Seventeenth Chapter : The Aristocrats’ Tea Party
Tesfia mengucapkan perpisahannya yang menyedihkan kepada Alice di pintu masuk asrama. Tesfia sedang menghadapi tantangan terbesarnya—kembali ke rumah, tempat ibunya menunggu. Ketika dia pulang ke rumah selama liburan musim panas, masa tinggalnya dipersingkat ketika Institut diserang. Kemarin dia mendapat pesan dari ibunya untuk pulang ke rumah, karena insiden itu sudah selesai. Berdasarkan kepribadian ibunya, Tesfia membayangkan ibunya itu menginginkan lebih dari sekedar laporan sederhana tentang situasi saat ini. Tesfia tidak bisa menyembunyikan kesuramannya. Berada bersama ibunya saja sudah menyakitkan.
Ibunya, Frose, adalah seorang jenderal, memimpin para Magicmaster dalam misi pemusnahan skala besar. Setelah itu, ibunya bertugas sebagai instruktur, melatih Magicmaster untuk pertarungan langsung. Itu sebabnya ibunya sangat ketat terhadap mereka yang menempuh jalur sihir; ibunya bahkan tidak menunjukkan belas kasihan terhadap putrinya sendiri. Ibunya pensiun ketika kariernya mencapai titik perhentian yang baik. Menurut ibunya, itu karena ibunya itu telah melatih penerus yang baik.
Namun dari sudut pandang Tesfia, dia mengira itu mungkin karena ayahnya kehilangan nyawanya dalam misi di Dunia Bagian Luar. Akibatnya, mereka tinggal menjadi keluarga beranggotakan dua orang, dan mungkin itulah sebabnya ibunya begitu tegas. Tesfia memiliki harga dirinya sebagai bangsawan, dan dia telah melakukan upaya yang sesuai dengan namanya, namun tidak peduli seberapa keras dia mencoba, dia dapat menghitung berapa kali ibunya memberinya usapan kepalanya dengan lembut dengan satu tangan. Tidak peduli seberapa baik prestasi Tesfia di Institut, hal itu tidak pernah cukup bagi ibunya. Akhir-akhir ini, ibunya menjadi semakin keras terhadap Tesfia. Karena itulah Tesfia enggan pulang untuk kedua kalinya.
"Kalau begitu..... aku berangkat."
"Tapi setidaknya tidak ada masalah dengan nilaimu saat pertama kali pulang. Benar?"
"Ya, tapi ibuku menanyakan banyak pertanyaan....."
"Begitu. Lagipula, kita tidak bisa membicarakan tentang Al."
Kata Alice. Dia mengetahui secara langsung betapa ketatnya Frose. Jika Frose terus-menerus bertanya tentang Alus, maka Alice bisa membayangkan Tesfia menyerah pada ibunya. Namun kenyataannya, Alus bukanlah satu-satunya hal yang perlu dikhawatirkan oleh Tesfia. Tesfia dengan ringan menggelengkan kepalanya, masih dengan ekspresi muram, atas kekhawatiran sahabatnya itu.
"Tapi kamu tahu, bukan itu saja..... sebenarnya, lupakan. Oke, sampai jumpa lagi!"
Bertingkah ceria semampunya, Tesfia melangkah ke Circle Port.
Berbeda dengan kunjungan pertamanya ke rumahnya, Tesfia tidak perlu membawa banyak barang bawaan. Yang dia bawa kali ini hanyalah Katana-nya. Mulai saat ini, dia akan melakukan perjalanan melalui beberapa kota, dan beralih ke mobil di tengah perjalanan. Tentunya, sumber tenaga mobil itu adalah mana buatan. Meskipun kendaraan jenis ini sudah menjadi hal yang lumrah akhir-akhir ini, harganya masih mahal dan hanya orang kaya yang mampu membelinya. Setelah melewati sejumlah Circle Port, Tesfia menghela napasnya untuk kesekian kalinya hari ini; dia khawatir tentang apa yang harus dilaporkan kepada ibunya tentang insiden tersebut.
Semakin dekat dia ke kawasan Fable, semakin banyak vitalitasnya yang hilang bersama helaan napasnya. Pada awalnya, Tesfia bisa menghibur dirinya dengan berjalan melalui pemandangan kota yang ramai—namun saat dia mendekati Babel, pemandangan itu mulai berubah. Perjalanan melalui dua atau tiga Circle Port membawanya ke kota paling utara di distrik kelas menengah, sebuah area yang dipenuhi toko-toko mewah. Namun, di sanalah orang-orang kaya kelas bawah tinggal.
Meski begitu, masih banyak lampu jalan yang layak untuk lingkungan kaya, menerangi orang-orang yang berjalan di jalanan pada malam hari. Rumah-rumah dirancang untuk memamerkan kelas dan kedudukan orang-orang yang tinggal di sana, dan taman-taman dipelihara dengan indah. Pemandangan lingkungan ini membebani Tesfia, dan kegelisahan yang dia rasakan berubah menjadi kecemasan yang lebih dalam. Setelah bertemu Alus, Tesfia menyadari betapa diberkatinya dirinya, dan betapa riangnya hidupnya. Aku yakin sebagian besar orang-orang di sini bahkan belum pernah melihat iblis sama sekali. Meminjam kata-kata Alus saat itu, Tesfia memikirkan hal ini dalam hati.
"Maaf membuatmu menunggu, Ojou-sama."
Tiba-tiba Tesfia mendengar suara yang dikenalnya. Hal itu mengejutkannya, namun dia sudah mengira orang itu ada di sini. Orang itu adalah kepala pelayan keluarga Fable, Selva Greenus. Kepala pelayan tua dengan ekspresi ramah, rambut abu-abu, dan jas hitam dengan anggun meletakkan tangannya di pintu mobil untuk membukanya.
"Terima kasih telah menyambutku, Selva."
Orang itu telah melayani keluarga mereka sejak sebelum Tesfia lahir, dan kalian akan tahu kalau dia sudah tua hanya dari melihat rambutnya. Selain itu, dia juga memiliki kerutan yang dalam di wajahnya, tanda usia lanjut dan pengalaman seumur hidup. Dia memiliki sosok yang tinggi dan ramping, dan punggungnya selalu lurus, gambaran seorang kepala pelayan yang baik. Meskipun rambut abu-abunya menunjukkan usianya, hal itu hanya menonjolkan ke eleganan yang dia pancarkan.
Selva pernah menjadi seorang Magicmaster. Atau lebih tepatnya, posisinya agak istimewa; dia bisa menggunakan sihir, namun dia belum pernah mengambil gelar resmi sebagai Magicmaster. Pada awalnya, dia dipekerjakan sebagai penjaga Keluarga Fable, namun seiring berjalannya waktu dia menerima tugas tambahan, hingga akhirnya dia mendapat posisi seperti kepala pelayan. Saat ini, tugas jaga hanyalah fungsi sekunder dari pekerjaannya. Selain itu, Selva berspesialisasi dalam bertarung dengan manusia; dan meskipun dia sudah melewati masa puncaknya secara fisik, gaya bertarungnya menggunakan sihir tetap sama halusnya seperti biasanya. Orang tua ini jauh lebih cakap daripada penjaga muda yang berwajah segar.
"Aku mendengar insiden yang terjadi adalah bencana. Tapi untungnya, sepertinya tidak ada hal serius yang terjadi."
Melihat Tesfia menundukkan kepalanya, Selva mengelus jenggotnya dan dengan lembut menatapnya.
"Oh, tidak apa-apa. Aku hanya senang karena tidak terjadi apa-apa...... aku yakin kamu lelah, silakan masuk ke dalam."
Masuk ke dalam mobil sihir, Tesfia merasakan dirinya melayang. Saat mobil itu itumenggunakan mana untuk tenaganya, sistemnya sangat halus, membuat seseorang tidak merasakan guncangan apapun. Penggunaan ban sudah ketinggalan zaman, berkat mana buatan, rangka mobil melayang sedikit di atas tanah.
Di dunia manusia, terdapat penemuan-penemuan dan barang-barang futuristik yang dicampur dengan teknologi lama. Meskipun kemunculan iblis telah menyebabkan penurunan peradaban manusia, dalam rangka mencari cara untuk melawan mereka dengan lebih baik, banyak penemuan teknologi baru telah dibuat. Meski begitu, masih ada beberapa teknologi lama yang digunakan, memberikan budaya perpaduan yang menawan antara yang lama dan yang baru. Misalnya, kuda masih digunakan untuk bepergian oleh para Magicmaster di Dunia Bagian Luar.
"Ojou-sama, pada kunjungan terakhirmu, aku berkata padamu kalau kamu menjadi sangat cantik. Dan fitur wajahmu menjadi lebih mempesona seiring berjalannya waktu, seperti Frose-sama....."
"Ya kamu berkata begitu..... tapi bukankah kamu hanya melebih-lebihkan saja? Aku baru berangkat ke Institut beberapa bulan sebelumnya."
Mengesampingkan keraguan Tesfia, Selva, yang telah melayani Keluarga Fable sejak masa mudanya, tersenyum. Dia tampak seperti seorang kakek yang bersukacita atas pertumbuhan cucunya. Sementara itu, Tesfia tampak gelisah saat nama ibunya disebutkan, ekspresinya terlihat tertekan.
Merasakan perasaan Tesfia itu, Selva dengan tenang dan berbicara, "Tidak, itu benar. Aku tahu betul itu.... anak muda tumbuh dengan cepat, dan Tesfia Ojou-sama menjadi dewasa dengan cara yang berbeda dari yang pernah dilakukan Master Frose. Itu sebabnya aku benar-benar bahagia."
Selva memberinya senyuman penuh arti, menambahkan, "Ini adalah rahasia dari Master Frose." Dengan mengedipkan sebelah matanya dan mengangkat satu jarinya.
".....Terima kasih."
Seperti yang diharapkan, Tesfia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya dari kepala pelayan itu. Namun pada akhirnya, yang bisa Tesfia berikan hanyalah senyuman pahit sebagai balasannya.
Selva yang duduk di kursi pengemudi dengan cepat melirik Tesfia melalui kaca spion.
"Bukan hanya aku. Master Frose juga khawatir setiap kali sesuatu terjadi."
"Benarkah?!"
Kenyataannya, Tesfia dan Frose tidak selalu memiliki hubungan yang buruk. Karena posisi Frose di militer, ibunya itu sangat ketat dalam topik sihir. Namun, hal itu sudah cukup membuat Tesfia mulai berpikir negatif terhadap ibunya. Mendengar hal seperti ini dari Selva, mau tak mau Tesfia merasa bahagia, padahal sudah sewajarnya jika seorang ibu mengkhawatirkan anaknya.
Berkat itu, suasana menindas di dalam mobil mulai mereda, dan Tesfia mengesampingkan tantangan yang pasti akan dia hadapi saat tiba di rumah. Dia menjadi bersemangat karena percakapan ringan dengan Selva, namun Tesfia tidak tahu kalau hal itu berkat penguasaan teknik percakapan yang Selva punya. Begitu mereka sudah cukup dekat untuk melihat kediaman Keluarga Fable, Selva berdehem dan mengganti topik pembicaraan.
"Jadi, Ojou-sama, tentang topik itu....."
Ekspresi Tesfia tiba-tiba membeku.
"Frose-sama mengungkitnya karena dia peduli padamu. Tentunya, dia juga mengetahui alasanmu mendaftar di Institut....."
"Aku tahu! Aku tahu..... aku memahami kalau ini adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari sebagai bangsawan! Tapi....!"
Kata Tesfia dengan suara bergetar. Yang harus dia lakukan hanyalah menjadi seorang Magicmaster hebat dan mengambil alih sebagai kepala keluarga.
Namun..... ketika ibunya membicarakan hal itu pada kunjungan pertamanya di rumah, Tesfia tahu dia tidak mengharapkan apapun darinya saat itu. Saat pikiran-pikiran itu berputar di kepalanya, mobil sihir itu melewati gerbang menuju kediaman Fable. Mobil sihir itu memiliki jalan raya yang dibuat khusus untuknya, dengan pepohonan berjejer di kedua sisinya. Kelihatannya sangat mirip dengan kediaman lain yang biasa kalian lihat di distrik kelas menengah dan atas. Bisa dikatakan, Mansionnya sendiri sangat jauh sehingga kaluan tidak bisa melihatnya dari gerbang. Alasannya adalah karena kediaman milik Keluarga Fable berukuran sekitar setengah dari Institut Sihir Kedua.
Pada saat tiba di Mansion, sebuah bangunan yang hampir sebesar struktur utama Institut, terlihat, tidak ada lagi percakapan yang terjadi di dalam mobil. Suasana yang dipertanyakan terjadi, dan Tesfia-lah yang bertanggung jawab atas hal itu. Dadanya terasa kesemutan karena meninggikan suaranya pada Selva. Selva menghentikan mobilnya di pintu masuk, dan pintu belakang mobil segera terbuka.
Para pelayan berbaris untuk menyambut Tesfia kembali, membungkuk dengan sempurna….. namun hanya itu saja. Frose tidak terlihat. Ibunya juga belum menyambut kedatangan Tesfia untuk pertama kalinya. Sambil mengulurkan tangannya, Selva memanggil Tesfia.
"Itulah sebabnya, Ojou-sama, aku yakin akan lebih baik bagimu untuk berbicara dari hati ke hati dengan Frose-sama."
"Ya, terima kasih. Aku minta maaf untuk yang sebelumnya, Selva."
Saat Tesfia meraih tangannya dan melangkah keluar, senyuman lebar muncul di wajah keriput Selva. Tak lama kemudian, para pelayan membuka pintu ganda besar menuju Mansion. Cahaya yang menyilaukan di dalamnya merupakan pemandangan nostalgia, mengingatkan Tesfia kalau dirinya telah tinggal di sini selama bertahun-tahun hingga beberapa bulan yang lalu. Mansion itu memiliki ruangan tidak hanya untuk Tesfia dan Frose, namun juga Selva dan para pelayan yang telah bersama Keluarga itu selama bertahun-tahun. Para pelayan lainnya tinggal di gedung terpisah yang terhubung ke Mansion melalui koridor. Ada banyak ruangan cadangan, membuat Mansion itu terlalu besar, dan sunyi serta senyap di malam hari.
Di ujung timur Mansion terdapat aula yang menghadap ke teras, yang sering digunakan untuk ruangan pesta dan sejenisnya. Ruangan itu digunakan untuk membangun jaringan sosial yang luas bagi keluarga, serta untuk memamerkan status bangsawan mereka. Ruang kerja Frose berada di lantai dua ujung timur. Biasanya, ketika Tesfia ada urusan yang harus diselesaikan, dia tidak pergi ke ruang kerja itu. Namun Tesfia tidak bisa menghindarinya sekarang. Dengan langkah kaki yang berat, dia menaiki tangga dan berhenti di depan ruang kerja ibunya, mengambil napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu. Dia sudah menanyakan pada Selva mengenai keberadaan ibunya.
"Ini Tesfia. Aku sudah kembali sekarang."
"Masuklah."
Biasanya seorang pelayan akan membukakan pintu, namun tidak ada seorang pun di sekitar karena ini adalah pertemuan antara ibu dan anak perempuannya. Selva yang dapat dipercaya terkadang hadir, namun kali ini Selva membaca suasananya dan tidak terlihat di mana pun. Tesfia memutar kenop pintunya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara dan melangkah masuk. Dia kemudian melakukan yang terbaik untuk menutup pintu di belakangnya secara pelan-pelan.
"Selamat datang kembali. Aku mendengar kalau kamu melalui banyak hal. Kamu pasti lelah, jadi silakan duduk." Kata Frose, bahkan tanpa mengangkat kepalanya dari pekerjaannya.
Tesfia menatap ibunya beberapa saat. Seperti dirinya, ibunya memiliki rambut merah mengilap yang tergerai di punggungnya. Ibunya mengenakan gaun elegan yang sesuai dengan kepala Keluarga Fable. Usia ibunya kini 37 tahun, Frose telah pensiun di usia muda. Dan kecantikannya semakin disempurnakan seiring bertambahnya usia. Ada tumpukan dokumen di meja kayu besar, dan juga setumpuk map kulit berisi dokumen-dokumen penting di sampingnya. Dan Frose sepenuhnya mengabdi pada pekerjaannya. Hal itu, serta tekad dan penampilannya yang cantik, mungkin menjadi hal yang membuat mendiang ayahnya menyukainya. Mengingat Selva yang memberitahunya kalau dirinya seperti ibunya pasti akan membuat Tesfia bahagia saat ini, kalau bukan karena kekhawatiran yang berputar-putar di dadanya.
Dengan pemikiran itu, Tesfia dengan canggung duduk di sofa. Akhirnya, Frose tampaknya mencapai titik perhentian yang baik dalam pekerjaannya, dan berdiri. Dia menuju ke meja samping dan menyiapkan sesuatu untuk diminum, dan meletakkan gelas di atas meja di depan sofa. Frose kemudian duduk di sofa di seberang sofa Tesfia, berhati-hati agar gaunnya tidak kusut.
"Sekarang, minumlah."
"Terima kasih banyak."
Tesfia bahkan tidak menyadari kalau tangannya berkeringat, saat dia mengamati suasana hati ibunya. Suasananya terasa berat, seolah dia adalah tamu di rumahnya sendiri. Terakhir kali, dia berbicara tentang nilainya dan bagaimana keterampilannya meningkat; dan meskipun kepalanya tidak diusap, dia dipuji sekali saja. Namun topik selanjutnya yang diangkat membuat Tesfia terdiam. Dengan ekspresi pucat, Tesfia mengangkat gelasnya ke mulutnya dan teringat tentang pertunangan yang dimaksud Frose saat itu. Percakapan itu terjadi di ruang kerja ini.
"Sudah waktunya kamu memikirkannya."
Kata Frose sambil menatap putrinya. Pikiran Tesfia menjadi kosong sesaat, namun entah bagaimana dia berhasil keluar dari situasi itu.
Setelah itu, Tesfia tanpa sadar menjalani pelatihan kontrol mana seperti biasa, namun lupa menyimpan tongkat pelatihannya, yang kemudian ditemukan ibunya. Dia ditanyai tentang tongkat itu, termasuk dari siapa dia mendapatkannya. Meskipun dia tidak mengungkapkan identitas Alus, murid laki-laki aneh yang Tesfia sebutkan itu meninggalkan kesan yang besar pada Frose. Ketika sepertinya Frose akan menanyainya lebih dekat, serangan terhadap Institut terjadi dan Tesfia menggunakannya sebagai alasan untuk melarikan diri dari rumahnya.
Jadi Tesfia terpaksa membuat tekadnya ketika ibunya memanggilnya untuk kembali kali ini. Jika pertunangan itu diungkit lagi, dia akan menghindari pertanyaan itu dengan mengatakan mereka harus menyimpannya untuk nanti. Dan dia juga masih harus menyembunyikan identitas Alus. Frose adalah mantan tentara, dan Tesfia tidak tahu pengaruh apa yang masih ibunya miliki itu. Terlebih lagi, kepala sekolah telah menyuruhnya untuk merahasiakan identitas Alus, dan Alus sendiri kemungkinan besar akan menyetujui itu. Dan Frose-lah yang pertama kali berbicara dalam suasana yang menindas itu.
"Sekali lagi, kudengar kamu melalui banyak hal. Tidak kusangka Institut akan diserang..... tapi Alice baik-baik saja, bukan? Aku telah menerima laporan kalau tidak ada korban luka."
Pembukaan yang tidak terduga. Frose pasti ingin menghindari bertele-tele dan langsung ke intinya. Namun itu juga merupakan topik rumit lainnya. Bahkan setelah Frose pensiun—atau lebih tepatnya, karena dia sudah pensiun—Frose memanfaatkan sepenuhnya koneksi yang dirinya buat selama berada di militer, dan akan lebih bijaksana jika tidak meremehkan seberapa jauh jangkauan telinganya.
".....Ya."
Jantung Tesfia berdebar kencang. Seberapa banyak yang diketahui ibunya? Alice tentu saja tidak terluka selama serangan itu. Namun dia diculik saat itu, dan karena serangkaian kejadian, Tesfia membantu penyelamatannya. Keduanya terluka dalam kejadian itu, namun setelah disembuhkan oleh pihak militer, mereka tidak lagi menunjukkan tanda-tanda terluka. Jadi secara teknis, dia tidak berbohong. Ini hanyalah sesuatu yang tidak bisa dia bicarakan, bahkan kepada ibunya juga. Namun―
"Bicaralah, Fia. Aku mendengar kalau murid Institut terlibat dalam serangkaian insiden yang terjadi setelah serangan itu....."
Dari cara Frose berbicara, Tesfia berasumsi kalau ibunya itu masih belum mencapai inti permasalahan. Namun Tesfia tidak mungkin bisa menatap langsung ke arah Frose, jadi dia malah membiarkan matanya melayang. Dia mati-matian mencoba mencari alasan yang masuk akal.
"I-Ibu. Mungkin Felinella-san yang....."
"Ah, tidak apa-apa, Fia. Aku tidak ingin menyalahkan siapapun. Aku hanya khawatir sesuatu akan terjadi padamu."
Frose memotong perkataan Tesfia, seolah-olah dia telah mengetahui isi hatinya. Bahkan Tesfia memahami kalau ibunya tidak mengacu pada kesejahteraannya ketika ibunya itu menyebutkan kekhawatirannya. Atau mungkin ibunya benar-benar khawatir. Jika sesuatu terjadi pada Tesfia, maka semua yang telah dilakukan Frose akan sia-sia, dan itu akan menjadi pukulan besar bagi masa depan Keluarga Fable. Nada suara yang digunakan ibunya terhadap anaknya hanya meneriakkan 'Keadaan orang dewasa'.
Frose dengan anggun mendekatkan gelasnya ke mulutnya dan meminumnya kembali. Bahkan suara minumannya membuat perut Tesfia berdenyut.
"Jadi, Fia, kamu akan menginap hari ini?"
"Y-Ya..... tapi aku berpikir untuk kembali ke Institut besok."
Terlepas dari kenyataan kalau dirinya sedang berurusan dengan ibunya sendiri, Tesfia tetap menatap lututnya. Bukan saja dia tidak bisa mengangkat kepalanya, dia bahkan takut melihat ekspresi Frose. Mata yang menatap ke arahnya bukanlah mata ibu yang memujinya karena menjadi yang kedua di tahunnya, dan juga tidak sama dengan ibu yang memuji peningkatan keterampilan sihirnya. Dan Tesfia takut untuk memastikannya. Mengetahui kalau ibunya tidak benar-benar melihatnya sungguh menakutkan. Tiba-tiba segala macam kenangan terlintas di kepalanya, tentang ibunya di masa lalu, ketika ibunya sering tersenyum. Bahkan setelah ayah Tesfia meninggal dan Frose sendirian, ibunya pensiun demi putrinya dan melindungi keluarganya.
Kapan emosi itu hilang dari mata ibunya? Kapan ibunya itu berhenti memandang dan berbicara kepada Tesfia sebagai putrinya?
Ah..... pada waktu itu.
Tesfia mengenang ketika dirinya masih kecil dan menerima pendidikan khusus, dan ibunya bahkan akan melatihnya secara pribadi. Hasilnya adalah keterampilannya meningkat secara nyata. Tubuh kecilnya tegang hingga batas kemampuannya, dan dia terus-menerus mengalami memar. Meski begitu, dia menghormati ibunya itu lebih dari siapa pun, dan ingin menjadi seorang Magicmaster seperti ibunya itu. Lalu suatu saat, ketika Tesfia berumur dua belas tahun......
Saat itu, Tesfia dengan susah payah memperoleh Icicle Sword, yang merupakan mantra yang diturunkan melalui Keluarga Fable. Saat Tesfia menunjukkannya kepada ibunya..... Frose tidak menunjukkan kegembiraan maupun keterkejutan. Yang dia katakan pada Tesfia hanyalah, "Sudah sewajarnya jika kamu bisa menggunakan hal seperti itu juga." seolah mengatakan jangan buang waktuku.
Saat itulah Tesfia menyadari kalau ibunya mengharapkan lebih banyak bakat darinya—dan ibunya telah kehilangan minat padanya. Frose selalu mengatakan kalau mereka yang tidak memiliki bakat tidak boleh berusaha menjadi Magicmaster. Itulah sebabnya ibunya tidak ingin Tesfia menempuh jalan itu. Namun suatu hari...... ibunya pasti akan mengakuinya. Saat Tesfia diajari sihir, ibunya selalu menghadapinya dalam latihan dengan serius. Dan ibunya sering memujinya.....
Selama Tesfia tidak menahan diri dalam usahanya, dan menjadikan dirinya sebagai seorang Magicmaster, ibunya pasti akan mengakuinya. Sementara pemikiran itu terlintas di kepala Tesfia.....
"Fia, aku tidak sempat menanyakan nilaimu terakhir kali kamu kembali."
Mendengar hal itu membuat harapan cemas muncul dalam diri Tesfia.
"Kamu berada di urutan kedua pada tahun ini. Jadi siapa yang pertama?"
Frose memasang senyuman biasa, senyuman yang dia tujukan pada siapapun, karena ketertarikannya terguncang oleh orang itu.
Tesfia, yang tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya, menjawabnya.
"Seorang murid pindahan, yang sudah menjadi Magicmaster Triple Digit."
Tesfia mengenali bakat gadis itu. Gadis itu bahkan pernah menggantikan Alus dan pernah memberikan pelatihan Tesfia. Mengantisipasi apa yang akan dikatakan ibunya selanjutnya, Tesfia menelan rasa gugupnya.
"Apa maksudnya itu, Fia?"
Seperti yang diharapkan, tatapan tajam Frose menusuknya. Tesfia tidak mampu menahan tatapan itu, sebuah pengingat kuat betapa buruknya Tesfia dalam menangani ibunya. Dan dengan topik yang beralih darinya, Frose tidak lagi memandang Tesfia. Bukti kalau ketertarikannya terletak pada orang-orang dengan bakat sihir. Karena Frose masih memiliki koneksi dengan militer, hal itu adalah topik yang tidak akan diabaikan oleh Frose. Frose mengerutkan alisnya, tidak mempertimbangkan perasaan Tesfia sama sekali.
"Dari keluarga bangsawan mana mereka berasal? Apa dia itu laki-laki?"
Namun sebelum Tesfia bisa menjawab, ibunya melanjutkan.
"Kalau soal anak laki-laki dengan peringkat Triple Digit di Alpha, yang kita bicarakan adalah putra Rimfuge, atau putra kedua Keluarga Womruina.... tidak, dia masih peringkat Quad. Tapi keduanya lebih kuat darimu. Tapi, kamu tidak memiliki hubungan apapun dengan Keluarga Womruina, selain itu, mereka.... lalu, Keluarga Rimfuge? Tapi aku tidak mendengar ada anak mereka yang mendaftar di Institut."
Sementara ibunya memikirkan jawabannya, Tesfia berbicara dengan lemah.
"Dia bukan bangsawan atau laki-laki, ibu."
"——!!"
Frose menatap Tesfia, seolah menanyakan lebih detail.
"Dia adalah seorang gadis bernama Loki Leevahl."
"Dari namanya, dia sepertinya bukan berasal dari keluarga bangsawan terkenal. Begitu ya, jadi gadis itu adalah murid pindahannya."
Dengan koneksi Frose, kebohongan yang sembarangan tidak akan bekerja padanya. Mengetahui kalau dirinya akan ketahuan jika dia berbohong, Tesfia memberikan informasi tersebut atas kemauannya sendiri untuk menunjukkan kalau dia tidak berusaha menyembunyikan apapun.
"Sebenarnya dia melakukan misi di Dunia Bagian Luar sebelum mendaftar."
"Begitu, jadi orang seperti itu ada di sana."
Frose, tentunya, menyadari betapa tidak normalnya hal ini. Meskipun itu tidak cukup baginya, Tesfia masih menjadi Magicmaster peringkat empat digit dan peringkat kedua di tahunnya. Jadi mempunyai teman sekelas yang Triple Digit jelas tidak normal. Selain itu, memasuki dinas militer setelah lulus adalah hal yang biasa. Bahkan dengan pengecualian seperti pelajaran ekstrakurikuler, hampir tidak ada orang yang pergi ke Dunia Bagian Luar sebelum masuk Institut. Satu-satunya pengecualian adalah keluarga eksentrik seperti Keluarga Socalent, namun bahkan dengan pelatihan langsung dan keadaan keluarga, putri dari keluarga itu hanya membantu misi.
"Jika aku ingat, kamu mendapatkan tongkat latihanmu dari dia itu.... Alus, kan..... dia satu angkatan denganmu juga, benar?"
Tesfia tampak terguncang ketika ibunya menyebut nama Alus. Ibunya seharusnya tidak mengingatnya, namun ibunya itu mengucapkannya dengan penuh keyakinan. Mencoba menghindari pertanyaan dengan setengah hati tidak akan berguna.
"Y-Ya! Tapi nilai Alus hanya rata-rata....."
Tesfia berseru, bahkan tanpa ditanya. Namun dia tidak menyadari betapa tidak wajarnya dia terdengar, karena sekarang dia terpojok.
"Jadi begitu. Aku mengerti. Terima kasih sudah memberitahuku, Fia."
Senyuman halus Frose begitu sempurna sehingga hanya putrinya yang bisa melihatnya. Dan naluri Tesfia yang sudah mendarah daging memberitahunya kalau senyuman ibunya itu benar-benar hampa. Kemudian, seolah-olah urusan mereka sudah selesai, Frose berdiri dan kembali ke mejanya seolah-olah sedang mengganti persneling, diskusi itu telah selesai untuknya.
Tesfia menyadari pertemuan ibu dan anak mereka telah selesai.
"Ibu, aku permisi."
"Ya. Mari kita makan malam bersama. Aku akan meminta Selva memanggilmu nanti."
Tesfia mengucapkan "Ya" dengan lemah dan meninggalkan ruangan. Dia berhati-hati saat menutup pintu, namun pikirannya kosong selain itu. Sesampainya di lorong, dia berjalan ke kamarnya, kepalanya tertunduk. Menjaga penampilan sebagai seorang bangsawan adalah belenggu yang lebih diutamakan daripada ikatan kekeluargaan antara Tesfia dan Frose. Ketika Tesfia masih kecil, dia tidak membenci gagasan ini; sebaliknya, dia bangga akan hal itu dan berusaha sekuat tenaga. Namun di mana letak kesalahannya? Saat Tesfia mengambil langkah mantap menuju tujuannya, pada titik tertentu dia berhenti menjadi putri yang diinginkan Frose.
"Ojou-sama....."
Sebuah suara tiba-tiba itu membawanya kembali ke dunia nyata. Dan Tesfia memperhatikan kalau Selva sedang menatapnya dengan ekspresi khawatir. Ketika Tesfia dengan takut-takut melirik ke arahnya, Selva memberinya senyuman lembut.
"Tidak ada gunanya memikirkan berbagai hal terlalu keras. Frose-sama selalu memikirkanmu. Alasan dia tidak memperlihatkannya adalah karena dia sudah lama bertugas di militer."
"Ya. Aku tahu. Aku tahu ibu selalu sibuk dan mengkhawatirkanku."
Namun meski mengetahui hal ini, Tesfia tidak bisa menahan diri untuk berpikir, itu karena dia membutuhkanku, bukan?
Sebagai bangsawan, mereka harus mengabdi pada negara. Dengan mengingat tugas tersebut, Keluarga Fable membangun status mereka saat ini dengan mematuhi aturan dan batasan sosial. Anak-anak keluarga bangsawan bergabung dengan militer untuk menjadi teladan bagi masyarakat. Dan memang benar kalau militer membutuhkan kekuatan mereka. Keluarga Fable menerima bantuan yang sesuai dengan kontribusi mereka. Mustahil bagi mereka untuk mempertahankan wilayah yang luas, Mansion, dan keuangan yang diperlukan untuk para pelayan mereka tanpa nama keluarga dan kejayaan mereka. Karena itu, Tesfia harus menjadi pemimpin selanjutnya.
Namun, Tesfia menolak untuk mengungkapkan kesedihan yang ada dalam dirinya dengan kata-kata. Melakukan itu sama saja dengan menolak beban dan harga diri sebagai bangsawan yang diwarisinya. Rasa kehilangan yang dia rasakan menggali lubang yang dalam di hatinya, membuatnya ingin berteriak sekeras-kerasnya. Lubang itu perlahan-lahan tumbuh sejak dia masih kecil, dan masih belum terisi. Ingatannya tentang ibunya saat itu, yang seharusnya mengisi lubang itu, kini sudah kabur. Perasaan tidak berdaya melanda Tesfia, dan hanya kepala pelayan tua yang menatapnya seperti biasanya. Dengan kasih sayang, dengan nostalgia....
"Memang benar, masalah yang ditanggung oleh Ojou-sama itu mungkin terlalu berat untuk ditanggung oleh kepala pelayan ini. Tapi sebagai pelayan tertua yang telah mengabdi sejak generasi yang lalu...." Selva menatap ke luar jendela dengan pandangan jauh, seolah mengingat sesuatu.
"Aku yakin penting bagimu untuk mengatasi keraguan dan ketakutanmu, dan berbicara langsung dengan Frose-sama. Itu juga sesuatu yang dia tidak bisa lakukan sendiri."
"Maksudmu.... ibuku?" Mata Tesfia terbuka lebar. Dia tidak bisa membayangkan ibunya tidak bisa melakukan itu juga.
"Ketika Frose-sama masih muda, isak tangis terdengar dari kamarnya setiap malam..... Frose-sama selalu menahannya. Dan dia mencoba membimbingmu ke jalan yang sama. Atau lebih tepatnya, itulah satu-satunya jalan yang dia sadari."
Saat-saat tidak selalu damai seperti sekarang. Hal-hal yang jauh lebih berdarah daripada perebutan kekuasaan telah merajalela di dunia manusia yang hanya tersisa sedikit. Tidak membuat pilihan atau memenuhi keinginan...... bahkan khawatir pun tidak diperbolehkan. Yang bisa dilakukan hanyalah mengikuti jalan yang telah ditentukan untuk diri mereka sendiri. Mungkin itulah hasil karya kaum bangsawan yang lahir saat itu. Tesfia tidak tahu banyak tentang keadaan saat itu..... dan dia merasa mungkin dirinya juga tidak tahu banyak tentang ibunya.
"Selva?"
Tesfia melihat mata kepala pelayan itu sedikit berkaca-kaca. Hati Tesfia tergerak, dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memanggilnya.
"Maafkan aku, aku sudah bicara terlalu banyak."
"Hahh. Jika ibu mendengarmu, dia tidak akan berbicara denganmu selama seminggu."
"Itu akan menjadi masalah."
Kata Selva sambil tersenyum kecil, dan mengangkat jari di depan bibirnya.
Tesfia menjawab dengan anggukan dan senyuman ramah. Saat ini, perasaan melankolis yang menyelimuti dirinya telah lenyap.
"Terima kasih, Selva. Aku akan mencoba berbicara dengan ibu."
"Dan aku akan mendukungmu dari bayang-bayang. Jadi apa rencanamu saat ini, Ojou-sama?"
"Ya, kurasa aku akan berlatih di lapangan di belakang."
"Dipahami. Lalu aku akan datang memanggilmu setelah makan malam disiapkan."
Yang perlu Tesfia lakukan hanyalah membuat ibunya mengakuinya sedikit demi sedikit. Selama ada cukup waktu untuk itu, tidak akan ada masalah, dan ibunya pasti akan berubah pikiran.
Setelah berganti pakaian di kamarnya, Tesfia menuju tempat latihan sebelum matahari terbenam. Tempat itu dirancang khusus untuk Tesfia. Meskipun tidak semenarik fasilitas Institut, namun telah dibagi menjadi beberapa area kecil dengan kegunaan berbeda. Saat ini dia berada di ruang kosong, yang dimaksudkan untuk berlatih sihir.
Selain area ini, terdapat juga dojo pelatihan pedang, serta fasilitas yang dibuat untuk melatih tubuh dalam pertarungan langsung. Tempat latihan yang Tesfia tempati saat ini terbentang sepanjang 50 meter ke segala arah. Dindingnya terbuat dari bahan yang menyerap mana, bahan yang sama digunakan oleh militer. Di depannya terdapat target yang tahan terhadap benturan, dan garis putih tergambar di tanah. Itu adalah sisa-sisa dari pelatihan yang dia lakukan di masa kecilnya, dan memudar karena efek samping dari mantra dan dia menginjaknya. Itu karena dia telah merapal mantra di sini berkali-kali. Pertama, dia berdiri di tengah dan menenangkan dirinya. Setelah menghembuskan napas, dia menghunus Katana-nya.
Terakhir kali Tesfia ada di rumah, dia menunjukkan hasil sihirnya kepada ibunya dan Selva. Sihirnya menunjukkan peningkatan yang melebihi ekspektasi Frose. Tesfia selalu gugup di depan ibunya, dan kesulitan menghadapi ibunya, jadi dia mempersiapkan diri untuk penilaian yang keras.... yang ternyata merupakan penilaian yang masuk akal. Itulah sebabnya Tesfia merasakan air mata mengalir ketika ibunya memujinya terakhir kali. Baginya, wajar saja jika dia menunjukkan nilainya kepada ibunya dan menguji sihirnya. Faktanya, dialah yang meminta untuk mendaftar ke Institut. Dia ingin menjalani kehidupan sekolah bersama Alice, dan juga mendapatkan pangkat bangsawan. Frose tidak melihat gunanya memasukkan putrinya ke Institut, itulah sebabnya Tesfia tidak akan pernah berakhir di sana jika dia tidak melakukan sesuatu sendiri. Namun sekarang dia bisa mempraktikkan sihirnya sepuasnya.
Jauh di lubuk hatinya, Tesfia tahu kalau dirinya harus membuktikan nilainya melalui keterampilannya yang dia miliki. Jika dia bisa bertindak lebih pintar sebagai perempuan bangsawan muda, maka dia mungkin tidak perlu membawa kegelisahan seperti ini bersamanya. Namun Tesfia tidak pandai memenuhi harapan yang diberikan padanya untuk mengikuti jalan yang ditetapkan oleh orang lain.... itulah sebabnya dia memilih opsi lain yang tersedia baginya—untuk menunjukkan nilainya melalui keterampilannya sebagai seorang Magicmaster. Tesfia mengerahkan seluruh kekuatannya ke dalam pelukannya seolah ingin menghilangkan keraguan dan konfliknya. Keterusterangannya akan mengalir ke Katana-nya. Formula sihir yang terukir di permukaan bilahnya mulai bersinar sebagai respons.
* * *
Dengan keluarnya putrinya dari ruangan itu, ruang kerja Frose senyap seperti biasanya. Namun, suasananya tidak tenang, melainkan sesuatu yang lebih khusyuk. Alasannya tidak lain adalah Frose sendiri, yang dalam diam melakukan penyelidikan. Dia menggunakan setiap koneksi di jaringan Keluarga Fable untuk fokus pada tugasnya, namun.....
"Tidak ada gunanya....."
Frose tiba-tiba berbicara. Setelah mencoba segala cara, dia bersandar di kursinya dan mencubit pangkal hidungnya.
"Tolong berhati-hati agar tidak terlalu kelelahan."
Kata Selva sambil meletakkan gelas dingin di tepi meja. Dengan ucapan terima kasih yang sederhana, Frose mendekatkan gelas itu ke mulutnya.
"Selva, bagaimana menurutmu? Setelah sekian lama mencari, aku hanya dapat menemukan sedikit informasi tentang gadis bernama Loki ini. Tapi aku hanya bisa dengan tergesa-gesa membuat profil dari upacara penerimaan murid lain yang seharusnya mengajar Fia.... anak bernama Alus ini."
Satu-satunya sosok di layar adalah seorang gadis berambut perak. Semakin Frose menatapnya, semakin terasa ada sesuatu yang salah.
"Itu aneh....." Kata Selva.
".....Tidak disangka gadis ini mengetahui Dunia Bagian Luar di usia ini." Renung Frose.
Selva menatap gadis di layar dengan emosi rumit yang berputar-putar di benaknya. Mungkin gadis itu mengingatkannya pada Tesfia. Namun Frose menyimpan lebih banyak kebingungan dan kekesalan daripada apapun. Dia menempelkan kukunya ke bibir dan membaca teks yang merinci informasi gadis itu.
"Inilah sedikit yang bisa mereka tunjukkan untuk program keliru mendidik anak yatim piatu demi daya tempur yang murah." Kata Frose dengan nada menghina.
Ketika Frose berada di militer, komando secara diam-diam menerapkan apa yang mereka sebut sebagai 'Tindakan perlindungan', yaitu menahan anak-anak Magicmaster jika mereka kehilangan orang tua mereka. Anak-anak itu diberi dua pilihan : satu menjalani kehidupan di panti asuhan, yang lain mengikuti program militer untuk menjadi seorang Magicmaster. Namun tidak ada pilihan nyata yang harus diambil. Praktisnya semua kematian Magicmaster disebabkan oleh pertarungan melawan iblis. Mereka yang menerapkan tindakan perlindungan menggunakan kebenaran tersebut untuk memberikan tekanan pada anak-anak itu. Berbisik di telinga mereka, membangkitkan kemarahan dan kesedihan mereka. Memberitahu mereka bagaimana para iblis telah membunuh orang tua mereka, dan bahwa mereka akan membantu anak-anak itu menjadi cukup kuat untuk membalaskan dendam mereka jika mereka mau.
Hasil dari program itu adalah semua anak pada tahap pertama telah dimusnahkan dalam misi pertama mereka di Dunia Bagian Luar. Kelompok itu bahkan mencakup anak-anak di bawah usia sepuluh tahun. Frose menahan perasaan penyesalannya dan menahan diri untuk tidak berkata apa-apa lagi.
"Dan seseorang seperti ini memiliki peringkat seperti itu..... sungguh menakutkan."
"Ya." Kata Frose.
"Gadis ini pasti mempunyai beberapa bakat, tapi tentunya dia harus mengatasi banyak kematian..... masalah terbesar dengan program pelatihan Magicmaster adalah penggunaan anak-anak yang masih belum matang secara mental. Saat mereka memutuskan itulah saat keselamatan mereka kehilangan makna. Ini bukan soal apa mereka bisa menjadi Magicmaster yang hebat atau tidak. Sejujurnya, menurutku ada satu dari sejuta peluang seseorang berhasil beradaptasi dengan lingkungan tersebut."
Frose melanjutkan ketidaksenangannya pada tampilan penuh, dan mematikan tampilan layar di depannya.
"Mereka tidak akan bisa bertahan hanya dengan mengobarkan api balas dendam.... terutama di garis depan dalam pertempuran melawan iblis."
"Selain itu, gadis ini adalah teman Tesfia Oujou-sama, jadi mengapa tidak mengundangnya untuk bertemu dengannya?"
Biasanya usulan itu kemungkinan besar akan diterima. Bagaimanapun, Tesfia telah diminta untuk membawa Alice berkali-kali. Namun......
"Tidak, aku lebih tertarik pada anak itu." Kata Frose, dan mengetuk beberapa tombol.
Hal itu memunculkan profil Alus Reigin.
"Ah—pemilik asli tongkat latihan yang dibawa kembali oleh Tesfia Ojou-sama itu." Kata Selva.
"Tentu saja itu sebagian, tapi aku lebih tertarik pada kenyataan kalau aku tidak bisa menemukan informasi lebih lanjut tentang anak bernama Alus ini, dan betapa dangkal profilnya sebagai murid saat ini."
"Oh, itu aneh."
VIP dari negara asing dan informasi rahasia tentang Magicmaster tingkat tinggi adalah satu hal, namun tidak terpikirkan jika jaringan informasi Keluarga Fable tidak dapat mengumpulkan informasi apapun tentang murid biasa.
Frose berkata, "Dan anak itu berada di Institut yang berada di bawah manajemen Sisty..... keadaan berubah menjadi aneh."
Ada terlalu banyak elemen yang tidak bisa dijelaskan sehingga hanya seorang putra dari keluarga bangsawan yang bisa mendaftar ke Institut hanya dengan nilai rata-rata, dan memberi pelatihan putrinya. Frose berdiri dan meninggalkan ruangan, seolah sedang dalam perjalanan untuk memastikan salah satu kecurigaannya. Selva tentu saja mengikuti di belakangnya. Frose menuju ke sisi berlawanan dari Mansion. Melewati tangga tengah, dia berjalan menuju balkon. Halamannya terlihat penuh dari sini. Dan mata Frose tertuju pada satu tempat di tanahnya yang luas—tempat latihan tempat Tesfia mempraktikkan sihirnya.
"Jujur saja, aku mengakui kalau dia telah berkembang pesat dalam waktu singkat saat dia berada di Institut." Kata Frose sambil mengamati Tesfia berlatih. Namun ekspresinya tetap tidak berubah seperti biasanya.
Meskipun Frose mengaku mengakui pertumbuhan putrinya, dia tahu pertumbuhan seperti itu tidak akan ada gunanya sama sekali. Dia hanya mengizinkan Tesfia masuk ke Institut karena Tesfia telah memohon padanya. Bagi Frose, itu hanya dimaksudkan sebagai jeda singkat sebelum Tesfia belajar untuk menjadi kepala keluarga berikutnya. Nilai dan peningkatan dalam sihir terjadi setelah itu, dan jika Tesfia melakukan kesalahan, Frose bahkan mempertimbangkan untuk menggunakannya sebagai alasan untuk membuatnya keluar dari Institut. Namun Tesfia mendapatkan hasil yang masuk akal. Frose takut jika Tesfia masuk Institut tanpa bakat sihir minimal, Tesfia hanya akan menyeret nama keluarga mereka ke dalam lumpur. Namun, upaya putrinya telah menghilangkan keraguan tersebut.
"Aku memiliki pendapat yang sama. Pertumbuhan Ojou-sama sungguh mencengangkan. Itulah mengapa...."
Bahkan tanpa pilih kasih (Frose tidak menunjukkannya), Tesfia telah meningkat pesat. Sebanyak itu bisa diperoleh hanya dengan melihatnya menggunakan sihir yang diturunkan melalui Keluarga Fable, Icicle Sword. Penciptaan pedang es dan kekuatan konstruksinya berubah tergantung pada pengalaman dan perkembangan pengguna. Sihir itu telah kehilangan keindahan artistiknya dari sebelumnya, namun sekarang sihir itu diasah agar lebih mudah menebas musuhnya, dan bilahnya sendiri menjadi lebih panjang. Sekarang lebih optimal untuk melawan iblis, menandainya sebagai sesuatu yang benar-benar berbeda dari sebelum Tesfia mendaftar di Institut.
Namun itulah sebabnya kecurigaan Frose semakin besar. Tesfia fokus menciptakan pedang es, sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang diamati dari balkon jauh. Setelah pedang itu muncul sepenuhnya, Frose menyipitkan matanya.
"Pedang esnya itu berubah lagi. Bentuknya lebih tajam.... dan lebih mematikan."
Bilah panjangnya dingin, keras, tajam, dan lebih cocok untuk pertarungan langsung, seolah-olah itu adalah kondensasi rasionalitas, mengubahnya menjadi pedang yang mampu menuai nyawa secepat mungkin. Dalam waktu kurang dari sebulan, Tesfia telah berkembang lebih pesat. Biasanya itu akan menjadi sesuatu yang membahagiakan. Namun menurut informasi yang diperoleh Frose, beberapa murid telah terjebak dalam insiden di Institut. Nama Tesfia dan Alice disebutkan dalam hal itu.
Frose belum secara serius menyudutkan putrinya, namun Frose mengetahui kebenaran hanya dari sikapnya. Itulah sebabnya dia secara alami dapat memahami apa yang terjadi pada putrinya dalam waktu sesingkat itu. Sementara itu, Selva berkata dengan kagum, "Ojou-sama pasti belajar dengan giat. Dengan pengalamannya yang menunjukkan sihirnya dengan jujur..... Ojou-sama pasti telah melewati beberapa kesulitan."
Pertumbuhan Tesfia menggugah Selva, namun di saat yang sama Selva juga merasakan sedikit kesepian. Gadis di hadapannya sekarang sangat berbeda dari Tesfia kecil yang dirinya kenal. Selva menghela napasnya, menunjukkan perasaan yang hanya dirasakan oleh orang lanjut usia ketika melihat pohon muda tumbuh di depan mata mereka.
"Itu benar, tapi dia tidak perlu mempelajari semuanya. Melangkah ke Dunia Bagian Luar sebagai seorang Magicmaster bukanlah satu-satunya cara seorang bangsawan bisa mendapatkan pengaruh di militer..... mungkin sudah waktunya untuk berhenti."
Frose memang ragu-ragu sejenak. Namun dia sudah sampai pada kesimpulan kalau sudah waktunya putrinya menentukan pilihan. Frose tahu kalau kenyataan itu keras, dan ada beberapa hal yang tidak dapat diatasi oleh bakat dan usaha normal. Karena Frose mengetahui Dunia Bagian Luar, Frose dapat mengantisipasi masa depan Tesfia dan merencanakannya. Karena kemampuannya untuk membayangkan tahun-tahun dan dekade ke depan maka keputusan harus diambil sekarang. Seperti yang dia lakukan di masa lalu..... Frose bisa melihat perubahan sihir Tesfia.
Mungkin pelajaran ekstrakurikuler yang menjadi penyebabnya, atau mungkin karena dia terjebak dalam misi militer. Apapun itu, itu saja tidak cukup. Keberadaan sesuatu yang menghubungkan Dunia Bagian Luar dan Dunia Bagian Dalam—dunia manusia di dalam penghalang—pasti diperlukan agar sihirnya bisa berubah seperti itu. Jika tidak, Tesfia tidak akan mengalami lonjakan pertumbuhan seperti ini dalam waktu sesingkat itu.
Dengan ekspresi tenang yang memahami segalanya, Frose menatap pemandangan sementara di hadapannya. Tunas muda itu melihat mimpi sekilas dan berusaha mengikutinya secara langsung. Bibir Selva bergetar di belakang Frose. Dia tidak ingin menganggap keputusan dingin Frose tidak bisa dihindari. Namun apapun yang Frose katakan, Frose tetaplah ibu Tesfia. Selva menunduk, menyadari kalau dirinya bersikap kurang ajar, sebelum berbicara.
"Apa itu benar-benar demi kepentingan terbaik untuk Ojou-sama?"
"Selva, kamu juga seharusnya mengetahui hal ini. Ini demi Fia, dan demi Keluarga Fable. Dia mungkin menentangnya, tapi dia belum perlu memahaminya."
Selva tidak berkata apa-apa. Bagi kepala pelayan itu yang telah mengenal Tesfia sejak Tesfia masih bayi, Selva bukan hanya seseorang pelayan yang setia padanya, namun juga Selva menganggapnya seperti seorang cucu. Jika hal ini hanya keluarga kaya biasa, hal itu mungkin bisa dimaafkan. Namun keluarga ini adalah Keluarga Fable, dan emosi pribadi tidak diperbolehkan. Keluarga Fable saat ini dibangun berdasarkan kewajiban yang membanggakan dan kompensasi yang mulia dari generasi ke generasi.
Selva mundur selangkah dan membungkuk meminta maaf karena telah tidak sopan kepada kepala keluarga saat ini. Frose melirik ke arahnya, tanpa perasaan yang kuat khususnya, dan berbicara, "Karena itu, aku harus mencari tahu apa yang terjadi dengannya terlebih dahulu."
Selva menyelesaikan persiapan makan malam, dan memanggil Tesfia di tempat latihan setelah matahari terbenam dan lampu jalan menyala. Sebelum makan malam, Tesfia menuju kamarnya terlebih dahulu. Kamarnya berada di lantai dua, menaiki tangga tengah dan ke kanan. Karena para pelayan tinggal di gedung lain, Mansion tersebut memiliki banyak ruangan cadangan. Ada lebih dari sepuluh ruangan di sisi kanan Mansion. Ada perpustakaan, ruang tamu, ruangan yang digunakan para pengurus rumah tangga selama bertahun-tahun, dan banyak lagi. Membuka pintu, Tesfia menyiapkan pakaian ganti, dan menuju kamar mandi. Hal itu sebagian untuk menghilangkan keringat yang dia keluarkan, namun juga karena pakaian yang pantas diperlukan saat makan malam bersama ibunya.
Tesfia tidak akan menerima keluhan apapun karena mengenakan pakaian kasual, namun, mungkin agar lebih terlihat seperti putri ibunya, Tesfia memilih gaun, sesuatu yang biasanya tidak sempat dia kenakan di Institut. Setelah dia selesai mandi, keheningan yang biasanya tidak pernah dia perhatikan menjadi lebih menonjol dari sebelumnya. Kamar asramanya lebih sempit, namun hidup bersama Alice sebagai teman sekamarnya menyenangkan, dan dia tentunya tidak merasa kesepian di sana seperti yang dia rasakan di kamar ini. Seolah menunggu saat ini, terdengar ketukan di pintu dan beberapa pelayan muncul. Para pelayan mulai mengeringkan rambutnya dan memotong kukunya.
Tesfia mencoba menolak, mengatakan kalau mereka tidak perlu pergi sejauh ini, namun para pelayan itu sepertinya menikmati bisa merawatnya untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Melihat ekspresi mereka, Tesfia tidak bisa menolaknya, dan akhirnya mempercayakan dirinya kepada mereka. Dan karena ini bukan pesta makan malam dengan tamu, gaunnya cukup sederhana untuk dikenakan di dalam Mansion.
Sebelum Selva dapat memanggilnya lagi, Tesfia menuju ruang makan ketika para pelayan mengantarnya pergi. Karena mereka yang bertugas di Mansion juga makan di sini, aulanya agak besar. Frose dan Selva sudah menunggu saat Tesfia tiba. Tesfia membungkuk sedikit sebelum duduk. Dengan itu, makan malam dimulai. Seingat Tesfia, biasanya mereka tidak berdiskusi tentang berbagai hal sambil makan. Namun, Frose bertentangan dengan harapannya dan mulai berbicara, sambil memperhatikan sopan santunnya.
"Jadi, Fia, hubungan seperti apa yang kamu miliki dengan gadis bernama Loki yang berada di puncak tahun ajaranmu ini?"
Itu adalah sesuatu yang Tesfia harapkan, dan dia meletakkan kembali garpunya. Seperti yang dia rencanakan sebelumnya, dia akan mengaku mengenalnya, namun mengatakan kalau mereka berdua tidak dekat.
"Loki-san dan aku berada di kelas yang sama. Hanya itu saja."
Lebih cerdas untuk tidak menyembunyikan sesuatu yang bisa ditemukan dengan sedikit riset. Atau dia mungkin akan menempatkan dirinya pada posisi yang lebih buruk nantinya.
"Oh begitu. Ngomong-ngomong, afinitas seperti apa yang dia punya?"
Tesfia bertanya-tanya seberapa dalam pertanyaan ibunya itu. Namun, meski begitu, jika ibunya mau, ibunya bisa mengetahui banyak hal jika dia mau.
"Sepertinya dia memiliki afinitas terhadap atribut petir."
"Sungguh tidak biasa."
"Sungguh? Aku rasa tidak ada murid lain yang memiliki afinitas seperti itu pada tahun yang sama."
Ketika Frose menatap Tesfia dengan pandangan mencela karena kurangnya pengetahuannya, Tesfia menyadari kesalahannya. Kurangnya pengetahuan Tesfia itu membuat suasana hati Frose buruk, namun karena sudah waktunya makan malam, Frose berhenti di sana. Daripada menegurnya, Frose mulai menjelaskan kepadanya dengan nada jengkel.
"Dengarkan baik-baik. Atribut petir perlu mengubah mana untuk menciptakan kekuatan petir. Itu bukanlah sesuatu yang dapat kamu peroleh dalam satu atau dua hari hanya karena kami memiliki afinitas terhadap itu..... dan baru setelah kamu menguasai mantra-mantra sulitnya barulah kamu dapat benar-benar mengatakan kalau kamu memiliki afinitas terhadap itu."
"Aku mengerti."
Frose mengabaikan nada tertekan Tesfia dan melanjutkan.
"Fia, itu bukan alasan bagimu untuk menyerah. Atau mungkin kamu punya alasan lain?"
Tesfia segera menyadari kalau ibunya sedang membicarakan peringkatnya di Institut. Keringat dingin mengalir di punggungnya saat Tesfia duduk tegak di kursinya karena terkejut. Wajah ibunya sedikit berkedut saat dirinya mencoba untuk memastikan kalau hubungan anaknya dengan Loki tetap tidak diketahui, sambil mengingat tragedi yang terjadi ketika Alice diundang ke Mansion..... untuk beberapa alasan, Alice akhirnya harus menunjukkan sihirnya, dan Frose sebagai guru yang ketat mengakibatkan dia tidak hanya mengerjakan Tesfia, namun juga Alice. Jika Frose berhasil membawa Loki, segalanya pasti akan menjadi lebih buruk. Dan dari kedengarannya, sebaiknya hindari topik Alus yang diangkat lebih jauh. Jika Tesfia tidak bisa tidak menaati ibunya, paling tidak yang bisa dia lakukan adalah tidak menggali kuburnya sendiri.
"Ya, aku akan lebih berusaha."
".....Yah, tidak masalah. Memang benar kamu telah tumbuh sebagai seorang Magicmaster." Kata-kata acuh tak acuh ibunya bahkan terdengar seperti robot.
"Tapi gadis bernama Loki ini membuatku tertarik."
Bahu Tesfia bergetar lagi. Tesfia ingat ibunya pernah mengatakan hal yang sama tentang Alice. Setelah ini, ibunya pasti akan mencari alasan untuk mengundang Loki ke Mansion ini. Tak lama kemudian, Frose akan memberikan saran yang tidak bisa ditolak Tesfia. Setelah melihat sekilas, Tesfia bisa melihat ketertarikan di mata ibunya. Tesfia hanya terhindar dari pengejaran sesaat, karena kesulitan lebih lanjut menanti Tesfia. Karena berharap banyak, Tesfia hampir menyerah ketika hidangan utama disajikan.
Ketika Tesfia menyadari kalau Selva telah memilih waktu untuk menyela diskusi mereka berdua, Tesfia merasa kepala pelayan itu ada di sisinya. Tentunya, hal ini tidak mungkin luput dari perhatian Frose. Itu terlihat jelas dari caranya menghela napasnya. Setelah itu, tak satu pun dari mereka membuka mulut kecuali membawa daging empuk ke bibir mereka. Selva membukakan pintu untuk Tesfia ketika dia meninggalkan ruang makan, dan dia dalam diam mengucapkan terima kasih dengan matanya. Makan malam yang Selva buat sendiri untuk pertama kalinya setelah sekian lama sungguh lezat. Meskipun akan lebih baik lagi jika dia bisa menikmati rasanya tanpa kesedihan, namun tidak ada gunanya mengatakan itu sekarang. Setelah Tesfia pergi dari ruang makan, Frose menyesap tehnya.
"Kamu sama seperti biasanya."
Karena mereka bertemu setiap hari, pernyataan ini mungkin terdengar sedikit aneh. Tentunya, kepala pelayan itu bisa menangkap apa yang Frose maksudkan.
"Apa aku mungkin terlalu mempertimbangkan makan malam pertamamu bersama denganya, setelah sekian lama?"
"Hmm, terserahlah. Kamu bersikap manis padanya seperti biasanya."
Kata Frose, lalu meminum tehnya lagi.
Ketika Tesfia kembali ke kamarnya, semua ketegangan yang menumpuk di dalam dirinya terkuras habis, dan dia menjatuhkan diri ke atas tempat tidurnya. Namun dia belum bisa tidur. Ibunya menyuruhnya untuk kembali lagi nanti, saat Tesfia keluar dari ruang makan. Kali ini kemungkinan besar tentang Loki, atau mungkin Alus. Namun, Tesfia bukan lagi sekadar anak kecil yang takut pada ibunya. Seperti yang Selva katakan, dia perlu mengungkapkan niatnya dengan kata-kata. Waktu untuk diskusi itu adalah sekarang. Jika dia bisa membujuk ibunya, dia akan membuka jalan menuju masa depan, dan melanjutkan hidupnya di Institut. Tesfia duduk di tempat tidurnya, dan menarik napas dalam-dalam. Sambil merasakan betapa sudah lama sekali dirinya tidak berbicara kepada ibunya dengan kata-katanya sendiri.
Dalam perjalanan menuju ruang kerja ibunya, Tesfia tidak melihat Selva maupun para pelayan mana pun. Sesampainya di depan pintu, dia mulai memikirkan bagaimana dia harus memulai diskusi. Namun dia sudah memutuskan kata-kata pertamanya di kamarnya sebelumnya.
"Ibu, aku juga punya sesuatu untuk dibicarakan."
Katanya dengan penuh tekad, untuk menunjukkan keinginannya sendiri. Hanya untuk bisa mengucapkan kata-kata itu saja dibutuhkan keberanian yang besar darinya. Memperkuat dirinya sendiri, dia mengetuk pintu. Kekuatan dibalik ketukannya bukan sekedar menunjukkan kemauan yang kuat, melainkan memarahi dirinya sendiri karena mulai menjadi lemah hati, dan menciptakan situasi di mana dia tidak dapat kembali lagi. Dia tidak akan memberikan alasan atau alasan yang bagus dengan berpikir. Jadi dia memutuskan untuk setidaknya mempertahankan motivasinya, menaruh kepercayaan pada dirinya sendiri. Namun beberapa detik setelah memasuki ruangan, tekad dan keinginan kuat itu sudah hilang dari wajah Tesfia.
Hal pertama yang ibunya katakan adalah—
"Fia, pilih salah satu dari ini."
"——?!"
Di depannya ada beberapa map berlapis kulit, yang semuanya telah ditumpuk di mejanya hari ini. Frose mengambil salah satu dari selusin folder dan membukanya untuk dilihat Tesfia. Sampulnya tebal, namun di dalamnya ada dua halaman sederhana.