Chapter 7 : Stampede

 

1

Setelah resmi bergabung dengan Bloodstained Blades, Miroslav datang untuk tinggal di rumahku. Aku tidak ingin harus datang kepadanya atau memanggilnya setiap kali ingin memakan jiwanya, jadi ini memang rencanaku sejak awal. Dan rupanya dia juga sudah bersiap, karena dia hampir tidak butuh waktu lama untuk pindah.

 

Namun, dengan ini, dinamika di antara anggota klanku akan sedikit berubah, dan aku paling khawatir tentang hubungan antara Miroslav dan Lunamaria. Yah, mungkin lancang jika aku mengatakan aku "khawatir", mengingat hubungan mereka memburuk karena salahku. Meskipun Miroslav melakukannya atas perintahku, dia adalah kaki tanganku dalam memperbudak Lunamaria, dan tentunya, elf sage itu menyadarinya. Aku sudah menduga akan ada kecanggungan di antara mereka berdua.

 

Namun, bertentangan dengan dugaanku, tidak ada pertengkaran yang terjadi di antara mereka. Mungkin karena sekarang mereka berdua berada di perahu yang sama, mereka justru memiliki rasa kekerabatan? Tentunya, mereka tidak sedekat dulu ketika kami semua bersama di Falcon Blades, tapi setidaknya aku tidak mendeteksi adanya kebencian atau kemarahan dalam nada bicara mereka satu sama lain.

 

Mengenai Miroslav dan Seele, mereka umumnya ramah satu sama lain. Penyihir itu memandang Seele dengan hormat, hampir seperti "senior di klan"-nya, dan Seele pun menghormati Miroslav sebagai "junior di klan"-nya. Tidak ada masalah yang muncul di antara mereka berdua.

 

Mungkin yang paling mengejutkan adalah bagaimana Miroslav dan Suzume bisa akrab. Mengejutkan dalam arti yang baik : Suzume akhirnya menjadi murid penyihir itu. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, tanduk demonkin adalah benda sihir langka yang menyimpan mana berlimpah. Oleh karena itu, seperti yang mungkin kalian duga, demonkin sendiri pada dasarnya adalah generator mana dan dengan demikian memiliki banyak energi sihir. Namun menurut Miroslav, karena Suzume memiliki dua tanduk, Suzume memiliki kapasitas mana dua kali lipat dari rata-rata demonkin. Dengan kata lain, Suzume terlahir dengan potensi untuk menjadi penyihir yang sangat kuat.

 

Kenapa aku belum mengarahkan Suzume untuk menjadi penyihir sampai sekarang, sederhana saja : aku tidak ingin memaksanya bertarung. Selain itu, membiasakannya hidup di antara manusia adalah prioritas utamaku saat ini. Ketika aku mendengar Suzume mulai belajar sihir dari Miroslav, aku terkejut, tapi lebih terkejut lagi ketika aku mengetahui Suzume sendiri yang meminta penyihir berambut merah itu untuk mengajarinya. Ketika aku bertanya alasannya, Miroslav yang kebingungan sedang mengajaknya berlari-lari, mengatakan stamina sangat penting untuk menjadi penyihir. Ketika Suzume melihatku, dia menyeringai lebar, bercucuran keringat, dan menjelaskan alasannya : "Aku juga ingin berguna untukmu, seperti Seele, Luna, dan yang lainnya! Aku tidak suka menjadi satu-satunya yang dimanja sepanjang waktu."

 

Suzume mengikat rambut hitamnya menjadi ekor kuda agar tidak menghalangi saat berolahraga. Aku bisa merasakan tekadnya. Tidak ada tanda-tanda keengganan atau kewajiban dalam perilakunya. Gadis ini jelas termotivasi untuk mempelajari sihir dari lubuk hatinya. Tanpa sadar, aku menutup mulutku dengan tangan, menghindari tatapannya.

 

Guh! Dia gadis yang sangat baik! Aku tahu aku tidak membuat pilihan yang salah menyelamatkannya saat itu!

Namun, saat aku mencoba menyembunyikan air mata yang tertumpah dalam hati, suara Suzume kembali terdengar di telingaku. Kali ini, dia terdengar gelisah.

 

"U-Um... S-Sora?"

 

"H-Hah?! Ada apa?!"

Seruku, tersadar kembali.

 

"Ada lagi yang mau kamu tanyakan?"

Kalau tidak ada, aku ingin kembali berlari, kalau kamu tidak keberatan, sepertinya dia ingin berkata begitu.

 

"Oh! Tidak, tidak ada lagi!"

Kataku, menggelengkan kepala dengan keras.

 

"Maaf mengganggumu!"

 

"Oh, tidak! Itu tidak merepotkan! Sungguh! Kalau ada yang bisa kubantu, panggil aku kapan saja."

 

Sambil membungkuk, Suzume berbalik dan kembali berlari. Kalau dia lari keliling kota, mungkin aku akan mengawasinya diam-diam agar tidak kena masalah, tapi dia cuma lari-lari di halaman, jadi itu tidak perlu. Aku juga sempat mempertimbangkan untuk menjadi teman larinya, tapi... dia mungkin akan jadi kurang percaya diri dan teralihkan.

 

Membiarkannya sendiri mungkin pilihan terbaik. Jadi aku kembali ke dalam rumah dan, setelah berpikir sejenak, bergegas menyiapkan air mandi. Setidaknya aku bisa menyiapkan air mandi bagi gadis itu saat latihannya selesai.

 

Beberapa hari setelah Miroslav menambahkan namanya ke daftar Bloodstained Blades, seorang utusan Keluarga Dragonaut muncul di depan pintu rumahku, memberitahu bahwa Claudia sedang dalam perjalanan. Awalnya aku bingung dengan kabar itu. Bahkan belum setengah bulan sejak pertempuran dengan Jijinbou. Bukankah terlalu cepat bagi sang duke untuk membuat keputusan pahit berpisah dengan putri kesayangannya?

 

Namun yang mengejutkan, Miroslav lah yang punya jawaban untuk itu. Rupanya Perusahaan Sauzaar memiliki cabang di ibukota kerajaan, dan sebagai pewarisnya, Miroslav tahu apa yang dilakukan perusahaan ayahnya itu terhadap kabar yang beredar. Menurut Miroslav, meskipun kepanikan dan kekacauan akibat insiden itu telah mereda di dalam kota, situasi di dalam istana kerajaan masih bergejolak.

 

Pernikahan Putra Mahkota Azaal dengan Putri Sakuya dari Ad Astera telah ditunda, berkat penentangan keras dari faksi anti-kekaisaran. Dan di antara kelompok bangsawan itu, beberapa ingin Claudia bertunangan lagi dengan putra mahkota. Miroslav menduga sang duke sedang berusaha membawa putrinya keluar kota sebelum putrinya terjebak dalam rencana jahat mereka.

 

Jika mereka mendengar bahwa Claudia akan tinggal bersamaku, seorang ksatria naga liar, kebanyakan orang akan menyimpulkan bahwa aku berencana menikahinya. Itu benar-benar pertunangan de facto. Tentunya, jika aku hanyalah seorang petualang biasa, para bangsawan tidak akan mempercayainya, tapi ketika mereka mendengar bahwa tunangannya adalah ksatria naga yang sering dibicarakan, mereka mungkin akan lebih cenderung mempercayainya.

{ TLN : "De facto" itu artinya "pada kenyataannya" atau "dalam praktik", yang menggambarkan kondisi yang sebenarnya terjadi. }

 

Tapi, dari sudut pandang orang luar, mungkin akan terlihat seperti aku mencoba menikahi keluarga mereka, kan? Yah.... maksudku, memang begitulah kelihatannya dari luar! Aku sebenarnya tidak berencana menjadikannya istriku. Lagipula, aku seharusnya menganggapnya suatu kehormatan karena bisa menggunakan kehadiranku untuk menjaganya tetap aman. Tidak ada anak laki-laki di luar sana yang tidak bermimpi menjadi ksatria dari sang putri, kan?

 

Tentunya, dalam kasus terburuk, seorang bangsawan radikal mungkin mencoba mengirim seorang pembunuh kepadaku, tapi jika itu terjadi, aku bisa saja memakan jiwa pembunuh itu, jadi tidak masalah. Itu bukan alasan untuk khawatir. Maka, aku mulai mempersiapkan kedatangan Claudia sebaik mungkin sebelum dia tiba, tapi ada satu hal yang membuatku khawatir. Selama beberapa hari terakhir, sejumlah monster telah terlihat di sekitar perimeter Ishka. Bahkan, Guild Petualang begitu kewalahan menghadapi ancaman ini sehingga mereka menyerahkan sejumlah misi kepada klan kami untuk sedikit meringankan beban.

 

Sebagai hasilnya, aku membawa Lunamaria, Miroslav, Seele, dan Suzume, agar Suzume mendapatkan pengalaman bertarung, untuk mengalahkan beberapa monster itu, tapi jumlah makhluk-makhluk itu tidak berkurang. Malahan, sepertinya semakin banyak yang muncul setiap harinya. Tingkat kemunculan makhluk-makhluk itu jelas tidak normal. Lagipula, makhluk-makhluk itu semua datang dari Titus Forest di dekat sini, jadi mungkin ada beberapa penyimpangan di sana. Tentunya, kandidat yang paling mungkin adalah Sea of Rot, tapi kali ini, waktunya terlalu jauh untuk menjadi penyebabnya.

 

Bagaimanapun, selama monster-monster itu ada di sekitar, ada kemungkinan mereka bisa muncul di jalan dan menyerang kereta kuda Claudia. Jadi aku memutuskan untuk menunggangi Claimh Soras dan pergi ke hutan sendirian. Sama seperti situasi basilisk sebelumnya, aku curiga ada monster yang lebih besar yang mengusir monster yang lebih kecil dan lebih lemah keluar dari habitat mereka, memaksa mereka melarikan diri.

 

Aku juga berpikir untuk mengisi kembali stok buah Jirai Ao Ochs selagi aku melakukannya. Menurut Suzume, buah-buah itu membutuhkan satu musim penuh untuk tumbuh, jadi sebaiknya aku mendapatkannya selagi bisa, untuk berjaga-jaga jika aku membutuhkannya nanti.

 

Namun, saat aku hendak pergi, aku mendengar suara Suzume yang takut-takut di belakangku.

"Um, Sora... aku punya... permintaan."

 

"Oke."

 

"Heeh? Tapi... Tapi aku bahkan belum memberitahumu apa itu..."

 

"Apapun itu, kalau itu permintaanmu, aku tidak mungkin menolaknya."

Kataku dengan serius.

 

Suzume berkedip beberapa kali terlihat bingung, lalu tersenyum canggung. Aku memang bersungguh-sungguh, tapi rupanya dia pikir aku bercanda. Itu sedikit membuatku depresi, tapi demi menjaga harga diri sebagai seniornya, aku menutupinya dengan senyuman.

 

Tanpa menyadari gejolak batinku, Suzume kembali berbicara.

"Aku bertanya-tanya... kalau kamu mau pergi ke Jirai Ao Ochs, um, bolehkah aku ikut bersamamu?"

 

"Hm? Apa kamu yakin? Hutan itu cukup berbahaya. Tunggu, aku tidak perlu memberitahumu, kan? Apa ada sesuatu yang membuatmu penasaran di sana?"

 

"Um, yah... aku hanya ingin melihat desaku lagi... dan memeriksa apa rumahku masih berdiri."

 

Alisku sedikit berkerut. Desa Kamuna, bekas kediaman Suzume, adalah tempat basilisk yang menyebarkan Sea of Rot bersarang. Aku telah menggunakan api untuk membakar basilisk, pembusukan, dan semua yang ada di sekitarnya hingga hangus, jadi tidak diragukan lagi rumah-rumah desa dan sejenisnya ikut terbakar. Suzume sedang bersamaku saat itu, jadi seharusnya dia juga tahu itu... tapi di saat yang sama, aku bisa mengerti kenapa dia ingin melihat sendiri keadaan rumah tempat dia dilahirkan dan dibesarkan. Mungkin dia baru menyebutkannya sekarang karena dia pikir itu akan merepotkan.

 

"Aku tidak keberatan, tapi sekadar memberitahu, Claimh Soras tidak nyaman untuk ditunggangi. Apa kamu yakin akan baik-baik saja?"

Jika wyvern yang dimaksud mendengarku, pasti dia akan merajuk, tapi memang begitulah kenyataannya.

 

Menanggapi hal itu, Suzume mengerucutkan bibir dan mengepalkan tangannya.

 

"Aku akan menahannya."

Kata Suzume.

 

Reaksi yang imut!

 

"Ahem! Baiklah, kalau kamu yakin! Pegang saja aku dan jangan lepaskan aku!"

Kataku dengan cepat dan dengan nada lebih tinggi dari yang kumaksud.

 

Suzume sedikit memiringkan kepalanya melihat tingkahku, tapi menjawab dengan semangat.

"Ya!"

 

Maka, aku dan Suzume menaiki Claimh Soras dan terbang menuju tebing tempat gua Lord of the Flies itu berada. Aku merasakan dua gundukan besar menekan punggungku di sepanjang jalan, yang terasa membahagiakan, tapi hanya sampai Titus Forest terlihat. Lagipula, kondisi hutan saat ini sama sekali tidak menyenangkan.

 

"Lagi, hah?"

Kataku sambil meringis.

 

Melihat ke bawah dari tebing, hutan itu tampak tidak jauh berbeda. Tidak ada pembusukan yang menyebar drastis atau anomali lain yang langsung terlihat. Namun, ada suara aneh. Suara seperti raungan rendah terdengar dari mana-mana, kemungkinan besar teriakan monster. Beberapa bahkan terdengar seperti jeritan kematian, seolah-olah mereka kalah dari makhluk yang mereka lawan.

 

Kedengarannya seperti monster berlarian di sekitar hutan, daripada tetap di habitat atau wilayah mereka. Dan monster-monster itu saling serang saat mereka berpapasan. Itulah satu-satunya penjelasan yang mungkin untuk suara-suara yang kudengar. Dengan kata lain, mereka mengamuk.

 

Bahkan kemunculan basilisk pun tidak menyebabkan kekacauan seperti itu. Suzume, yang berdiri di sampingku, mencondongkan tubuh ke arahku seolah membutuhkan kenyamanan. Setelah tinggal di hutan begitu lama, dia pasti juga menyadari betapa tidak normalnya situasi ini.

 

Sial! Aku mengacau.

Aku mengumpat dalam hati.

 

Sejujurnya, aku tidak menyangka Titus Forest bisa seberbahaya ini. Rasanya lain ceritanya kalau aku sendirian, tapi aku membawa Suzume. Tentunya, aku tidak mungkin menolak permintaan Suzume karena dia hampir tidak pernah meminta apapun dariku, tapi seharusnya aku tetap meninggalkannya.

 

Mungkin belum terlambat untuk membawanya kembali.

Pikirku. Tapi kemudian aku merasakan sensasi lembut di sekitar tanganku. Suzume menggenggamnya dengan kedua tangannya. Mata merah mudanya yang cerah berkilat memohon saat dia menatapku, dan aku tahu dia ingin tetap di sini.

 

Setelah beberapa detik, akhirnya aku menghela napasku. Aku tidak bisa menang melawan tatapan itu.

 

Aku memasuki hutan bersama Suzume, kurang lebih menggendongnya. Awalnya, aku berencana memanen buah Jirai Ao Ochs sebelum menuju ke desanya, tapi mengingat kondisi hutan saat ini, aku langsung pergi ke desa itu demi kebaikannya.

 

Seperti dugaanku, tempat itu hancur lebur. Puing-puing rumah berserakan di mana-mana, semuanya terbakar hitam atau menjadi abu. Rumah-rumah yang masih berdiri tampak seperti telah dirusak dan dijarah oleh monster. Tidak satu pun rumah yang mempertahankan bentuk aslinya.

 

Suzume memandangi kehancuran itu dengan sedih, lalu berjalan menuju tepi desa. Penasaran ke mana dia pergi, aku mengikutinya, sampai dia berhenti di sebidang tanah dengan batu-batu kecil berjajar di tanah. Sepertinya Sea of Rot tidak memengaruhi tempat ini. Mungkin tempat ini dilindungi oleh semacam penghalang yang tidak kuketahui. Baru setelah dia berlutut di depan salah satu batu, memejamkan mata, dan mulai berdoa, aku menyadari bahwa itu adalah pemakaman desa demonkin.

 

Kedua orang tua Suzume mungkin dimakamkan di sana. Menurut cerita Suzume sebelumnya, ayahnya telah hilang sejak Suzume masih sangat kecil, dan ibunya juga telah lama meninggal. Bahkan dengan penghalang yang melindungi desa, pasti sangat sulit bagi seorang gadis muda itu untuk hidup sendirian di kedalaman Titus Forest begitu lama. Dan orang tuanya pasti juga menyadari hal itu. Ketika aku memikirkan bagaimana perasaan mereka, harus meninggalkan anak mereka di lingkungan seperti itu, aku pun tidak bisa menahan diri untuk menundukkan kepalaku.

 

Namun, pada saat itu, aku merasakan kehadiran sesuatu. Mengesampingkan sentimentalitasku sejenak, aku mengamati sekeliling kami. Aku mendengar beberapa raungan di kejauhan, dan kedengarannya semakin keras. Apa mereka bereaksi terhadap bau manusiaku? Atau mungkin mana demonkin Suzume seperti yang dimiliki basilisk? Bagaimanapun, mereka jelas sedang menuju ke arah kami. Meskipun aku ingin membiarkan Suzume berbicara panjang lebar dengan orang tuanya yang sudah meninggal, rasanya itu mustahil untuk saat ini. Dengan enggan, aku memanggilnya untuk kembali. Dia sudah berdiri dan melihat ke arahku.

 

"Maaf."

Kata Suzume, tampak seperti hendak menangis.

 

"Karena aku membuatmu dalam masalah karena ingin datang ke sini."

 

"Tidak, ini bukan salahmu. Jangan pikirkan itu. Lagipula, jika aku mengerahkan seluruh tenagaku, monster-monster itu bahkan tidak akan menjadi ancaman."

Kataku seyakin mungkin untuk mencoba meyakinkannya.

 

Meski begitu, itu bukan kebohongan. Jika aku menggunakan Shinsou-ku, aku bisa mengalahkan monster apapun di kedalaman Titus Forest sambil tetap memiliki kebebasan untuk melindungi Suzume. Tapi aku ragu untuk mengotori kuburan-kuburan demonkin ini dengan darah dan isi perut monster.

 

Aku sudah memastikan keanehan di hutan, yang merupakan tujuanku datang ke sini, jadi mungkin lebih bijaksana untuk mundur. Aku ingin sekali memasang penghalang untuk melindungi nisan orang tua Suzume, tapi sayangnya aku tidak punya kemampuan itu. Tapi kalau dipikir-pikir, saat di gunung dulu, Miroslav menggunakan alat yang bisa membuat penghalang. Aku pasti akan membawa itu saat aku datang lagi.

 

Dengan pikiran itu, aku mengangkat Suzume lagi, mengisi seluruh tubuhku dengan vigor, dan melesat pergi.


2

Ketika kami kembali ke Ishka dan tiba di rumah, Lunamaria dan yang lainnya menyambut kami. Yang mengejutkanku, ada wajah lain yang bercampur dengan wajah mereka.

 

"Guildmaster ingin bertemu denganmu untuk membahas apa yang telah kamu dapat tentang situasi di hutan."

Kata Ridelle, menundukkan kepalanya sambil menjelaskan alasan dia ada di sana.

 

"Aku tahu ini mungkin merepotkan, tapi bisakah kamu datang ke guild sesegera mungkin?"

 

Awalnya aku bertanya-tanya bagaimana guild tahu aku pernah ke hutan, tapi kemudian aku menyadari mereka pasti melihat wyvern-ku di langit menuju ke arah itu.

 

Apa sebenarnya yang membuatmu berpikir aku akan bekerja sama dengan guild sekarang?

Akan bohong jika aku bilang aku tidak ingin mengatakan itu dengan keras.

 

Jika guildmaster ingin berbicara denganku, dia seharusnya punya nyali untuk datang sendiri kepadaku.

 

Tapi terlepas dari bagaimana perasaannya yang sebenarnya terhadapku di hatinya, Ridelle bertanya dengan sopan. Lagipula, aku mengerti Elgart tidak akan bisa meninggalkan guild dengan hutan dalam keadaan darurat. Orang itu punya kewajiban untuk tinggal dan menangani situasi. Namun, yang terpenting, setelah melihat raut wajah Suzume sebelumnya, jika aku menaruh dendamku pada guild dan keinginanku untuk menyelesaikan insiden ini dalam skala besar, guild pasti akan menang. Siapapun pasti ingin tempat peristirahatan terakhir keluarganya tetap damai. Itu wajar saja.

 

"Aku mengerti. Sekarang tidak apa-apa?"

 

"Heeh? Er, ya. Akan sangat membantu jika kamu datang sekarang."

Jawab Ridelle segera, tampak agak terkejut dengan jawabanku.

 

Ooh, ini pertama kalinya wajahnya yang tenang terlihat begitu bingung!

Dia pasti mengira aku akan menolaknya.

 

Rasanya seperti aku membalas dendam padanya hanya dengan itu.

Pikirku dengan masam sambil mengikuti Ridelle, yang bergegas kembali ke guild.

 

Ketika aku memasuki guild untuk pertama kalinya setelah sekian lama, suasananya kacau balau. Orang-orang berlarian ke sana kemari dengan panik. Ridelle mengenakan seragamnya, jadi para petualang membuka jalan untuknya saat dia berjalan. Mereka tampak terkejut melihatku berjalan di belakangnya juga, tapi tidak satu pun dari mereka memanggilku. Bukan berarti aku senang bertemu mereka lagi.

 

Ridelle membawaku ke ruangan yang kemungkinan besar disediakan untuk para tamu.

 

"Aku akan segera memanggil guildmaster."

Katanya lalu meninggalkan ruangan.

 

Lalu, berapa lama dia akan sengaja membuatku menunggu?

Pikirku sambil menyeringai, tapi tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.

 

Bahkan belum tiga puluh detik berlalu sejak Ridelle pergi, jadi aku ragu dia sudah kembali. Dan seperti dugaanku, itu bukan dia. Melainkan resepsionis guild lain, yang kukira pernah kulihat sebelumnya. Setelah berpikir sejenak, akhirnya aku mengingatnya. Dialah yang pertama kali menginterogasiku tentang apa yang terjadi ketika aku kembali ke kota setelah selamat dari gua Lord of the Flies. Namanya Parfait, kalau aku tidak salah ingat.

 

Berbeda dengan Ridelle yang nyaris tidak tergoyahkan, gadis ini tampak ceria dan periang. Dia juga empat atau lima tahun lebih muda dari Ridelle. Namun, saat itu, dia memperlakukanku dengan tingkat penghinaan yang sama seperti rekan kerjanya yang lebih tua, yang kini membuatku lebih tenang, karena aku tidak perlu berpura-pura sopan padanya.

 

Dia meletakkan cangkir teh panas mengepul di atas meja. Sepertinya dia setidaknya berniat menyambutku, dengan menawarkan teh.

 

Betapa berubahnya keadaan. Terakhir kali aku ke sini, mereka bahkan tidak melakukan sebanyak itu.

Rasanya selama aku ada di sini, aku tidak bisa berhenti berpikir sinis tentang segala hal.

 

Sambil tersenyum pahit melihat sikapku sendiri, aku melihat isi cangkir itu. Dilihat dari warna kuningnya, mungkin itu teh. Aku tidak bisa menjamin kualitasnya tanpa meminumnya, tapi aromanya cukup harum, jadi kemungkinan besar daun tehnya berkualitas tinggi. Dia juga meletakkan sepiring kue kering di meja di samping cangkir, yang tampak lezat. Bayangkan, setelah dikeluarkan dari guild tanpa pikir panjang hanya beberapa bulan sebelumnya, akan tiba saatnya aku disambut dengan begitu hangat!

 

Aku ingin kembali ke masa lalu dan memberitahu diriku yang dulu tentang ini.

Pikirku. Meski begitu, aku tidak menyentuh cangkir atau kue itu sama sekali. Bukan karena aku pikir langsung ikut serta akan membuatku terlihat miskin atau sok. Aku hanya tidak mau menerima apapun yang diberikan oleh guild yang telah mengusirku. Dengan kata lain, itu adalah harga diri orang yang keras kepala. "Kecil" adalah kata sifat lain yang tepat untuk menggambarkannya, tapi meskipun aku tahu itu, aku tidak akan mengubah kebiasaanku.

 

"Silakan!"

Kata Parfait dengan riang, menatapku.

 

"Jangan khawatir, ini tidak beracun atau semacamnya."

Dia mengeluarkan suara kecil yang aneh, di antara tawa kecil dan tawa aneh.

 

Aku memelototi pengunjung baru ini dengan mata setengah terpejam, yang membuatnya tertawa lebih keras.

 

"Kue-kue ini adalah produk terbaru dari Perusahaan Khukuri. Kue-kue ini sedang digemari gadis-gadis muda akhir-akhir ini, dan aku mungkin telah menyalahgunakan wewenangku sebagai resepsionis guild untuk mendapatkannya sendiri."

Katanya padaku, sambil menempelkan jari telunjuknya ke bibir dan menyeringai nakal.

 

Memang, makanan manis apapun yang seharusnya disajikan kepada tamu guild harus dibuang setelah tanggal kedaluwarsanya. Dan tentunya, staf guild yang bertanggung jawab untuk membuangnya.

 

Begitu ya. Cukup pintar. Atau mungkin aku harus bilang "rakus"?

 

"Kenapa sampai sejauh itu? Gajimu di sini seharusnya lebih dari cukup untuk membeli beberapa dari kue itu, kan?"

 

"Kamu tahu, kue yang dibeli dengan uangku sendiri rasanya tidak sama dengan permen yang dibayar guild."

Katanya sambil menyeringai lebar.

 

"Seperti ketika seorang laki-laki hebat menawarkan untuk mentraktirku makan malam, kamu tahu?" Dia menatap tepat ke mataku.

 

Tunggu, apa dia sedang menggodaku? Haruskah aku menjawab, "Kalau begitu, bagaimana kalau makan malam?" di sini?

 

Tidak seperti Ridelle, yang rambut dan riasannya selalu sempurna, Parfait menampilkan dirinya sedikit di atas standar yang dianggap kasar untuk seorang resepsionis. Menurut Miroslav, Parfait ini benar-benar menginginkan promosi. Jadi mungkin dengan statusku sebagai ksatria naga dan koneksi dengan Keluarga Dragonaut, aku memenuhi apa yang dia cari.

 

Bukan berarti aku tidak peduli.

Daripada menjawabnya, aku justru bersikap dingin padanya.

 

"Heeh?"

Parfait memiringkan kepalanya sedikit, bingung dengan perilakuku.

 

Parfait sepertinya tidak menyangka akan mendapat reaksi seperti itu. Dia membuka mulut untuk berbicara lagi, tapi sebelum sempat, terdengar suara ketukan ringan di pintu. Kali ini Ridelle melangkah masuk. Dia tampak terkejut melihat Parfait di sana, tapi segera pulih dan berkata akan mengantarku ke ruang guildmaster. Dia juga mengatakan bahwa setelah mendengar kedatanganku, Elgart langsung mengosongkan jadwalnya. Mungkin orang itu khawatir jika membuatku menunggu terlalu lama, aku akan bosan dan pergi. Sambil mendengus, aku berdiri dan mengikutinya.

 

"Terakhir kali kita bertemu seperti ini adalah saat duelmu dengan Raz, benar? Kau sudah tumbuh besar sejak saat itu, sampai-sampai aku hampir tidak mengenalimu, Sora."

Petualang Rank 1 sekaligus guildmaster Ishka, Elgart Quis, tersenyum lembut. Tidak ada sedikit pun rasa tidak ramah dalam kata-kata atau ekspresinya. Penampilannya, hingga aroma parfum yang samar dan janggutnya yang terawat rapi, tetap elegan seperti biasa.

 

"Bukankah seharusnya kita berbagi apa yang kita ketahui tentang situasi di Titus Forest?"

Jawabku dengan dingin, tanpa basa-basi dan langsung ke intinya. Aku ingin dia tahu aku tidak berniat berteman dengannya, terutama setelah diskusi terakhir kami.

 

Senyum Elgart menegang. Ridelle, yang berdiri di belakangnya, menatapku dengan tajam, tapi aku pura-pura tidak memperhatikan. Aku hanya akan bertanya apa yang perlu kutanyakan, mendengar apa yang perlu kudengar, lalu pergi dari sana. Itu saja.

 

"Ya, kau benar. Kalau begitu, mari kita langsung saja, ya? Selama beberapa hari terakhir penyelidikan, aku menyimpulkan bahwa penyerbuan monster telah terjadi di hutan."

 

Elgart sudah memulai dari kesimpulan itu, jadi aku pun melakukan hal yang sama.

 

"Kalau begitu, akan kuberitahu apa yang kuketahui. Kedalaman Titus Forest seperti panci besi yang akan mendidih sekarang. Dan dengan kecepatan seperti ini, hanya masalah waktu sebelum monster-monster di kedalaman mencapai pinggiran hutan."

Itu berarti monster-monster yang sudah berada di pinggiran akan terdorong keluar dari hutan.

 

Elgart mengangguk, seolah-olah dia sudah menduganya.

"Dengan kata lain, tidak akan lama lagi monster-monster itu akan menuju Ishka. Benar?"

 

"Ya. Dan kurasa monster-monster di kedalaman tidak akan jauh di belakang."

Itu berarti Ishka akan mengalami invasi monster yang lebih berbahaya daripada serangan sebelumnya. Dan dari apa yang kusaksikan di kedalaman, hanya masalah waktu sebelum itu terjadi.

 

Elgart menatap langit-langit dalam diam, lalu berkata,

"Jadi ini mimpi buruk dua puluh tahun yang lalu yang terulang."

 

"Apa yang terjadi dua puluh tahun yang lalu?"

Tanyaku.

 

Guildmaster itu menghela napas berat.

"Sebenarnya, kerajaan ini pernah mengalami penyerbuan monster seperti ini sebelumnya—dua puluh tahun yang lalu, ketika aku bahkan lebih muda darimu. Tapi saat itu, keanehan itu bukan berasal dari Titus. Melainkan dari Skim Mountains."

 

Elgart melanjutkan dengan mengatakan bahwa penyerbuan besar-besaran itu telah menghancurkan banyak kota dan desa. Saat itu, dia dan party petualangnya telah melawan gerombolan itu, dan dia kehilangan dua rekannya dalam prosesnya. Ishka juga tidak selamat tanpa cedera. Bahkan, tembok benteng telah didirikan setelah kejadian itu untuk memastikan hal seperti itu tidak terjadi lagi.

 

Aku mengerutkan keningku dengan bingung.

"Dan apa kau sudah tahu penyebab penyerbuan itu?"

 

"Ya. Kemungkinan besar, aktivitas vulkanik di pegunungan menyebabkan gangguan mendadak pada ekosistem monster."

 

Dengan kata lain, itu hanya karena kehendak alam. Itu berita yang lebih baik daripada disebabkan oleh niat jahat, tapi tetap saja mengkhawatirkan. Namun, insiden ini menjadi perhatian utama kami saat ini. Dan berdasarkan kesimpulan Elgart, penyebabnya mungkin sesuatu yang sama seriusnya dengan letusan gunung berapi, bahkan mungkin lebih serius. Pertanyaannya, apa itu?

 

Itulah alasanku menerima undangan guild hari ini—untuk mencari tahu jawabannya. Guild memiliki jauh lebih banyak informasi dan koneksi daripada Bloodstained Blades saat ini, jadi aku membutuhkan bantuan mereka. Aku tidak punya pilihan selain mengakuinya. Namun, jika mereka sudah sampai ke akar-akarnya, mereka tidak perlu berbagi informasi denganku sejak awal, jadi kemungkinan besar mereka juga tidak tahu jawabannya. Tapi kupikir dengan menerima dan mempelajari apa yang mereka ketahui, setidaknya aku bisa mendapatkan semacam petunjuk.

 

Dan kata-kata Elgart selanjutnya membuktikan tebakanku itu benar.


3

"Lagipula, aku tidak yakin apa ini terkait dengan insiden ini atau tidak, tapi ada satu lagi yang mengkhawatirkan perkembangan. Desa-desa di hulu Kale River sepertinya kembali jatuh sakit."

 

"Guildmaster?! Informasi itu belum dikonfirmasi!"

Seru Ridelle dengan nada terkejut dan panik.

 

"Tidak apa-apa, Ridelle-san."

Kata Elgart dengan tenang.

 

"Aku memanggil Sora ke sini agar kita bisa bertukar informasi."

 

"B-Baik, guildmaster. Maafkan aku karena bicara di luar batas."

Ridelle jelas tidak setuju dengan keputusan guildmaster-nya, tapi dia menundukkan kepala dan terdiam. Aku satu-satunya yang tidak tahu apa-apa di sini, tapi setidaknya aku bisa menebak apa maksud berita ini.

 

Seperti yang sudah kujelaskan sebelumnya, Titus Forest adalah sumber Kale River, dan desa-desa serta kota-kota di hulu adalah yang lebih dekat ke hutan daripada Ishka. Menurut Elgart, epidemi yang disebabkan oleh Sea of Rot yang mencemari sungai telah muncul kembali. Penawar racun yang dibuat dari buah Jirai Ao Ochs seharusnya menyembuhkan semua area yang terdampak, tapi sekarang penyakitnya kembali. Artinya...

 

"Penawar racunnya berhenti bekerja, benar?"

 

"Sepertinya begitu. Entah racunnya cukup kuat untuk membuat obatnya tidak efektif, atau potensi obatnya memang berkurang. Sejujurnya, kami baru mengetahuinya pagi ini, jadi beberapa staf guild pergi ke kota dan desa yang terdampak untuk menyelidiki. Kami belum mendapat kabar."

 

"Begitu ya."

 

"Tentu saja, tapi informasi itu harus tetap dirahasiakan. Saat ini, kami tidak ingin membuat penduduk kota yang yakin dengan kemampuan obat itu untuk melindungi mereka khawatir."

 

Aku mengangguk. Tentunya, aku juga tidak ingin membuat panik penduduk. Itu bukan cara yang kuinginkan untuk membalas dendam pada guild. Tetap saja, aku harus mempertimbangkan betapa seriusnya apa yang baru saja kuketahui. Saat berada di hutan bersama Suzume, aku tidak merasakan jejak Sea of Rot. Namun, penyakit itu kembali, begitu kuatnya sehingga Jirai Ao Ochs tidak lagi berefek? Terlebih lagi, air sungai pasti telah mengencerkan racunnya. Dengan kata lain, racun itu awalnya bahkan lebih beracun. Jika itulah penyebab penyerbuan monster dan ancaman yang akan segera terjadi pada Ishka, maka...

 

Namun, tepat saat aku berpikir sejauh itu, terdengar ketukan keras di pintu.

 

"Maaf mengganggu, Guildmaster, tapi kita sedang ada keadaan darurat!"

Terdengar suara seorang gadis panik.

 

"Masuklah."

Kata Elgart.

 

Namun sebelum sempat berbicara lebih lanjut, Parfait membuka pintu dan berlari ke dalam ruangan. Ekspresinya sangat bertolak belakang dengan ekspresinya di kamar tamu—sangat serius.

 

"Sinyal asap telah terlihat datang dari Titus Forest! Asap putih, hitam, dan merah!"

 

Mendengar itu, mata Elgart berkilat setajam pisau. Wajah Ridelle juga menegang. Kemungkinan besar Elgart telah mengirim beberapa stafnya untuk memantau situasi di hutan, dan mereka telah memutuskan sebelumnya untuk menggunakan sinyal asap berkode warna sebagai alat komunikasi. Berdasarkan ekspresi Elgart dan para resepsionisnya, asap itu pasti menandakan sesuatu yang serius.

 

Hari itu, kantor pemerintahan Ishka, bekerja sama dengan guild, mengeluarkan deklarasi darurat kepada seluruh penduduk kota. Pengumumannya : Segerombolan monster dari Titus Forest menyerbu menuju Ishka. Kota itu dikunci darurat, dan pusat petualang yang ramai menjadi sunyi.

 

Namun, mungkin hanya sebagian kecil dari penduduk itu yang merasa benar-benar dalam bahaya. Salah satunya, para petualang yang tinggal di Ishka terbiasa dengan serangan monster. Jika monster muncul, mereka akan menghabisinya—masalah terpecahkan. Hal itu sering terjadi, dan pengumuman darurat seperti ini pun tidak jarang dikeluarkan sesekali.

 

Namun, tidak satu pun dari monster itu pernah menerobos atau melewati tembok benteng untuk menyerang kota. Insiden Skim Mountains dua puluh tahun yang lalu terjadi sebelum tembok itu dibangun. Sejak selesai dibangun, kota itu tidak pernah diserbu. Jadi, penduduk Ishka tidak tahu seperti apa bahaya yang sebenarnya. Mereka optimistis secara naif, yakin bahwa monster tidak akan pernah datang ke kota, dan kalaupun datang, itu hanya dalam skala kecil. Lagipula, dengan semua petarung dan petualang di Ishka, mereka pasti akan dengan mudah menghabisi penyusup mana pun.

 

Setelah meninggalkan guild dan kembali ke rumahku, aku memikirkan kembali pola pikir kota saat ini sambil meringis. Aku tidak ingin mengkritik optimisme mereka; lagipula, jika penduduk tidak yakin dengan keselamatan mereka, Ishka tidak akan bisa berjalan sebaik saat darurat seperti ini. Karena mereka terbiasa dengan serangan monster dan percaya pada para petarung dan petualang yang menjaga kota, penduduk kota dapat tetap tenang, dan bisnis berjalan seperti biasa. Faktanya, itulah salah satu keunggulan Ishka sebagai sebuah kota... itulah mengapa aku merasa ini sangat ironis.

 

Lagipula, Elgart telah membuangku demi melindungi kota. Jika dia benar-benar membiarkan kesalahan Falcon Blades terungkap dan mengungkap kebenaran bahwa mereka telah menggunakanku, seorang warga biasa, sebagai umpan dan meninggalkanku dalam keadaan sekarat, mungkin beberapa penduduk akan lebih khawatir sekarang. Mereka mungkin khawatir para petualang yang seharusnya melindungi mereka akan menggunakan mereka sebagai umpan untuk melarikan diri dari Ishka dan menyelamatkan diri. Tidak dapat disangkal, itu akan memperburuk keadaan. Dalam hal itu, meskipun aku enggan mengakuinya, penilaian Elgart saat itu memang benar. Atau, tidak, aku tidak sanggup mengatakannya, tapi setidaknya, itu tidak salah.

 

"Meski menyebalkan, aku harus mengakuinya sebanyak itu."

Kataku begitu sampai di kamarku.

 

Yah, terserahlah. Hanya karena dia telah membuat keputusan yang tepat sebagai guildmaster tidak mengubah fakta bahwa dia telah membuangku, jadi aku juga tidak punya alasan untuk tidak menyimpan dendam padanya. Setelah aku mengusir monster-monster ini kembali ke Titus Forest, tempat mereka seharusnya berada, Tahap Tiga rencanaku untuk memulai pertarungan damai dengan guild akan berjalan sesuai rencana.

 

Bahkan, mungkin aku bisa mengoordinasikan rencana itu dengan membangun hubungan baik dengan Sergei untuk mengeluarkan Ridelle dari guild selanjutnya. Ridelle mungkin tidak akan setuju melalui negosiasi normal, tapi jika aku mengatakan kepadanya bahwa keluar akan melindungi Elgart pada akhirnya, itu mungkin cukup untuk menggerakkan situasi.

 

Saat ini, kewaspadaan dan permusuhan Ridelle terhadapku hampir setara dengan Miroslav sebelum aku menculiknya. Dengan kata lain, aku bisa dengan aman menganggapnya sebagai musuh sejati. Aku terus merenungkan hal ini sambil bersiap untuk berangkat sekali lagi.

 

Kali ini aku tidak menuju Titus Forest, tapi ke desa-desa dan kota-kota yang terdampak di hulu Ishka. Tidak semua monster akan langsung menuju kota benteng; beberapa pasti akan menyerang desa-desa di sepanjang jalan. Elgart berencana mengirim para petualang dan prajurit kota untuk membantu, tapi tidak satu pun dari mereka bisa bergerak secepat aku dengan wyvern-ku. Aku langsung setuju untuk membantu—bukan hanya kesempatan emas untuk meningkatkan reputasi klanku, tapi juga kesempatan untuk mengetahui mengapa Jirai Ao Ochs tidak lagi efektif.

 

Penawar yang didistribusikan ke kota-kota dan desa-desa itu diproduksi oleh asosiasi pedagang budak menggunakan Jirai Ao Ochs. Lebih tepatnya, penawar itu diproduksi massal dengan mengencerkan buah dari pohonnya. Sekarang, apa penawarnya yang tidak efektif atau buahnya sendiri? Aku ingin mencari tahu secepat mungkin. Jika yang pertama, maka kami hanya perlu menyesuaikan potensi penawarnya untuk memperbaikinya. Tapi jika yang kedua, kami harus mengambil tindakan yang lebih drastis.

 

Aku sudah memikirkan satu kemungkinan metode : sifat naga di dalam diriku yang disebutkan Lunamaria. Jika cairan di tubuhku seperti naga, aku mungkin bisa menggunakannya untuk membuat penawar yang sangat efektif.

 

"Miroslav, kamu kerjakan penawar itu."

 

Aku memilih Miroslav untuk pekerjaan itu, bukan Lunamaria, karena kupikir penyihir akan lebih cocok untuk eksperimen semacam itu. Aku sudah menghabiskan beberapa malam bersamanya saat itu, jadi dia juga mengalami peningkatan kemampuan. Karena itu, dia sama sekali tidak terkejut mendengar tentang sifat naga.

 

"Segera."

Kata Miroslav sambil mengangguk.

 

"Aku pasti akan memenuhi harapanmu."

 

"Senang mendengarnya. Lunamaria, Seele, Suzume, kalian bertiga pergi ambil persediaan makanan Claimh Soras dari kandang dan bawa ke sini."

 

Jika monster-monster itu menuju kota, aku tidak bisa lagi menggunakan kandang di luar. Untungnya, Elgart telah memberiku izin khusus dari pemerintah untuk membawa wyvern-ku ke dalam tembok. Dan untungnya, rumahku saat ini memiliki lebih dari cukup ruang untuk menampung satu atau dua wyvern. Claimh Soras mungkin akan cemberut karena ditinggalkan di taman terbuka, jadi aku mungkin perlu membangun kandang kuda beratap. Aku memutuskan untuk menugaskan Lunamaria untuk proyek itu.

 

"Silakan pekerjakan siapapun yang kamu butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Jangan khawatirkan biayanya."

Kataku pada Lunamaria.

 

"Baik, master. Serahkan saja padaku."

 

"Er... kamu tahu aku bukan mastermu lagi, kan?"

 

"Kalau begitu serahkan saja padaku, sayang."

 

"S-Setelah dipikir-pikir lagi, sebutan 'master' tidak masalah."

 

Lunamaria mengatakan itu dengan ekspresi yang begitu serius sehingga aku secara refleks menarik kembali komentarku. Maksudku, aku yakin dia pasti bercanda, tapi ada sesuatu dalam senyumnya yang membuatku gelisah. Mungkinkah penambahan Miroslav membuat Lunamaria khawatir tentang statusnya sendiri di dalam klanku?

 

Memang, sejak Miroslav mulai tinggal bersama kami, aku hanya menghabiskan malam bersama Lunamaria setengah dari biasanya. Tidak, bukan begitu—Lunamaria bukan tipe gadis seperti itu. Namun, jika seseorang bertanya tipe gadis seperti apa dia sebenarnya, aku tidak yakin bisa menjawabnya.

 

Seele juga selalu melemparkan tatapan penuh harap ke arahku setiap malam. Sungguh situasi yang aneh. Kini aku punya lebih banyak orang untuk dimakan jiwanya, seperti yang kuinginkan, tapi semuanya berjalan terlalu baik, dan itu sedikit menegangkan. Kalau terus begini, aku merasa tindakanku akan menjadi bumerang di suatu titik.

 

"Yah, apapun yang terjadi, aku tidak menyalahkan siapapun selain diriku sendiri."

Kataku dengan pelan agar tak ada yang mendengar. Setiap kali kemalangan datang, selalu lebih mudah untuk menerima bahwa itu adalah kesalahan sendiri daripada kebetulan yang tidak terkendali. Jadi aku mengangguk pada diri sendiri, memendam kecemasanku untuk sementara waktu.


4

Saat menaiki Claimh Soras dan terbang ke utara, aku pertama kali menyadari bahwa para prajurit Kanaria telah membentuk penghalang tiga lapis berupa parit dan pagar untuk memblokir jalan utama dan membangun menara pengawas sederhana. Mereka tidak mungkin menyelesaikan sebanyak itu dalam waktu sesingkat itu hanya dengan tenaga manusia, jadi mereka mungkin menggunakan sihir untuk mempercepat prosesnya.

 

Saat Claimh Soras terbang tinggi di atas kepala mereka, aku melihat para prajurit di darat menatap langit dengan terkejut, dan beberapa detik kemudian, mereka bersorak kegirangan. Tentunya, sorak-sorai itu tidak ditujukan kepadaku, melainkan kepada wyvern-ku, yang telah menjadi sangat populer di kalangan penduduk kota. Meskipun tahu itu, aku tetap merasa bersemangat. Lagipula, aku belum pernah merasakan sorak-sorai seperti ini sejak menjadi seorang petualang. Menikmati sorak-sorai itu, aku terus menuju ke utara hingga melihat kepulan asap mengepul tepat di depan. Sesekali ada kilatan merah di dalam asap, jadi mungkin itu disebabkan oleh ledakan sihir api.

 

Sambil menyipitkan mata, aku bisa melihat beberapa sosok manusia mengayunkan pedang dan tombak di bawah asap. Karena perlengkapan mereka tidak seragam, sekilas terlihat jelas bahwa mereka bukanlah prajurit resmi. Kemungkinan besar, mereka adalah para petualang yang dikirim Elgart ke hutan. Dan dilihat dari jumlah mereka, guildmaster itu pasti sudah memperkirakan akan ada pertempuran besar.

 

Saat aku menyaksikan mereka bertarung, sudut mulutku menyeringai.

 

"Baiklah, Claimh Soras, ayo kita jalan memutar sedikit!"

Teriakku, cukup keras untuk terdengar di tengah hiruk pikuk di bawah. Tunggangan andalanku merespons dengan kicauan penuh semangat. Rupanya teriakan pujian dan kekaguman itu juga telah menyegarkan makhluk itu. Kami benar-benar sejiwa.

 

Tanpa basa-basi lagi, kami menyerbu ke dalam keributan seperti embusan angin kencang. Tapi aku tidak menghunus pedangku dan langsung menebas musuh. Salah satunya, selama aku berada di punggung wyvern, katana-ku tidak mencapai musuh. Menurut yang dikatakan Astrid kepadaku di ibukota kerajaan, para ksatria naga Kanaria lebih menyukai tombak panjang dan busur silang justru karena alasan itu.

 

Biasanya aku juga akan mempertimbangkan untuk menggunakan salah satunya, tapi aku bisa menembakkan vigor-ku seperti proyektil, ditambah lagi aku telah mempelajari beberapa mantra api dari Lunamaria dan Miroslav, jadi aku tidak perlu menggunakan senjata yang tidak kukenal. Namun, alasan terbesarnya adalah serangan Claimh Soras begitu kuat sehingga biasanya aku tidak membutuhkan yang lain. Di sini pun, yang perlu kulakukan hanyalah duduk dan membiarkan wyvern-ku melakukan tugasnya.

 

"GROOOAAARRR!"

Raung Claimh Soras, mendarat di tengah serbuan monster. Atau lebih tepatnya, menabraknya.

 

Aku pernah menyebutkannya sebelumnya, tapi wyvern tidak hanya terbang dengan kekuatan sayap mereka; mereka juga menggunakan mana di dalam tubuh mereka. Dan setiap kali mereka melayang, terbang tinggi ke udara, atau mendarat lurus ke bawah, mereka tidak menggunakan sayap sama sekali, hanya mana. Sebelum jatuh ke tanah, Claimh Soras telah meningkatkan keluaran mana-nya sendiri dan menghantam tanah dengan kecepatan hampir maksimum.

 

Dampaknya mirip dengan batu besar yang jatuh ke tanah setelah diluncurkan dari ketapel. Dengan suara gemuruh, monster-monster di bawahnya musnah tanpa jejak, dan monster-monster di area tersebut, bersama dengan gumpalan tanah yang berserakan, terhempas ke langit. Darah dan isi perut bercampur dengan hujan sedimen, menodai tanah menjadi merah tua.

 

Monster-monster lain yang telah menyerang para petualang dengan panik tiba-tiba membeku, seolah tercengang. Para petualang juga tampak takjub. Keheningan memenuhi medan pertempuran. Aku tidak melewatkan kesempatan untuk berteriak kepada mereka.

 

"Para petualang, aku datang membawa pesan! Bloodstained Blades akan menangani insiden ini mulai sekarang! Mundur segera!"

Meskipun suaraku terdengar tegas dan percaya diri, dalam hati, aku merasa sangat gembira.

 

Aku akan menahan mereka di sini, jadi kalian mundurlah—meskipun aku mengatakannya dengan cara yang berbeda, aku selalu ingin mengucapkan kalimat keren seperti itu setidaknya sekali! Meskipun aku tahu sekarang bukan waktu yang tepat untuk itu, aku tetap merasa gembira.

 

Namun, aku tidak punya banyak waktu untuk menikmatinya. Gerombolan monster itu tidak berhenti. Meskipun kemunculan Claimh Soras yang tiba-tiba telah mengejutkan dan mengintimidasi banyak monster hingga berhenti, beberapa di belakang terus maju, mendorong dan menginjak-injak monster yang membeku di depan dalam perjalanan mereka ke arahku dan wyvern itu. Bahkan, beberapa dari monster itu akhirnya tergencet dan dibunuh oleh sekutu mereka.

 

Aku mendesak Claimh Soras untuk terbang ke atas. Jika kami tetap di tanah, monster-monster itu akan mengepung kami dan kami tidak akan bisa bergerak.

 

"Waktunya untuk serangan berikutnya." Kataku.

 

"Kali ini, daripada mendarat di tanah, menukiklah ke permukaan tanah dan sapulah gerombolan itu."

 

Wyvern itu berkicau setuju dan melebarkan sayapnya lebar-lebar. Namun, karena kami kehilangan momentum dari serangan pertama, pertama-tama kami perlu berputar mengelilingi gerombolan itu dengan putaran lebar untuk mendapatkan kembali kecepatan yang dibutuhkan untuk serangan kedua. Dan monster-monster yang baru datang dari belakang bergerak begitu cepat sehingga dengan kecepatan ini, mereka akan dengan mudah mencapai para petualang bahkan sebelum kami sempat berputar.

 

Aku mendecakkan lidahku dengan frustrasi. Menghadapi sekelompok monster sebesar itu, mengorbankan momentum wyvern-ku adalah sebuah kesalahan. Aku tidak punya pilihan selain mengakui ketidakpengalamanku dalam pertempuran sebagai seorang ksatria naga. Pascal atau Astrid Dragonaut pasti akan bertarung dalam pertempuran ini dengan jauh lebih lihai.

 

"Yah, tidak ada gunanya menangisi susu yang tumpah. Saat ini aku hanya perlu fokus mencegah mereka maju. Wahai tanaman yang menyemburkan api! Tumbuh, matang, dan hasilkan buah yang begitu besar hingga jatuh dari pohonnya!"

Itu adalah mantra api Kategori 2 yang baru saja diajarkan Miroslav kepadaku. Sederhananya, itu adalah mantra yang dimaksudkan untuk menghentikan musuh di jalur mereka.

 

"Biarkan ledakanmu bergema terus menerus—Phoenix Fruit of Flame!"

 

Bola-bola merah yang menyerupai buah bulat muncul di udara, masing-masing sebesar kepalaku. Totalnya ada tiga puluh buah. Kemudian, seolah tidak mampu menopang beratnya sendiri, mereka jatuh ke tanah secara berurutan. Begitu mendarat, mereka meledak menjadi kolom api yang berkobar, menyemburkan bara api dan menyebarkannya ke mana-mana. Panas yang cukup kuat untuk membakar daging manusia dengan cepat menelan area tersebut.

 

Mantra itu lebih berguna dari yang kuduga. Meskipun tidak cukup kuat untuk membakar monster atau semacamnya, mantra itu sempurna untuk menjauhkan mereka. Dan mantranya juga singkat, jadi aku tidak perlu khawatir terganggu saat merapalkan mantra dan tanpa sengaja merapal mantra versi yang kurang efektif. Aku juga bisa meningkatkan kekuatannya dengan menambahkan vigor-ku sendiri, dan jika aku menggunakannya saat berada di wyvern-ku, tidak ada musuh yang akan mampu menahannya. Aku harus mengapresiasi Miroslav karena telah menemukan mantra yang tepat untuk seorang ksatria naga dan mengajarkannya kepadaku.

 

"Sebenarnya, seharusnya aku menggunakan mantra itu sebagai serangan pertamaku sejak awal." Kataku.

 

Wyvern-ku merengek menanggapi.

 

"Tidak, jangan salah paham, aku tidak mengkritikmu! Ground slam-mu tadi benar-benar hebat! Kau hebat!"

 

Wyvern itu berkicau seolah berkata,

"Sungguh?"

 

"Ya, sungguh, aku sungguh serius! Jadi, semangatlah!"

 

Saat aku berhasil menyemangati Claimh Soras, kami hampir selesai mengitari musuh. Melihat ke bawah, aku bisa melihat sebagian besar petualang sudah mundur. Berbeda dengan prajurit sungguhan yang harus menunggu perintah atasan untuk bertindak, para petualang bertindak berdasarkan penilaian mereka sendiri. Dan, entah baik atau buruk, ketika mereka menyadari bahwa mereka dalam bahaya, mereka bisa langsung menghilang.

 

Setelah hampir semua petualang itu pergi dengan selamat, aku bisa menghabisi dua atau tiga monster lagi, lalu menganggap tugasku selesai. Aku khawatir bagaimana desa-desa yang terpuruk ini bisa bertahan, jadi aku ingin menyelesaikan ini secepat mungkin. Dengan pikiran itu, aku bersiap di atas pelana, bersiap untuk menukik ke arah gerombolan monster itu sekali lagi.

 

Setelah memastikan semua petualang telah melarikan diri dengan selamat, aku menuju desa-desa di hulu Kale River sesuai rencana. Saat aku terbang, aku melihat ada lebih dari dua kali lipat jumlah kapal laut di permukaan sungai, kemungkinan besar membawa para pengungsi yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka karena desak-desakan. Mengingat para monster menyerbu di sepanjang jalan utama, masuk akal mereka menggunakan jalur laut untuk melarikan diri.

 

Ketika para penumpang kapal melihat wyvern-ku di langit, mereka awalnya mengira itu monster dan berteriak ketakutan, tapi ketika mereka melihatku di atas, melambai ke arah mereka, teriakan ketakutan mereka berubah menjadi sorak-sorai dan teriakan kegembiraan. Mereka mungkin mengira seorang ksatria naga dari ibukota kerajaan telah datang untuk menyelamatkan mereka. Mereka salah paham, pastinya, tapi aku juga tidak ingin mengoreksi mereka.

 

Bagaimanapun, aku tiba di desa pertama yang dimaksud, dan seperti yang kuduga, ada tanda-tanda bahwa monster juga telah menyerang di sini. Namun, serangan itu begitu kecil sehingga para penjaga dan penduduk desa telah menangani ancaman itu sendiri. Rupanya, setelah serangan itu, sebagian besar penduduk desa telah menaiki kapal evakuasi yang dikirim oleh pemerintah Ishka dan melarikan diri. Namun, beberapa penduduk desa tetap tinggal—dengan kata lain, mereka yang terlalu sakit untuk bergerak—dan para petugas desa itu bingung bagaimana menangani mereka.

 

Aku memberitahu para petugas desa itu bahwa aku membawa obat yang bahkan lebih mujarab daripada penawar mereka saat ini, tapi ekspresi mereka tetap sama. Mendengar salah satu dari mereka berkata, "Tidak ada obat yang mungkin bisa menyelamatkan kami sekarang", sambil berjalan pergi, aku memasuki gubuk tempat para pasien dikarantina. Begitu aku menginjakkan kaki di dalam, bau busuk yang menyengat menyerbu hidungku. Saking parahnya, aku harus menutup hidung dan mulutku dengan beberapa lapis kain yang diberikan para petugas desa itu.

 

Di dalam gubuk itu gelap dan sunyi senyap. Tidak ada yang berbicara, dan bahkan tidak ada erangan kesakitan. Secara naluriah aku mengerutkan keningku—entah kenapa, kakiku tidak mau bergerak lebih jauh lagi. Rasanya atmosfer di sini menolak kehadiranku sebagai makhluk hidup.

 

Meski begitu, berbalik sekarang bukanlah pilihan. Menguatkan diri, aku memaksakan kakiku maju, mendekati salah satu ranjang pasien di ruangan itu. Aku melirik wajah orang yang sedang tidur di sana... dan aku langsung berharap aku tidak melakukannya.

 

Ada permainan bernama fukuwarai di mana pemain yang ditutup matanya menempatkan potongan-potongan fitur wajah, seperti mata, mulut, dan hidung, pada posisi yang tepat di garis luar wajah. Tentunya, karena para peserta dibutakan, kebanyakan akhirnya menempatkan fitur-fitur itu di tempat yang aneh, membuat semua orang yang hadir tertawa terbahak-bahak. Jika aku harus menggambarkan apa yang kulihat ketika aku melihat ke bawah, rasanya seperti ada iblis yang mencoba memainkan permainan itu dengan menggunakan manusia hidup sebagai garis luarnya.

 

Dengan kata lain, meskipun masih hidup, pasien itu tampak seperti mayat yang membusuk. Pemandangan yang mengerikan—cukup untuk membuatmu berpikir racun pembunuh yang membunuh di tempat akan jauh lebih berbelas kasih. Kini aku tahu apa maksud ucapan spontan petugas desa itu saat aku berbalik. Dia benar sekali.

 

Kemungkinan besar, alasan aku tidak mendengar erangan apapun saat memasuki gubuk itu adalah karena tidak satu pun dari mereka yang masih punya kekuatan untuk mengerang. Entah itu, atau racunnya juga telah masuk ke pita suara mereka. Aku mencoba memeras sari buah Jirai Ao Ochs ke dalam mulut salah satu yang sakit, untuk berjaga-jaga, tapi seperti yang sudah kuduga, itu tidak berpengaruh. Butuh keajaiban sekuat Resurrection untuk menyembuhkan orang sesakit ini.

 

Aku meninggalkan gubuk itu dengan tergesa-gesa, lalu terus berjalan hingga keluar dari desa. Aku menaiki wyvern-ku dan terbang kembali ke arah Ishka. Para petugas desa itu mungkin mengira aku lari ketakutan. Dan nyatanya, mereka tidak salah. Setiap kali apa yang kulihat di gubuk itu terputar kembali di benakku, aku merasakan keringat dingin kembali membasahi tubuhku.

 

Bisa basilisk memang dahsyat, tapi tidak seperti yang baru saja kusaksikan. Racun biasa akan perlahan-lahan merusak tubuh, yang akhirnya menyebabkan kematian. Namun, racun ini, lebih terlihat seperti racun ini telah membunuh korbannya terlebih dahulu, lalu mempermainkan mayatnya dengan menggerogoti tubuhnya.

 

Dengan kata lain, tidak ada harapan untuk menyelamatkan mereka. Bahkan metode transfer jiwa yang menyembuhkan Claudia pun tidak akan berhasil. Dan jika racun seperti itu menyebar hingga ke luar desa, akibatnya sudah jelas.

 

"Aku harus melenyapkan sumber racunnya. Kalau tidak, bukan hanya Ishka, tapi seluruh Kanaria bisa hancur."

 

Untungnya, racun itu tampaknya tidak menular, yang merupakan hikmahnya, tapi aku juga tidak bisa memastikannya. Mungkin saja beberapa sudah terinfeksi dan tidak akan jatuh sakit sampai jangka waktu tertentu berlalu. Dalam arti tertentu, racun ini merupakan ancaman yang bahkan lebih besar bagi kerajaan daripada serbuan monster. Dan bahkan mungkin saja asal muasal kedua ancaman itu sama.

 

Sejujurnya, aku ingin segera pergi ke hutan dan memeriksanya, tapi aku tidak bisa meninggalkan Ishka sendirian melawan monster-monster itu sementara aku mencari di hutan berhari-hari tanpa petunjuk yang jelas. Lagipula, jika aku akan mencari, aku ingin Lunamaria dan Miroslav menemaniku. Lunamaria sang sage dan Miroslav sang penyihir mungkin bisa menangkap petunjuk yang tidak bisa kupahami. Jadi, daripada langsung menuju hutan, aku mendesak Claimh Soras untuk terbang lebih cepat dan langsung menuju kota.


5

"Aku belum pernah mendengar gejala seperti itu."

Kata Lunamaria, alisnya berkerut kaget dan bingung ketika aku menceritakan apa yang aku lihat.

 

Sedangkan Miroslav, dia tidur seperti orang mati, jadi aku tidak repot-repot membangunkannya. Menurut Lunamaria, Miroslav terjaga hingga pagi tanpa lelah mengerjakan eksperimen yang aku minta—yaitu, mencampur darahku dengan penawar racun dan menguji efektivitasnya. Kurasa itu tugas yang berat untuknya.

 

Aku menoleh ke Lunamaria dan menjawab,

"Yah, bagian tentang penyakit itu tidak dapat disembuhkan hanyalah spekulasiku. Mungkin ada sesuatu yang bisa kita lakukan, dan aku tidak menyadarinya."

 

"Tidak, master. Pasti ada alasan mengapa kamu merasa penyakit itu tidak dapat disembuhkan. Dengan kata lain, penyakitnya memang seserius itu. Kamu mungkin tidak jauh meleset."

 

Mengenakan jubah sage ungu tua, Lunamaria mengerutkan keningnya sambil berpikir. Rasanya aneh bagi seseorang secerdas dia untuk lebih memercayai intuisiku daripada aku sendiri. Lagipula, dia telah mengenali Anima-ku, Soul Eater, di dalam diriku. Jika dia mengakui intuisiku sebagai intuisi seekor naga, mungkin dia hanya merasa itu layak dipercaya berdasarkan prinsip.

 

Namun, saat aku tenggelam dalam pikiran, wajah Lunamaria terlihat mendung. Ketika aku menatap matanya, bertanya-tanya ada apa, dia mulai merangkai kata-kata dengan ragu.

 

"Master... ingatlah... ini hanya tebakanku... jadi jangan terlalu dipikirkan dulu, tapi...."

 

"Apa itu?"

 

"Sebenarnya, ketika aku mendengar spekulasimu tadi, sebuah bagian dari mitos kuno terlintas di pikiranku."

Kata Lunamaria, sambil menyisir rambut pirangnya dengan jari-jarinya.

 

"Mitos?"

 

"Ya. Mitos khusus ini berbicara tentang racun yang tidak dapat disembuhkan dengan cara apapun—racun yang membunuh dewa." Kata Lunamaria.

 

Dewa seharusnya abadi. Biasanya mereka tidak bisa dibunuh oleh sesuatu seperti racun. Namun Lunamaria melanjutkan dengan mengatakan bahwa satu racun telah membuat seorang dewa menderita begitu parah sehingga dewa itu membuang keabadiannya, menganggap kematian lebih baik daripada penderitaan abadi. Pahlawan abadi lainnya, yang terkenal dengan Twelve Penances, telah diracuni oleh racun ini, tidak mampu menahan penderitaan, dan terbakar hingga mati dengan cara membakar dirinya sendiri. Dan asal mula racun mengerikan ini adalah...

 

"Hydra beracun berkepala banyak."

Kata Lunamaria, pada akhirnya.

 

"Dengan kata lain, seekor naga. Binatang ilusi."

 

Aku sudah mendengar tentang hydra belum lama ini, bahkan, ketika basilisk muncul dan mengubah sebagian Titus Forest menjadi Sea of Rot, Lunamaria sendiri yang menyebutkan nama itu. Negara di selatan Kanaria dikenal sebagai Holy Monarchy saat ini, tapi lebih jauh ke selatan terbentang Sea of Rot yang luas, dan pembusukan itu berasal dari mayat hydra setelah kematiannya. Oleh karena itu, sepertinya Lunamaria khawatir hydra telah muncul di Titus Forest.

 

Namun dia belum selesai dengan itu.

"Namun, jika seekor hydra benar-benar muncul di hutan, seluruh hutan pasti sudah membusuk sekarang. Jadi, daripada hydra itu berada di hutan, mungkin kondisi di sana lebih tepat untuk kemunculannya."

 

Tidak seperti naga kelas bawah seperti wyvern, naga sejati tidak lahir. Mereka datang ke dunia seperti kilat, topan, atau gempa bumi. Atau mungkin lebih tepatnya, letusan gunung berapi. Dengan kata lain, mereka adalah fenomena alam yang muncul ketika kondisi dunia tepat untuk kemunculan mereka. Bencana fantastis dari daging dan darah—singkatnya, itulah naga. Sebaliknya, jika bahkan satu pun kondisi yang tepat tidak terpenuhi, mereka tidak akan muncul. Ketidakstabilan itu juga merupakan karakteristik naga.

 

Jika kondisinya sekarang tepat untuk kemunculan hydra, itu berarti kondisi apapun yang menghalangi makhluk itu untuk bermanifestasi di dunia selama ini telah disingkirkan. Entah itu, atau kondisi itu telah disingkirkan sejak lama dan hydra telah bermanifestasi secara bertahap selama ini, sedikit demi sedikit. Jika alasan penyerbuan dan racun yang tidak tersembuhkan itu adalah karena seekor hydra telah muncul cukup jelas sehingga penghuni dunia ini menyadarinya, maka...

 

"Kita dalam masalah besar."

 

"Ya. Tapi itu hanya jika tebakanku benar."

 

"Maksudku, dalam kasus ini, aku akan senang sekali mengetahui kamu salah besar. Tapi untuk saat ini, demi berjaga-jaga, kita harus bertindak berdasarkan premis bahwa kamu benar."

 

Pertama-tama, kami perlu memberitahu pemerintah Ishka, guild, dan asosiasi pedagang budak tentang kemungkinan ini. Tentunya, kemungkinan besar mereka tidak akan mempercayai kami pada awalnya. Mereka bahkan mungkin akan menertawakan kami, tapi aku tidak ingin mereka kembali lagi nanti dan mengeluh bahwa aku tidak memperingatkan mereka.

 

Selanjutnya, aku perlu membawa Seele dan Suzume keluar dari sana. Mungkin aku bisa mengirim mereka kembali ke ibukota kerajaan untuk sementara waktu, di tempat yang aman. Aku perlu memberitahu Duke Dragonaut tentang situasinya. Setelah itu, tergantung situasinya, aku bisa mengirim mereka keluar dari kerajaan, mungkin ke kekaisaran atau Holy Monarchy.

 

Pada saat itu, desa Merte muncul di benakku. Kalau dipikir-pikir, desa itu juga berada di sekitar Kale River, yang berarti juga dalam bahaya. Bahkan jika ancaman hydra diabaikan, tidak diragukan lagi racun mengerikan itu sedang mengalir ke hilir saat ini juga. Demi Iria, Sela, dan bocah-bocah nakal itu, aku perlu memperingatkan mereka sesegera mungkin. Idealnya, aku ingin mereka mengungsi ke tempat aman bersama Seele dan Suzume.

 

Lagipula, Raz seharusnya sedang menuju ke sana sekarang juga. Banyak yang telah terjadi di antara kami, tentunya, tapi aku tidak ingin dia mati karena racun seperti itu. Lagipula, ada perjanjianku dengan Miroslav yang harus kutepati. Penyerbuan yang sedang berlangsung adalah satu-satunya masalah, tapi aku menyadari kedatangannya dari desa yang sedang sakit yang dijaga garis pertahanan, jadi Ishka mungkin bisa bertahan beberapa hari tanpaku. Tapi penyerbuan itu hanya akan semakin parah seiring berjalannya waktu, jadi jika aku akan pergi ke Merte, sekaranglah satu-satunya pilihanku. Maka, aku bersiap untuk berangkat lagi.

 

"Master!"

 

Saat aku hendak terbang ke Merte, aku mendengar sebuah suara. Berbalik di pelana Claimh Soras, aku melihat Miroslav berlari ke arahku dengan napas terengah-engah. Biasanya dia sangat teliti dalam penampilannya, tapi rambutnya berantakan, pakaiannya acak-acakan. Sepertinya dia baru saja bangun dari tempat tidur. Ragu dia datang hanya untuk mengucapkan selamat pagi padaku, aku melompat turun dari wyvern-ku, ekspresiku serius.

 

"Maafkan... aku. Aku tidak bermaksud... menahanmu..."

Katanya, bahunya terangkat setiap kali dia bernapas. Aku memperhatikan dia membawa tas besar. Apa eksperimennya dengan penawarnya berhasil? Ketika aku bertanya, dia mengangguk tegas.

 

"Aku sudah memastikan bahwa penawarnya sekarang jauh lebih efektif dan aman untuk dikonsumsi manusia. Tidak ada efek samping berbahaya yang ditemukan. Tentunya ini masih jauh dari sempurna, tapi seharusnya jauh lebih baik daripada yang dibuat asosiasi."

 

"Kamu sudah memastikannya? Benar?"

 

Bahkan belum sehari penuh berlalu sejak aku memberinya tugas itu. Berdasarkan apa yang baru saja dia katakan, dia mungkin hanya melakukan konfirmasi minimum, tapi tetap saja, dia berhasil melakukannya dalam waktu kurang dari sehari? Untuk menguji efektivitas penawar racun itu, dia membutuhkan marmut yang sudah diracuni. Biasanya, tes semacam itu dimulai dengan tikus atau hewan kecil lainnya, lalu secara bertahap meningkat ke manusia, tapi...

 

"Aku sudah menguji penawarnya sendiri, jadi tidak diragukan lagi itu berhasil."

Kata penyihir berambut merah itu dengan tenang. Dengan kata lain, alasan dia tidur seperti orang mati bukanlah karena kelelahan karena begadang semalaman. Melainkan karena dia melakukan eksperimen itu pada dirinya sendiri.

 

Aku tidak bisa menahan diri untuk mengerutkan keningku padanya.

"Tidak ada yang bilang kamu harus bertindak sejauh itu."

 

"Masa-masa sulit memang membutuhkan tindakan yang sulit. Aku tidak punya waktu untuk memulai dengan hewan pengerat dan menyelesaikannya seperti biasa, kan?"

Kata Miroslav dengan sedikit senyum nakal.

 

Aku tidak bisa tidak memperhatikan lingkaran hitam di bawah matanya. Sungguh menyedihkan sampai-sampai aku ingin berpaling. Mungkin menyadari rasa iba dalam tatapanku, Miroslav menggelengkan kepala sambil tersenyum seolah menyuruhku untuk tidak khawatir.

 

"Yang lebih penting, master, aku juga telah memastikan bahwa darahmu memiliki efek yang sangat besar pada tubuh manusia ketika dikonsumsi. Aku yakin darahmu bahkan berpotensi untuk menaklukkan racun mematikan yang Luna ceritakan kepadaku. Tapi, kamu harus berhati-hati dalam memberikannya. Darahmu terlalu kuat untuk diberikan kepada sembarang orang."

 

"Terlalu kuat? Apa maksudmu?"

 

"Anggap saja seperti obat yang begitu kuat sehingga bisa menjadi racun jika kamu tidak berhati-hati. Misalnya, jika kamu memberikannya kepada pasien yang tubuhnya lemah, itu bisa berakibat fatal."

 

"Hm, begitu ya."

 

"Ada kemungkinan juga itu bisa menyegarkan kembali penyakit di dalam tubuh pasien. Darah naga sering dianggap sebagai obat mujarab, tapi bukan berarti itu obat mujarab tanpa syarat. Selalu ada kemungkinan itu akan lebih banyak merugikan daripada menguntungkan. Jangan lupakan itu."

 

"Oke."

Kataku serius, mengangguk menanggapi peringatan Miroslav itu.

 

Menurut Miroslav, dia bisa membuat beberapa obat mujarab yang benar-benar ampuh dan tidak berbahaya dengan mencampurkan darahku dengan cara yang tepat, tapi itu membutuhkan waktu dan usaha. Kemungkinan besar, kami tidak akan tiba tepat waktu untuk menyelamatkan semua orang. Jadi Miroslav bereksperimen pada dirinya sendiri untuk menguji efektivitas obat tersebut. Tas yang disodorkannya kepadaku adalah hasil dari usahanya yang penuh risiko. Aku menerimanya dengan rasa terima kasih, lalu menaiki wyvern-ku sekali lagi.

 

"Jaga dirimu baik-baik, master. Aku akan menunggu kepulanganmu dengan selamat."

Kata Miroslav sambil membungkuk dalam-dalam.

 

Sebagai tanggapan, aku memberinya perintah tambahan.

"Jaga dirimu juga. Jangan bereksperimen pada dirimu sendiri seperti itu lagi. Mengerti?"

 

"Y... Ya, aku janji, m-master!"

Seolah memahami perasaanku, dia tersenyum cerah. Dia berbicara begitu tergesa-gesa, bahkan sampai menggigit lidahnya di kata terakhir.

 

Untuk menghindari tatapan Miroslav itu, aku memerintahkan Claimh Soras untuk pergi.

 

Saat itu, dua masalah utama yang ada di pikiranku adalah penyerbuan monster dan racun mematikan. Alasan Onigashima tidak dimasukkan dalam daftar itu adalah karena aku berasumsi butuh setidaknya dua bulan bagi mereka yang berada di pulau itu untuk mengetahui kematian Jijinbou dan bagi Keluarga Mitsurugi untuk menyelidiki dan mengirim penggantinya. Mengetahui kepribadian kepala Keluarga Mitsurugi saat ini, aku tidak berpikir dia akan terlibat serius dalam masalah yang tidak berkaitan dengan pertahanan pulau, meskipun itu atas permintaan kekaisaran.

 

Karena alasan itu, tidak pernah terlintas dalam pikiranku bahwa dia akan mengirim personel baru tepat di hari kematian Jijinbou. Dan aku tentu tidak mengira orang-orang yang berjiwa kesatria itu akan langsung berlari ke arah gerombolan monster itu untuk menyelamatkan penduduk segera setelah tiba di ibukota kerajaan.