Fourth Chapter : The Ball at Night
Alus meninggalkan ruang kepala sekolah untuk kembali ke kamarnya. Dia tidak mengungkitnya saat itu karena rasanya tidak enak, namun dia mendapat pesan dari Sisty kalau Sisty akan tetap diam tentang tindakan yang Alus ambil untuk menjaga Loki tetap hidup. Namun..... apa itu cukup untuk Sang Witch?
Alus meninggalkan gedung utama sambil memikirkan hal ini. Saat ini, matahari hampir terbenam dan lebih dari separuh langit menjadi gelap. Alus terus berjalan sambil menyeret bayangan panjang di belakangnya.
Untuk menyelamatkan Loki dari hal tabu yang dilakukan gadis itu, Alus telah mengambil tindakan darurat yang perlu dirahasiakan. Bahkan Sisty yang menonton dari pinggir lapangan pun tidak tahu persis apa yang telah dilakukan Alus. Sisty seharusnya hanya melihat hasil akhirnya. Namun kenyataannya Alus telah menimpa semua mana Loki dengan miliknya sendiri untuk menyelamatkannya. Dan Alus sadar betul kalau hal itu jauh lebih buruk daripada hal tabu.
Kekuatan super—jika bisa disebut begitu—yang dimiliki Alus sejak lahir adalah mana yang memiliki sifat melahap mana. Seperti cara kerja iblis, mana yang dimakan memperkuatnya. Dia sekarang sudah bisa mengendalikannya, namun sifatnya inilah yang memaksanya untuk mempelajari kontrol mana.
Alus memiliki dua jenis mana di dalam dirinya. Salah satunya adalah energi yang dimiliki setiap orang di dalam diri mereka.... dan yang lainnya.....
Mana menggeliat aneh yang dilihat Loki selama pertarungan simulasi sebelumnya adalah mana sebenarnya milik Alus, dan mana itu memiliki kemauannya sendiri. Mana itu hanya memiliki satu keinginan..... dan itu adalah melahap yaitu memakan semua mana.
Dalam hal ini, mana itu bergerak sesuai keinginannya. Dan hanya Alus dan Gubernur Jenderal Berwick yang tahu seberapa banyak Alus telah berlatih untuk mengendalikan mana itu. Dia hanya menggunakannya kali ini karena hal itu tidak dapat dihindari.
Terlebih lagi, bahaya ini menimpanya karena Alus mengakui bakat dan kekuatan kemauan Loki. Hasilnya, Alus menggunakan kekuatan ini untuk melahap mana Loki, sekaligus menuangkan mana normal ke dalam dirinya. Jika tubuh gadis itu menolak mana asing, ada kemungkinan gadis itu mati.
Beruntungnya, mana itu cocok dengan gadis itu—namun mungkin itu bukan deskripsi yang akurat. Karena Loki kehabisan mana, mana Alus sendiri dapat memasuki tubuh gadis itu dan menggantikan sisa mana yang terkuras oleh katalis. Alus memprediksi kalau sisa mana di dalam diri gadis itu pada akhirnya akan membusuk, dan sisa-sisanya akan dikeluarkan oleh mana baru yang dihasilkan di dalam diri gadis itu. Hal itu akan bergantung pada Loki apakah hasilnya akan baik atau buruk, namun itu bukanlah pertaruhan yang Alus rencanakan untuk digunakan lagi.
Selain itu..... Alus juga dibuat bingung dengan perubahan perilakunya sendiri sejak masuk Institut. Dia melakukan berbagai hal yang tidak pernah dirinya lakukan di militer, satu demi satu.
Pertama-tama, dia menolak membantu Tesfia dan Alice dengan pelatihan mereka di masa lalu. Faktanya, dia selalu menolak segala jenis hubungan. Alus bukanlah orang yang berpegang teguh pada peringkat no.1, namun dia menerima cukup banyak manfaat dari peringkatnya itu. Karena Magicmaster yang aktif di Dunia Bagian Luar menerima gaji yang tinggi, dia mempunyai jumlah uang yang sangat banyak. Jadi, meskipun dia kehilangan posisinya karena pengaruh politik, dia tidak berpikir hal itu akan terlalu merugikannya. Bahkan Sisty pun tidak bisa menghalanginya.
Faktanya, Alus tidak pernah berpikir untuk melindungi umat manusia sekali pun. Jika umat manusia punah, dia bisa menghabiskan sisa hari-harinya sendirian..... namun perasaan egois semacam itu tidak begitu kuat dalam dirinya saat ini.
Anehnya, Alus mendapati dirinya terbiasa dengan perubahan itu, dan daripada berjuang melawan perubahan itu, dia lebih baik membiarkan perubahan itu membawanya pergi, seolah-olah dia sudah berhenti menjadi dirinya sendiri. Alus tidak tahu apa ini yang mereka sebut 'Tumbuh Dewasa’. Namun bahkan di saat-saat yang sangat sibuk, dia bisa merasakan semacam kepuasan tumbuh di sudut pikirannya.
Yah, rencana besar Alus tidak akan berubah. Selama dia bisa tenang, itu tidak masalah. Hal-hal lain tidak terlalu penting. Meskipun itu yang Alus katakan pada dirinya sendiri, dia sampai pada kesimpulan yang agak tidak masuk akal kalau dirinya setidaknya bisa bersenang-senang untuk saat ini.
* * *
"Hei, laboratoriumku bukan tempat untuk berkumpul seperti ini." Kata Alus dengan nada jengkel pada ketiga gadis yang duduk di sana.
"Aku sangat menyesal dengan ini, Alus-sama."
Kata Loki bangkit dari tempat duduknya dan meminta maaf. Itu bukanlah hal yang serius, dan Alus sedang berpikir untuk berbicara dengan Loki tentang cara Loki memanggilnya dan semacamnya.
"Apa masalahnya? Kami hanya ingin lebih mengenal satu sama lain." Kata Tesfia sedang duduk di samping Loki dan mengusap-usap rambut perak gadis itu.
Alis Loki berkedut sesaat, namun hanya Alus yang menyadarinya.
"Bagaimanapun, Loki memang imut sayang sekali."
Selanjutnya giliran Alice. Dia berdiri di belakang Loki dan menepis tangan Tesfia untuk memeluk gadis yang lebih kecil itu.
Loki mengangkat alisnya lagi, namun tetap mempertahankan ekspresi tanpa emosinya, seperti boneka. Alus baik-baik saja jika mereka bertiga akur, namun itu jika terjadi di luar laboratorium. Jika mereka akan berada di sini dan tidak berlatih, dia ingin mereka bertiga keluar. Namun dia tidak memulainya dengan itu. Pertama, dia harus membuat Tesfia dan Alice memahami tempat mereka. Tepi bibirnya terangkat membentuk seringai.
"Asal kalian tahu, peringkat tertinggi Loki adalah 157."
"——!!"
Sepertinya kedua gadis itu akhirnya mengerti apa yang telah mereka lakukan. Mata Alice terbuka lebar dan ekspresinya membeku.
"M-Mustahil....."
Kata Tesfia dengan suara bergetar. Jika itu bukan kata-kata dari Magicmaster peringkat no.1 saat ini, gadis itu mungkin akan menertawakannya.
"Karena Loki berpartisipasi dalam banyak pertarungan, kemampuannya setara dengan Double Digit."
"Benarkah itu?" Tesfia bingung. Dia melihat ke arah Loki, yang dengan canggung dipeluk oleh Alice.
"Aku masih sangat jauh jika dibandingkan dengan Alus-sama." Saat itulah ekspresi Loki melembut untuk pertama kalinya. Dia mencoba berpura-pura bersikap rendah hati, namun Alus sendiri yang mengakui usahanya membuatnya bahagia.
Alus menggunakan kebenaran ini untuk menyalakan api di bawah kedua gadis itu.
"Loki setahun lebih muda dari kalian, tapi kepala sekolah memberinya izin untuk membiarkannya pindah ke tahun yang sama dengan kalian, yang artinya kalian berdua sekarang berada di urutan kedua setelahnya."
Ekspresi Tesfia membeku saat membayangkan posisinya dalam bahaya. Pada saat seperti inilah harga diri seorang bangsawan miliknya muncul. Alice sangat senang Loki terdaftar di Institut, namun dia tidak yakin apa dirinya harus mengungkapkan kegembiraannya dengan jujur.
"Aku tahu kalian berdua kompeten, tapi aku tidak punya kewajiban untuk memantau apapun selain latihan kalian, jadi kalau begini terus, aku lebih baik menghabiskan waktuku untuk Loki saja."
"——!!"
Alus tidak berpikir dirinya bersikap sedikit jahat. Faktanya, Loki tampak lebih mungkin bisa membimbingnya menuju masa depan cerah sebagai pendukungnya. Dengan Loki sebagai partnernya, Alus mungkin tidak punya waktu untuk melatihnya sebaik dua lainnya.
Meski begitu, terserah pada kedua gadis itu untuk menerima hal itu sebagai kebenaran, dan memutuskan apa yang harus dilakukan. Namun jika kemauan kedua gadis itu cukup lemah untuk mengatasi hal ini, kemungkinan besar kedua gadis itu tidak akan pernah meminta bimbingan Alus. Alus bermaksud agar kedua gadis itu terus mengikuti pelatihan, dan tampaknya pelatihan itu berhasil dengan sempurna.
"Kami hanya istirahat sebentar." Tesfia menarik lengan bajunya ke atas seolah mengatakan mereka baru berlatih beberapa menit yang lalu.
".....Itu benar. Kurasa kami harus menyimpan diskusi kami tentang sihir dengan Loki yang imut sampai lain waktu." Kata Alice masih menempel pada Loki dan dengan hati-hati membelai rambut gadis itu. Kata-kata dan tindakannya tidak cocok. Tampaknya keinginannya untuk menghargai Loki yang mungil telah mengalahkan rasa kalahnya berdasarkan peringkat Loki.
"Aku tidak punya waktu, jadi segera berlatihlah."
Setelah itu, pemandangan latihan yang begitu familier bagi Alus kembali ke kamarnya. Alice masih ragu-ragu untuk melepaskan boneka menggemaskannya yaitu Loki, namun dengan Loki sendiri yang menjauh darinya, Alice mulai berlatih dengan bahu merosot.
Saat itulah Alus teringat ujian yang membuat keduanya begitu bersemangat.
"Ngomong-ngomong, bagaimana pertarungan simulasi kalian berdua?" Alus dengan acuh tak acuh bertanya.
Dia tidak begitu tertarik, namun dia ingin memastikan betapa tertekannya keduanya karena perbedaan kekuatan kedua gadis itu. Terus terang, pertanyaannya dimaksudkan untuk mengejek kedua gadis itu.
Kedua gadis itu mengejang, dan aliran mana yang keduanya latih tersebar.
".........."
"Hahaha...." Melihat reaksi kedua gadis itu, keduanya pastinya tidak bisa menang.
"Kamu mau tahu?" Tesfia bertanya.
"Tidak sama sekali. Aku kurang lebih bisa menebak bagaimana kelanjutannya. Aku senang kamu bisa mengalami pengalaman pahit."
Tesfia menanggapi sindiran Alus dengan keras kepala, bertekad untuk memberitahunya bagaimana kelanjutannya, dan Tesfia menyeret Alice bersamanya. Intinya adalah penguji Tesfia adalah Delca Base yang mereka bicarakan selama ujian. Dan itu berakhir dengan kekalahan telak. Tesfia telah melakukannya dengan antusias, namun belum sempat mendekatinya. Dia merapal mantra, yang kemudian diblokir, dan bahkan Icicle Sword miliknya dengan terampil dihindari.
Setelah itu Tesfia terpaksa bertahan dan kemudian dikalahkan tanpa bisa berbuat apapun. Sementara itu, lawan Alice adalah Felinella, murid terkuat di Institut selain Alus. Alice telah melakukannya, mengetahui kalau dirinya sedang berhadapan dengan seseorang yang lebih tinggi peringkatnya darinya, namun semua yang dia lakukan dengan mudah dihindari. Setelah selesai, Felinella memberitahunya "Kerja bagus" dengan ekspresi tenang, dan mendesaknya untuk pergi.
Keduanya telah meyakinkan diri mereka sendiri kalau mereka akan mampu bertahan, namun hasilnya kebalikan dari itu. Selalu ada ikan yang lebih besar di luar sana. Dan memahaminya saja sudah merupakan pengalaman yang berharga.
Setelah Alus memastikan hasil ujiannya, dia duduk di mejanya dan membentangkan peta. Setengah langkah di belakangnya adalah Loki. Sepertinya gadis itu ingin menjadikan itu tempat pribadinya. Bagaimanapun hal itu tidak akan mengganggu fokus Alus, namun meskipun gadis itu adalah partnernya, bukankah tidak wajar jika laki-laki dan perempuan selalu bersama sepanjang waktu.....?
"Apa itu sebuah Enchantment?" Loki bertanya sambil melirik kedua gadis itu. Dia mengacu pada pelatihan kedua gadis itu yang tidak enak dilihat.
Alus menjawabnya, tanpa melihat ke aras gadis itu dan fokus ke petanya. "Sepertinya mereka berdua menjadi berpuas diri seperti itu karenaku. Yah, menurutku bukan hanya mereka saja."
Loki dengan keras membantah kritik yang Alus lakukan pada dirinya sendiri.
"Itu sama sekali salah! Kamu menyelamatkan umat manusia, Alus-sama.... itu kesalahan mereka berdua karena kurang kesadaran. Itu sama sekali bukan salahmu. Meningkatnya populasi Alpha adalah berkat usahamu. Keduanya bahkan tidak mengerti itu."
Alus melirik Loki dari sudut matanya, saat gadis itu melewati kebencian dan langsung menuju kesedihan.
"Apa yang bisa kamu lakukan.... jika aku pergi, apa yang akan dilakukan Alpha? Jika S-Class muncul, mereka bahkan tidak akan bertahan beberapa hari."
Hal itulah yang membuat para petinggi militer merasa was-was. Mereka cenderung memprioritaskan pertahanan diri, jadi karena Alus meminta pensiun, mereka harus merevisi rencana mereka.
Hal itu mengakibatkan waktu Alus tercuri, namun ekstrakurikuler yang mereka usulkan juga bisa dianggap sebagai rencana demi masa depan negara, tergantung bagaimana melihatnya.
"Aku tidak peduli apa yang terjadi dengan petinggi, tapi agar aku bisa memiliki kehidupan yang tenang mulai sekarang, aku perlu melakukan sesuatu untuk mengatasi kekhawatiran itu."
Loki sekarang menyadari mengapa Alus meninggalkan militer untuk mengabdikan dirinya pada penelitian. Gadis itu kemudian memutuskan untuk bertanya kepadanya tentang sesuatu yang lebih membingungkan. Namun sebelum itu.... Loki mengalihkan pandangannya dari Alus ke kedua gadis itu. Ketika Loki berada di militer, dia melakukan pelatihan serupa; namun dari penampilan kedua gadis itu, hasilnya terbatas dan canggung.
"Jadi, apa keduanya akan berguna?"
"Mungkin. Mereka seharusnya termasuk murid berprestasi di Institut ini." Kata Alus, seolah itu bukan urusannya. Dia menggunakan spidol merah untuk menggambar garis dan tanda di peta.
"Lalu mengapa kamu mengajari mereka dasar-dasarnya?" Loki berkata dengan nada terus terang. Itu bukan sebuah pertanyaan dan lebih merupakan ekspresi ketidakpuasan.
"Kepala sekolah yang memintanya kepadaku. Selain itu, ini adalah pilihan yang lain."
"Apa itu?"
"Jika setidaknya menjadi Double Digit, itu berarti aku bisa melakukannya dengan lebih mudah, kan?"
Tentunya, benih yang ditabur sekarang mungkin baru akan bertunas di kemudian hari. Namun Alus memperkirakan setidaknya itu akan berfungsi sebagai rencana cadangan.
"Maksudmu, mereka berdua punya banyak bakat terpendam?"
"Entahlah."
Ada tembok yang tidak bisa ditaklukkan hanya dengan bakat dan usaha. Alus percaya kalau keinginan mereka untuk hiduplah yang akan menentukan apakah mereka dapat mengatasinya.
"Pada akhirnya, mereka yang bisa bertahanlah yang mencapai puncak."
Setelah mengalami beberapa pertempuran, Loki bisa memahami apa yang dikatakan Alus. Siapapun bisa kehilangan nyawanya dalam sekejap, tidak peduli seberapa kuat atau berbakatnya. Serangan mendadak, menghadapi Varian yang belum dikonfirmasi, dan lain sebagainya.... ada banyak kemungkinan alasannya.
Baik Alus dan Loki telah melihat banyak Magicmaster bertindak seperti itu. Sangat sedikit Magicmaster yang tampil cemerlang di medan perang. Mereka telah disadarkan secara menyakitkan kalau satu-satunya hal yang penting adalah apakah mereka bisa menang atau kalah, dan apakah mereka selamat atau tidak.
Akhirnya, Alus mengetuk sebuah titik di peta.
"Dan kita akan segera mengetahui itu."
"........."
Loki tidak tahu arti di balik sikap Alus, namun dia juga tidak berpikir Alus akan menceritakan semua niatnya. Dia tidak ingin melampaui batasannya. Sebagai partnernya, dia hanya perlu membantu Alus. Dia tidak pernah meminta apapun lagi. Dan demi Alus, dia dengan senang hati akan menjadi pion pengorbanan jika diperlukan. Itu sebabnya dia membuat surat wasiatnya jelas.
"Aku akan selalu mengikutimu, Alus-sama."
"Aku mengerti.... aku memahami tekadmu."
Loki puas dengan pertukaran itu saja. Bagaimanapun, dia akhirnya menjalani kehidupan yang diinginkannya. Namun—
"Kalau begitu, kamu harus mendapatkan kemampuan yang cukup agar cocok untukku juga, Loki."
Kata Alus sambil duduk jauh di kursinya, dengan mata tertuju pada peta.
"Biasanya, aku tidak akan memilih seseorang selevelmu sebagai partnerku. Tapi alasanku tetap melakukannya adalah karena aku punya harapan untuk masa depanmu."
"——!!"
Alus telah mengutarakan ekspektasinya di masa depan untuk membangkitkan rasa bahaya pada Loki, namun Loki tidak ragu untuk menjawab.
"Aku pasti akan memenuhi harapanmu."
Berbeda dengan kata-kata Loki yang kuat, ekspresi gadis itu sama seperti biasanya. Pikiran batin Loki singkat dan jelas, tanpa keraguan. Dia mengatakan dengan tepat apa yang dirinya inginkan, tanpa ada maksud lain yang tercampur. Setidaknya, tidak ada sedikit pun kekhawatiran tentang kemampuannya untuk memenuhi harapan Alus dalam suaranya.
"Radius deteksimu sekitar 1 km, benar?"
Alus tidak berusaha memastikannya. Dia mengatakan itu karena menyadari kemampuannya. Loki mengangguk.
"Aku juga sama, tergantung situasinya."
Kisaran itu lebih dari cukup untuk penggunaan praktis. Saat Alus masih di militer, ada rumor yang mengatakan kalau Alus tidak mengambil partner karena dirinya pandai mendeteksi sendiri.
Tampaknya itu adalah kebenarannya. Setelah dikonfirmasi oleh Alus itu sendiri, Loki terguncang.
"Aku ingin kamu memiliki radius deteksi minimal 5 km."
Satu-satunya pengintai yang memiliki radius deteksi tinggi seperti itu adalah pengintai Single Digit, dan seseorang dapat menghitung semuanya dengan satu tangan. Dan Loki tahu betapa cerobohnya permintaan itu bahkan lebih dari Alus. Namun meski begitu—
"Aku mengerti."
Loki tidak bilang itu mustahil. Hal itu bukan lagi soal kemungkinan. Dia harus melakukannya, dan dia mempunyai tekad untuk itu. Jika dia tidak bisa, dia akan kehilangan keinginan untuk hidup. Alus tahu betapa sulitnya mencapai level yang dirinya tuntut itu. Namun di saat yang sama, Loki tidak akan berguna baginya dalam pertarungan.
"Bagaimanapun, aku akan memintamu meningkatkan kemampuan tempurmu juga, tapi kita akan memprioritaskan radius deteksimu itu dulu."
Alus menggambar setengah lingkaran pada tanda 1 km di peta. Tanda itu menunjukkan kalau Loki tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Namun Alus tidak berkata apapun lagi, sebagian karena Tesfia dan Alice masih ada di dalam ruangan itu.
Berpikir kalau ini saat yang pas, Alus memanggil kedua gadis itu. "Mari kita akhiri itu untuk hari ini. Aku ada urusan dengan kepala sekolah."
Tampaknya kedua gadis itu akhirnya membuat kemajuan. Dan karena Alus telah mengakhirinya tepat saat mereka mulai melakukannya, Tesfia berbalik dengan cemberut. Namun jika ingin melanjutkan, dia bisa melakukannya di kamarnya saja, jadi Alus mengabaikannya. Sedangkan untuk Alice, dia nampaknya merasakannya, karena dia fokus dan sepertinya tidak mendengarnya.
Haah, pikir Alus. Pada akhirnya, butuh beberapa waktu untuk membuat Tesfia dan Alice pulang secara paksa. Namun di saat berikutnya.....
"Apa yang sedang kamu lakukan?"
Tesfia berbalik di ambang pintu dan memanggil Loki dengan tatapan curiga. Alice mengikutinya, menatap ke arah Loki yang masih berada di dalam kamar, dengan ekspresi bingung. Mereka berdua kembali ke asrama putri, dan sebagai murid Institut, keduanya berasumsi kalau Loki akan kembali bersama mereka.
"Loki?"
Loki tetap tanpa ekspresi. Saat dia pindah hari ini, persiapan untuk pindah ke asrama belum selesai. Namun selain itu, dia ada di kamar Alus. Dengan kata lain, mereka tidak bisa meninggalkan seorang gadis sendirian di kamar laki-laki saat malam semakin dekat.
"Aku adalah partner dari Alus-sama, jadi wajar saja jika kami hidup dan tidur bersama. Jadi jangan khawatirkan tentang itu." Kata Loki sangat tenang, berbicara tanpa sedikitpun rasa jengkel.
Kedua gadis itu terkejut, sementara Alus menampar keningnya dengan ekspresi "Sial" dan tampilan cemberut. Bagi dirinya dan Loki, ini bukanlah hal yang aneh. Hal itu adalah hal biasa di militer, dan bahkan jika mereka berbagi ruangan, tidak akan terjadi apapun.
"Loki, biasanya kamu harus tinggal terpisah."
Hal itu adalah perbedaan persepsi karena tumbuh di militer. Dan itu sudah bisa diduga, karena Loki bahkan tidak memiliki pendidikan umum. Bahkan Alus pertama kali mengetahuinya ketika dirinya masuk Institut, dan menyadari kalau asrama dipisahkan berdasarkan jenis kelamin. Di militer, mereka biasanya juga terpisah, namun baik Alus maupun Loki tidak fokus pada hal-hal halus seperti itu, dan ada banyak pengecualian ketika partner harus saling mengenal lebih baik.
"..........."
Loki menutup mulutnya. Meskipun dia tidak memperlihatkannya, dia menyimpan suara di dalam kepalanya. Dan setelah jeda beberapa saat—
"Aku menolak."
Loki menyatakan ini tanpa ragu-ragu. Pandangan yang berlawanan telah ditolak dalam benaknya. Sejauh yang diketahui Alus, itu adalah pertama kalinya Loki menentang pendapatnya. Fakta kalau itu adalah pendapat Alus yang telah membebani pikiran gadis itu, namun ada pengecualian untuk semuanya. Dan dalam pemilihan mentalnya, keinginannya sendiri diberi prioritas utama.
Tidak ada keraguan kalau Loki telah memanipulasi keputusannya dengan alasan untuk bisa lebih membantu Alus dengan tetap dekat dengannya. Tujuan mendukung Alus telah meluas ke kehidupannya secara umum, bukan hanya tugas tempur. Karena itu, suara mental Loki sudah bulat. Karena tidak ada seorangpun yang mempunyai pendapat berbeda, keinginan untuk hidup bersama segera disahkan.
"Tapi.... bukankah itu merepotkan dalam banyak hal?"
Alice bertanya secara tidak langsung, setelah melirik Alus sejenak.
"Ini biasa terjadi di militer. Tidak akan ada rasa merepotkan untuk Alus-sama.”
Setelah memahami perasaan tersembunyi dalam kata-kata Loki, Tesfia dan Alice tersipu malu.
"Tetap tidak boleh!"
Kata Tesfia membalas dengan keberatan.
Namun Loki tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur. "Itu tidak ada hubungannya denganmu. Ini adalah urusan antara Alus-sama dan aku sendiri, jadi kalian para tamu, bisa pulang ke tempat kalian."
".......!!"
"T-Tapi....."
Baik Tesfia maupun Alice tidak dapat mengatakan apapun mengenai pernyataan yang jelas itu.
Dan Loki terus menyerang. "Kalau begitu, kenapa kalian berdua tidak tinggal bersama Alus-sama juga? Seperti yang aku katakan, hal ini sering terjadi di militer."
Loki bermaksud menyindir, namun karena wajahnya tanpa ekspresi, sulit untuk mengetahui apa dia serius atau bercanda. Sebagian karena itu, hal itu menimbulkan kesalahpahaman yang tidak terduga.
"Kamu..... jangan bilang kalian sudah....." Kata Tesfia.
".......!"
Keduanya mengalihkan pandangan ke arah Alus. Dan mereka berdua mundur selangkah. Alus tidak terlalu peduli bagaimana mereka memahaminya, namun sejujurnya, itu menyedihkan. Alus sampai pada kesimpulan kalau mereka berdua hanya akan membuang-buang waktu jika terus begini. Untuk saat ini.....
"Kalian berdua, cepat pulanglah. Aku akan membawa Loki bersamaku ke kepala sekolah."
Kedua gadis itu masih belum puas, dan mereka berdebat lebih lama. Namun pada akhirnya, himbauan Alus tentang memunculkan kepala sekolah di sana terbukti efektif, karena kedua gadis itu enggan pulang.
"Dasar mesum.....!"
Tidak jelas apa Alus mendengar gerutuan Tesfia yang mencemoohnya. Namun dia beruntung Loki tidak mendengarnya, karena jika Loki mendengarnya, gadis itu hampir pasti akan membalas cemoohannya itu.
Dan bahkan jika Loki tidak berbuat sejauh itu, gadis itu tidak akan pernah membiarkan penghinaan terhadap Alus dibiarkan begitu saja.
* * *
Alus diliputi kelelahan mental, dan pada akhirnya berhasil membuat Tesfia dan Alice kembali ke asrama mereka berdua. Sementara itu, Loki sedang mengepalkan tangan kecilnya. Ekspresi gadis itu tidak berubah, namun pipinya memerah, dan gadis itu tampak menyombongkan kemenangannya atas rivalnya. Namun hanya Loki yang tahu kebenarannya.
Selanjutnya, Alus harus membawanya ke ruangan kepala sekolah. Dia bangkit dari kursinya dan meninggalkan laboratorium dengan langkah berat, diikuti oleh Loki. Bulan bundar menyinari cahaya monoton dari satu titik. Bulan itu adalah satu-satunya sumber cahaya di langit malam.
Berjalan menyusuri jalan setapak, Alus menatap ke langit dengan tatapan kosong. Itu karena dia sedang menatap bulan palsu. Penghalang yang memisahkan Dunia Bagian Luar dari dalam tidak membiarkan apapun lewat. Itu sebabnya pemandangan ini hanyalah proyeksi tambahan. Pada saat yang sama, pemandangan itu direproduksi hingga hampir tidak bisa dibedakan dari aslinya. Namun meski begitu, Alus merasa ini salah..... karena semua itu palsu.
Di saat-saat seperti inilah Alus merindukan realitas medan perang di Dunia Bagian Luar. Ketinggian bulan itu, ilusi berharga itu, yang tidak dapat dijangkau olehnya bahkan sekarang sebagai peringkat no.1, pasti ada di luar sana. Di balik langkah kaki berirama yang berjalan di trotoar, ada serangkaian langkah kaki yang lebih pelan.
Tiba-tiba Alus mencium aroma bunga yang samar dan manis. Meskipun telah menempuh jalan ini beberapa kali sebelumnya, ini adalah pertama kalinya hal itu terlintas dalam pikirannya. Sambil bertanya-tanya apa dia pernah mencium bau ini sebelumnya, dia membenamkan dirinya dalam aroma tersebut.
Alus dan Loki menuju gedung utama tanpa bertukar sepatah kata pun. Tidak seperti mereka berdua diam karena tidak ada yang perlu dibicarakan. Hanya saja Loki terpikat oleh tatapan penuh kerinduan Alus ke langit. Senyuman bahagia muncul di wajah gadis itu.
* * *
Sesuai kebiasaannya, Sisty menunggu di ruang kepala sekolah dengan persiapan lengkap. Di mejanya terdapat peta detail area tempat pelajaran ekstrakurikuler akan berlangsung. Di sebelahnya ada daftar murid peringkat tinggi. Dia tidak akan menyerahkan semuanya pada orang lain, namun mempersiapkannya secara menyeluruh akan memberikan efek sebaliknya.
Dan meskipun Sisty tidak sepenuhnya bergantung pada Alus, Alus samar-samar bisa mengatakan kalau mungkin tujuh puluh persen pekerjaan itu bergantung pada partisipasinya. Itu adalah sesuatu yang membuat siapapun tidak senang, namun sebagai hasilnya mereka bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, jadi Alus tidak mengeluh untuk itu.
"Aku akan meminta Loki mengerjakan ini juga."
Sisty mengangguk puas. Itu sebabnya Alus membawa Loki bersamanya. Dengan gadis itu, Institut No.1 dan 2 akan mendukung para murid.
Alus telah membuat rencana kasar di kamarnya. Namun karena dianggap sebagai ceramah, diperlukan persetujuan dari atas untuk menerapkan perubahan apapun. Meskipun pengaturan rinci dapat dilakukan kemudian, tindakan penanggulangan secara umum perlu segera dilakukan.
"Mari kita mulai dengan menjadikan tempat ini sebagai markas kita." Kata Alus sambil menunjuk sebuah lokasi di peta.
"Loki akan berada di sana dan terus mendeteksi Iblis. Selain kakak kelas yang mengawasi, kami akan memiliki personel tambahan di markas yang dapat diarahkan oleh Loki sebagai bala bantuan, jika diperlukan." Memiliki seseorang yang ahli dalam pendeteksian seperti Loki adalah anugerah bagi rencana ini.
Loki berdiri di samping Alus, mendengarkannya. Selanjutnya, Sisty menoleh ke arah Alus, seolah berkata 'Bagaimana denganmu?'
"Aku akan mengurangi jumlah iblis. Karena aku tidak bisa membedakan kelas seperti Loki, aku akan mulai dengan menghancurkan semua B dan C-Class yang dia deteksi. Aku yakin para murid akan mampu menangani D-Class ke bawah."
Sisty memberinya tatapan yang sedikit takut-takut dan tidak yakin. Namun Alus tidak bisa terlalu banyak mengasuh mereka, jadi mereka harus mengatasinya diri. Biasanya, tidak masuk akal untuk memaksakan pelatihan tempur langsung semacam ini kepada murid tahun pertama. Alus memiliki satu atau dua hal yang dia harap bisa dirinya katakan tentang keharusan menutupi rencana ceroboh ini, namun karena itu adalah pihak militer yang memaksakan kehendak mereka, tidak ada gunanya mengeluh kepada kepala sekolah. Bisa dibilang, mereka berdua adalah korban.
"Jadi, apa kamu tidak akan melakukan sesuatu, Sisty?"
Alus berkata sebagai balasan. Jika kepala sekolah bisa bergerak, rencana tersebut akan lebih mudah dilaksanakan.
"Aku harus tinggal di gedung utama jika terjadi keadaan darurat. Aku berencana untuk mengkonfirmasi situasi keseluruhannya dari sana."
Hal itu sudah diduga. Saat kepala sekolah mengawasi latihan, dia tidak boleh berkeliaran di Dunia Bagian Luar atau dia berisiko tidak dapat merespons jika terjadi kejadian yang tidak terduga. Apalagi, tidak ada jaminan Sisty perlu mencari arahan dari petinggi.
Alus mengambil daftar kakak kelas. Tampaknya berisi informasi rinci tentang personelnya. Saat Alus memberi Sisty tatapan 'Apa kamu yakin dengan ini?', Sisty dengan mudah memastikannya dengan ekspresi percaya diri namun tidak berdasar, "Aku yakin kamu tidak akan mengatakan apapun untuk ini."
Itu adalah situasi memberi dan menerima. Tidak mungkin informasi pribadi para murid dapat menyamai metode rahasia yang digunakan Alus untuk menyelamatkan Loki. Itu bukanlah pertukaran yang setara, namun Alus hanya melihat daftarnya untuk saat ini.
Tentunya, yang berada di urutan teratas adalah murid tahun kedua Felinella Socalent. Bukan hanya dia satu-satunya murid Triple Digit di Institut Sihir Kedua, namun dia juga memiliki pengalaman bertarung secara langsung. Itu mungkin karena ayahnya, Lord Vizaist, adalah seorang jenderal. Jika dia memiliki pengalaman bertarung langsung, peringkatnya masuk akal.
"Jadi iblis tertinggi yang dia taklukkan adalah B-Class." Kata Alus.
"Oh, kamu sedang membicarakan tentang Nona Felinella. Apa yang akan kamu minta dia lakukan?"
Pada level itu, Alus setidaknya bisa menggunakannya.
"Aku akan memintanya mengawasi tim seperti yang lain. Ini akan baik-baik saja selama bala bantuannya cukup mampu. Tapi aku cukup banyak. Untuk membantu mengurangi tekanan pada Loki, aku lebih memilih untuk memiliki banyak bala bantuan yang tersedia."
Belum ada keberatan. Loki tampaknya juga memahami perannya dengan baik.
"Ini akan menjadi beban bagimu, Loki, tapi aku tetap ingin kamu melakukannya."
Tidak mungkin Loki menolaknya. Sebaliknya, gadis itu berkata, "Apa aku harus membantu menaklukkan iblis?"
"Itu tidak perlu. Kamu hanya perlu fokus memberikan instruksi. Bagaimanapun, seseorang yang tamak ingin murid ya mendapatkan pengalaman juga."
Jika Alus dan Loki melakukan pekerjaan itu, ada kemungkinan mereka akan menaklukkan terlalu banyak Iblis. Alus sendiri perlu melakukan penyesuaian dengan cepat, sehingga masalah hanya akan bertambah buruk dengan keduanya. Loki akan mendapat lebih sedikit waktu untuk bersinar, namun ekspresi gadis itu tetap tidak berubah, saat dirinya mengangguk setuju.
"Aku serahkan pemilihan para pengawas itu padamu, Sisty."
Sisty menjawab, "Karena kita sudah mendapatkan hasil ujiannya, aku akan memasangkan tim yang lebih lemah dengan pengawas yang lebih kuat."
Alus bermaksud agar ucapannya menjadi sarkastik, menyuruh Sisty setidaknya melakukan itu, namun sepertinya Sisty sudah memikirkannya. Itu sedikit mengecewakan..... namun dengan ini, bagian dari rencana yang perlu diselesaikan dengan cepat kurang lebih telah diselesaikan.
"Jadi sudah diputuskan. Jika tidak ada yang lain, aku ingin pergi. Apa itu baik-baik saja?"
"Aku tidak keberatan."
"Dimengerti, Nona."
Sisty tersenyum kecut mendengar jawaban Alus yang merendahkan dan sinis. Namun itu bukanlah akhir. Alus akan meminta kepala sekolah melakukan tugasnya juga. Paling tidak, Sisty perlu membawa perubahan rencana itu ke petinggi.
"Kalau begitu, di sinilah kita akan mengakhirinya."
Masih banyak detail penting yang belum diputuskan, namun mereka berhasil merevisi banyak rencana.
"Kerja bagus hari ini."
Loki membalas kata-kata kepala sekolah dengan membungkuk sopan, sementara Alus melambai tangannya dengan ceroboh. Alus sudah melakukan sebanyak ini, jadi sikapnya harus diabaikan.
Kepala sekolah menghela napas dengan ekspresi jengkel, namun itu bukan urusan Alus. Saat Alus bergerak, Loki dengan hormat membukakan pintu untuknya. Alus tidak berpikir begitulah seharusnya dirinya diperlakukan, namun karena dia tidak ingin membiarkan niat baik gadis itu sia-sia, dia dengan canggung bergerak. Dia mendengar tawa Sisty di belakangnya, namun tidak punya pilihan selain mengabaikannya.
Namun, saat Alus melewati ambang pintu, dia berbalik dan berkata, "Ah, benar juga. Siapkan seragam tempur sederhana untukku agar identitasku tidak terbongkar."
Saran yang agak bermasalah ini adalah upayanya untuk membalas tertawaan Sisty sebelumnya.
"Ya, tentu." Namun respon langsung Sisty dengan mudah menghentikan balas dendamnya.
Dalam perjalanan pulang, Loki menatap rambut hitam yang sedikit bergerak tertiup angin di depannya. Rambut hitam yang menyatu di malam hari tidak berubah sejak hari itu. Pemandangan itu membuatnya bahagia, dan bahkan keheningan mereka terasa menyenangkan. Namun tidak seperti perjalanan mereka ke ruangan kepala sekolah, keheningan dalam perjalanan pulang tidak berlangsung lama.
"Loki, kamu berencana menginap di mana malam ini?"
"Uhm.....!"
Loki terkejut. Bukan karena keheningan tiba-tiba pecah, namun karena dia berasumsi dirinya dan Alus mempunyai pemikiran yang sama tentang hal ini.
"Bolehkah aku tinggal di tempatmu, Alus-sama?"
Sama seperti Alus yang tidak bisa melihat wajah Loki di belakangnya, Loki juga tidak bisa melihat wajahnya. Mereka terhubung hanya melalui suara mereka.
Meski begitu, Alus tidak terlalu bodoh hingga melewatkan keinginan malu-malu Loki.
"Dan bisakah kamu melakukan sesuatu terhadap panggilan '-sama' itu?"
Alus bukan orang yang keberatan dengan penambahan gelar itu, namun jika dia akan berada di Institut sebagai seorang murid, itu akan menarik perhatian yang tidak perlu. Tidak semua orang memahami hubungan mereka juga. Yang akan menimbulkan permusuhan yang tidak diinginkan dari orang-orang di sekitar mereka.
"Aku tidak bisa melakukan itu."
Loki menyatakan dengan tegas, seolah-olah dia telah berubah menjadi orang yang benar-benar berbeda. Alus tidak bisa melihat ekspresi gadis itu, namun bisa merasakan tekad gadis itu yang tak tergoyahkan. Merasa perlu waktu untuk meyakinkan gadis itu, Alus mengangkat bahunya sambil terus berjalan.
* * *
Namun, sekembalinya mereka ke laboratorium Alus, sinyal panggilan terdengar di saluran pribadi, mengakhiri keheningan di antara mereka.
"Alus-sama, aku akan menjawabnya."
"Tidak, akan lebih cepat jika aku yang melakukannya."
Seandainya dering itu lebih ceria, suasana tidak akan terasa pesimis seperti ini. Namun setelah dipikir-pikir..... mungkin tidak. Sebagai permulaan, sangat sedikit orang yang dapat menghubungi laboratorium Alus.
Dan tidak dapat dihindari kalau kesuraman akan menyelimuti ekspresi Loki. "Kalau begitu aku akan menyiapkan makan malam......" Kata Loki, berusaha berguna semaksimal mungkin.
Memang tindakkannya itu patut dipuji, namun lain ceritanya jika hal itu berdampak pada keputusan Alus untuk tetap mempertahankannya. Namun, sudah lama sekali sejak Alus tidak makan malam dengan layak. Meski begitu, kemampuan memasak Loki masih menjadi misteri. Namun, tidak banyak bahan yang bisa digunakan untuk memasak. Sementara Alus dengan ragu-ragu memberitahu Loki hal itu, Loki menyatakan, "Serahkan saja padaku." dengan ekspresi tidak berubah.
Seolah-olah mencoba melarikan diri dari situasi yang mengerikan ini, Alus mengangkat kristal cair virtual itu, namun itu tidak menunjukkan wajah pihak lain. Saluran itu adalah saluran pribadi, dan karena itu bersifat rahasia.
"Apa ada masalah, Gubernur......"
Alus menelan kata-kata yang hendak dirinya ucapkan. Karena itu adalah panggilan langsung dari tokoh penting militer, Gubernur Jenderal Berwick, wajar jika Alus berhati-hati. Belakangan ini, firasat buruknya kerap menjadi kenyataan. Dan memiliki Loki di sisinya akan mempersulit menjaga kerahasiaan informasi.
Alus tidak mengkhawatirkan hal-hal sepele seperti itu, namun bahkan belum sehari sejak Loki tiba. Dan dia merasa seperti melewatkan beberapa langkah dalam prosedur berbagi informasi.
Alus memasang interkom di telinganya. "Jadi? Apa kamu menghubungiku untuk meminta laporan terkini?"
"Kalau memang hanya itu saja, aku bisa tidur nyenyak."
Nada suara Gubernur Jenderal terdengar meminta maaf. Namun dia hanya bisa membiarkan Alus menjauh karena kasus seperti ini.
Alus memiliki gambaran umum tentang apa yang sedang terjadi, dan langsung melanjutkan.
"Apa itu ada di dalam atau di luar?"
"Di luar. Aku menyesal hal ini harus terjadi saat kamu mulai terbiasa dengan Institut."
"Apa itu termasuk sarkasme?"
"Tentu saja bukan. Tapi dari kelihatannya, itu merupakan pengalaman yang bagus untukmu."
"Tidak ada yang berjalan sesuai keinginanku, kamu tahu."
Setelah Gubernur Jendral itu tertawa pelan, Alus mendengarnya dengan hangat berkata, "Aku mengerti.... jadi, kamu menikmatinya ya."
Dia kemudian melanjutkan dengan nada bisnis, karena situasinya tidak memungkinkannya untuk bersikap lebih santai : "Alus, aku sudah mengirimkan koordinatnya. Adapun untuk timmu—"
"Aku tidak membutuhkannya."
"Itu benar. Aku tidak memiliki tim yang dapat menanganinya dengan baik, dalam hal apapun. Kami tidak pernah mengira mereka akan menyerang secepat ini."
Saat itu sudah larut malam. Dan mengingat karakteristik umum para iblis, membuat Alus pergi sendirian adalah pilihan terbaik. Kenyataannya, Alus belum pernah memiliki tim yang bersamanya. Namun hal itu sebagian disebabkan oleh penolakannya sendiri.
"Kurasa kamu bisa tenang sekarang, Gubernur Jenderal."
"Kamu tidak perlu mengatakannya seperti itu. Ini juga bukan pilihan yang aku sukai. Jika memungkinkan, aku tidak ingin bergantung padamu sepanjang waktu. Targetmu adalah A-Class. Detektor kami menangkapnya. Terlalu jauh bagi kami untuk mendeteksi kalau ada iblis lain di dekatnya."
"Dimengerti. Aku harus bangun pagi-pagi besok, jadi aku akan melakukannya secepatnya."
"Kami mengandalkanmu. End of communication."
Alus menghela napasnya. Mungkin karena akhir-akhir ini dia terlalu santai, dia merasa perlu mengosongkan pikirannya sejenak. Dia kemudian dengan cepat mulai mengerjakan persiapan. Dia tidak membutuhkan banyak peralatan, namun setidaknya dia harus berangkat sebelum seseorang mulai menanyainya.
"Alus-sama?"
Loki melihat ke arah Alus dengan ekspresi yang mengatakan dirinya sudah menduga ini. Sebagai partner Alus, dia biasanya menemani Alus setiap kali Alus dipanggil oleh militer, namun....
"Aku hanya akan keluar sebentar."
Hal itu sudah cukup bagi Loki. Terutama ketika Loki melihat AWR yang mengesankan tergantung di pinggang Alus. Loki menyeka tangannya dan mematikan kompor.
"Aku akan ikut denganmu."
Alus menghentikannya saat gadis itu lewat, meletakkan tangannya yang ringan di dahinya.
"Tahan dulu. Kamu belum resmi menjadi partnerku. Hal itu hanya akan berlaku setelah kamu mendaftarkannya di militer. Selain itu, ada banyak hal yang tidak kita ketahui tentang satu sama lain. Jadi akan memakan waktu lebih lama jika kita berdua pergi. Selain itu, kamu baru saja pulih. Kamu pastinya tahu kalau tidak ada hal baik yang akan datang jika kamu memaksakan diri."
"........"
Alus ada benarnya, namun Loki tidak bisa menahan diri untuk tidak menyesali ketidakmampuannya, meskipun Alus hanya mengkhawatirkannya. Alus cukup ahli dalam mendeteksi sehingga dirinya tidak pernah membutuhkan partner. Itu adalah kenyataan yang keras, namun karena Loki sebenarnya tidak diperlukan, jadi mau bagaimana lagi.
Setelah melihat kemampuannya dari dekat, Alus tahu Loki itu cukup baik. Namun Dunia Bagian Luar adalah tempat yang menakutkan, dan kurangnya persiapan bisa berakibat fatal.
"Apa kamu keberatan jika aku pergi sendiri hari ini?"
Yang terpenting, Alus tidak ingin membawanya.
"Aku akan segera kembali. Dan kemudian kita bisa mendiskusikan bagaimana kita akan menangani hal ini di masa depan..... dan penyebutan itu juga."
"Aku mengerti. Lalu kapan kamu akan....."
Loki menghentikan perkataannya dirinya sendiri. Seorang Magicmaster di Dunia Bagian Luar tidak bisa membuat perkiraan apapun.
Namun, Alus dengan lembut menepuk kepala gadis itu.
"Aku akan kembali sebelum makan malamnya menjadi dingin."
Dengan itu, Alus meninggalkan laboratoriumnya. Loki dengan hormat membungkuk kepada Alus yang keluar.
Itu mungkin hanya untuk menenangkan pikirannya, namun sudah lama sekali sejak Alus menetapkan batas waktu untuk sebuah misi. Rasanya menyegarkan memiliki tempat untuk kembali, betapapun baru dan tidak terdefinisinya tempat itu.
Karena ketahuan oleh para guru akan merepotkan, Alus berhenti menuruni tangga. Dia memanjat melalui jendela di beranda, dan menggunakan pagar di sana untuk melompat ke atap. Masih ada lampu yang menyala di fasilitas Institut yang bisa dia lihat. Dan angin yang bertiup melewati lehernya menyegarkannya.
Udara bergerak melalui celah pakaiannya, dan menggoyang rambutnya, membantunya menambah kecepatannya. Aliran udara ke atas yang sedikit mendinginkan pikiran dan tubuhnya, membawa serta perasaan suramnya.
* * *
Adegan langka terjadi malam ini, saat Tesfia duduk di tempat tidurnya dan merenungkan kata-kata sembrono yang dirinya lontarkan pada Al. Dia menyesal mengatakannya. Mengapa dia selalu mengatakan apapun yang terlintas dalam pikirannya sesuai dengan emosinya? Dia tidak pernah mempermasalahkannya sebelumnya. Namun sekarang, dia mulai menebak-nebak sendiri.
Hal ini tidak bisa dianggap sekadar kebiasaan buruk; dan ketika dia memikirkannya kembali, dia mulai membenci dirinya sendiri karena kata-kata kurang ajar yang tidak pantas untuk kaum bangsawan.
"Tapi..... dia itu tetaplah mesum."
Namun, bahkan mengatakannya dengan lantang tidak mengurangi sensasi aneh di dadanya. Dia menggunakan kata itu sebagai reaksi terhadap gagasan Alus dan Loki tinggal bersama. Itu bukanlah sesuatu yang bisa dia abaikan, dan dalam hal ini dia tidak berpikir dia telah mengatakan sesuatu yang tidak pantas.
Namun, sebagai seorang bangsawan, bukankah menggunakan kata itu sendiri merupakan tindakan yang tidak sopan? Setelah berpikir sejenak, Tesfia menggelengkan kepalanya, seolah mengatakan kalau itu tidak seperti dirinya.
Tesfia berdiri, berbisik pada dirinya sendiri kalau dia harus meminta maaf karena membiarkan emosi menguasai dirinya dan mengutuk Alus. Hal-hal seperti itu harus ditangani pada hari yang sama. Ibunya, atau orang bijak lainnya, pernah mengatakan kalau menyelesaikan masalah yang terjadi pada hari yang sama adalah rahasia untuk menjaga agar niat buruk tidak tetap ada di hari esok.
Tesfia adalah bangsawan, dan karena itu, bertekad untuk memenuhi kata-kata itu. Dia mendapat izin dari Felinella, pengawas asrama, untuk meninggalkan asrama. Namun mengingat waktunya—tidak ada seorangpun yang berjalan di halaman pada waktu seperti ini. Tesfia berjalan cepat. Dia ingin menyelesaikan ini secepat mungkin dan kembali ke asrama. Suara gemerisik dedaunan membuatnya cemas, bahkan lampu jalan pun tidak banyak membantu.
"Seharusnya aku melakukannya besok saja."
Dia merasa kecil hati, lalu dengan paksa menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan perasaan itu. Dia menyusut dalam hati memikirkan hal itu, namun dalam skenario terburuk dia bisa meminta Alus untuk mengantarnya kembali ke asramanya.
Itu akan menjadi permintaan yang masuk akal, namun sedikit tidak tahu malu dari seseorang yang pergi untuk meminta maaf.
Jangan lagi! Itu kebiasaan burukku..... selain itu....
Namun Tesfia masih khawatir. Dia tidak bisa mengabaikan Loki yang tinggal di kamar Alus. Hal itu bertentangan dengan standar etika Institut.
Pada akhirnya, Tesfia tidak menyadari pada saat itu kalau menggunakan hal itu sebagai alasan atas tindakannya adalah salah. Dan biasanya, Tesfia akan langsung mengoreksi dirinya sendiri. Jika tidak, dia akan memutuskan untuk meminta maaf pada saat mereka bertemu lagi. Singkatnya, itu bukanlah masalah yang terlalu mendesak sehingga dia harus meminta izin untuk meninggalkan asrama. Jadi pada akhirnya, bukan hanya karena alasan inilah dia ingin pergi. Namun, dia begitu sibuk membuat alasan untuk dirinya sendiri sehingga dirinya tidak menyadari hal ini.
"—Ah?!"
Tiba-tiba embusan angin bertiup, dan Tesfia menahan rambutnya sambil memalingkan wajahnya.
"——!!"
Saat berikutnya, Tesfia melihat sekeliling langit malam dan melihat bayangan di bawah sinar bulan. Saat Tesfia menyipitkan matanya untuk melihat lebih dekat, dia menarik napasnya. Ada seseorang di atap pada waktu seperti ini ketika tidak ada orang lain yang keluar. Bayangan yang menyatu dengan kegelapan berdiri di tepi atap, melihat dari kejauhan.
Tidak—Tesfia tidak tahu apa sosok bayangan itu sedang mencari apapun di sana. Namun sepertinya bayangan itu bisa melompat dari atap kapan saja.
"Siapa di sana?"
Jika itu adalah penyusup, respons yang benar adalah berteriak minta tolong, atau menyiapkan AWR-nya jika dia membawanya. Namun Tesfia memilih tindakan yang lebih sederhana. Dia hanya bertanya.
Tesfia mungkin terguncang.... namun kemungkinan besar karena bayangan itu dan suasana itu mengingatkannya pada seseorang.
"Al....."
Itulah jawabannya mengenai identitas bayangan itu. Dan begitu Tesfia mengatakannya dengan lantang, keraguannya mulai berubah menjadi keyakinan. Percaya kalau itu adalah Alus, Tesfia hendak bertanya, "Apa yang sedang kamu lakukan di atas sana.....?"
Namun saat itu juga, Alus melihat ke bawah dan keduanya saling bertatapan. Meskipun Alus terlihat seperti bayangan, tatapannya tanpa emosi. Pikiran Tesfia membeku seolah sedang ditatap. Kata-kata yang ingin dirinya ucapkan menghilang.
Tidak diragukan lagi bayangan itu adalah Alus. Namun naluri Tesfia mengatakan padanya kalau Alus berbeda dari biasanya. Ada jarak yang sangat jauh dan mutlak, yang menghalanginya untuk dengan mudah memanggilnya.
"........."
Alus, menatapnya, tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia menyempitkan pandangannya menembus kegelapan. Bukan karena dia mencoba mengidentifikasi Tesfia. Sebaliknya, seolah-olah matanya mengatakan kalau dia tidak tertarik pada gadis itu.
Tesfia menatap ke atap, tidak mampu mengalihkan pandangannya meskipun dia menginginkannya.