Ninth Chapter : Fomenting Darkness

 

Beberapa hari kemudian, pada tengah malam, ketika sebagian besar orang telah tertidur pada hari itu..... Kegelapan, yang sering dianggap sebagai simbol ketakutan, menyelimuti wilayah tersebut. Tidak banyak tempat segelap ini dalam lingkup pengaruh manusia. Wilayah itu adalah hutan besar yang agak jauh dari jalan raya di dalam perbatasan Alpha. Wilayah itu ditinggalkan untuk mengenang wilayah mereka sebelumnya, kejayaan masa lalu mereka.

 

Dan itu bukan hanya Alpha. Simbolisme asli dari tujuh negara yang menjaga alam sebagaimana adanya adalah karena wilayah kecil yang mereka miliki sebagai ruang hidup saat ini bukanlah yang seharusnya mereka miliki. Dan, seakan-akan mengingat kembali fakta tersebut, hutan tersebut masih hidup dan berada di dalam penghalang bahkan hingga saat ini, untuk menjaga ingatan tersebut tetap segar—sehingga umat manusia tidak sepenuhnya melupakan kemegahan dunia yang harus mereka perjuangkan untuk kembali ke sana.

 

Hutan besar di Alpha, sebagai representasi dari hal itu, bahkan bisa disalahartikan sebagai lautan pepohonan yang sangat besar di Dunia Bagian Luar. Saking luasnya, satu kali salah belok saja bisa membuat seseorang tersesat, dan oleh karena itu, tanpa izin dari pemerintah, orang-orang dilarang masuk. Karena tabir tebal dedaunan pohon, bayangan yang jatuh menjadi sangat gelap. Terlebih lagi, bayangan bukanlah satu-satunya hal di hutan itu.

 

Kenyataannya, semua penelitian tidak manusiawi yang pernah dilakukan di masa lalu telah dibuang ke sana, dan dipenuhi dengan fasilitas yang meneliti teknologi gelap. Wilayah itu adalah tempat pembuangan warisan yang negatif. Dan sekarang..... cahaya dari bulan palsu di langit menyinari tirai gelap hutan itu.

Di malam yang menakutkan itu, tak seorang pun akan menyadari ketidakteraturan yang bahkan tidak bisa dilihat dari pemandangan hutan dari atas. Seseorang perlu memiliki indera yang sangat tajam atau pendengaran yang sangat baik untuk menangkap getaran samar di atmosfer. Suara-suara pertukaran kata. Semua anggota di posisinya masing-masing, hampir di luar radius deteksi, fokus pada Consensor di telinga mereka.

 

"Aku mengharapkan keputusan cepat seperti biasa. Jangan tinggalkan jejak apa pun. Aku berharap yang terbaik untuk kalian, Silencer."

Dalam kegelapan, setelah transmisi berhenti, mereka mengalihkan fokus dari Consensor dan ke tugas mereka sendiri. Namun, saat itulah transmisi pribadi sampai ke telinga salah satu anggota itu.

 

"Feli, jangan melebih-lebihkan kemampuanmu..... dan jangan bergerak terlalu jauh juga. Aku senang kamu lebih bersemangat dari biasanya, tapi......"

 

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku sudah tahu batasku, Kapten Vizaist. Kalau begitu, aku akan memulai misiku." Jawaban suara percaya diri itu milik seorang perempuan muda.

 

Transmisi berakhir dengan laki-laki yang dipanggil perempuan itu sebagai "Kapten" menghela napasnya. Transmisi hanya diperbolehkan bila diperlukan. Apalagi, transmisi sebelumnya sudah menjadi perhatian yang ditunjukkan kepada penerimanya. Biasanya, hal itu tidak diperlukan sebelum Felinella Socalent memulai misi. Akhirnya, para anggota mengeluarkan sihir kamuflase pada diri mereka sendiri untuk berbaur dengan kegelapan, sebelum menuju ke titik yang telah ditugaskan kepada mereka. Mereka akan mencari semua fasilitas yang telah ditinggalkan di lautan pepohonan ini. Di dekat bagian depan kelompok itu adalah Felinella, maju sambil menyatu dengan kegelapan. Mantra yang diucapkan di bagian luar jubahnya membungkusnya dalam kabut gelap, membuatnya menyatu sempurna dengan malam.

 

Begitu Felinella mencapai titik ketiga setelah misi dimulai, dia melompat untuk melihat area tersebut secara utuh. Menggunakan ranting-ranting yang padat untuk melompat lebih tinggi, bergerak ke atas seolah-olah tidak terpengaruh oleh gravitasi, dia melihat ke balik celah di hutan. Struktur di depannya tampak persis seperti yang dia lihat saat pengarahan. Struktur itu adalah bangunan yang pernah digunakan untuk mempelajari jenis sihir tertentu. Hanya dengan sekali melihat dinding yang terkelupas sudah cukup untuk mengetahui seberapa buruk kondisinya, dan tidak aneh jika dinding itu runtuh kapan saja.

 

Aku ingin segera menemukannya.....

Rambut hitam Felinella berkibar saat dia menghilang ke dalam kabut gelap. Dia sudah mencapai dua titik, namun keduanya salah. Perasaan dari usaha yang sia-sia melanda dirinya, namun dia dengan cepat menenangkan diri dan menyipitkan mata merah gelapnya.

 

Intuisinya yang luar biasa menangkap perasaan kecil kalau ada sesuatu yang tidak pada tempatnya. Anehnya bangunan itu pendek, hanya dua lantai. Sebagian dinding telah runtuh, memperlihatkan bagian dalamnya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, namun dia merasakan sedikit kesemutan di bagian lehernya—sensasi aneh kalau ada sesuatu yang tidak beres—dan secara intuitif dapat mengetahui ada sesuatu di sana.

 

Felinella menjilat ujung jarinya dan mengangkatnya ke udara saat rambutnya berkibar tertiup angin.

"Ini angin yang bagus....." Mata merahnya terlihat mempesona saat cahaya bulan menyinarinya.

 

Di gedung penelitian yang sedang dilihat Felinella, balok-balok baja yang terbuka menjulang dari tanah dalam tumpukan. Langit-langitnya sangat rendah, hampir menyatu sempurna dengan pepohonan di hutan. Melihat ke dalam, barang-barang yang tersisa jelas sudah lama berada di sana, dan mulai runtuh. Satu-satunya hal yang menonjol adalah sampah yang berserakan. Bahannya sudah rusak dan pecahan kaca berserakan dimana-mana. Selain itu, yang ada hanya debu, genangan air, dan dedaunan yang beterbangan. Cahaya bulan yang menyinari reruntuhan tembok menyinari debu di udara.

 

Mustahil membayangkan apa yang telah diteliti oleh fasilitas tersebut hanya dengan melihat apa yang tertinggal. Hanya sedikit orang yang mengetahui alasan mengapa barang-barang itu dibuang dan dibiarkan begitu saja. Gedung itu adalah bangunan terbengkalai yang seharusnya sudah lama tidak terlihat kehidupan. Ditinggalkan oleh dunia, semua yang ada di dalamnya terdiam seolah sudah menyerah. Tidak terkecuali dua sosok yang bersandar di dinding di sudut yang diterangi cahaya bulan. Mereka diposisikan di lantai satu dan dua seolah menjaga makam tua.

 

Berdasarkan panjang rambut mereka, yang satu tampak laki-laki dan yang lainnya perempuan. Namun, jubah mereka yang bernoda menutupi tubuh mereka, sehingga sulit untuk membedakannya. Anggota tubuh mereka yang tergeletak lemas, tidak ada tanda-tanda mereka akan bergerak dalam waktu dekat. Dan mata mereka yang sedikit terbuka kemungkinan besar tidak akan berkedip meskipun ada kotoran di dalamnya. Mengingat penampilan mereka, mereka pasti gelandangan atau sejenisnya. Atau mereka bisa saja datang ke sini pada saat-saat terakhir hidup mereka.

 

Postur mereka yang membungkuk menutupi bagian wajah mereka, namun siluet mereka yang seperti boneka memiliki kesan massa. Sekilas, tangan mereka yang lemas sedang memegang senjata yang berkilauan di bawah sinar bulan. Tampaknya senjata itu adalah satu-satunya benda yang mampu menolak kerusakan secara umum, karena senjata itu tersebut masih tajam. Tiba-tiba, rambut kedua sosok itu mulai berkibar tertiup angin yang datang entah dari mana. Selanjutnya, suara teredam kaca yang diinjak bergema di dalam gedung. Suaranya sangat samar, namun dalam keheningan ini, suaranya menjangkau jauh dan luas.

 

Saat itulah jari-jari sosok tak bernyawa ini bergerak-gerak. Bola mata kering mereka mulai bergerak, melihat ke arah suara itu. Sosok-sosok itu berdiri, tangan di atas kepala, dan kini menggenggam erat gagang senjatanya, hingga bekasnya tertinggal di telapak tangan mereka. Sosok di lantai dua bergerak, disusul sosok di lantai satu. Sambil menyeret kaki mereka melintasi tanah, mereka berjalan menuju asal suara itu. Angin yang berhembus secara tidak wajar ke dalam gedung berbalik dan kembali keluar. Seolah terpikat oleh angin, sosok itu dengan ceroboh menggerakkan kaki mereka yang layu. Kedua sosok itu bertemu di lantai pertama, menurunkan senjata mereka yang tampak berat. Tiba-tiba terdengar suara dari pintu masuk.

 

Suara itu adalah suara seorang perempuan muda. Mendengar itu, dua orang yang tampak seperti mayat itu dipenuhi dengan kebencian dan mengeluarkan geraman seperti binatang buas. Semakin banyak kekuatan yang dicurahkan ke kaki mereka saat mereka menuju ke arah suara itu, melangkahi pecahan kaca dengan kaki telanjang. Siluet laki-laki dan perempuan itu melompat keluar dengan ketangkasan yang tidak mungkin dibayangkan berdasarkan penampilan mereka. Berlari menuju suara itu, mereka sekali lagi mengangkat senjata mereka. Namun di saat berikutnya, kedua sosok itu, mata mereka dipenuhi kebencian, mulai berkeliaran di kegelapan seolah mereka kehilangan minat. Di kaki mereka ada satu Consensor. Suara perempuan itu sepertinya berasal dari sana.

 

Suara yang agak teredam itu tidak begitu jelas. Jika seseorang cukup berhati-hati, seseorang akan tahu ada sesuatu yang salah, namun kedua sosok yang putus asa itu tidak bisa mengenali hal ini.

"Ara. Sepertinya aku bahkan mendapat dua di antaranya." Kali ini, suara tajam perempuan itu tidak terdengar dari Consensor namun dari dekat. Mantra kamuflase menghilang, memperlihatkan perempuan muda itu, Felinella, dan senyum menawannya.

 

Perasaan yang didapatnya berasal dari kedua sosok itu. Dengan menggunakan mantra pendeteksi atribut angin untuk mencari di dalam, dan kemudian menciptakan suara yang tidak wajar dengan mengendalikan atmosfer, Felinella dengan mudah membuat mereka bergerak. Senyuman di wajahnya sebagian disebabkan oleh kelegaan karena dia akhirnya bisa mendapatkan informasi.

"Hmm, kalau mereka hanya di level ini, mereka hanyalah umpan.... tapi kalau mereka diposisikan di sini, itu berarti aku sudah dekat." Kata Felinella dengan nada polos yang palsu. Namun, senyumannya tidak berubah sedikit pun.

 

Ini tangkapan yang besar, Kata Felinella pada diri sendiri. Pasukan rahasia yang dikirim ke hutan ini berjumlah kecil, jadi melewati setiap tempat di lautan pepohonan ini adalah pekerjaan yang membutuhkan banyak usaha.

 

Menghitung kedua sosok itu sebagai kemampuan bertarung adalah hal yang konyol, namun setelah menemukan apa yang jelas-jelas merupakan umpan membuktikan dugaan itu benar. Tujuan utama mereka adalah di suatu tempat di area tersebut. Namun sebelum itu, Felinella perlu memastikan sesuatu.

"Sebenarnya aku tidak mau memikirkan ini, tapi mereka bukan warga sipil, kan?"

 

"Agh.... Urgh, Menemukan..... P-Penyusup. Bunuh...... BUNUH."

Ekspresi Felinella menjadi cerah mendengar jawaban yang tidak mungkin datang dari manusia biasa.  Dia segera meletakkan tangannya di depan mulutnya, dengan anggun menyembunyikan wajahnya yang berubah menjadi ekspresi gembira.

 

"Bagus. Aku tidak benci pekerjaan yang membosankan, tapi dikirim setiap malam seperti ini bisa berdampak buruk bagi kulit seorang gadis. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan pada kalian..... tapi, sepertinya itu tidak mungkin."