari yang lain. Tapi yang lebih penting adalah jenis AWR yang digunakan peringkat Single atau Double diproduksi secara massal. Saat ini, buku sihir bertipe AWR, seperti yang digunakan Single. Siapa namanya perempuan itu? Bagaimanapun, AWR itu sangat populer saat ini. Nyatanya hanya sebagian kecil yang bisa memanfaatkannya secara maksimal."
Budna mempunyai hidung yang tajam dalam urusan bisnis. Peringkat Double sudah cukup dikenal oleh publik, namun peringkat Single dikagumi oleh semua orang. Alhasil, jenis AWR yang mereka gunakan berubah menjadi seperti merek. Tentunya bahan yang digunakan berbeda-beda untuk menekan biaya produksinya.
"Jadi bisa dibilang toko-toko lain sedang terpuruk?"
"Menurutmu begitu..... bukan?"
Budna memasang tatapan tajam di bawah bulu matanya yang panjang. Penyebaran AWR dari Rusalca seharusnya membuat pasar berantakan, namun Budna sepertinya tidak terganggu dengan hal itu.
"Tentu saja ini merupakan pukulan telak bagi perajin AWR yang tidak tampil mengesankan. Tapi anehnya, pembelian barang-barang militer meningkat pada waktu yang sama. Faktanya, secara sekilas, kami menjadi lebih sejahtera dibandingkan sebelumnya."
"Kalau begitu, bukankah itu bagus? Aku ragu itu akan bertahan lama."
Semua pengrajin di sekitar sini bangga dengan keterampilan mereka. Mereka bisa dengan mudah mengatasi masalah kecil seperti ini. Pada akhirnya, dunia pengrajin adalah tempat di mana keterampilan mengalahkan segalanya, dan Alus juga mengetahui hal ini.
"Tentunya itu bukan hal yang buruk. Tapi ada hal yang kau dapatkan ketika berbisnis di sini. Yang kudengar bukan tentara yang melakukan pembelian, bukan juga broker yang menetap di sini. Tampaknya mereka menghindari perhatian publik, melakukan pemesanan dalam jumlah besar dan membeli barang tersebut. Hal itu terorganisir dan dalam jumlah besar. Aku tidak tahu apa yang mereka incar, tapi akan lebih sulit untuk tidak memperhatikan mereka bergerak saat mereka seaktif ini."
"Bukankah mereka hanya berinvestasi pada produk populer?" Tanya Alus.
"Menurutmu begitu. Tapi hanya dalam dua minggu, barang-barang yang cukup untuk empat bulan telah terjual di sini, di Folen ini."
Hal itu sungguh mencurigakan. Pihak militer tidak ada hubungannya dengan pembelian tersebut, jadi mungkin mereka hanyalah pedagang keliling yang tidak memiliki basis di dalam negeri. Namun tetap saja, tidak wajar jika mereka membeli sebanyak itu.
"Jadi begitu. Aku akan mengingatnya. Bisakah aku melihat AWR baru itu?"
"Hahh, kau mungkin tidak akan menemukan apapun yang tersisa di kota ini."
"Oh." Kata Alus dengan suara kecewa. Setelah ambisi penelitiannya tergerak, mendengar itu membuatnya merasa putus asa.
"Yah, jangan khawatir. AWR yang kau gunakan adalah mahakarya terbesarku. Kau tidak membutuhkan penggantinya. Dan bahkan jika aku mencoba memproduksinya secara massal, hanya kau yang bisa menggunakannya."
Seperti yang dikatakan Budna, AWR Alus, Night Mist, merupakan karya gabungan mereka berdua. Memanfaatkan teknologi paling mutakhir, setiap cincin telah dibuat dengan cermat dan diukir dengan formula sihir yang sangat halus. Karena sulitnya menanganinya, Night Mist sangat pilih-pilih dalam memilih penggunanya. Jika seseorang yang tidak memahami esensi Lost Spell mencoba menggunakannya, mereka akan kesulitan bahkan untuk mengaktifkan mantra.
"Heeh, kamu yang membuat AWR milik Al?" Alice, yang dengan hati-hati membaca barang dagangan di toko, berkata dengan terkejut.
"Ya, tapi itu hasil dari kolaborasi kami. Anak itu mengukir formula sihirnya sementara aku yang membuat AWR-nya." Budna memejamkan mata dan bersinar dalam kepuasan diri, sambil mengenang saat dia menyelesaikan karyanya.
Selagi Budna melakukannya, Tesfia mengambil salah satu barang untuk dijual. Saat Tesfia melakukannya, mata Budna terbuka.
"Hei!! Jangan sentuh barang itu, gadis kecil!"
"Biarkan aku menyentuhnya sedikit saja..... kamu tidak boleh pelit!"
Tesfia mengeluh, meski dia buru-buru mengembalikan barang itu ke rak.
Dengan mendengus, Budna kembali menghadap Alus.
"Tapi tetap saja, jarang melihatmu datang ke sini bersama orang lain."
"Ada beberapa keadaan khusus."
Tidak terpengaruh oleh omelan Budna, Tesfia terus melihat-lihat toko itu dengan mata berbinar. Budna semakin menyipitkan matanya yang keriput, mengawasi gadis itu. Setelah Tesfia selesai melakukannya, dia tiba-tiba melontarkan pujian yang jujur.
"Tapi tempat ini benar-benar memiliki variasi yang luar biasa..... bahkan seorang amatir sepertiku pun tahu."
"——! Jadi? Hmm, kau punya mata yang cukup tajam. Itu benar sekali, aku bangga dengan semuanya di sini. Misalnya, yang di sana adalah....."
Beberapa saat yang lalu Budna menatap Tesfia dengan curiga, namun ekspresinya berubah menjadi gembira sekarang. Karena lelaki tua itu akan terus berbicara terus jika seseorang memujinya, Alus segera mengembalikan diskusi ke topik.
"Sebenarnya aku sudah menyelesaikan desain AWR, tapi ketika aku membawanya ke militer, mereka mengatakan kepadaku kalau tidak mungkin membuat sesuatu yang begitu canggih. Itu sebabnya aku membawanya ke sini, ke pandai besi yang pernah aku dengar kabar bagusnya." Dengan menggunakan Night Mist, Alus berhasil memancing Budna kembali ke jalurnya.
"Cincin-cincin itu sebenarnya terbuat dari bahan yang sama persis dengan bilahnya." Kata Budna kepada Tesfia.
"Aku juga mengaplikasikan lapisan agar cocok untuk mengukir formula sihir."
"Sungguh? Ada ratusan cincin dari AWR itu, kan?"
"Ya, dan itu saja membutuhkan waktu dua tahun. Aku belum pernah mendapatkan pekerjaan sebesar itu sejak saat itu. Sudah lama sekali sejak aku mengambil pekerjaan seperti itu....." Kata Budna sambil mulai menuangkan air panas ke dalam teko kecil.
Merasa Budna akan keluar dari topik lagi, Alus memutuskan untuk langsung ke intinya.
"Sebagai permulaan, apa kau punya bahan bagus dan berkualitas tinggi untuk AWR?"
"Segala sesuatu di tokoku telah dinilai dengan mataku sendiri. Saat ini, satu-satunya hal yang aku tidak miliki adalah mithril."
"Yah, butuh waktu berbulan-bulan antara penemuan mithril, jadi mau bagaimana lagi. Barang apa lagi yang kau punya?"
Mithril adalah sejenis logam sihir yang banyak digunakan untuk berbagai tujuan benda sihir. Bahan ini juga merupakan salah satu bahan terbaik untuk AWR, dan karena kelangkaannya, diperlukan banyak keberuntungan untuk mendapatkannya. Yang dimaksud Alus dengan 'Barang apa lagi' tidak mengacu pada bahan berkualitas tinggi lainnya, melainkan bahan lain yang dimiliki Budna. Budna langsung memahaminya.
"AKu tidak bisa bilang kalau aku tidak punya apa-apa...."
Dengan senyuman yang tak kenal takut, Budna berdiri dan menuju ke ruang belakang. Dia segera kembali dengan sebatang keemasan di tangannya.
"Apa itu?" Seru Tesfia.
"Entalah." Jawab Budna.
Terkejut dengan kilauannya, Tesfia menyela untuk melihat lebih dekat.
"Emas?"
"Hei! Kamu itu bangsawan, jadi jangan bertingkah tamak!"
Mengesampingkan kata-kata Alus, Tesfia menatap ingot itu dengan rasa penasaran.
"Jangan begitu pelit, material itu indah..... jadi apa itu emas?"
"Tidak, tidak. Sejujurnya, aku tidak begitu tahu material apa ini. Konduktivitas mananya bagus, jadi aku yakin bahan ini akan menghasilkan AWR yang bagus, tapi karena komposisinya tidak bisa dianalisis, aku tidak bisa menggunakannya sebagai bahan dalam produkku."
"Material itu tidak bisa dianalisis?" Kata Tesfia.
"Itu menarik."
Biasanya hal ini berarti kalau data tersebut tidak dapat dianalisis menggunakan teknologi terkini, atau tidak dapat dianalisis karena keadaan khusus. Misalnya saja, benda tersebut mungkin berasal dari pasar gelap yang tidak dapat diproduksi dengan cara biasa, dan karenanya ilegal. Bahkan bisa berupa material yang bisa berujung pada hukuman jika teridentifikasi dan dimiliki seseorang. Berdasarkan pernyataan Budna, sepertinya itu adalah pertama kalinya, sesuatu yang tidak dapat dianalisis oleh rata-rata pengrajin seperti mereka. Namun pemilik toko juga merasa material tersebut tidak diperoleh melalui cara biasa, sehingga menjadikannya material yang sangat tidak biasa.
"Aku sedang berpikir untuk membiarkanmu melihatnya saat kau datang lagi ke sini. Jadi, apa kau tahu sesuatu?"
Alus memegang batangan keemasan itu dan dengan hati-hati memeriksanya. Tampaknya material itu bukan mineral biasa, tapi dia tidak tahu pasti.
"Orang tua, berapa yang kau inginkan untuk ini?"
"Aku tidak berjuang demi uang. Jadi ambil saja dengan harga rata-rata beberapa bahan yang ada di sekitar sini. Sebagai gantinya....."
"Baiklah. Kalau mineral ini berhasil aku analisa, aku akan memintamu membuat AWR dari material ini." Kata Alus. Dia mengeluarkan kartu lisensinya, yang juga berfungsi sebagai pembayaran, dan memegangnya di terminal pembayaran.
Melihat itu, Budna segera mengerjakan registernya. Angka yang muncul memiliki enam angka nol setelahnya.
"——!!" Alice bereaksi.
"Semahal itu?!" Tesfia meringis.
"Toko ini hanya menjual barang-barang berkualitas tinggi. Barang yang kamu pegang sebelumnya juga harganya cukup mahal." Kata Alus padanya.
"Seriusan?!"
"Setidaknya, biayanya lebih mahal daripada gaji tahunan rata-rata Magicmaster."
Meski begitu, yang dibeli Alus bukan pada tingkat pendapatan tahunan, melainkan pada tingkat pembelian rumah. Namun tergantung pada hasil analisisnya, benda itu mungkin akan bernilai jauh lebih tinggi. Namun akan menonjol jika dibawa pulang seperti itu, maka Budna memasukkan batangan tersebut ke dalam kotak kayu polos. Mata lelaki tua itu tidak hanya bersinar oleh cahaya keemasan dari batangan itu, namun juga dengan harapan kalau dengan ini, dia akan mampu membuat karya terbaiknya.
Dia memiliki semangat seorang pengrajin sejati, pikir Alus sambil berkata pada Budna.
"Sampai jumpa lagi."
Alus kemudian meninggalkan toko dengan dua gadis itu di belakangnya. Waktu telah berlalu sebelum mereka menyadarinya. Di luar sudah mulai gelap. Saat ini, Folen menunjukkan tampilan yang berbeda. Jalan utama tiba-tiba dipenuhi dengan stand, dan kota yang berbau besi berubah total. Tidak seperti siang hari, jalan utama ramai, dan kalian akan dimaafkan jika kalian mengira sedang ada festival. Pada malam hari, para perajin kota industri mendirikan kios yang menjual aksesoris dan aneka barang sebagai pekerjaan sampingan dan waktu istirahat. Hasilnya, jalan utama menjadi menyilaukan, dan terlihat lonjakan pelanggan perempuan di mana-mana.
"Kalian bisa menemukan aksesoris yang lebih kokoh di sini, dibandingkan di butik di sana. Kios-kios seperti ini juga bisa mendapatkan penawaran yang tidak terduga....."
Alus berpendapat kalau semakin kokoh sesuatu maka semakin bagus, yang merupakan pola pikir yang sangat berbeda dari pola pikir perempuan yang berorientasi pada fashion. Namun tidak satu kata pun dari perkataannya sampai kepada kedua gadis itu, karena mereka benar-benar terpaku untuk mengunjungi semua kios.
"Cantik sekali bukan, Fia?"
Bahkan perkataan Alice tidak terdengar. Tesfia berlari dari satu stand ke stand lainnya, tergiur pada barang-barang yang dipajang.
"Mouu....." Dengan ekspresi tercengang, Alice menoleh ke arah Alus, namun kenyataannya Alice terlihat sama bersemangatnya dengan Tesfia. Melihat sekilas saja sudah cukup bagi Alus untuk menebak apa yang diinginkan Alice itu.
"Tidak apa-apa, asal jangan tersesat."
Bagaimanapun juga, mereka sedang dalam perjalanan pulang, dan Alus mengatakan itu akan baik-baik saja, jadi Alus memutuskan untuk dalam diam mengikuti mereka berdua. Alice sangat bersemangat, namun Tesfia menatap segala sesuatu di sekitarnya, sibuk berlarian. Alus akhirnya muak, dan memutuskan untuk menunggu saja di tengah jalan. Sebagai hasilnya, Alus berdiri di tengah jalan tanpa melakukan apapun untuk sementara waktu, sementara kedua gadis itu pergi ke segala arah saat mereka melihat sesuatu yang menarik. Akhirnya, mereka tiba-tiba berhenti. Alus memperhatikan hal ini, dan menuju ke kios yang sepertinya menarik perhatian mereka. Kios itu adalah sebuah kios sederhana yang terdiri dari barang-barang yang diletakkan di atas selembar papan. Namun, barang-barang berwarna-warni itu sendiri menarik perhatian para gadis sampai-sampai mereka berjongkok untuk melihat lebih dekat.
"Hei paman, berapa harganya?"
Tesfia mengambil jepit rambut cantik dan menanyakan hal ini kepada pemilik kios dengan suara lincah. Pemiliknya terlihat terlalu muda untuk dipanggil 'Paman', namun dia tidak menunjukkan tanda-tanda tersinggung karena itu saat dia mengangkat tiga jarinya. Mata uang yang digunakan umat manusia disebut Deld. Koin-koin tersebut terbuat dari tembaga, perak dan emas, dan nilainya masing-masing 500, 5.000 dan 10.000 Deld. Ada juga 100 lembar kertas Deld, dan setengah lembar kertas senilai 50 Deld. Namun dengan bertambahnya jumlah Magicmaster, hanya ada sedikit koin dan uang kertas yang tersisa dalam peredaran. Sekarang sudah menjadi hal yang umum untuk menggunakan pembayaran dengan kartu lisensi, jika mereka punya, untuk membayar. Penjual itu mengacungkan tiga jarinya, dan biasanya seseorang akan membayangkan itu berarti 3.000 Deld.
"Itu 30.000 Deld."
"——!! Mahalnya." Seru Alice dengan nada frustrasi.
Tesfia, sebaliknya, dengan tenang manaruh kembali jepit rambut itu.
"Maaf, tapi jika harganya aku turunkan lebih rendah lagi, aku akan rugi."
Penjual itu tersenyum kecut. Itu benar-benar hal terbaik yang bisa penjual itu lakukan, dan dia hampir tampak menyesal karenanya. Alus, setelah sampai di kios itu, dengan sinis berkata kepada Tesfia.
"Kamu itu padahal bangsawan, jadi jangan pelit begitu. Aku yakin kamu menerima uang saku lebih dari cukup untuk itu."
"Aku ini tidak punya cukup uang untuk beli sesuatu seenaknya. Aku seorang pelajar yang juga bekerja tahu!"
Mendengar jawaban yang masuk akal tersebut, Alus pun terdiam. Tiga puluh ribu Deld cukup untuk hidup orang dewasa selama sebulan. Semakin dekat ke garis pertahanan, semakin murah harga tanahnya, dan semakin jauh maka semakin mahal harganya. Untuk tempat seperti ini, harga sewanya sekitar 40.000 Deld. Itu juga merupakan gaji bulanan rata-rata seorang Non-Magicmaster.
Seorang Magicmaster memperoleh sekitar 400.000 Deld sebulan, dan mereka yang bekerja di Dunia Bagian Luar juga menerima bonus berdasarkan pencapaian mereka. Dengan mempertimbangkan keadaan tersebut, harga 30.000 Deld tidaklah murah. Namun, Alus pun tahu kalau jepit rambut yang dipilih Tesfia adalah aksesori berkualitas bagus. Bahkan tanpa pengerjaan yang indah, jepit rambut itu sangat tahan lama dan tidak mudah rusak. Pembuatnya mungkin adalah seorang pandai besi AWR, karena material tersebut terbuat dari bahan yang sama yang digunakan untuk membuat AWR, dan tidak menghalangi aliran mana. Tesfia kembali menatap jepit rambut itu dengan penuh menginginkannya. Alice, yang melakukan diskusi serupa dengan pemilik kios, dengan sedih mengembalikan gelang yang diambilnya.
Kios ini menjual barang-barang yang cukup mahal, pikir Alus dalam hati.
Artinya penjual itu mungkin menghasilkan banyak penjualan. Harga barang-barang seperti ini di kios lain hanya akan mencapai beberapa 1.000 Deld. Kios-kios terkadang menjual barang-barang mahal seperti ini, namun harganya agak mahal. Namun dari penilaian Alus, barang semacam ini harganya dua kali lipat di toko biasanya. Dalam hal ini, kedua gadis itu sangat memperhatikan kualitasnya. Saat itulah Alus melihat sebuah kotak di dekat kaki penjual itu.
"Hmm? Apa itu?"
Karena letaknya di dekat kaki penjual itu, barang itu mungkin tidak untuk dijual, namun telah menarik perhatian Alus.
"Aku bisa melihat kalau kau bisa melakukan pengamatan yang bagus. Aku pikir benda itu akan memakan biaya terlalu mahal untuk dijual di kiosku, dan aku tidak ingin menjualnya bersama barang lainnya."
Di dalam kotak itu ada sebuah liontin. Liontin itu memiliki rantai perak yang dibuat dengan pengerjaan halus, dan bola seperti permata itu berwarna putih keruh. Dari segi ukuran, ukurannya kira-kira sebesar kuku ibu jari. Sulit untuk menggambarkannya sebagai indah. Namun Alus sedikit terkejut saat menyadari bola apa itu.
"Bola itu adalah sejenis batu sihir, ya."
"——!! Siapa kau sebenarnya? Benda ini bukanlah sesuatu yang bisa dengan mudah kau temukan di sekitar sini."
Pengamatan penjualnya sangat tepat. Batu sihir paling sering dibawa oleh Magicmaster dalam misi di Dunia Bagian Luar sebagai kebutuhan. Meskipun tidak dimasukkan ke dalam AWR, batu permata dengan konduktivitas mana yang tinggi disebut batu sihir. Banyak dari mereka memiliki sifat membatasi mana di dalamnya, dan diproses berdasarkan jenis batunya. Bola liontin itu berwarna putih kabur di dalamnya. Alus memperkirakan batu mana itu akan diklasifikasikan sebagai batu penyegel. Batu penyegel bekerja dengan menyegel mana milik seseorang di dalamnya, dan dapat digunakan sebagai umpan untuk membingungkan para iblis. Hal ini berguna saat melarikan diri dari beberapa Iblis. Alasan mengapa penjualnya mengatakan Alus tidak bisa dengan mudah menemukannya di sekitar sini itu, cukup sederhana. Batu mana jenis ini dibuat sebagai amunisi militer. Mengubahnya menjadi hiasan sangatlah jarang.
"Aku rasa ini pertama kalinya aku melihatnya dibuat sebagai aksesori, dan bahan mentahnya berbeda dari barang yang biasa digunakan militer, bukan?" Tanya Alus.
"Itu benar."
Artinya tidak ada yang perlu dikeluhkan sehubungan dengan barang itu. Alus juga tidak lupa mencarikan hadiah untuk Loki. Bukan saja itu tidak biasa, namun menurutnya barang itu juga merupakan ide yang menarik. Namun jika menyangkut aksesori—permatanya sendiri terasa kurang. Meskipun Alus tidak mencari sesuatu yang jelas-jelas mahal seperti yang disukai kaum bangsawan, bahkan dia merasa warna putih kusam kurang cantik. Melihat Alus tenggelam dalam pikirannya, pemiliknya mulai dengan ambisius mendeskripsikan barang dagangannya.
"Permata ini disebut Calderit."
Pertama itu adalah pertama khusus dengan kemurnian tinggi. Bukan hanya batu penyegel, namun juga digunakan untuk mengidentifikasi afinitas seorang Magicmaster.
"Ini adalah produk kelas satu yang dibuat dengan keterampilan luar biasa. Rantainya terbuat dari mithril, dan dirancang oleh pengrajin kelas satu. Dan kau benar-benar memahaminya."
Penjual itu membungkuk, tangannya menutupi mulutnya saat dia berbisik.
"Warna permata di dalamnya merespons mana yang mengalir melaluinya, dan menyala tergantung pada atributnya. Misalnya, atribut air akan mengubahnya menjadi biru tua..."
"Itu menarik, tapi tidak akan bertahan lama." Kata Alus.
Begitu mana berada di luar tubuh, informasinya mulai membusuk. Dengan kata lain, seiring berjalannya waktu, sisa mana pada akhirnya akan hilang. Batu penyegel awalnya dibuat untuk menampung mana, namun bahkan batu yang digunakan sebagai umpan di militer hanya bertahan paling lama sehari.
"Para pengrajinnya sudah memikirkan hal itu. Permukaannya telah dilapisi untuk mempertahankan mana secara semi permanen. Jadi setelah kau memasukkan mana ke dalamnya, warnanya akan tetap sama setelah berubah."
"Jadi begitu. Lalu berapa harganya?"
Ketika Alus menanyakan hal ini, pemiliknya memasang ekspresi menyesal di wajahnya.
"Aku khawatir anak muda sepertimu tidak mampu membelinya. Harganya adalah 3.600.000 Deld."
Namun, itu jauh lebih rendah dari perkiraan Alus. Alus telah mempersiapkan diri karena harganya setidaknya 5.000.000 Deld, jadi Alus hampir langsung menerima tawaran itu; namun kemudian dia menyadari kalau dirinya bisa mendapatkan lebih banyak manfaat darinya.
"Tidak masalah. Aku akan membelinya, jadi tambahkan itu dan itu juga."
Kata Alus sambil menunjuk pada barang yang diinginkan Tesfia dan Alice.
"——!!"
Alus mengeluarkan kartu lisensinya, di hadapan penjual itu yang matanya melebar karena terkejut. Melihat itu, penjual itu akhirnya mengerti kalau dirinya sedang berhadapan dengan seorang Magicmaster.
"Jadi begitu. Aku tidak keberatan menjualnya satu set, tapi sebenarnya, siapa kau ini?"
"Aku hanya seorang Magicmaster. Kau tidak sering menemukan sesuatu seperti ini.... tetap saja, dengan 3.600.000 Deld itu, apa kau bisa mendapat untung dari ini?"
"Yah, aku memang bilang aku tidak punya niat untuk menjualnya, tapi kenyataannya aku tidak bisa menemukan pembeli untuk itu. Itu sebabnya, aku meninggalkannya dalam hal ini. Barang ini terlalu mahal untuk dijual di sekitar sini... aku mungkin tidak akan membuat yang lain. Tapi aku terharu mendengarmu mengatakan itu."
Tidak perlu dikatakan kalau tidak semua perajin di kota ini adalah penjual yang lihai. Alus memegang kartu lisensinya pada pembaca kartu dan selesai membayar.
"Terima kasih atas pembelianmu."
Kata penjual itu sambil mengantar Alus dan yang lainnya pergi dengan ekspresi puas.
"Terima kasih, Al!" Kata Tesfia.
"Terima kasih banyak, Al!!" Alice berkata dengan gembira.
Tesfia menerima jepit rambut dari Alus dan gelang yang diinginkan oleh Alice. Keduanya segera mengenakan hadiah baru mereka, dengan ekspresi gembira.
"Yah, itu hanya karena aku membeli oleh-oleh untuk Loki."
Kenyataannya, biaya yang dikeluarkan Alus sebenarnya tidak terlalu mahal. Jadi jika mereka senang atas hal seperti ini, maka itu juga tidak masalah....
"Aku merasa penilianku terhadap uang akan hancur jika aku bersamamu."
Kata Tesfia, namun dengan senyum cerah. Tampaknya kedua gadis itu benar-benar puas. Sekarang yang tersisa hanyalah kembali ke rumah.
Memang benar, itu mungkin bukan pembelian yang murah, namun Magicmaster menerima gaji yang tinggi. Sebagai Magicmaster dengan peringkat tertinggi di antara mereka semua, Alus memiliki lebih banyak uang daripada yang bisa dia belanjakan. Sebagian dari uang tersebut berasal dari hasil penelitiannya, namun sebagian besar berasal dari pengambilan kembali wilayah milik manusia karena prestasinya sendiri. Biasanya, beberapa ratus Magicmaster tingkat tinggi akan dikirim untuk merebut kembali wilayah tersebut. Karena Alus akan menerima uang yang sama dengan yang mereka terima secara kolektif, dia dengan mudah mendapatkan lebih banyak uang daripada Gubernur Jenderal.
* * *
Alus kembali ke laboratorium sedikit lebih lambat dari waktu makan malam. Saat itu hampir jam malam asrama, namun Tesfia dan Alice menemaninya kembali ke laboratorium, dan tanpa ragu-ragu, seolah itu adalah hal paling alami bagi mereka berdua. Saat pintu terbuka, seorang gadis berambut perak sudah menunggunya.
Saat Alus melihat sekilas warna perak ketika dirinya membuka pintu, wajahnya berkedut. Rasanya seperti dihadapkan pada bom waktu. Alus melihat Loki mengenakan celemek, lengannya disilangkan dan pipinya menggembung dengan ekspresi tidak senang. Tatapan Loki yang kuat seperti menembakkan laser ke mata Alus, dan keheningan pun menyusul. Tidak ada seorang pun yang ingin menjadi orang pertama yang berbicara dalam suasana dingin seperti ini. Namun, sepertinya hal itu bisa ditangani berdasarkan posisi seseorang dan bagaimana seseorang menggunakannya.
"Ah, oh, apa kalian melihat jamnya..... kurasa aku akan segera pulang!"
Alice tidak dapat menatap mata Loki, dan mencari alasan untuk melarikan diri dari laboratorium. Itu adalah metode licik yang memaksakan semua tanggung jawab menangani Loki kepada satu orang. Dan selanjutnya—
"I-Itu benar! Kita tidak boleh melewatkan jam malam!" Tesfia mati-matian mencoba menggunakan logika. Dia juga tidak bisa melihat ke arah Loki.
Akulah satu-satunya yang peduli dengan jam malam, balas Alus dalam hati.
Alus mempunyai setengah pikiran untuk menghentikan pelarian kedua gadis itu, namun mempertimbangkannya kembali, karena itu belum terlalu matang.
"Kalau begitu, sampai jumpa lagi, Al. Dan terima kasih untuk hari ini!"
"Sampai jumpa besok. Aku akan menjaga ini dengan baik."
Tesfia memamerkan jepit rambut barunya dengan gaya kuncir kuda rambutnya, sambil berbalik ke pintu. Namun permata merah di dalamnya mungkin hanya menambah bahan bakar ke api. Saat Loki menatap jepit rambut itu, matanya semakin menyipit.
Mengucapkan terima kasih boleh saja, tapi kenapa mereka harus melakukannya sekarang? Mereka itu membalas budi dengan dendam.
Merasakan aura berbahaya datang dari Loki, Alus tidak bisa mengalihkan pandangan darinya, namun Alus secara mental mengutuk kedua gadis itu yang dirinya dengar berjalan menjauh dari laboratorium. Akhirnya, Loki menghela napas panjang.
"Jadi, kemana kamu pergi hari ini?"
Ketika Loki akhirnya berbicara, dia tidak terdengar marah seperti yang diharapkan. Malah, dia terdengar jengkel. Bukan berarti Alus punya niat buruk. Alus hanya meninggalkan pesan untuknya karena Alus tidak ingin membangunkan Loki ketika Loki terlihat sangat lelah.
"Kami pergi ke kantor Gubernur Jenderal untuk membicarakan tentang afinitas Alice yang tidak memiliki atribut, dan meminta dukungannya."
"Begitu, dan sepertinya semuanya berjalan baik-baik saja. Tapi jika kamu harus bersusah payah menulis pesan untukku, kamu bisa saja membangunkanku."
"Kamu membantuku menulis laporan sepanjang malam. Aku tidak cukup kejam untuk memaksamu bangun saat kamu sedang kelelahan."
Alus mulai berjalan, seolah mengatakan itu saja. Saat Alus melewati Loki, Alus meletakkan tangannya di atas kepala gadis itu.
"Alus-sama pasti lelah juga, jadi bagaimana aku bisa tidur begitu saja?"
Loki membantah dengan suara yang sangat pelan sehingga Alus memutuskan dia bisa mengabaikannya. Berpikir Alus berhasil menghindari pertanyaan itu, dia menghela napas lega.
"Jadi, dalam perjalanan pulang, kamu menikmati kencan dengan mereka berdua."
Bertentangan dengan harapan Alus, Loki telah mengetahuinya. Dan Loki mendengar apa yang dikatakan kedua gadis itu. Ketika hal semacam itu terjadi di depan matanya, tentunya dia tidak akan mengabaikannya.
"Si berisik itu hanya ikut seenaknya, jadi ini bukanlah kencan, dan hadiah itu hanyalah sesuatu yang kudapat saat aku keluar."
Alus merogoh sakunya dan mengeluarkan paket yang dibungkus dengan gaya. Penjual sebelumnya itu telah menunjukkan pertimbangan dan selera yang tidak terduga.
"Ambilah, ini hadiahmu untuk kali ini."
"Hehh?!"
Loki dengan ceroboh menyerahkan kotak kecil itu kepada Loki, yang secara refleks mengambilnya. Kotak kecil itu dibungkus kertas, dengan pita lucu sebagai hiasannya.
".....Bolehkah aku membukanya?"
Alus menjawab dengan biasa, "Ya." sambil pindah ke kamarnya untuk berganti pakaian.
"......!!"
Alus bisa mendengar suara kotak itu dibuka, namun keheningan panjang terjadi setelahnya. Setelah selesai berganti pakaian, Alus kembali ke ke sana dan bertanya apa Loki tidak menyukainya.
"Jika tidak menyukai itu, aku minta maaf. Aku tidak terlalu terbiasa dengan memberi hadiah seperti ini."
"Bukan seperti itu....."
Dengan mata tertunduk, Loki memegang liontin itu di dadanya. “
"Aku hanya merasa senang saja..... terima kasih banyak, Alus-sama."
Saat Loki menatapnya, matanya berkaca-kaca karena kebahagiaan yang sepertinya akan tumpah dalam sekejap.
"Barang itu adalah penemuan yang sangat bagus, dan jika kamu menuangkan mana melalui batu itu, batu itu akan menyala dengan indah tergantung pada disposisi mana milikmu. Aku yakin warnanya akan indah jika kamu mencobanya."
"Ya."
Kata Loki, dan melihat liontin itu lagi. Setelah menggosok matanya, dia membalas tatapan Alus dengan senyum lebar di wajahnya. Seolah ingin mencobanya segera, Loki meletakkan liontin itu di telapak tangannya..... namun tidak membiarkan mana apapun menembusnya.
".....Alus-sama, berapa kali liontin ini akan bereaksi terhadap mana-ku?"
Batu mana sihir semuanya merupakan barang sekali pakai. Alus menanggapinya dengan apa yang dikatakan penjual itu kepadanya.
"Sekali saja. Dan seharusnya itu dilapisi sehingga informasi mana yang tersegel di dalamnya tidak akan hilang."
Loki menunduk sekali lagi, sebelum menatap Alus dengan tekad yang kuat.
"Kalau begitu bolehkah aku meminta sesuatu kepadamu, Alus-sama?"
"Maksudmu.... menggunakan mana-ku?"
Loki mengangguk, dengan senyuman yang mengungkapkan perasaan sebenarnya tentang hal itu. Informasi mana mencerminkan atribut serta segala jenis informasi menarik. Hal itu mencakup segala hal tentang orang tersebut, bahkan akumulasi pengalaman mereka. Itulah sebabnya......
"Menurutku mana-ku tidak akan menghasilkan warna yang indah."
Memikirkan masa lalunya yang kotor, mana Alus tidak normal. Itu sebabnya mana dalam hidupnya tidak akan pernah memberikan cahaya terang pada permata.
"Aku ingin pertama ini terisi mana milikmu."
Loki mati-matian berusaha menjaga emosinya yang berpacu agar tidak terlihat, mengulurkan liontin itu ke arah Alus, yang dengan santai meraihnya.
Orang-orang mengatakan kalau perempuan hanya tertarik pada hal-hal yang berkilau. Dalam hal ini, mana Alus sebenarnya tidak cocok untuk itu. Yah, jika itu yang diinginkan Loki, menentangnya lebih jauh adalah tindakan yang tidak sopan. Meskipun Alus tidak terlalu ingin melakukannya, dia membiarkan mana-nya mengalir melalui liontin itu. Alus lalu perlahan membuka tangannya. Saat tangannya terbuka untuk memperlihatkan liontin itu, Loki menatap terus ke atasnya.
".....Aku sudah bilang."
Seperti dugaan Alus, permata itu telah berubah warna menjadi malam paling gelap, tanpa bintang yang terlihat. Bahkan ada beberapa retakan di dalamnya. Membiarkannya berwarna putih kusam akan lebih baik.
"Maaf soal ini. Aku akan membelikanmu yang baru suatu hari nanti."
Namun, liontin itu diambil dari tanga Alus.
"Terima kasih banyak, Alus-sama! Aku sangat senang..... aku tidak akan meminta apapun lagi."
Mana Alus ada di dalam permata itu. Sebagian dari apa yang telah Alus masukan ke sana; dan Loki menghargai bisa merasa sedekat itu dengan Alus lebih dari apapun. Tidak ada hal lain yang lebih baik yang bisa Loki minta dari itu.
"Seperti yang aku katakan, permata itu sudah dilapisi. Meskipun menurutku itu tidak dilemahkan oleh retakan..... apa kamu baik-baik saja dengan itu? Liontin itu bisa menjadi jauh lebih indah....."
"Ini baik-baik saja. Ini yang aku inginkan. Dan kamu bilang ada hal yang lebih indah, tapi bagiku tidak ada yang lebih indah dari ini!"
Loki menempelkan liontin itu ke dadanya, seolah ingin memeluknya. Melihat itu, ujung bibir Alus melengkung membentuk senyuman masam. Pada akhirnya, Alus tidak mengerti cara kerja hati seorang perempuan.
"Yah, jika kamu tidak masalah dengan itu, maka tidak perlu ada yang perlu kukatakan lagi." Hanya itu yang bisa Alus katakan.
"Alus-sama, bisakah kamu memakainya?"
Alus mengangguk dan mengambil rantai di tangannya, permata hitam retak menjuntai di bawah. Loki berbalik dan membawa tangannya ke belakang lehernya untuk menyisir rambutnya. Tengkuk putih ramping Loki menawan. Alus mengalungkan rantai Liontion itu di leher Loki dan menutup pengaitnya. Loki kemudian membiarkan rambutnya tergerai, berbalik menghadap Alus dan menanyakan bagaimana penampilannya. Permata yang tergantung di tulang selangkanya bersinar di kulit putihnya.