Eighth Chapter : Broken Memories

 

Kapan itu terjadi.....

Tidak, kalau dipikir-pikir sekarang, hal itu sudah dimulai sebelum dia menyadari sekelilingnya. Proyek Pemisahan Faktor Elemen telah menjadi titik akhir besar dalam hidupnya. Ingatan Alice kecil hampir seluruhnya berasal dari fasilitas penelitian itu. Orang tuanya datang berkunjung setiap hari. Ayahnya adalah orang yang menyenangkan, ibunya cantik dan lembut, dan meskipun mereka hanya bertemu sebentar setiap hari, waktu itu dihabiskan dengan senyum kebahagiaan. Semua kenangan yang Alice kecil ingat penuh dengan senyuman itu, atau memang seharusnya begitu.

 

Ketika waktunya habis, mereka selalu berkata, "Kita pasti akan bertemu lagi besok." sambil melambaikan tangan padanya saat kunjungan mereka berakhir.

 

Hal itu wajar bagi Alice kecil. Itulah sebabnya dia tidak terlalu kecewa, dan hanya menunggu sampai dia bertemu orang tuanya lagi. Terlahir di keluarga rakyat jelata, Alice kecil tetap membawa kebahagiaan bagi orang tuanya. Keluarga beranggotakan tiga orang ini tidak kaya, namun mereka bahagia.

Namun tak lama setelah Alice berusia tujuh tahun, dia jatuh sakit karena suatu epidemi dan menerima tes terperinci di rumah sakit. Pengeluaran tersebut, jauh dari kata murah, menjadi beban besar bagi keluarga Tilake, yang memiliki sedikit keuangan bagi keluarga mereka. Bagaimanapun orang tua Alice tidak menyesali keputusan mereka. Namun jika ada masalah, fasilitas tempat Alice dirawat bukanlah rumah sakit besar yang dikelola oleh pemerintah.

 

Terlalu kejam untuk menyebutnya takdir. Hasil dari pengujian mendetail mengungkapkan kalau Alice memiliki afinitas yang langka terhadap suatu elemen. Alice juga merupakan subjek ujian yang ideal untuk rencana negara yang baru dimulai. Hanya sedikit sekali yang memiliki afinitas terhadap elemen-elemen tersebut, dan saat itu ada harapan kalau mereka akan memiliki kekuatan besar untuk melawan para iblis dan menjadi simbol kemanusiaan.

 

Tak lama kemudian, negara tersebut mendekati orang tuanya untuk mengambil hak asuh Alice demi bangsa dan kemanusiaan. Sudah jelas siapa yang membocorkan hasil tes itu kepada mereka. Alice dengan cepat pulih dari epidemi melalui obat sihir, namun obat itu terbukti sangat mahal. Karena tidak dapat diproduksi secara massal, biaya yang harus dikeluarkan oleh keluarga miskin seperti mereka tidak akan pernah bisa membayarnya. Biaya itu adalah pengeluaran yang luar biasa, jauh melebihi harga pasar pada umumnya. Situasi mendesak ini tidak dapat disalahkan pada siapapun.

 

"Tolong jangan khawatir. Kami hanya akan melakukan pemeriksaan mendetail terhadap tubuh anak gadis kalian itu dan bakat khususnya, seperti panjang gelombang mana yang dimilikinya."

Kata seorang pejabat pemerintah, setelah menerima kabar tentang Alice dari rumah sakit. Kata-katanya yang fasih dan dipraktikkan dengan baik adalah ungkapan umum yang dia dan rekan-rekannya gunakan untuk membujuk para orang tua.

 

Orang tua Alice diberikan sejumlah besar uang sebagai imbalan atas kerja sama mereka dalam penelitian ini. Imbalan itu akan cukup untuk membayar biaya rumah sakit yang sangat tinggi dan masih ada sisa dari uang itu. Cukup bagi orang tuanya untuk tidak perlu bekerja lagi. Namun, tawaran itu membuat ibu Alice terdiam, dan ayahnya dengan marah menghantamkan tinjunya ke meja di depannya.

"Ini bukan masalah uang!"

 

Pejabat pemerintah itu melanjutkan dengan tenang, mengesampingkan kemarahan sang ayah :

"Ini tidak seperti kami ini pedagang budak. Kau memang benar. Ini bukan masalah soal uang, ini soal masa depan umat manusia. Kerja sama kalian berdua mungkin bisa membantu menyelamatkan umat manusia. Anak gadis kalian itu mungkin diperlukan untuk menyelamatkan kita dari kesulitan. Jika kalian berdua menyetujui proposal kami, kami dapat menjamin masa depannya sebagai seorang Magicmaster, meskipun hasil pemeriksaannya tidak sesuai dengan yang kami cari."

 

Bahkan orang tua Alice pun tidak bisa langsung menentang hal itu. Pada saat itu, umat manusia telah berhasil menghentikan pergerakan maju para iblis, namun masih lemah, dan ada risiko serangan besar lainnya. Hanya ada beberapa Magicmaster yang berprestasi, dan dengan demikian jalan untuk menjadi salah satu elite terkenal di negara ini telah terbuka. Alpha sudah melatih Magicmaster baru dan membangun sistem nasional.

Faktanya, dengan kualitas yang dimiliki Alice, kemungkinan Alice tumbuh dewasa dan tidak terlibat dengan para Magicmaster sangatlah kecil.

 

"Periode ini hanya berlaku selama tiga tahun, dan aku dapat menjamin kalian berdua mendapatkan hak berkunjung selama satu jam per hari."

Kata pejabat pemerintah tersebut, sambil meletakkan setumpuk kertas di atas meja berisi data yang merinci proyek tersebut.

 

Orang tua Alice dengan putus asa membaca isi dokumen-dokumen tersebut tanpa mengetahui terminologi teknisnya, dalam upaya untuk memahami semuanya. Namun kenyataannya—saat pejabat pemerintah tiba di rumah mereka, kemungkinan besar mereka tidak bisa menolak. Setelah menderita selama seminggu penuh, seluruh masa tenggang, mereka akhirnya mengambil keputusan dan mencapai keputusan yang menyakitkan.

 

Orang tua Alice berjabat tangan dengan pejabat pemerintah yang tampak puas dan kontrak pun ditandatangani. Pada saat yang sama, mereka menerima sejumlah besar uang. Namun mereka tidak berhenti dari pekerjaannya. Mereka hanya menggunakan jumlah minimum untuk memenuhi pengeluaran mereka, dan membiarkan sisanya tidak tersentuh.

 

Namun, sebagai orang yang sederhana, mereka tidak tahu seperti apa dunia ini. Kelompok penelitian seperti ini pernah menggunakan metode yang tidak manusiawi di masa lalu. Meskipun sistem yang memperbolehkan pelanggaran tersebut kini diatur berdasarkan peraturan yang ketat, memang benar kalau penelitian tentang iblis tidak seketat etika saat itu. Dengan menggunakan alasan ancaman para Iblis yang semakin besar, organisasi-organisasi yang melintasi batas sering kali diabaikan.

 

Bahkan dengan menggunakan metode yang ilegal, fasilitas penelitian ini didirikan demi menyelamatkan umat manusia, dan diharapkan dapat mencapai hasil yang luar biasa. Tidak menyadari kegelapan itu, Alice telah menghabiskan satu tahun penuh di fasilitas tersebut. Penelitian pada Proyek Pemisahan Faktor Elemen, yang bertujuan untuk mereproduksi faktor elemen, menemui jalan buntu. Seluruh proyek berisiko hancur. Semua sihir—yang melampaui tingkat yang bisa dianggap manusiawi—yang mereka coba pada subjek uji dalam jumlah terbatas telah berakhir dengan kegagalan.

 

Namun ketika hambatan etis dihilangkan "Untuk kali ini saja", dengan alasan demi kepentingan kemanusiaan, hambatan tersebut dengan mudah dihilangkan berkali-kali. Eksperimennya perlahan-lahan meningkat, dan bekas lukanya jelas tertinggal di tubuh Alice. Beruntungnya, tidak ada yang menyebabkan kerusakan internal, namun eksperimen ini sama sekali tidak etis.

Ketika kepala peneliti menatap Alice yang terbaring di tempat tidur, dia selalu berbisik, "Jangan khawatir, ini akan segera berakhir" ke telinganya, saat obat penenang diberikan. Wajahnya yang tidak sehat dan kurus berkata kalau dia itu 'Peneliti'.

 

Semangat keingintahuan yang tak terkendali bersemayam di mata tajamnya dan para peneliti lainnya, membuat Alice merasa seperti mereka mengabaikannya sambil menatap lurus ke dalam tubuhnya. Alice merasa dirinya hanya dilihat sebagai bahan eksperimen, dan dengan aturan pembungkaman yang ketat, Alice hanya bisa bersikap berani di depan orang tuanya. Karena hak kunjungan orang tuanya dikesampingkan, yang bisa dia lakukan hanyalah menurut.

"Mama, kapan kita bisa hidup bersama lagi?"

 

"Sebentar lagi, sayang. Bersabarlah sedikit lagi. Mama juga menunggu hari di mana kita bisa hidup bersama lagi." Kata ibunya sambil tersenyum.

 

"Ibumu itu benar. Kamu akan sangat terkejut saat pulang. Ada begitu banyak boneka binatang sebesar ini di sana." Melebarkan tangannya lebar-lebar, ayahnya berusaha menghiburnya.

 

Namun kenyataannya, Alice tidak bisa lagi mengingat seperti apa rumah mereka, atau tepatnya di mana letaknya, seolah kenangan itu telah hilang. Alice tersenyum, mencoba mengandalkan saat-saat indah itu setiap hari. Dia tidak ingat mainan apa yang dia punya di rumah, namun itu bukan masalah. Bahwa dia pasti akan kembali ke rumah suatu hari nanti, dan mereka bertiga akan hidup bersama lagi, adalah satu-satunya dukungannya.

 

Namun..... Orang tuanya, yang datang mengunjunginya setiap hari, tiba-tiba berhenti datang tak lama kemudian. Personel di fasilitas tersebut memberitahu kepada Alice bahwa orang tuannya sibuk dengan pekerjaan mereka. Sejak Alice masih kecil, dia tidak bisa menerimanya, namun setidaknya dia bisa mengerti. Atau lebih tepatnya, dia pura-pura mengerti. Jika dia mengatakan sesuatu yang egois, orang tuanya pasti akan kesusahan. Ibunya mungkin akan marah. Dan kemudian ayahnya yang penyayang akan berpihak pada Alice, namun pada akhirnya dianggap terlalu protektif dan terpaksa duduk bersama Alice di dapur sempit mereka saat ibunya memarahi mereka berdua.

 

Mengatakan pada dirinya sendiri kalau jika dirinya bisa menahan rasa sakit dan kesepian sedikit lebih lama lagi, Alice bisa tinggal bersama orang tuanya lagi, dia mampu menahan semuanya. Seorang gadis mengajarinya tentang harapan dan bagaimana menghadapi situasi dengan sungguh-sungguh.

 

Cara anak-anak dikelola di fasilitas ini adalah setiap anak-anak itu mempunyai kamar sendiri. Meskipun kamar pribadi mungkin terdengar bagus, bagi anak-anak kamar tersebut tidak terasa seperti ruang pribadi, namun lebih seperti sel penjara. Hanya ada satu jam untuk pengunjung. Setelah itu, darah mereka diambil kembali dan semacam mesin memeriksa setiap bagian tubuh mereka. Pemeriksaan secara bertahap ditingkatkan hingga anak-anak tiba-tiba mulai menerima suntikan dan terbangun di kamar mereka sendiri. Ketakutan menguasai mereka ketika berbagai hal aneh terjadi pada tubuh mereka dan ingatan mereka mulai melemah. Setelah obat biusnya hilang, mereka merasakan sakit dan mual.

 

Mereka menerima perawatan sihir penyembuhan, namun bagi Alice itu seperti neraka pribadi. Suatu hari, Alice terbangun dari rasa sakit dan merasakan bekas luka baru di bagian belakang lehernya. Bekas luka itu berupa garis vertikal tipis berwarna merah, dan ketika dia menekannya dengan telapak tangan kecilnya, dia harus menahan keinginan untuk muntah.

 

"Sakit..... ini sangat menyakitkan....."

Itu adalah rasa sakit yang bisa dirinya tanggung. Namun, melihat bekas luka yang menyeramkan itu membuatnya takut dan meningkatkan rasa sakitnya. Dia menekan perasaan tidak nyamannya, mengeluarkan isak tangis pelan.