Eighteenth Chapter : Pride and Discord
Alus diam-diam bergerak di bawah terik matahari. Dia menatap dengan tidak senang gadis berambut merah di sebelahnya, saat dia bertanya-tanya mengapa dirinya harus melakukan hal seperti ini. Tentunya, karena mereka masih berada di dalam penghalang, matahari di atas mereka adalah buatan dan suhunya juga disesuaikan. Namun, karena saat ini sedang musim panas, rasanya tidak nyaman dan Alus tidak bisa menahan keringatnya jatuhnya karena kepanasan. Bahkan Tesfia menggunakan tangannya untuk menghalangi cahaya matahari buatan itu, seolah mempertanyakan siapa yang mengatur suhu setinggi ini, sambil memandang ke arah matahari buatan di langit biru di atasnya. Alus baru mendengar cerita gadis berambut merah itu beberapa menit yang lalu, setelah gadis itu meneleponnya dan memintanya untuk bertemu dengannya. Gerbang transfer terasa begitu jauh.
Kenyataannya, jaraknya hanya lima menit berjalan kaki, namun perbedaan suhu antara luar dan dalam ruangan terlalu besar untuk ditanggung. Ada dua jenis gerbang transfer di dalam Institut. Salah satunya adalah tipe yang digunakan untuk bergerak di dalam lingkungan Institut, dan yang lainnya adalah gerbang jarak jauh yang digunakan untuk datang dan pergi dari Institut. Meskipun tidak ada kebijakan yang ditetapkan mengenai di mana gerbang transfer dapat ditempatkan, lokasi yang merupakan tempat yang nyaman dengan kebisingan yang lebih sedikit lebih disukai. Karena gerbang transfer mencakup reproduksi mana yang tepat, efek sisa mana perlu dipertimbangkan. Jika seseorang melepaskan sihir di dekat gerbang transfer, ada kemungkinan gerbang tersebut tidak berfungsi. Oleh karena itu, merupakan hal yang umum untuk membuat partisi di sekitar gerbang transfer untuk menyerap sihir.
Saat ini, Alus dan Tesfia sedang menuju gerbang transfer internal. Bisa dibilang, Alus dengan enggan menemani Tesfia setelah gadis itu kembali dari rumahnya setelah satu malam dan memohon padanya, dengan ekspresi serius. Akibatnya, ekspresi Alus sedikit berkedut. Di sini Alus diberitahu kalau itu adalah sesuatu yang penting..... namun bagi Alus, gadis itu tidak melakukan apapun selain membawa lebih banyak masalah. Ketika Alus mendengar apa yang dikatakan gadis itu, Alus bahkan mencoba untuk berbalik dan kembali ke Institut sendirian. Namun Tesfia menarik kedua tangannya dan memohon padanya.
"Kumohon, ibuku ingin berbicara denganmu."
Alus merasa hal seperti ini mungkin terjadi ketika dirinya mendengar tongkat latihan gadis itu ditemukan, namun mengingat 'Pembicaraan' dengan ibu gadis berambut merah itu mungkin hanya akan menambah banyak masalah, Alus merasakan sakit kepala yang akan datang. Tesfia telah mencoba melawannya sendiri, namun dengan dia melawan kepala Keluarga Fable yang terkenal, hasil ini tidak bisa dihindari.
"Apa yang terjadi jika aku menolak?"
".....Dalam kasus terburuk, aku mungkin harus keluar dari Institut."
Bertentangan dengan cerahnya matahari musim panas buatan itu, ekspresi Tesfia gelap dan suram.
Ini adalah hal yang sangat merepotkan dan menyusahkan, seperti yang diharapkan dari kaum bangsawan.
Tesfia tidak menyebutkan detail apapun, dan kemungkinan besar itu bukan atas kemauannya sendiri. Namun Alus tahu kalau ikatan kewajiban dalam keluarga bangsawan bergengsi dan kekuatan persuasif yang kuat sedang bekerja.
"Menarik untuk didengar. Aku mengerti, jadi kamu memanggilku untuk memberimu ucapan perpisahan karena ini mungkin terakhir kali kita bertemu.... terima kasih atas semua usahamu." Kata Alus menggoda Tesfia.
"Aku yakin kamu mengira aku ini egois.... tapi hanya ini yang bisa aku lakukan! Mungkin ini tidak berarti apa-apa bagimu, tapi aku sudah berkembang. Itu sebabnya aku tidak ingin gerbang masa depanku sebagai seorang Magicmaster ditutup! Jadi kumohon!"
Tesfia berhenti di tempatnya berdiri dan membungkuk dalam-dalam kepada Alus, yang bahkan tidak berhenti berjalan atau berbalik. Setelah meliriknya dari balik bahunya, Alus menghela napasnya dan menggaruk bagian belakang kepalanya.
"Bicara tentang perasaan yang aneh...." Kata Alus dengan suara pelan.
Kehidupan Tesfia berada dalam bahaya selama insiden dengan Godma, dan gadis itu seharusnya sudah merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang Magicmaster, namun gadis itu masih ingin terus menempuh jalan itu. Jadi apa lagi yang bisa Alus katakan? Meskipun faktanya sebagian besar Magicmaster akhirnya hanya dibuang....
"....ini menyebalkan, tapi aku tidak suka dengan cara ibumu yang melakukan apapun yang dia mau."
"Jadi...."
"Aku akan membantumu. Bagaimanapun juga, tongkat latihan itu sebagian adalah kesalahanku."
Ekspresi cerah muncul di wajah Tesfia saat dirinya berlari ke arah Alus.
"Terima kasih, Al! .....dan juga, aku memikirkan sesuatu seperti—"
"Berhentilah main-main. Apa yang membuatmu berpikir caramu itu atau apapun itu akan berhasil? Serahkan hal semacam itu kepada seseorang yang benar-benar berpikir sebelum berbicara. Aku memang aku akan membantu, jadi jangan melakukan sesuatu yang tidak perlu."
"Urgh..... tapi...."
"Jika kamu mengatakan ingin menghentikan pelatihan, itu satu hal. Tapi membuatmu ikut campur dalam segala hal membuatku kesal, jadi berhentilah bicara omong kosong. Aku tidak pernah menyukai kaum bangsawan sejak berada di militer, tapi hal ini akan menjadi kesempatan bagus."
Sejauh yang diketahui Alus, kaum bangsawan selalu seperti itu. Alus tidak akan mengatakan kalau mereka semua sama, namun sebagian besar hanya sekedar omongan, dan meskipun mereka membuat rencana dalam bayang-bayang, mereka tidak pernah melangkah keluar ke Dunia Bagian Luar.
"Uhm..... dia itu ibuku, loh."
Sementara Tesfia menganggap sisi Alus meragukan, kecemasannya semakin bertambah ketika dirinya melihat Alus tampak seperti menemukan peluang besar untuk melampiaskan rasa frustrasinya. Tesfia memutuskan untuk memata-matai keduanya tidak peduli apa yang terjadi.
Keesokan harinya, setelah Tesfia dan Alice menyelesaikan pelatihan mereka. Kedua gadis itu sama-sama merasa telah melihat hasilnya, betapapun kecilnya hasil yang mereka peroleh. Latihan mereka adalah latihan yang sama seperti biasanya, mencoba untuk menjaga mana dalam tongkat latihan, namun sekarang mereka berhasil melakukannya untuk jangka waktu yang lebih lama. Mengklaim kalau itu adalah perkembangan pesat karena masa muda mereka adalah hal yang bodoh, namun sihir sebenarnya dipengaruhi oleh keadaan pikiran seseorang, dan kalian tidak pernah tahu apa yang bisa memicunya. Setelah kejadian itu, mana mereka menjadi lebih padat. Informasi di mana berisi semua pengalaman pemiliknya. Dengan kata lain, akan ada respons nyata terhadap setiap pengalaman baru dan perubahan pola pikir.
Mereka yang tidak berpengalaman bahkan menghadapi risiko mana mereka merajalela. Sementara itu, pertumbuhan mental, atau peningkatan kemampuan mengendalikan emosi akan membuat kendali mereka atas mana menjadi lebih stabil. Mungkin keduanya berhasil mengatasi sesuatu selain latihan mereka. Yang perlu mereka lakukan sekarang hanyalah melanjutkan pelatihan setiap hari untuk membangun pertumbuhan baru ke dalam fondasi mereka.
Alus memanggil mereka saat dirinya keluar dari kamar mandi.
"Hmm, menurutku kalian berdua akan baik-baik saja."
"—H-Hei, pakailah sesuatu dulu!"
Tesfia tidak menunjukkan kelelahan setelah latihan, saat dirinya tersipu dan memunggungi Alus. Baru saja keluar dari kamar mandi, dada Alus telanjang. Alus menggantungkan handuk di bahunya dan menghela napasnya.
"Memangnya kamu ini siapa? Nyatanya, apa masalahnya dengan apa yang aku kenakan di kamarku sendiri?"
Alice, di sisi lain, mengeluarkan suara tercengang saat dirinya menatap lurus ke arahnya. Namun melihat seseorang yang menatapnya dengan seksama sudah merupakan gangguan tersendiri. Alus tidak pernah berhenti dalam latihan hariannya. Karena itu, dia bugar, dengan jumlah otot yang tepat di mana dibutuhkan. Tidak ada yang sia-sia atau kelebihan yang terlihat di mana pun di tubuhnya. Loki, yang sudah terbiasa melihatnya, mencuri pandang ke arah Alus di sebelah Alice. Dan Loki memastikan untuk menyimpan pemandangan itu di antara memorinya yang paling berharga.
"Alus-sama, tolong keringkan rambutmu sebelum keluar. Lantainya jadi basah."
Kata Loki sambil menelusuri jejaknya dan menyeka tetesan air itu. Pemandangan itu seperti seorang ibu yang sedang membersihkan anaknya.
"Ah, maaf."
Alus meminta maaf, dan menggunakan handuk di pundaknya untuk mengeringkan rambutnya secara sembarangan. Metode kasarnya memperjelas kalau dia tidak pernah terlalu peduli pada hal semacam itu. Tiba-tiba handuk itu direnggut dari tangannya.
"Ah, rambutmu akan rusak jika melakukan itu."
Berbeda dengan Tesfia, Alice tidak segan-segan mengulurkan tangan dan mencuri handuk tersebut. Alus dibuat diam sementara Alice dengan lembut menyeka kelembapan di rambut Alus itu.
"A-Alice..... aku kagum kamu bisa menyentuhnya." Tesfia berhasil mengarahkan wajah merahnya ke arah Alus, dan menunjuk dengan jari gemetar.
"Hei, jangan membuatnya terdengar seperti aku ini sampah atau semacamnya. Kamu hanya melebih-lebihkan saja."
Penanganan handuk Alice sangat brilian. Mengeringkan rambut Alus itu terasa menyenangkan, jadi Alus memejamkan mata dan mempercayakan segalanya kepada Alice. Keahlian Alice yang luar biasa membuat Alus mengantuk.
"Fia, aku kasihan pada Al kalau kamu bilang begitu. Bagaimanapun, bukankah ini normal? Kamu menyuruh pelayanmu melakukan ini untukmu di rumah, bukan?"
Alice telah mengunjungi kediaman Fable, dan setelah melihatnya sendiri, Alice menatap ke arah Tesfia.
"A-Alice!"
Tesfia buru-buru membungkam Alice, karena hal itu bukanlah sesuatu yang dia ingin diketahui dipublik.
"......P-Pokoknya! Ya, mungkin itu normal.....?"
Terlepas dari gaya hidup seorang bangsawan, ini adalah pertama kalinya Tesfia melihat tubuh bagian atas telanjang seorang laki-laki. Tesfia melirik ke arah Alus dari sudut matanya, dan saat Tesfia terlihat tertarik padanya, Tesfia dengan takut-takut mendekatinya seolah Alus adalah serigala yang sedang tidur. Kemudian Tesfia memanfaatkan fakta kalau mata Alus itu tertutup untuk menatap tubuhnya itu, dan Tesfia mendorong telapak tangannya ke dada Alus.
"Ini agak keras?"
Alus membuka salah satu matanya dan menatap gadis berambut merah itu, membuat gadis itu menunduk dan buru-buru menarik tangannya.
"Alus-sama terlatih dengan baik, jadi itu sudah jelas."
Kata Loki dengan angkuh, namun dia menggunakan celah yang dibuat Tesfia untuk meraba lengan atas Alus. Loki bertingkah keren, namun sebenarnya dia ingin memuji keberanian Tesfia. Memanfaatkan sepenuhnya kebingungan yang ada, Loki menyentuh tubuh Alus itu, sedikit demi sedikit. Dengan wajah memerah, Loki melanjutkan sambil membuat alasan pada dirinya sendiri. Loki yang normal akan mengatakan kalau dirinya telah kehabisan kendali. Namun, tangannya tiba-tiba berhenti bergerak, dan suasana santai pun ikut membeku.
"Bekas luka lama itu....."
Loki dan Alice sama-sama menyadarinya, namun Tesfia terkejut saat mengatakannya dengan lantang. Alus mengusap bekas luka itu seolah-olah dirinya baru saja menyadari keberadaannya. Jika dilihat lebih dekat, Tesfia bisa melihat bekas luka kecil lainnya di berbagai tempat di tubuh Alus itu.
"Yah, aku mendapatkan sebagian besar dari luka itu ketika aku masih kecil..... tapi seharusnya tidak ada satu pun yang dalam yang menonjol."
"Oh."
Hanya itu yang bisa Tesfia katakan. Dan Alice terdiam. Alus tidak perlu mengatakan apapun lebih jauh agar kedua gadis itu memahami betapa kejamnya dunia yang Alus tinggali. Kata-kata 'Ketika Alus masih kecil' hanya membuat kedua gadis itu sadar betapa buruknya keadaannya, dan tak satu pun dari kedua gadis itu bisa mengatakan apapun. Namun ada gadis lain yang hadir yang memahami makna terdalam di balik bekas luka-luka itu.
"Tapi jika kamu menganggap bekas luka-luka itu yang menjadikan Alus-sama seperti sekarang ini, bukankah mereka tampak..... menawan?"
Loki berkata pada Alice sambil tersenyum. Loki tidak hanya mengada-ada, itu adalah perasaannya yang sebenarnya.
"Aku tidak akan mengatakan kalau bekas luka adalah sebuah lencana kehormatan, tapi kalian harus memahami kalau dunia seperti inilah yang ditinggali para Magicmaster."
Dengan mata terpejam lagi, Alus terus terang mengatakan kebenaran dunia mereka. Tesfia di masa lalu yang tidak tahu apa-apa mungkin akan membuat Alus terkejut dengan komentar seperti, "Itu sudah jelas." Namun sekarang, kebenaran dari kata-kata itu bergema jauh di lubuk hatinya. Di depan anak laki-laki yang tubuhnya terlihat seperti telah dicabik-cabik oleh dunia itu sendiri, Tesfia tidak mungkin mengatakan hal seperti itu. Jadi Tesfia hanya mengangguk dalam diam.
"Loki-chan, apa kamu punya sisir dan pengering rambut?"
Alice berbicara untuk meredakan suasana.
Loki berkata, "Meskipun Alus-sama tidak menggunakannya, aku punya satu yang bisa kamu gunakan." Sambil berdiri dan menuju kamarnya.
"Nee, Alice..... bolehkah aku mencobanya juga?"
Tesfia dengan gugup bertanya pada Alice, yang menyerahkan handuk itu padanya.
"Lakukan saja urusanmu sendiri."
Keberatan Alus itu tidak terdengar, karena dia bisa mendengar Tesfia menelan rasa gugupnya di belakangnya.
"Ayolah, sedikit saja. Aku melihat Alice melakukannya, jadi aku juga bisa melakukannya."
Alus punya firasat buruk setelah mendengar ini. Dan seolah ingin segera mendukung perasaannya— "Ow! Hei, pelan-pelanlah sedikit! Ah?!"
Tesfia sepertinya salah memahami sesuatu, saat dia dengan kasar memutar-mutar handuknya, tidak hanya mengacak-acak rambut Alus, namun juga mengguncangkan kepala Alus juga. Dan di atas semua itu....
"Kamu baru saja mencakarku dengan kukumu, bukan?" Alus memegangi kepalanya dan berbalik untuk menatapnya.
"Ahaha, maaf." Jawab Tesfia sambil tertawa canggung. Gadis berambut merah itu pasti punya semacam dendam. Dan begitu saja, rambut yang ditata Alice sekarang menjadi berantakan. Ketika Loki kembali dengan sisir dan pengering rambut, Loki terkejut melihat rambut Alus, dan terlihat seperti menahan tawanya. Pada akhirnya, Loki melakukan keduanya untuk memperapihkan rambut Alus, namun butuh waktu lebih lama.
Setelah itu, Tesfia dan Alice berlatih lagi, namun di tengah-tengahnya mereka berganti dari pelatihan kontrol mana yang biasa. Saat ini, keduanya sedang giat berlatih di tempat latihan. Semuanya dimulai dengan Tesfia yang mengatakan kalau dirinya ingin melihat mantra baru Alice dari dekat. Alus mengizinkannya atas dasar bahwa pertempuran simulasi sesekali akan baik bagi mereka berdua. Terlebih lagi, keduanya telah melakukan pertarungan simulasi sendiri sejak sebelum mereka masuk Institut, dan mencatat skor. Dengan meningkatnya keterampilan mereka, mereka merasa sudah waktunya untuk menguji diri mereka sendiri. Ini adalah kesempatan sempurna untuk melampiaskan rasa frustrasi mereka dengan pelatihan kontrol mana yang sederhana dan membosankan. Kebetulan, Alus tidak ada di sana. Dan jika Alus mau melakukan itu, itu tidak akan ada bedanya dengan latihan biasanya.
Hal itu juga karena Alus punya urusan lain. Tidak seperti untuk memikirkan cara untuk menghadapi ibu Tesfia, namun menganalisis batangan mineral yang tidak biasa yang dirinya beli dari Budna. Karena itu adalah material yang tidak diketahui, Alus menjadi sangat bersemangat untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Dan karena dia berada di laboratorium, tentu saja Loki bersamanya. Alus sesekali berbicara sendiri dengan kalimat "Jadi begitu." dan "Betapa menariknya." saat Alus melihat hasil rinci dari analisis batangan mineral tersebut. Sudah lama sejak Loki melihatnya seperti ini, dan Loki diam-diam mengawasinya sambil tersenyum agar tidak menghalangi pekerjaannya. Tentunya, Loki tidak lupa membawa minuman di waktu yang tepat. Dengan itu, Loki bisa menikmati pemandangan Alus yang mengabdikan dirinya untuk penelitiannya. Alus telah menghabiskan sebagian besar hidupnya sejauh ini untuk berkontribusi pada kemanusiaan melalui upaya luar biasa, jadi Alus harus dibiarkan untuk fokus pada apapun yang menarik minatnya saat ini.
Namun, masa damai itu tiba-tiba terhenti. Hal itu terjadi tak lama setelah Loki memulai pelatihan pendeteksiannya. Suara bel pintu berbunyi, dan perhatian mereka berdua beralih ke pintu depan. Bel yang berbunyi hanya sekali memiliki perasaan aneh yang tidak dapat dijelaskan. Setelah ditekan lebih lama dari biasanya kalian bisa mendengarnya ditekan terlalu lama, suara bel itu berhenti sepenuhnya. Mereka berdua tidak dapat mengingat siapapun yang membunyikan bel pintu seperti itu. Jelas itu bukan Tesfia atau Alice, juga bukan Felinella. Dan hal yang paling tidak biasa adalah baik Alus maupun Loki tidak merasakan kehadiran sampai pengunjung tersebut membunyikan bel. Yah, menyadari hal seperti itu sebelumnya memang aneh, namun baik Alus maupun Loki memiliki indra yang tajam.
Alus tidak lengah, namun dia mungkin terlalu fokus pada penelitiannya. Alus memberi isyarat kepada Loki dengan matanya. Untuk berjaga-jaga, Loki memeriksa kamera di luar pintu, dan melihat seorang lelaki tua dengan ekspresi lembut. Selanjutnya, lelaki tua berpakaian bagus itu dengan sopan membungkuk ke arah kamera. Loki menyimpulkan kalau tidak ada penyusup yang berani seperti ini, dan membuka pintu. Lelaki tua itu tampak sedikit berterima kasih ketika Loki menuntunnya masuk, dan begitu dia berdiri di depan Alus, lelaki tua itu meletakkan tangannya di dada dan membungkuk sekali lagi.
"Maafkan aku atas kunjungan mendadak ini. Senang bertemu denganmu. Aku Selva Greenus, kepala pelayan Keluarga Fable."
Kepala pelayan tua yang memperkenalkan dirinya sebagai Selva memiliki sikap yang sempurna, yang membantu meringankan kewaspadaan Alus dan Loki. Sikap busur hormat dari lelaki tua yang berpostur lurus ini benar-benar bagus, tidak menunjukkan usianya sedikit pun. Alus telah mendengar sedikit dari Tesfia dan mengharapkan pengunjung ini suatu saat nanti, namun hal ini terlalu cepat. Dan pengunjung itu muncul pada waktu yang tepat, ketika Tesfia tidak hadir.
"Aku Alus, teman sekelas Tesfia-san. Senang berkenalan denganmu."
Alis Selva berkerut sesaat mendengar jawaban datar Alus. Ada kecurigaan atas fakta kalau Alus tidak memperkenalkan dirinya sebagai teman dekat atau instruktur Tesfia, namun hanya sebagai teman sekelasnya. Meskipun tidak ada orang lain yang menyadari perubahan sekecil itu. Kebetulan, Alus telah membuat posisinya samar-samar untuk mengetahui seberapa banyak yang diketahui Selva.
Dan Selva, yang mempertahankan posisinya sebagai kepala pelayan biasa, banyak menebak-nebak dan tidak membicarakannya lebih jauh. Namun, dia mengucapkan terima kasih secara pribadi.
"Terima kasih karena selalu menjaga Tesfia Oujou-sama."
Kunjungan ini karena Tesfia telah memenangkan pertarungannya melawan tradisi keras kepala kaum bangsawan, yang disambut baik oleh Selva. Dia memiliki mata yang tajam yang tidak berbeda dengan mata Frose, dan mata itu memberitahunya kalau Alus-lah yang bertanggung jawab atas pertumbuhan Tesfia. Intuisinya yang berkembang selama bertahun-tahun memberitahunya hal itu sejak pandangan pertama. Mengingat mereka berada di sebuah institut, keberadaan Alus di sini sejujurnya tidak normal. Alus berbeda dari anak-anak muda yang tidak berpengalaman, jelas merupakan orang luar.
"Begitu, jadi aku tidak bisa berpura-pura tidak tahu, kan?" Alus tahu kalau Selva ini bukanlah kepala pelayan biasa.
Namun yang lebih penting..... "Mendengar gadis itu dipanggil Tesfia Oujo-sama memang membuatnya terdengar seperti bangsawan."
"Al, Tesfia-san memang mengatakan kalau dirinya berasal dari keluarga bangsawan sejak awal." Tambah Loki, tidak menggunakan panggilan resmi apapun dan memanggil Alus dengan nama panggilannya sehingga terlihat seperti mereka hanya teman biasa. Niat Selva masih belum jelas.
"Itu benar." Alus mengetahui banyak hal setelah pertemuan pertama mereka.
"Tapi sejujurnya, dia tidak cocok dengan gambaran 'Ojou-sama' itu sendiri."
"Mungkin benar." Kata Loki.
Keduanya bertukar tatapan gelisah. Mereka tidak mencoba mengolok-oloknya. Melihat ini, ekspresi Selva mereda, meskipun dia memiliki senyum masam di wajahnya.
"Jadi begitu. Aku lega mendengarnya. Tesfia Ojou-sama menghabiskan sebagian besar masa mudanya di Mansion dengan menerapkan tata krama yang ketat..... tapi tampaknya dia menghabiskan hidupnya dengan baik sebagai muird di sini. Tidak ada satu orang pun yang cocok untuk segala hal, dan dalam hal ini, dia cukup menahannya."
"Hmm...."
Alus merasakan sesuatu yang mirip dengan dirinya di Selva, dan meskipun Alus masih berhati-hati terhadapnya, Alus merasa dirinya tidak perlu memilih kata-kata di sekitarnya. Loki menawarkan diri untuk pergi ke dapur untuk menyiapkan teh, namun Selva dengan sopan menolaknya. Itu juga berarti Selva akan langsung pada pokok persoalannya. Tentunya, hal itu juga yang diinginkan Alus, meskipun dia memiliki gambaran kasar tentang apa yang akan terjadi setelah dia mendengar detailnya sebelumnya dari Tesfia.
"Kau ada di sini karena Fia-san.... kami tidak membutuhkan hal lain lagi, jadi kau di sini karena Fia, benar?"
"Ya. Aku baru saja mengunjungi Kepala Sekolah Sisty, dan dia juga meninggalkan pesan kepadaku agar anda datang ke kantor kepala sekolah setelah ini."
Jadi tidak ada gunanya menolaknya....
Hal itu berarti bahwa kepala sekolah akan terlibat.
"Tapi rasanya aneh membicarakan seseorang tanpa ada kehadirannya."
"Ada beberapa keadaan yang terlibat untuk itu." Jawab Selva dengan tenang.
Apapun itu, melibatkan kepala sekolah jelas merupakan metode yang tidak disukai Alus. Bagaimanapun, karena Selva berkunjung ke laboratorium pada waktu seperti ini, Alus tahu kalau Selva bermaksud untuk tidak melibatkan Tesfia. Lagipula, segalanya akan menjadi kacau meskipun gadis itu ada di sini, jadi itu tidak masalah bagi Alus.
"Aku mengerti. Maaf Loki, tapi bisakah kamu mengurus mereka berdua saat mereka kembali?" Alus memintanya untuk memeriksa latihan mereka, tapi ada jeda sebelum jawabannya.
"....Tapi."
Ekspresi Loki menjadi suram mungkin karena Alus akan berurusan dengan seseorang yang merupakan bangsawan terkemuka. Ibu Tesfia, kepala Keluarga Fable, yang terkenal, dan karena kepala pelayan Keluarga Fable datang untuk berkunjung, kepala pelayan itu pasti cukup mengesankan. Namun, ketika Alus berada di militer, hampir selalu para bangsawanlah yang memaksakan misi sembrono padanya. Itu sebabnya Loki ingin menemaninya sebagai pendukung jika memungkinkan. Namun Alus memerintahkannya untuk bersiap. Loki ingin menolak, namun tetap ingin tetap setia pada niatnya. Pada akhirnya, Loki tidak dapat mengajukan tuntutan egois apapun. Saat itulah sebuah tangan mendarat di kepala Loki, seolah-olah dirinya terlihat jelas.
"Hal yang membuatmu khawatir tidak akan terjadi. Jadi aku mengandalkanmu."
Loki cemberut karena ketidakpuasan, dan meletakkan tangannya sendiri di atas tangan di kepalanya. Tatapannya ke arah Alus dengan mata terbalik menunjukkan kekhawatiran mendorong Alus untuk menambahkan.
"Aku akan segera kembali."
Itu berarti Alus akan kembali sebelum Loki merasa gelisah. Setelah Alus berkata sebanyak itu, hasrat egois Loki menjadi berkurang.
"Loki-dono, benar? Aku ingin meminta anda untuk menjaga Tesfia Ojou-sama juga."
Dan Loki pasti tidak bisa mengabaikannya ketika kepala pelayan tua itu, yang tiga kali lipat usianya darinya, memintanya juga. Pada akhirnya, Loki tidak punya pilihan selain menerimanya.
"Aku mengerti. Tapi.... tolong cepat kembalilah ke rumah."
Loki melihat keduanya pergi dengan ekspresi khawatir, sama sekali tidak menyadari kalau cara bicaranya telah kembali normal.
Kepala pelayan tua yang memimpin Alus bergerak dengan cara yang tidak pernah kalian harapkan dari seseorang seusianya. Kepala pelayan itu tidak mengeluarkan suara saat dirinya menuruni tangga. Tangannya ditahan di belakang punggungnya dan tetap tidak bergerak, pusat keseimbangannya terpasang sempurna di tempatnya. Seperti yang diharapkan, kepala pelayan itu memiliki keahlian yang berbeda selain dari apa yang dibutuhkan dalam posisi resminya. Pendekatannya yang tidak terdeteksi tentu saja bukan hanya karena dia tidak membiarkan mana mengalir dengan bebas. Bagaimanapun juga, Alus tidak bisa memastikan apa kepala pelayan itu seorang Magicmaster atau bukan, namun Alus yakin kalau kepala pelayan itu bukanlah lelaki tua biasa. Jika kepala pelayan itu adalah seorang Magicmaster yang cakap, dia bisa memahami banyak hal. Dia secara alami dapat mengetahui seberapa banyak pengalaman dan keterampilan yang mereka miliki.
Bahkan jika mereka menahan mana mereka, sedikit kebocoran atau tekanan mana yang mereka berikan sudah cukup untuk mengetahuinya. Namun Magicmaster kelas satu mampu mengendalikan mana dengan sempurna, mencegah kebocoran apapun. Selain itu, orang-orang seperti itu juga tidak memberikan tekanan yang mengintimidasi terhadap lingkungannya. Meskipun kepala pelayan itu tidak menunjukkannya—lelaki tua ini mungkin adalah salah satu masternya. Bagaimanapun juga, intuisi Alus memberitahunya kalau kepala pelayan di depannya bukanlah seseorang yang mudah dianggap enteng.
"Apa semua kepala pelayan dari semua keluarga bangsawan sama sepertimu?"
"Dalam hal apa, jika aku boleh bertanya?"
Selva menjawab dengan lembut pertanyaan yang tiba-tiba itu. Selva mungkin tidak berpura-pura bodoh, dan Alus menyadari kalau mungkin pertanyaannya terlalu kasar, dan Alus mengulanginya.
"Apa pekerjaan kepala pelayan membutuhkan keterampilan bertarung yang begitu besar?" Alus bisa merasakan Selva mengalihkan perhatiannya ke arahnya.
"Mungkin memang benar. Kadang-kadang kami diminta untuk tugas penjagaan dan pengawalan. Tapi, Keluarga Fable hanya memiliki lebih sedikit penjaga dibandingkan keluarga bangsawan lainnya..... untuk menjawab pertanyaanmu, kepala pelayan selalu berada di sisi kepala keluarga, jadi secara pribadi aku yakin mereka memerlukan pemahaman yang adil tentang hal itu."
Pemahaman, untuk itu? Alus berpikir sendiri, karena dia merasa kepala pelayan itu telah menghindari pertanyaannya. Meskipun itu adalah jawaban yang cukup untuk pertanyaan sederhana.
"Selain itu, ini mungkin sangat tidak sopan bagiku.... tapi aku punya perasaan misterius kalau kau sendiri tidak berada pada tempatnya."
"Aku rasa begitu."
Selva sepertinya tidak terlalu mempermasalahkan jawaban yang lembut itu, bahkan dia tersenyum agak bahagia dan melanjutkan.
"Terlebih lagi, jika aku bertanya terus terang, amda adalah murid yang mengajar Tesfia Ojou-sama, bukan, Alus-dono?"
"....…."
"Aku bertanya-tanya mengapa Ojous-sama diajar oleh murid lain. Aku percaya hanya Alice-dono yang setara dengannya di antara para murid baru."
"Mungkin itu hanya di dalam Institut."
Pada titik ini tidak ada yang bisa disembunyikan, Pikir Alus, dan memutuskan sendiri.
"Itulah mengapa aku tahu kalau andalah yang membimbing Tesfia Ojou-sama pada pandangan pertama. Dan mungkin itu yang terbaik untuknya."
"Kita baru saja bertemu, dan tidak berbicara lebih dari satu menit."
Alus mengerutkan alisnya karena kata-kata kepala pelayan itu yang berlebihan.
Namun Selva tertawa kecil, dan melanjutkan tanpa berbalik.
"Pada usia ini, anda dapat mengetahuinya hanya dengan bertukar beberapa kata. Tentu saja ada beberapa hal yang tidak bisa anda lakukan, tapi umur panjangku tidak sia-sia. Dan aku telah bertemu banyak orang.... jika aku mengatakannya, Alus-dono tampaknya tidak memiliki kesan yang baik terhadap bangsawan."
Alus dengan ringan mengangguk di belakangnya, dan meskipun Selva tidak melihat ke belakang, dia sepertinya memahaminya.
"Dan aku tidak bisa mengatakan kalau kesan anda itu salah. Paling tidak, negara ini dipenuhi oleh orang-orang yang hanya sekedar bangsawan saja. Tipe orang yang menipu, memperdaya, dan memperlakukan kehidupan orang lain seolah-olah itu adalah bagian dari sebuah permainan. Mereka akan memanfaatkan seseorang sesuai dengan manfaatnya, lalu membuangnya seperti mainan rusak. Aku telah melihat banyak orang jahat seperti itu."
"Bagaimana denganku?"
"Oh, siapa yang tahu. Tapi setidaknya, aku yakin anda adalah seseorang yang layak dipercaya oleh Tesfia Ojou-sama."
Orang tua ini terus menghindari pertanyaanku, Pikir Alus.
Namun Alus tidak merasa terganggu. Kalaupun karena misi, Alus telah membunuh orang, jadi dari segi baik atau buruk, dia pasti orang buruk. Tidak ada keraguan untuk itu, karena dia sendiri yang berpikir demikian. Selva menjaga jawabannya tetap ambigu. Meski samar-samar, Selva merasa Alus bukanlah tipe orang yang akan mengkhianati seseorang yang mempercayainya. Selva juga yakin kalau Alus bukanlah seseorang yang memanfaatkan atau meremehkan sekutunya..... Selva mendapatkan banyak hal dari interaksi Alus dan Loki. Sedangkan untuk Alus.....
Sepertinya kepala pelayan ini diam-diam berada di pihak Fia, tapi dia menuruti kemauan kepala keluarga karena posisinya. Dia juga terlihat sangat setia.
Artinya Alus tidak akan bisa mendapatkan informasi apapun yang mungkin merugikan kepala keluarga meskipun mereka terus berbicara. Alus memutuskan untuk menghentikan pembicaraan mereka di sini, namun saat keluar dari gedung penelitian, matanya menemukan sesuatu yang asing.
Melihat reaksi itu, Selva bertanya, "Apa anda tertarik dengan mobil sihir?"
"Aku tidak terlalu tertarik dengan mobil itu sendiri. Hanya saja seseorang tidak banyak melihat hal seperti ini di sekitar sini."
Di zaman ketika gerbang transfer ada, mobil sihir itu terlalu berlebihan. Jika Alus menganggapnya sebagai simbol status di kalangan bangsawan, maka Alus tidak bisa mengabaikan mereka. Alus tidak memiliki hubungan dengan mobil sihir, jadi satu-satunya minatnya pada mobil itu terletak pada struktur internalnya dan prinsip dasar yang digunakan untuk bergerak. Modelnya yang mewah atau bentuknya yang ramping sama sekali tidak menarik minatnya.
"Aku melihat banyak peralatan penelitian di kamar anda, Alus-dono."
"Itu hanya hobiku."
Selva tidak menyinggung fakta kalau Alus tidak tinggal di asrama meskipun berstatus pelajar, dan malah terus membawa topik penelitian.
"Jika tidak merepotkan, bolehkah aku bertanya penelitian apa yang sedang anda lakukan?"
Alus ragu-ragu sejenak. Apa akan merepotkan atau tidak tergantung pada jenis urusan apa yang mereka miliki setelah ini. Namun, selama masih menjadi topik hobi pribadi Alus, hal itu tidak akan terlalu berpengaruh.
"Ya, baiklah, baru-baru ini aku menemukan mineral yang menarik, dan aku sedang mencari tahu apa mineral tersebut dapat digunakan untuk AWR atau semacamnya.... aku juga ingin membuat formula sihir dari awal yang cocok untuk itu....."
Biasanya tidak terpikirkan bagi seorang murid yang baru saja mendaftar di Institut beberapa bulan yang lalu untuk membicarakan tentang membuat AWR baru. Membangun formula sihir dari awal bahkan lebih tidak masuk akal. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh segelintir peneliti spesialis selama beberapa tahun, misalnya, ketika mereka berkumpul sebagai tim peneliti untuk mengembangkan sesuatu untuk proyek nasional. Alus juga memiliki penampilan seperti seorang muird yang ingin menjadi seorang Magicmaster, jadi biasanya keadaan tidak akan berjalan baik. Terlebih lagi, mereka yang ingin menjadi Magicmaster tidak akan mencoba penelitian sihir. Magicmaster dan peneliti adalah profesi yang berlawanan. Bidang penelitian sihir sangat maju, jadi ada beberapa dinding yang memisahkan Magicmaster dan peneliti sihir, selain dari sekedar kesesuaian. Namun, setelah jeda sejenak.....
"Itu adalah penelitian yang luar biasa. Tapi penciptaan formula sihir baru akan menjadi pencapaian yang luar biasa."
Nuansa nada bicara Selva membuat sulit untuk mengatakan apa dirinya sedang mengolok-oloknya, atau apa dia benar-benar terkesan. Dalam hal tidak membiarkan orang lain membacanya, Selva berada satu atau dua langkah di atas Alus.
"Ini tidak mengesankan seperti yang kau bayangkan. Aku memiliki harapan untuk dapat melakukan sesuatu selama liburan musim panas. Merancang formula konkrit seharusnya bisa dilakukan jika aku bisa menghubungkan beberapa sirkuit sihir bersama-sama."
"......!!" Selva hanya tersenyum pahit di wajahnya.
Selain itu, mereka hampir sampai di tempat tujuan. Selva tertarik dengan apa lagi yang mungkin Alus katakan, namun tidak ada cukup waktu untuk bertanya. Perjalanan dari gedung penelitian ke gedung utama tidak memakan waktu lama. Tak lama kemudian, keduanya berdiri di depan kantor kepala sekolah.
Selva mengetuk pintu, melaporkan, "Aku telah membawa Alus-dono." dan sebuah suara tenang menjawab, "Masuk" dari sisi lain.
Saat Selva dengan sopan membuka pintu untuk mengundang Alus masuk, aroma menyegarkan menggelitik lubang hidungnya. Seorang murid normal mungkin akan membeku ketika berhadapan dengan otoritas tertinggi di Institut. Tentunya, Alus tidak merasa sedikit pun gugup saat dirinya masuk. Yang dia pikirkan hanyalah menyelesaikan ini secepat mungkin. Saat Alus masuk, sudah ada pengunjung lain di ruangan itu. Pengunjung itu adalah seorang perempuan yang duduk di satu sisi sofa, dan dia memiliki rambut merah yang sangat mirip dengan rambut seseorang.
Dan di seberangnya, dekat meja, ada Sisty yang sedang tersenyum. Senyumannya yang memesona nampaknya menyiratkan lebih dari biasanya hari ini.
"Selamat datang, Alus. Aku minta maaf karena memanggilmu saat kamu sedang sibuk."
Bahkan nada suaranya pun berbeda dari biasanya. Sisty mengundangnya masuk dengan perilaku yang jelas-jelas dipaksakan untuk menjaga penampilan. Saat Alus mengambil langkah pertamanya ke dalam, perempuan dengan rambut merah berkilau itu perlahan berdiri. Pakaiannya yang berkualitas tinggi merupakan tanda status sosial dan martabatnya. Namun itu lebih sederhana dari yang Alus duga, karena menurut pengalamannya, bangsawan biasanya mengenakan pakaian mencolok untuk menarik perhatian.
Perempuan itu kira-kira setinggi dirinya, dan perempuan itu memiliki aura serta penampilan seperti seseorang yang memerintah. Mata merah tua yang tajam dari seseorang yang telah mengatasi pertempuran yang tak terhitung jumlahnya menembus Alus, dan memandangnya seolah ingin menilainya. Namun, itu hanya sesaat. Dalam sekejap mata, ekspresinya telah berubah menjadi sesuatu yang lebih lembut, dan sambil tersenyum dia berbicara dengan lembut, "Senang bertemu denganmu. Aku Frose Fabel. Dan kau ini pasti Alus-dono, benar?"