Nineteenth Chapter : Secret Feud
Alice dan Tesfia telah kembali ke laboratorium untuk pelatihan lebih lanjut, namun Tesfia segera pergi, hanya menyisakan Alice dan Loki. Alice menawarkan untuk pergi bersama Tesfia ke kantor kepala sekolah setelah mereka mengetahui apa yang terjadi, namun Tesfia sudah kehabisan tenaga.
"Mouu, sampai kapan kamu akan merajuk, Loki-chan. Ayo berlatih bersama."
Alice mencoba menghibur Loki, namun tidak berhasil. Alus telah meminta Loki untuk mengawasi pelatihan Alice, dan Loki kurang lebih sekarang hanyalah wadah kosong.
Namun, Loki masih belum mencapai hasil yang memadai dalam pelatihan perluasan jangkauan deteksinya, jadi keputusan Alus dalam arti tertentu benar. Bagaimanapun, jika Loki tetap tinggal, dia mungkin punya waktu untuk berlatih sendiri. Namun Loki terlalu khawatir untuk fokus pada hal itu. Ibu Tesfia, atau orang lain yang terkait dengan Keluarga Fable, kemungkinan besar berada di kantor kepala sekolah tempat Alus dipanggil. Mengingat kebencian Alus terhadap kaum bangsawan, ada kemungkinan besar mereka tidak akur. Ketika penyebab kunjungan itu, Tesfia, kembali, Loki telah memberitahunya sesuatu mengenai hal itu. Loki berharap itu akan membantu Alus. Loki tidak ingin Alus menjadi penjahat setelah terlibat dalam masalah Tesfia.
"Nee, Loki-chan. Bukankah akan sangat buruk jika Al mengatakan kalau dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika dia kembali?"
".....Itu benar."
Tidak ada semangat dalam suara Loki. Namun Loki tidak bisa mengabaikan keinginan Alus. Untuk saat ini, Loki berkata pada dirinya sendiri untuk melakukan apa yang dirinya bisa untuk saat ini. Kebetulan, Alice juga kesulitan untuk fokus. Loki berharap Tesfia bertemu dengan Alus setelah Tesfia keluar dari laboratorium, namun Alice tidak bisa tidak khawatir bahwa Alus dan yang lainnya berada dalam kesulitan karena insiden di mana dirinya terjebak, dan dia terjebak di dalam kecemasannya. Namun dia berbicara dengan nada cerah, dalam upaya untuk menyembunyikan hal ini.
"Turnamen sihir akan segera tiba, jadi kita harus bersiap untuk itu."
"Apa itu?"
Turnamen Sihir Persahabatan Tujuh Negara adalah acara besar yang diikuti oleh murid dari seluruh negara. Biasanya tidak terpikirkan jika seorang murid tidak mengetahui keberadaannya, namun Loki hanya mendaftar di Institut untuk berada di sisi Alus, jadi mungkin hal itu tidak bisa dihindari. Loki menghabiskan hidupnya melawan iblis, jadi tidak aneh jika dirinya tidak menyadari apa yang terjadi di Institut.
"Ini adalah turnamen sihir bagi pelajar yang diadakan setelah liburan musim panas. Pernahkah kamu mendengarnya?"
"Tidak, aku belum pernah mendengarnya, dan aku juga tidak tertarik."
"Tapi turnamen itu adalah topik yang cukup besar setiap kali hal itu terjadi. Turnamen itu bahkan disiarkan, dan setelah lulus..... "
Alice ingin mengatakan kalau turnamen itu bahkan dapat menentukan di mana kalian ditempatkan, namun dia menghentikan dirinya sendiri. Fakta itu tidak terlalu menjadi masalah bagi Loki, yang menjadi partner Alus atas kemauannya sendiri.
"Aku yakin kamu akan terpilih sebagai perwakilan. Nama baik Institut dan martabat Alpha dipertaruhkan. Kamu seharusnya tidak dapat menarik diri ke sana kecuali ada alasan yang kuat untuk itu."
"Kalau begitu aku akan baik-baik saja. Aku punya alasan yang sangat kuat : yaitu untuk menjaga Alus-sama."
"Hmm, aku tidak yakin tentang itu...."
Dengan mempertaruhkan kehormatan negaranya, Alice yakin alasan itu akan ditolak, namun dia menggaruk pipinya dan tersenyum. Panitia seleksi kemungkinan besar sudah terbentuk, dan mereka akan bekerja keras memilih murid yang akan berpartisipasi. Saat Alice memikirkan hal itu, dia tiba-tiba menyadari sesuatu.
"Oh, benar juga. Al mungkin ikut juga."
"——!! Kamu seharusnya memberitahuku itu dulu!"
"Al bilang dia tidak mau ikut. Tapi Berwick-san sangat antusias dengan hal itu."
Pemilihan murid sebagian besar diserahkan kepada panitia seleksi, namun hanya sepuluh muird dari setiap tahun angkatan yang dapat berpartisipasi. Masuk akal untuk memulai dengan memilih lima dengan peringkat tertinggi, dan semua orang diberi kesempatan yang sama di slot yang tersisa melalui pertandingan penyaringan. Hal itu adalah metode seleksi yang digunakan Institut Sihir Kedua. Institut-institut negara lain mempunyai cara lain untuk memilih. Hal ini pula yang menjadi alasan mengapa masih banyak muird yang hadir di Institut, meskipun sedang libur musim panas. Pemilihan itu adalah seleksi yang sangat sempit, hanya sepuluh murid per tahun ajaran, dan mengetahui pentingnya turnamen ini, tidak ada yang secara sukarela memilih untuk mundur. Begitulah besarnya perhatian yang didapat turnamen ini.
Sebagai kompetisi antar negara, masing-masing negara memamerkan kekuatannya di turnamen tersebut, serta seberapa efektif negara tersebut melatih para Magicmaster masa depannya. Tidak hanya pihak militer yang akan hadir, namun sudah menjadi rahasia umum bahwa kaum bangsawan akan menonton turnamen tersebut dengan harapan menemukan pasangan untuk anak-anak mereka—apalagi semua intrik politik yang akan terjadi. Singkatnya, mereka akan menandai para Magicmaster pemula yang hebat selagi mereka punya kesempatan. Oleh karena itu, selalu ada masalah setiap tahunnya ketika setiap militer mencoba merekrut Magicmaster dari negara lain.
Secara hukum, para murid diberi pilihan ke mana mereka ingin pergi. Namun hal ini tidak disukai oleh negara asal mereka, dan negosiasi antar negara di balik layar biasanya memanas. Meski begitu, permasalahan yang berisiko memperburuk hubungan diplomatik ini hanya terjadi pada murid yang paling berprestasi. Jika seorang murid menerima perekrutan dari negara lain, merupakan standar bagi negara yang merekrut untuk memberikan kompensasi yang adil kepada negara lain. Tidak harus dalam bentuk uang : kompensasinya bisa berupa wilayah, Magicmaster yang berharga, atau konsesi lainnya. Ada juga contoh di mana dua negara sepakat untuk mencari seorang Magicmaster dari negara lain, untuk menghindari masalah. Bagaimanapun, karena berbagai alasan, Turnamen Sihir Persahabatan Tujuh Negara adalah tempat yang sempurna bagi para murid yang berusaha menjadi Magicmaster untuk melakukan debut mereka, dan mencapai hasil yang mengesankan dipandang sebagai suatu kehormatan besar.
"Aku lebih suka tidak melakukannya, tapi jika Alus-sama berpartisipasi, maka aku tidak punya pilihan selain berpartipasi juga." Kata Loki, bertindak seolah-olah dirinya tidak menyukainya sedikit pun, namun Alice tidak mengabaikan perubahan mendadak itu dalam sikapnya.
Mata gadis kecil berambut perak itu kini penuh motivasi.
"Tapi jika aku hanya berlatih dalam pendeteksian..... maka aku mungkin akan gagal dalam seleksi, dan hanya Alus-sama yang akan terpilih....."
Loki panik, membayangkan kemampuannya yang mengecewakan, wajahnya menjadi pucat pasi. Namun kenyataannya, Loki sudah jauh di depan murid tahun pertama lainnya, karena dia adalah seorang Magicmaster Triple Digit yang bertugas aktif. Tidak terpikirkan kalau dirinya tidak terpilih. Merasa bingung, Alice mencoba untuk memuluskan segalanya.
"Uhm, menurutku kamu akan baik-baik saja dengan seberapa kuatnya kamu sekarang, Loki-chan."
Berkat itu, Loki bisa sedikit tenang.
"I-Itu benar. Jika ada, kamulah yang berisiko, Alice-san....."
"Heh—! Kamu baru saja menatapku dengan tatapan dingin, bukan?!"
"Tidak sama sekali...... itu hanya bayanganmu saja." Loki berpura-pura tidak tahu, dan kembali berlatih dengan sedikit senyuman di bibirnya.
Waktu terus berlalu, dan malam semakin dekat. Tampaknya Alus tidak menepati janjinya untuk segera pulang sebelum membuat Loki khawatir. Tentunya, ada perbedaan antara apa yang Alus dan Loki anggap 'Cepat'.
Setelah sekitar satu jam berlalu, kegelisahan di wajah Loki semakin memburuk.
"Kenapa Alus-sama belum kembali?"
"Ya, aku penasaran kenapa."
Alice dengan anggun menepis kata-kata frustasi Loki.
"Mungkin mereka kasar padanya..... aku merasa perlu berbicara panjang lebar dan keras dengan Keluarga Fable."
"Aku pikir kamu harus mempertimbangkannya kembali....."
Loki mengeluarkan dua pisau dan menggoreskan bilahnya satu sama lain, mengeluarkan suara yang mengintimidasi. Loki sebenarnya tidak punya niat untuk bertindak sejauh itu, namun mau tak mau dia merasa tidak nyaman karena Alus berada dalam bahaya di suatu tempat yang tidak terlihat. Loki beruntung memiliki Alice di sisinya untuk menghilangkan rasa frustasinya yang terpendam, namun daya tahannya semakin menipis meskipun begitu. Jadi ketika bel pintu berbunyi, memberitahu mereka kalau ada pengunjung, itu terjadi pada saat yang paling buruk. Alus tidak mau repot-repot membunyikan bel. Alus normalnya langsung masuk ke dalam. Setelah membuat dirinya menjadi gila, Loki menatap tajam ke pintu. Alice melakukan yang terbaik untuk menahan Loki, dan menangani tamu mereka. Ketika Alice melihat orang di luar muncul di layar, dia bergegas membuka pintu.
"Ada apa, Feli-san?"
"Oh, bukankah ini Alice. Waktu yang tepat."
"Yah, ini bukan waktu yang tepat sama sekali....."
Alice menjawab dengan tawa kering, dan menunjuk ke belakang dirinya.
".....Ada apa dengannya?"
"Al dipanggil oleh ibu Fia, dan dia belum kembali."
"Maksudmu Frose-san itu? Jadi baik Alus-sama maupun Fia tidak ada di sini sekarang?"
"Apa kamu punya urusan dengan mereka? Jika tidak mendesak, aku bisa memberitahu mereka saat mereka kembali."
Felinella tampak ragu sejenak. Sebagai seorang gadis yang sedang jatuh cinta, dia berharap bisa melihat wajah Alus jika memungkinkan, namun karena urusannya kali ini, dia menahan perasaan pribadinya itu.
"Hmm, mungkin aku bisa memintamu untuk menyampaikan pesan. Pesan ini juga menyangkut kalian berdua."
Keganasan Loki sudah mereda, dan dia berusaha menyambut tamu mereka. Tamu itu adalah tamu Alus, jadi dia harus menjaga penampilannya. Saat Loki meletakkan minuman dingin dan makanan ringan di atas meja, Felinella memberitahu mereka.
"Aku telah terpilih sebagai salah satu anggota komite untuk turnamen mendatang, dan aku datang ke sini untuk memberitahu kalian apa yang diputuskan pada pertemuan pertama. Alice, Fia dan Loki akan mewakili kelas tahun pertama."
".....!! Sungguh?!" Seru Alice.
"Ya. Keterampilan praktis adalah yang paling diprioritaskan, jadi kami tidak bisa mengabaikan murid dengan nilai terbaik pada semester pertama. Kalian berdua akan menerimanya, kan?"
"Tentu saja. Aku yakin Fia juga akan melakukannya."
"Aku akan menerimanya jika Alus-sama menerimanya."
Felinella selalu tersenyum, namun saat nama Alus disebutkan, sedikit kesuraman muncul di wajahnya. "Sebenarnya aku juga ingin Alus-sama ikut serta dalam turnamen.... aku bahkan mendapat perintah dari atas, tapi...."
Loki tersenyum cerah, namun nada mengelak Felinella menyebabkan Loki dan Alice memandangnya dengan penuh tanda tanya.
"Dengan nilai yang dimiliki Alus-sama, ada banyak keberatan di dalam panitia, dan sepertinya aku tidak bisa memasukkannya."
"Maaf?! Orang-orang bodoh itu tidak memahami kekuatan Alus-sama!"
"Aku tidak akan menyebut mereka bodoh..... H-Hanya saja kepala sekolah memastikan peringkat Alus-sama dirahasiakan."
"Jadi Al yang memanipulasi nilainya menjadi boomerang." Kata Alice.
"Itu benar."
Proses seleksi panitia dirancang untuk memastikan kalau Institut tidak akan dipermalukan, sehingga mendorong mereka untuk memilih murid teladan. Oleh karena itu, hasil tes juga menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Ujian praktik merupakan faktor terbesar, namun karena turnamen ini sangat bergengsi, penekanan diberikan pada sikap tidak memihak untuk memastikan tidak akan ada keberatan. Hal itu juga mengapa setengah dari slot ditentukan melalui pertandingan penyaringan.
"Apa itu berarti Alus-sama tidak bisa ikut? Kalau begitu, aku juga tidak akan berpartisipasi."
".....!! Tunggu sebentar! Artinya Alus-sama tidak bisa masuk melalui rekomendasi panitia seleksi. Maaf, tapi dia harus lolos dari pertandingan penyaringan."
Dengan kata lain, Felinella merasa tidak enak karena harus membuat Alus menyia-nyiakan waktunya dengan pertandingan. Tentunya, Felinella mempunyai ide untuk melalui kepala sekolah, namun turnamen ini dirancang agar terlihat seperti dijalankan terutama oleh badan murid. Terlebih lagi, hanya sedikit murid yang mengetahui kekuatan Alus yang sebenarnya. Dan pertandingan penyaringan adalah satu-satunya cara agar murid lain menerima partisipasinya.
"Jadi, bisakah kalian memberitahu Alus-sama dan Fia tentang hal ini?"
"Oke—"
"Aku mengerti. Aku akan memberitahu Alus-sama!"
Alice menjawab Felinella dengan santai ketika Loki memotongnya. Tampaknya Loki tidak berniat membiarkan orang lain memberitahu Alus hal itu.
"Karena kalian masih tahun pertama, aku yakin masih banyak hal yang belum kalian pahami, tapi jangan khawatir. Setelah semua peserta ditentukan, kami akan mengumpulkan kalian semua dan memberikan penjelasan secara keseluruhan."
"Baiklah. Kamu juga ikut, kan, Feli-san?"
"Tentu saja. Bukan untuk menyombongkan diri, tapi panitia seleksi terdiri dari murid-murid dengan nilai bagus yang telah terpilih untuk berpartisipasi. Biasanya, hal itu adalah pekerjaan tahun ketiga." Karena Felinella mungkin akan terlihat sombong jika melanjutkan lebih jauh, Felinella menahan diri.
Sebagai seseorang yang berada di peringkat teratas Institut, selain dari pengecualian tertentu, dan juga sangat populer, wajar saja jika pekerjaan ini jatuh ke tangan Felinella. Status Keluarga Socalent sebagai bangsawan juga menguntungkannya, membuatnya dikagumi baik oleh murid laki-laki dan perempuan.
"Tapi saat liburan dimulai, banyak hal terjadi sehingga akhirnya terlambat dari jadwal."
Felinella menghela napasnya, meminta maaf kepada keduanya karena terlambat menghubungi mereka. Sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul di benak Alice.
"Turnamen itu akan dimulai bulan Oktober, kan? Menurutku itu waktu yang cukup untuk bersiap, tapi apa hal itu masih dianggap terlambat dari jadwal?"
"Ya. Seleksinya tidak hanya memakan waktu, tapi ada pelatihan terpisah juga. Eventnya sama seperti biasanya—pertandingan individu. Tapi para peserta tetap mempunyai waktu hingga turnamen untuk melakukan latihan khusus. Tahun lalu sangat sibuk, tidak ada waktu untuk istirahat."
Turnamen itu juga dimulai pada saat yang buruk. Biasanya, akan lebih baik jika mereka memulainya sebelum liburan musim panas, namun saat itulah Institut mengadakan ujiannya. Alhasil, persiapan baru dimulai hingga waktu liburan dimulai. Dengan banyaknya muird yang pulang kampung saat liburan, panitia dibanjiri pekerjaan persiapan setiap tahunnya. Bahkan setelah semua peserta dipilih, akan ada kelonggaran seiring berjalannya waktu, namun tahun ini mereka tidak dapat langsung bergerak karena serangan terhadap Institut. Satu-satunya anugrah mereka adalah kesederhanaan eventya. Event itu adalah pertarungan simulasi, sama seperti yang mereka adakan di kelas, meskipun skalanya berada pada level yang berbeda karena turnamen itu adalah acara resmi. Untuk membawanya lebih dekat ke kehidupan nyata, diperbolehkan membawa AWR sendiri dan penggunaan persenjataan proyektil, serta sebagian besar senjata yang digunakan dalam pertempuran melawan iblis.
Namun, Felinella punya kekhawatiran lain, dan hal itu adalah fakta bahwa Institut Sihir Kedua belum memenangkan turnamen apapun dalam beberapa tahun terakhir. Tak hanya panitia seleksi yang menjadikan kemenangan sebagai prioritas utama, Sisty pun mengatakan hal serupa kepada Felinella. Kepala sekolah kemungkinan besar juga mendapat tekanan dari orang-orang di atasnya. Bersama Alus, Alpha mampu menunjukkan hasil yang garang di medan pertempuran, namun jika di turnamen, negara berada di peringkat bawah. Para petinggi merasa terhina dengan hal ini.
Untuk mencegah negara-negara lain berpikir kalau kontribusi Alpha baru-baru ini hanya karena momentum, mereka ingin menunjukkan kekuatan yang luar biasa setidaknya sekali. Negara-negara tersebut berada dalam hubungan kerja sama, setidaknya di atas kertas—namun mereka memiliki infrastruktur, organisasi, dan sebagainya yang berbeda. Satu-satunya hal yang benar-benar mereka lakukan bersama adalah melindungi menara Babel dan umat manusia dari iblis. Oleh karena itu Turnamen Sihir Persahabatan adalah tempat yang tepat untuk menunjukkan prestise nasional mereka dan mengamankan kedudukan yang lebih tinggi. Felinella juga ingin menang, dan berhati-hati dalam memilih. Jika Alus berpartisipasi, maka tahun-tahun pertama pasti akan mencapai hasil yang luar biasa, dan poin yang akan mereka peroleh darinya akan cukup tinggi untuk memiliki peluang kemenangan yang realistis.
Jika ada masalah, itu terjadi pada tahun ketiga. Sekalipun mereka luar biasa, jika pekerjaannya dibiarkan hingga tahun kedua seperti Felinella, kepercayaan pada tahun ketiga tidak akan terlalu tinggi. Mereka yang tidak unggul tidak bisa diandalkan, dan mereka yang unggul sedang sibuk, karena kedudukan mereka di militer sudah ditentukan. Selain itu, ada beberapa murid yang sebagian dibebaskan dari kelas dan untuk sementara terdaftar di militer untuk mendapatkan pelatihan tempur. Felinella memikirkan apa yang harus dilakukan, namun dia tidak akan mendapatkan ide bagus dengan berkeliaran di laboratorium. Dan saat dia menyadarinya, ketiga cangkir itu sudah kosong. Baru setelah Loki berbicara, Felinella menyadari berapa lama waktu telah berlalu.
"Matahari akan segera terbenam, tapi maukah kamu menunggu sampai Alus-sama kembali? Makan malam belum siap, tapi aku ingin segera memulai persiapannya."
"Ah—waktunya sudah selarut ini?! Maaf, ada banyak hal yang harus kulakukan setelah ini." Felinella menolak undangan makan malam Loki sambil tersenyum masam. Dia tampak agak bingung, hal yang jarang terjadi pada Loki itu.
Loki, sebaliknya, menyesal tidak menyadarinya lebih awal.
"Aku mengerti. Mungkin lain waktu."
"Terima kasih. Aku pasti akan menerima tawaranmu itu lain kali."
Kata-kata Loki terdengar terus terang dibandingkan dengan Felinella yang anggun, namun Felinella tahu kalau ada kebaikan sejati di dalamnya. Ketika Loki dan Alice mengantarnya pergi, Felinella berbalik, mengingat sesuatu saat tangannya berada di kenop pintu.
"Oh, aku hampir lupa, pertandingan penyaringan akan berlangsung tepat setelah liburan musim panas. Tolong beritahu Alus-sama itu juga."
"Baiklah."
"Kami akan memastikan untuk memberitahunya." Tambah Alice sambil tersenyum.
Saat pintu di belakang Felinella tertutup dan Felinella sudah tidak terlihat lagi, Alice menghela napasnya dan menjadi rileks, seolah-olah dia sedikit gugup.
"Seperti yang diharapkan dari Feli-san. Semua yang dia lakukan sangat anggun."
"Itu menunjukkan kalau dia sadar akan status bangsawannya."
Keduanya memikirkan seseorang, dan saling tertawa kecil.
"Oh, menurutku Fia juga cukup menyadari statusnya." Kata Alice.
"Ya, sepertinya kesadaran itu adalah satu-satunya yang dia punya." Jawab Loki.
Keduanya tahu betapa berbedanya para bangsawan. Meskipun Loki terlihat lebih nakal, Alice lebih memperhatikan keadaan yang berbeda. Kalau dipikir-pikir, Tesfia seharusnya bertemu dengan Alus, jadi dia akan kembali lagi nanti. Hal itu membuat Alice tidak nyaman juga, namun dia memilih untuk tidak mengatakan apapun sampai Loki tenang.
"Bagaimana denganmu, Alice-san? Apa kamu mau tinggal untuk makan malam?"
"Hmm, kalau aku makan sekarang, aku mungkin tidak bisa kembali ke asrama tepat pada jam malam, jadi aku harus menolaknya. Tapi aku bisa membantumu menyiapkannya."
Berkat kunjungan Felinella yang tak terduga, perhatian Loki teralihkan dari kekhawatirannya; dan Alice, yang ingin berada di sisi Loki lebih lama lagi, menawarkan bantuannya untuk mempersiapkan makan malam.
* * *
Alus saat ini berada di tempat paling gelap di Institut. Angin malam ringan bertiup melalui dedaunan pepohonan. Di bawah hutan gelap gulita, kegelapan yang lebih gelap dari malam. Bahkan suara langkah kaki di tanah terdengar lebih keras di hutan tertutup ini. Institut tidak memanfaatkan sepenuhnya seluruh lahannya yang luas. Terutama di sekitar lingkar luarnya. Tempat itu adalah tempat di mana para murid biasanya tidak pergi. Namun Alus angkat bicara, seolah sedang berbicara dengan seseorang.
"Baiklah, Selva-san? Kau bilang kau punya urusan denganku."
Daripada menjawab, sebuah bayangan muncul dari balik kegelapan. Saat bulan buatan mengintip dari balik awan, kepala pelayan tua itu melangkah keluar. Cahaya bulan menyinari dahan-dahan pohon, menerangi hutan. Selva meletakkan tangannya di belakang punggungnya, senyuman yang sama seperti sebelumnya masih terlihat di wajahnya. Menjaga jarak, Selva dengan elegan membungkuk dan berkata,
"Aku minta maaf karena memanggilmu ke sini."
Jarak antara keduanya tidak dimaksudkan untuk berbicara. Tidak, jarak ini untuk....
"Tentunya kau tidak memanggilku ke tempat sepi seperti ini untuk berbicara dengan santai?"
"Seperti yang anda katakan."
"Apa ini masih tentang Fia?"
"Sebagai kepala pelayan yang melayani Keluarga Fable, aku selalu mengkhawatirkan Ojou-sama. Meskipun ini mungkin perasaan pribadiku, dulu Ojou-sama sangat sederhana dan selalu tersenyum."
"Kalau begitu, tidak ada bedanya dengan sekarang."
Menyederhanakan mungkin agak terlalu kasar, namun tidak diragukan lagi itu adalah salah satu sifat baik Tesfia. Tentunya, sisi impulsif dan lugasnya telah menyebabkan sedikit masalah bagi Alus juga. Hidup jujur pada diri sendiri adalah hal yang sulit, dan terkadang, Alus melihatnya lebih manusiawi dan bebas daripada dirinya.
"Karena itu, aku berterima kasih kepadamu, Alus-dono. Anda telah menciptakan jalan bagi Ojou-sama untuk tetap menjadi dirinya sendiri."
"Menurutku itu agak dipaksakan. Aku tidak terlalu terbiasa dengan hal semacam itu."
Mengatakan kalau Alus bertahan melawan Frose yang terkenal terdengar seperti hal yang bagus, namun pada akhirnya Alus bahkan menggunakan provokasi yang tidak perlu. Memikirkannya kembali setelah menenangkan diri, Alus masih belum bisa membaca tentang Frose.
"Tolong jangan khawatir." Kata Selva mengutarakan pendapat pribadinya.
"Jika kata-kata sulitmu terlalu berlebihan, ada kalanya anda lupa untuk siapa kata-kata itu diucapkan. Dan aku yakin ada saatnya anda perlu merenungkan hal itu. Pada akhirnya, aku merasa pertemuanmu adalah pertemuan yang baik untuk Ojou-sama."
"Dan kau memanggilku ke sini untuk mengonfirmasi hal itu?"
Selva mengangguk. "Setelah berbicara dengan seseorang dua kali, aku dapat memahami karakter mereka secara umum. Setelah tiga kali, aku tahu di mana letak perasaan mereka yang sebenarnya. Dan kemudian aku bisa mendasarkan kepercayaanku pada bagaimana mereka dipandang oleh orang-orang di sekitar mereka."
Bagi orang normal, sulit untuk melihat kepribadian seseorang, dan waktu yang singkat ini jelas tidak cukup untuk membangun kepercayaan yang dibutuhkan untuk menempatkan seseorang yang penting di bawah asuhan mereka. Namun Selva berbeda.
"Biasanya, itu sudah cukup bagiku. Aku tahu anda bisa dipercaya jika bukan karena sisi gelap yang mengintai di dalam diri anda. Aku yakin anda sudah menyadarinya..... tapi kegelapan itu menjadi perhatianku."
Nuansa dalam nada suara Selva membuatnya terdengar seolah-olah dirinya berpikir bahwa pihaknya mungkin tidak perlu ikut campur.
"Begitu, jadi kau ingin memastikannya. Aku tidak keberatan. Yah, aku jarang bertemu seseorang dari bidang pekerjaanmu di zaman sekarang ini."
"Aku sudah lama mencuci tangan dari hal itu. Hal itu terjadi di masa lalu. Tapi.... menghapus apa yang telah tertanam dalam diriku sepertinya mustahil."
"Memang. Aku juga tidak percaya aku bisa menghapusnya."
Orang-orang yang mencari nafkah dengan membunuh memiliki suasana yang unik bagi mereka. Teknik pembunuhan meresap ke dalam setiap gerakan mereka. Berkat indra yang dikembangkan Alus, dia bisa menyadarinya. Biasanya, para Magicmaster yang melangkah ke Dunia Bagian Luar tidak akan mewaspadai sesamanya. Namun, ketika Selva membawanya ke kantor kepala sekolah, Alus melihat gerakannya dan bisa mencium bau seseorang di bidang pekerjaan yang tersembunyi di dalamnya.
Hal yang sama juga berlaku pada Alus, itulah sebabnya masing-masing dari mereka saling memahami. Alus berkata, "Daripada berbicara tentang kepercayaan pada pertemuan pertama kita, cara ini lebih mudah bagi kita berdua."
"Itu benar."
Mereka berhadapan, bukan sebagai Magicmaster, namun sebagai pembunuh..... mereka tidak membutuhkan pembenaran apapun karena sifat mereka menggerakkan tubuh mereka. Alus saat ini tidak bersenjata, namun baik Alus memiliki AWR atau tidak, tidak akan menjadi masalah dalam pertarungan ini. Selva juga mengetahui hal itu, dan dia memilih rerimbunan pohon ini karena letaknya jauh dari jalan dan tidak akan ada orang yang mendatanginya. Keduanya berdiri pada jarak yang wajar satu sama lain, masing-masing menilai satu sama lain. Namun, tidak ada permusuhan atau kebencian di udara. Itu hanyalah pertarungan teknik, yang keduanya telah memberikan persetujuan dalam diam. Berbeda dengan Alus yang mengambil pose siap menyerang, Selva berdiri tegak. Selva sepertinya tidak melakukan apa-apa, juga tidak terlihat menunggu langkah Alus. Namun indra Alus memberitahunya kalau Selva memang telah melakukan sesuatu.
"——!!"
Di bawah sinar bulan yang redup, sesuatu di atmosfer Selva berkilauan. Ketika Alus menajamkan matanya, dia melihat banyak benang tipis seperti sutra bergulung di udara, berasal dari jari-jari yang dipegang Selva di belakang punggungnya.
Pada saat yang sama Alus menyadari hal ini, dia berjongkok dan meninggalkan tempat itu dengan kecepatan tinggi. Benang super tipis, nyaris tak terlihat, mendekati Alus dari kiri dan kanan. Namun dia tahu itu bukan benang biasa. Bagaimanapun—benang-benang itu baru saja memotong dedaunan yang terlempar ke udara saat Alus bergerak, seolah-olah daun-daun itu tidak ada di sana. Itu adalah serangan benang yang sangat tajam sehingga tidak mengeluarkan suara saat dipotong. Selva pasti sudah mempersiapkan serangannya saat Alus menyadarinya. Dan Selva terkejut saat Alus fokus langsung padanya.
"Jadi begitu. Benang mana, ya?"
"Luar biasa." Selva dengan sopan membungkuk.
"Aku terkesan."
Seperti pedang mana Alus, mana memiliki beberapa kegunaan dan dapat mengambil bentuk lain sesuka hati. Namun itu bukanlah teknik yang semudah kedengarannya. Bentuk benang itu adalah sesuatu yang belum pernah dilihat Alus sebelumnya, sehingga sudah jelas kalau Selva bukanlah seorang Magicmaster biasa.
Sarung tangan itu.
Sarung tangan itu bukanlah benda sihir, melainkan prototipe AWR. Sarung tangan itu adalah versi yang lebih lama, sebelum AWR dibuat, dengan tujuan mengganggu mana. Tidak seperti AWR yang berfungsi sebagai pendukung untuk membuat mantra, sarung tangan Selva khusus mengubah bentuk mana.
"Langkahmu itu cukup menarik."
"Ini selalu menjadi cara yang paling sederhana..... bagaimanapun juga, sihir cenderung menonjol." Jawab Selva.
Karena kontruksi mantra menggunakan mana sebagai energi, mereka dapat dideteksi pada tahap itu oleh mereka yang memiliki indra tajam. Jadi jika menyangkut serangan yang cepat dan sulit dikenali, lebih baik mengubah bentuk mana untuk digunakan sebagai senjata. Kemampuan untuk secara bebas membuat persenjataan mematikan melalui kontrol mana mungkin merupakan inti dari teknik pertarungan pribadi. Alus sedikit senang karena orang lain selain dirinya memperhatikan kontrol mana. Gagasan mengubah mana menjadi benang, serta teknik tingkat tinggi yang terlibat, membuatnya gembira. Sudah berapa lama sejak dirinya melakukan tes kekuatan sederhana seperti ini? Tangan Alus dengan gelisah mulai bergerak-gerak. Setelah mengepalkan tinjunya erat-erat, bilah mana terbentuk di punggung tangannya.
Alus berlari ke depan, dengan sesekali melakukan tipuan, dengan kecepatan tinggi yang bahkan tidak dapat dilihat oleh orang normal, lengannya mengikuti di belakangnya. Selva melepaskan tangan yang dipegangnya di belakang punggungnya, menyodorkan salah satu tangannya ke depan, dengan terampil memanipulasi benang mana. Lima benang dengan lebar rata terbang ke arah Alus seperti cakar.