Chapter One : Level 8 Lessons in Leadership

 

Tetesan keringat jatuh di antara banyaknya duri. Jari-jarinya gemetar saat mencengkeram salah satu tonjolan itu. Mana material meningkatkan kekuatan orang sesuai keinginan mereka, namun jalan menuju kekuatan masih panjang.

 

Tino Shade memiliki tubuh yang kecil dan lincah, yang merupakan keharusan bagi seorang Thief, namun berdiri terbalik sambil menopang tubuhnya hanya dengan jari telunjuk dan ibu jarinya bukanlah tugas yang mudah. ​​Jika dia goyah bahkan untuk sesaat, dia akan kehilangan keseimbangan dan jatuh ke lantai yang penuh duri. Pikiran untuk menjadi penuh lubang sudah cukup membuat siapapun gugup.

 

Lantai duri adalah alat latihan yang dipikirkan oleh gurunya. Namun meskipun itu adalah ide gurunya, Sitri adalah orang yang mewujudkannya. Duri-duri logam itu telah melukai banyak orang dan berbau darah yang tak bisa dihilangkan. Saat Tino berpindah dari satu duri ke duri lainnya, sambil tetap terbalik, dia mendengar beberapa suara gerutu di dekatnya.

 

"Apa Sitri-chan benar-benar tidak punya petunjuk? Kita kenal beberapa anggota mereka, jadi tidak bisakah kita mulai dari sana saja?"

 

"Fox itu organisasi yang sangat unik. Hingga beberapa tahun lalu, tidak ada yang tahu bahwa itulah nama mereka."

 

Liz duduk dan menggerutu pada dirinya sendiri.

"Bagaimana mungkin kelompok seperti itu bisa menjadi begitu besar? Sialan, ini akan jauh lebih mudah jika Krai-chan tidak menyingkirkan Telm itu!"

 

"Apa yang sudah terjadi maka biarlah terjadi! Jika bukan karena Krai, kita tidak akan pernah tahu bahwa Telm adalah Fox sejak awal."

Tegur Sitri. Namun, Tino masih memperhatikan nada sedih Sitri itu.

 

Mereka berada di tempat latihan suram yang dibangun di bawah tanah di bawah rumah klan. Di tengah lantai ada tabung yang cukup besar untuk memuat seseorang dengan mudah. ​​Bagian atasnya terbuat dari kaca padat yang disegel di bagian atas. Bagian bawahnya adalah semacam mesin dengan bilah berbentuk spiral. Di dekat pangkalnya ada pegangan logam mengilap. Tini tidak tahu untuk apa itu digunakan, namun tampaknya, Ansem telah membawanya kembali dari Night Palace.

 

Grieving Soul akan melakukan apa saja jika itu membuat mereka lebih kuat. Liz, tentu saja, menjalani pelatihan yang ketat, namun anggota lainnya juga telah melakukan hal-hal seperti membuat peralatan khusus mereka sendiri atau menciptakan mantra dari awal. Tino telah melihat banyak hal yang tampaknya akan membuat seseorang menjadi lebih kuat.

 

Dan mungkin demi menghindari metode-metode gila ini, tidak ada orang lain di ruang pelatihan saat itu. Pendekatan yang berbeda berhasil untuk orang yang berbeda, dan siapapun yang memiliki indra terhadap bahaya memiliki keengganan alami terhadap aturan-aturan Grieving Soul.

 

Dan apa gunanya melintasi lantai berduri? Keraguan yang sama pernah terlintas di benak Tino, namun dia dengan cepat menyingkirkan pikiran-pikiran itu dari benaknya. Dia harus melakukannya, atau dia tidak akan dapat berkonsentrasi untuk tidak jatuh ke duri-duri itu.

 

"Mungkin kita harus bertanya pada Krai-chan, hanya untuk memastikan?"

Kata Liz, melanjutkan.

 

"Liz-chan tidak suka mereka menyerang kita dan masih hidup untuk menceritakannya. Kita harus menyerang pusat mereka."

 

"Ingat, Krai tidak peduli dengan hal-hal kecil. Bahkan organisasi rahasia besar pun masih lebih rendah derajatnya dari reruntuhan harta karun yang menjadi rumah bagi para dewa. Meskipun, harus kukatakan, menurutku organisasi itu lebih menarik dari kedua itu."

 

Master Tino dan party-nya telah kembali ke ibukota kekaisaran beberapa hari yang lalu. Tino tidak menjadi bagian dari tugas pengawalan itu, jadi dia tidak tahu persis apa yang terjadi, namun kedengarannya seperti mereka telah melawan orang jahat besar lainnya. Mendengarkan kedua bersaudari itu, Tino telah mendengar tentang kaisar, hal-hal buruk tentang para ksatria yang melindunginya, dan berbagai informasi yang mungkin tidak seharusnya dia ketahui.

 

Satu-satunya misi yang diambil master Tino adalah misi yang tidak akan pernah bisa dicoba oleh seorang Level 4 seperti dirinya. Sejauh yang Tino tahu, misi-misi itu hampir tidak pernah berjalan sesuai rencana, yang menyiratkan bahwa masternya tidak pernah mengambil tugas-tugas sederhana. Pikiran-pikiran seperti ini membuat Tino bertanya-tanya apa hari di mana dirinya bergabung dengan Grieving Soul akan pernah tiba. Dia ingin menghapuskan itu dari pikirannya saat ini dan mendedikasikan dirinya untuk berlatih, namun itu tidak mudah karena seorang Thief seharusnya selalu waspada terhadap lingkungan sekitar.

 

Tidak peduli berapa lama waktu berlalu, Tino tidak pernah terbiasa dengan pelatihan Liz, dan penangguhan hukuman hanya membuatnya semakin sulit untuk kembali.

 

"Mmm, setuju."

Kata Liz, tepat saat Tino bertanya-tanya kapan dia akan diizinkan untuk berhenti.

 

"Kedengarannya Krai-chan mendapatkan misi menyenangkan lainnya. Apa menurut Sitri-chan, Krai-chan akan membiarkan kita menanganinya? T, tangkap."

 

Sebuah kotak harta karun yang dibuat dengan tergesa-gesa datang ke arah Tino. Masih terbalik, Tino mengulurkan tangan dan menangkap benda itu. Gerakan tiba-tiba itu membuatnya goyah, namun dengan menjepitnya dengan jari-jarinya dan menggerakkan kakinya, dia berhasil menjaga keseimbangannya.

 

A-Aku menangkapnya!

Jika tidak, hukuman berat pasti akan menunggunya.

 

"T, buka itu. Saat dalam posisi itu."

Kata Liz, tidak peduli dengan mata berkaca-kaca dan napas berat muridnya itu.

 

"Sekarang setelah T terbiasa dengan lantai berduri itu, kita akan mengakhirinya di sana jika T berhasil."

 

"Saat seperti ini?! Bagaimana caranya?!"

Tino menatap kotak harta karun kecil di tangannya. Kotak itu agak berat dan kemungkinan besar terkunci. Membobol gembok adalah keterampilan yang diperlukan bagi seorang Thief, dan ini biasanya mudah setelah semua yang telah dialami Tino. Namun, apa yang harus dia lakukan dengan kedua tangannya yang sibuk? Dia berusaha keras untuk menemukan sesuatu.

 

"Apa maksud T dengan 'bagaimana caranya' itu?! T punya kaki, bukan? Menurut T untuk apa kaki T ada di sana, hah?"

 

Itu bukan untuk membuka kotak harta karun!

 

Tatapan dingin Liz menghentikan protes yang ingin dilontarkan Tino. Tino menahan tangisnya, mengatur napasnya, dan, sambil memastikan untuk menjaga keseimbangannya, melepaskan sepatu dan stokingnya. Gemboknya berada di pinggangnya, jadi dia tidak dapat meraihnya tanpa menggunakan tangannya. Sebaliknya, dia memutar tubuhnya dan menggunakan jari-jari kakinya untuk mengambil jarum yang dia sembunyikan di rambutnya.

 

Sekarang Tino hanya perlu memasukkan jarum itu ke dalam mulutnya dan memasukkannya ke lubang kunci. Dia berusaha untuk tetap seringan mungkin, namun jari-jarinya mulai terasa sakit. Dia berusaha untuk tetap lentur, namun tubuhnya terasa sakit saat dia mencoba menggesernya. Dia mengabaikan rasa sakit itu dan dengan hati-hati mencoba mengubah pusat gravitasinya.

 

"T itu benar-benar tahan banting ya."

Komentar Sitri.

 

"Memangnya apa yang Sitri-chan harapkan? Krai-chan dan Liz-chan lah yang telah melatihnya. T tidak seperti orang-orang brengsek yang hanya mengandalkan mana material."

 

Tino tidak melihat ada masalah dengan mengandalkan mana material sedikit lebih banyak. Mengembangkan keterampilan itu penting, namun mana material adalah hal terpenting dalam dunia perburuan harta karun. Menyerap mana material secara teratur di dalam reruntuhan harta karun adalah hal yang membuat para pemburu begitu kuat. Hal itu dapat membuat semua perbedaan untuk atribut dasar seseorang. Meskipun, secara teknis, mana material tidak dapat memberi kalian apapun yang tidak dapat kalian peroleh melalui pelatihan yang ketat.

 

"Apa Onee-chan pernah harus membuka kotak harta karun di atas lantai yang berduri?"

 

"Uh, yah, tidak ada salahnya belajar, kan? Lagipula, lantai berduri adalah ide Krai-chan."

 

Master adalah dewa. Master adalah dewa.

Tino berkata pada dirinya sendiri saat dia entah bagaimana berhasil memasukkan jarum dari jari kakinya ke mulutnya. Dia mendengar suara berdenting. Benda kaca aneh itu bergerak, dan Sitri berjongkok di sebelahnya. Sitri berjalan ke arah Tino dan tepat saat Tino hendak memasukkan jarum ke lubang kunci, Sitri mengulurkan botol kecil berisi cairan berwarna cokelat tua.

 

"Ini, T, maukah kamu mencoba ini? Ini ramuan pengalaman eksperimental."

 

"Mmm? Mmmmmmm?"

Tino menjawab, tersentak oleh frasa yang tidak dikenalnya.

 

"T itu bukan subjek uji Sitri-chan, tahu!"

​​Liz membentaknya.

 

"Jika Sitri-chan ingin menguji benda itu, cari saja penjahat atau semacamnya! Bagaimana jika Sitri-chan merusak T, hah?!"

 

"Jangan berkata seperti itu. Seharusnya ini berhasil. Secara teori. Aku yakin. T, sederhananya, ini adalah mana material cair yang diekstraksi dari mayat phantom dari Night Palace. Sebagai uap, kamu kehilangan sejumlah mana material karena penguapan, tapi dengan ini, kamu dapat langsung menyerap konsentrasi tinggi. Efisien, bukan?"

 

Tino merasa ngeri. Sangat mungkin Sitri melakukan eksperimen terkait manipulasi mana material—salah satu dari sepuluh kejahatan berat Zebrudia. Noctus Cochlear, sang sage yang telah melakukan eksperimen di Sarang White Wolf, telah diasingkan karena tesisnya mengenai bidang ini. Jika hanya menulis penelitian bisa membuat kalian diusir, maka membuat mana cair pasti sepadan dengan hukuman mati. Tentu saja, ide Liz selalu melanggar hukum, namun hal ini adalah tingkat yang berbeda.

 

"Jika kamu menyerap lebih banyak mana material, rasa keseimbangan dan ketangkasanmu akan meningkat. Kamu akan dengan mudah mendapatkan kekuatan yang kamu butuhkan." Kata Sitri.

 

"Bagaimana? Meskipun aku sudah memperingatkanmu, konsentrasinya mungkin terlalu tinggi. Itu bisa berakibat fatal."

 

Tino menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia tidak pernah tahu kapan Sitri serius dan kapan Sitri itu bercanda, yang selalu mengganggunya.

 

"Apa itu artinya tidak?"

Sitri menghela napasnya, dengan tatapan putus asa di matanya.

 

"Yah, Krai sangat menyukaimu. Dengan keberuntungan, aku akan dapat menemukan lebih banyak subjek uji di tempat lain."

 

Pintu terbuka. Apa ini waktu yang tepat atau tidak masih bisa diperdebatkan.

 

"Hah? Hanya kalian bertiga? Ark sialan itu. Si brengsek itu tidak pernah ada saat aku sangat membutuhkannya. Tino, apa yang sedang kamu lakukan?"

 

Konsentrasi Tino hancur. Dia dengan cepat menoleh ke arah suara itu, kehilangan pusat gravitasinya. Jarum jatuh dari mulutnya, dia menjatuhkan kotak harta karun dan mencoba menekan tangannya ke lantai—dan teriakannya bergema di seluruh ruangan.

 

***

 

"Bagus! Krai-chan benar-benar membuat T kewalahan!"

 

"T tidak akan pernah tahu apa yang mungkin terjadi dalam pertempuran, jadi kemampuan beradaptasi sangatlah penting!"

 

Saat kedua Smart bersaudari itu tersenyum padaku, Tino berguling kesakitan setelah terjatuh ke lantai berduri. Lukanya langsung sembuh berkat ramuan yang ditaburkan Sitri padanya. Yang bisa kulakukan hanyalah berdiri di sana dan tersenyum.

 

"Uh, ya. Uh-huh."

 

Itu bukan tempatku karena aku tidak memiliki bakat seperti mereka, namun aku mulai merasa latihan Tino agak meragukan. Melihatnya terbalik di atas lantai berduri mungkin akan membuatku terkena serangan jantung jika itu terjadi di malam hari.

 

"Apa gunanya latihan seperti ini?"

Tanyaku.

 

Setelah tertusuk dan sekarang basah kuyup dengan ramuan penyembuh, Tino menatapku dengan penuh kebencian.

 

"Baiklah, apa ada di antara kalian yang tahu di mana Ark?"

Kataku, putus asa untuk mengganti topik pembicaraan.

 

"Aku diminta untuk melatih putri kekaisaran, dan sekali lagi aku tidak dapat menemukan si Ark itu."

 

Ini sama seperti ketika aku diminta untuk mengawal kaisar, dan juga saat penyelidikan ke Sarang White Wolf. Tingkat ketidakhadiran Ark yang tidak diinginkan meroket.

 

"Heeh?! Putri Kekaisaran? Seperti, Zebrudia?"

Kata Liz.

 

"Krai, kamu akan menjadi mentor putri kekaisaran?!"

Kata Sitri.

 

Terlintas dalam pikiranku bahwa meskipun aku telah berbicara dengan Lucia tentang hal itu, ini adalah berita baru bagi ketiganya.

 

"Begitulah akhirnya."

Kataku.

 

"Bukan berarti itu penting. Aku tidak berencana untuk mengajar."

 

Yang menjengkelkan, aku tidak dapat menemukan Ark atau Sven, atau party-party penting lainnya. Aku mungkin dapat menghubungi Starlight, namun mempercayakan putri kekaisaran kepada Noble Spirit itu terlalu berisiko. Belum lagi Zebrudia adalah negara yang lebih menghormati pedang daripada mantra.

 

"Dan aku menerima ini sebagai ucapan terima kasih, jadi aku tidak bisa menolaknya."

 

Aku mengeluarkan tiket itu dan Sitri tampak terkejut.

 

"Itu...."

 

Aku tidak pernah melihat tiket sampai tiket ini ada di tanganku, namun kurasa keadaannya berbeda bagi orang-orang yang tahu.

 

"Apa itu tiket untuk Supreme Warrior Festival?!"

Seru Liz, kegembiraannya memuncak.

 

"Apa Krai-chan menjadi pesertanya? Itu tidak adil! Liz-chan juga ingin berpartisipasi!"

 

"T-Tidak, aku tidak akan berpartisipasi. Aku hanya akan menonton."

 

Sitri menatapku dengan penuh tanya.

"Kamu tidak akan berpartisipasi? Tapi ini tiket partisipasi.”

 

"Apa?"

 

"Oh, aku mengerti! Memang, menonton dari dalam ring akan lebih baik daripada dari penonton!"

 

Tunggu sebentar. Itu alasan yang baru.

Aku melihat tiketku lagi. Platina yang berkilauan itu tidak terukir dengan informasi apapun. Bahkan tidak disebutkan di mana pun bahwa tiket ini untuk Supreme Warrior Festival. Satu-satunya hal yang tampak jelas adalah bahwa tiket ini adalah sesuatu yang istimewa.

 

Aku memejamkan mata dan mengingat kembali percakapanku dengan sang kaisar.

 

"Dan apa yang harus kulakukan sebagai bayaran?"

Kata Kaisar dengan suaranya yang berwibawa.

 

"Kau tidak hanya melatih Murina, tapi menurutku apa yang sudah kau lakukan untuk melindungiku lebih bernilai dari sekadar Carpet. Aku tidak bisa membiarkanmu pergi tanpa membayarmu dengan cukup. Katakan padaku apa yang kauinginkan."

 

"Tidak perlu, Yang Mulia Kaisar."

Kataku, berpura-pura tegar.

 

"Hanya sedikit yang bisa kulakukan untuk melatih putri kekaisaran. Dan kuyakin aku sudah dibayar dengan pantas untuk melindungimu."

 

Dengan bayaran datanglah tanggung jawab. Dibayar lebih baik akan meningkatkan harapan yang diberikan kepadaku. Belum lagi Kris telah melakukan semua pekerjaan berat selama perjalanan ke Toweyezant.

 

"Hmm. Kau rendah hati seperti yang dikatakan Lord Gladis. Tapi aku harus memberimu sesuatu."

 

Kaisar tampak bingung, namun Franz punya ide.

"Aku akan mengesampingkan keraguanku tentang klaimnya bahwa dia tidak bisa berbuat banyak untuk Yang Mulia Putri Murina. Yang Mulia Kaisar, mengapa tidak memberikan salah satu tiket itu kepada orang ini?"

 

"Ah, Supreme Warrior Festival itu? Memang, kita masih punya sedikit, tapi rasanya tidak cukup."

 

"Tapi, tiket itu memberikan kesempatan untuk mendapatkan kehormatan besar. Dan sebagai mentor Yang Mulia Putri Murina, memberikan salah satu tiket itu kepada Thousand Trick juga akan menguntungkann Yang Mulia Putri Murina secara tidak langsung."

 

Franz menatapku dengan penuh arti. Aku hanya tersenyum dan mengangguk tanpa berpikir. Aku tidak tahu persis apa yang dia bicarakan, namun kedengarannya cukup baik. Semua temanku ingin pergi ke Supreme Warrior Festival. Namun yang lebih penting, pembayaran yang lebih ringan memberiku ruang untuk membuat alasan jika terjadi kesalahan.

 

"Itu akan luar biasa."

Kataku, mencoba meyakinkan kaisar.

 

"Aku selalu ingin pergi ke Supreme Warrior Festival. Aku tidak bisa meminta apapun lebih dari ini."

 

"Baiklah."

Kata Kaisar, meskipun dia jelas tidak yakin.

 

"Aku rasa ini tidak cukup, tapi aku akan menghormati keinginanmu. Sekarang setelah kau membuat pilihan, aku berasumsi prestasi keberanian akan ditampilkan?"

 

Hmm. Prestasi keberanian. Prestasi. Keberanian? Jelas tidak lah.

Aku menggelengkan kepalaku. Waktu kami di jalan seharusnya menjelaskan kepada kaisar betapa aku lebih suka menghindari pertempuran. Selain itu, memberi seseorang hak untuk berpartisipasi dalam turnamen pertempuran sengit yang menampilkan petarung kelas dunia adalah cara yang aneh untuk menunjukkan rasa terima kasih. Tentu, aku seharusnya meluangkan waktu untuk memastikan aku tahu persis apa yang akan kuterima, namun kaisar tidak mengatakan apapun tentang—

 

Tunggu. Apa ini yang dimaksud Franz ketika dia menyebutkan ini untuk keuntungan sang putri?

 

"Lebih baik Liz-chan bergegas dan mendapatkan tiket Liz-chan!"

Kata Liz.

 

"Sampai nanti, Krai-chan!"

 

"O-Onee-chan! Dapatkan satu untukku juga!"

Teriak Sitri.

 

"Ahh, dia sudah pergi."

 

Aku berkata pada diriku sendiri untuk tenang, memutuskan untuk berasumsi bahwa ini bukan tiket partisipasi. Bahkan jika aku tidak berpikir jernih, tidak mungkin aku melakukan sesuatu seperti secara tidak sengaja menyarankan diriku sendiri untuk mengambil bagian dalam Supreme Warrior Festival itu. Dan memberikan tiket partisipasi itu kepada seseorang yang menghindari pertarungan bukanlah hadiah—itu jelas pelecehan.

 

"Seingatku, ada tempat duduk untuk teman dan kerabat peserta."

Lanjut Sitri.

 

"Tapi, itu berbeda dari tiket biasa. Supreme Warrior Festival dikenal mengutamakan keinginan para petarungnya."

 

Sayangnya, tidak mungkin Sitri yang maha tahu ini akan salah mengira tiket partisipasi sebagai tiket penonton. Jadi, apa artinya ini? Kami memiliki kekaisaran yang memuji kekuatan, seorang putri kekaisaran yang mengkhawatirkan keberuntungan yang bahkan tidak seburuk itu, dan aku ditugaskan untuk melatihnya. Lalu, kami mendengar perkataan Franz dan kaisar. Tampaknya hanya ada satu kesimpulan yang masuk akal.

 

Jadi, jika aku benar, mereka ingin aku mengajak putri kekaisaran untuk bertarung di turnamen?

 

"Kaisar kita itu punya beberapa ide gila."

Kataku setelah terdiam cukup lama.

 

"Apa maksudmu, Krai?"

Tanya Sitri.

 

Aku tahu kekaisaran adalah tempat yang menghargai hasil di atas segalanya, namun sekarang kaisar memintaku untuk mempersiapkan putrinya untuk Supreme Warrior Festival itu? Dan ini orang yang sama yang tidak terpengaruh setelah diserang oleh sekawanan naga dingin. Tampaknya rumor tentang kekuatan dan keberaniannya itu benar.

 

Banyak bangsawan pada masa itu unggul dalam seni bela diri karena garis keturunan mereka terdiri dari orang-orang dengan bakat alami untuk menyerap mana material. Namun, dalam acara sebesar Supreme Warrior Festival, dibutuhkan lebih dari sekadar bakat mentah untuk menang, jadi sebagian besar bangsawan tidak ikut serta. Namun, masih ada beberapa yang mencobanya.

 

Mungkinkah aku salah? Apa ini akan menjadi masalah yang jauh lebih besar dari yang aku bayangkan?

 

"Kapan turnamen itu?"

Tanyaku.

 

"Umm, sebulan lagi."

Kata Sitri.

 

Setelah pulih, Tino bangkit dan berkata,

"Master? Apa ada yang salah?"

 

Sekarang bukan saatnya untuk khawatir.

 

"Itu mungkin cukup. Nyaris saja."

Gerutuku dalam hati.

 

"Mungkin?! Master?!"

 

Melatih putri kekaisaran akan menjadi hal yang mudah; yang harus aku lakukan hanyalah menyerahkannya kepada seorang pemburu yang dapat aku andalkan. Namun, membawanya ke tingkat di mana dia dapat bersaing di Supreme Warrior Festival akan jauh lebih menantang. Dengan kata lain, aku cukup yakin itu mustahil.

 

Ini adalah turnamen yang menentukan siapa yang terkuat di dunia. Tentunya, sang putri kekaisaran berasal dari garis keturunan panjang petarung, namun dia tetaplah, yah, sang putri kekaisaran. Sementara itu, lawan-lawannya adalah mesin pembunuh yang hidup untuk bertarung karena itulah satu-satunya hal yang mereka temukan maknanya.

 

Beberapa pelatihan mungkin membuatnya lebih siap untuk menghadapi nasib buruknya, namun menghadapi mesin pembunuh adalah hal yang mustahil. Bertarung bukanlah peran sang putri kekaisaran. Itu sekitar lima kali lebih besar dari jenis pelatihan yang awalnya aku bayangkan. Ini tampaknya terlalu berat bahkan untuk Ark. Apa kaisar tidak memiliki apa-apa selain otot di tengkoraknya?

 

Tetap saja, kupikir kaisar tidak berharap putrinya benar-benar memenangkan turnamen. Dia orang yang cerdas. Jika dia ingin Putri Murina berada di posisi pertama, maka menggunakan pengaruhnya untuk memanipulasi turnamen itu adalah metode yang lebih baik daripada mencoba membuatnya menang secara adil.

 

Apapun itu, aku sekarang sedang bertempur melawan waktu. Aku tidak tahu apa aku bisa memenuhi harapan kaisar, namun aku harus melakukan yang terbaik. Sungguh memalukan bahwa Ark tidak dapat ditemukan di mana pun, namun petarung terkuat tidak selalu menjadi pelatih terbaik.

 

"Membimbing putri kekaisaran? Sampai selevel apa?"

Sitri bertanya dengan tenang. Dia sudah terbiasa dengan permintaanku yang tidak masuk akal.

 

"Level yang cukup tinggi sehingga dia bisa memenangkan Supreme Warrior Festival, kurasa." Kataku.

 

"Apa ada batas waktunya?"

 

"Mmm, mungkin sekitar sebulan."

 

"Secepat itu?!"

Kata Tino.

 

"Kedengarannya mustahil bagimu, meski kamu disebut sebagai ahli tipu daya yang luar biasa, Master."

 

Aku setuju dengan Tino. Bahkan jika aku mampu melakukan tipu daya yang luar biasa, hal ini akan menjadi pekerjaan yang sulit.

 

"Bahkan setelah berlatih di bawah Liz Onee-sama selama beberapa tahun, Supreme Warrior Festival itu mungkin, um, terlalu berat bagiku. Meskipun itu bisa berubah jika aku memakai topeng itu."

 

"Itu dia! Kita bisa membuat putri kekaisaran memakai Evolve Greed! Ide yang bagus, Tino!"

 

"Heeeh?! M-Master adalah dewa. Master adalah dewa."

 

Namun ini menimbulkan masalah baru. Topeng itu tidak berpengaruh padaku dan hal yang sama mungkin berlaku untuk putri kekaisaran. Ada juga kemungkinan kecil bahwa putri kekaisaran mungkin mengamuk seperti Éclair.

 

Sitri melirik ramuan di tangannya, lalu ke Tino yang bergumam di lantai, lalu ke arahku.

 

"Baiklah. Bisakah kamu serahkan ini padaku? Aku punya ide."

Kata Sitri.

 

"Kamu yakin itu akan berhasil?"

Tanyaku.

 

"Tidak, tapi ada sesuatu yang ingin kucoba."

Sitri tersenyum seperti biasa dan menepuk tangannya.

 

"Dan aku ingin membantu, karena aku tidak dapat berbuat banyak selama insiden Fox."

 

Ada yang ingin kamu coba? Baiklah, aku tidak tahu pilihan apapun yang kupunya!

 

Aku tidak punya ide cemerlang dan mengandalkan Sitri seratus kali lebih baik daripada sekadar mencari pemburu.

 

"Umm, Master. Mungkin ini bukan tempatku, tapi Sitri Onee-sa—"

 

Sitri menatap Tino dengan dingin.

 

"Eep! B-Bukan apa-apa!"

 

Aku yakin semuanya akan berhasil. Sitri akan memberitahuku jika ada sesuatu yang tidak memungkinkan baginya, dan aku yakin kaisar memahami sifat permintaannya yang tidak masuk akal. Dan karena anggota party-ku adalah alasan aku menjadi Level 8, wajar saja jika aku mengandalkan Grieving Soul. Jika itu memang menyebabkan kerusakan reputasiku, itu hal yang bagus sejauh yang aku ketahui.

 

Pembenaran : terbukti!

Aku, sekali lagi, bersemangat

 

"Kalau begitu, kuserahkan padamu, Sitri. Oh, bukan berarti kamu butuh aku untuk mengingatkanmu ini, tapi pastikan saja dia tidak mati."

 

"Semuanya akan baik-baik saja. Bekerja dengan T telah membuatku menjadi ahli dalam hal itu! Oh, kesempatan untuk mempelajari darah keluarga kekaisaran. Ini luar biasa!"

 

Apa semuanya akan baik-baik saja? Aku percaya padamu, Sitri.

 

"K-Kalau begitu, aku agak sibuk, jadi aku akan pergi."

Kataku.

 

"Mulailah bersiap-siap. Aku akan memanggilmu begitu putri kekaisaran tiba."

 

"Tentu! Serahkan semuanya padaku, Sitri-mu yang tersayang ini! Oh, T, mengapa kamu tidak bergabung dengan kami? Kalian berdua dapat bersaing dan saling menyemangati. Itu akan seperti mendapat dua burung dengan satu batu. Dan saat kita melakukannya, kita dapat membawa Lucia juga."

 

"M-Master?!"

 

Semuanya akan baik-baik saja. Baik-baik saja. Aku percaya pada Sitri, Sang Prodigy.

 

Selagi Sitri berbicara pada dirinya sendiri seolah sedang kesurupan dan Tino menatapku seperti anak anjing yang ditinggalkan di tengah hujan, aku meninggalkan ruang pelatihan.

 

***


Aku sedang berada di kantorku, memoles Relikku, ketika pintu terbuka, dan masuklah si maniak pedang.

 

"Krai, benarkah kau akan ikut Supreme Warrior Festival itu?"

 

"Hah? Dari mana kau mendengar itu?"

 

"Dari Sitri. Dia memintaku membantu latihan atau semacamnya. Tapi bagaimana kau bisa melakukannya?! Kenapa kau tidak memberitahuku?!"

 

Luke menyukai Swordman lebih dari apapun di dunia ini. Dia sangat menyukai hal itu sehingga jika dia melihat seseorang yang tampak kuat, dia akan tiba-tiba mulai mengayunkan pedang ke arah mereka. Namun itu tidak berarti seleranya terbatas pada Swordman saja. Luke Sykol adalah orang yang menghargai siapapun yang bisa bertarung dengan baik. Sebagai seorang Swordman, dia memiliki ketertarikan khusus pada pengguna pedang lainnya, namun dia akan mencoba menebas siapapun yang kuat, entah mereka itu Thief, Magi, atau yang lainnya.

 

Dengan kata lain, Luke itu adalah maniak haus darah. Tentu saja dia tertarik pada Supreme Warrior Festival itu. Kedengarannya seperti Sitri serius tentang melatih putri kekaisaran jika dia meminta bantuan kepada Luke. Luke tidak tampak seperti tipe orang yang menahan diri bahkan untuk putri dari otoritas tertinggi di negeri ini, yang semakin meningkatkan kecemasanku. Dan kupikir aku telah mengatakan bahwa aku tidak akan berpartisipasi, jadi mengapa dia berpikir sebaliknya?

 

"Tidak, aku tidak akan bertarung."

Kataku.

 

"Aku hanya akan menonton. Aku mendapat tiket dari kaisar. Kau ingin melihatnya, bukan? Apa kau senggang?"

 

Aku tidak melihat ada salahnya untuk beristirahat dari pertarungan dan hanya duduk di pinggir lapangan sesekali.

 

Luke mengerutkan wajahnya sambil merenung, sebelum akhirnya mencapai keputusannya.

"Aku menghargai pemikiranmu, Krai. Tapi aku lebih suka berpartisipasi dalam pertarungan daripada menontonnya!"

 

"K-Kau mau berpartisipasi?"

 

"Aku masih punya jalan panjang."

Api menyala dalam di mata berwarna merahnya.

 

"Aku bahkan tidak bisa memotong dimensi. Tapi aku yakin ada sesuatu yang bisa diperoleh dengan melawan lawan yang kuat sampai mati. Aku yakin itu!"

 

Ya, itu pasti terdengar seperti sesuatu yang sering kau katakan.

Luke dan Liz sama-sama didorong oleh dorongan untuk membunuh. Meskipun aku cukup yakin pertarungan turnamen itu sebenarnya bukan pertarungan sampai mati.

 

"Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya kau bisa berpartisipasi."

Kataku padanya.

 

Tiket untuk penonton dijual kepada publik, namun hak untuk berpartisipasi tidak ada di pasaran. Apa ini berarti Liz juga tidak akan bisa berpartisipasi? Aku tidak merasa sangat termotivasi, namun Luke tampaknya termotivasi.

 

"Aku tahu caranya."

Kata Luke.

 

"Undangan dikirimkan kepada para petarung terkenal dan mereka yang mendapat tempat baik di turnamen regional."

 

"Jadi tidak ada yang bisa kau lakukan."

 

Supreme Warrior Festival itu sudah dekat, jadi aku cukup yakin tentang ini.

 

Luke mengangguk pada dirinya sendiri.

"Jadi pada dasarnya, aku hanya perlu menebas seseorang yang memang punya tiket, lalu mengambil tiket itu dari mereka."

 

"Apaa?!"

 

Apa—Apa itu akan berhasil? Tidak. Tidak, aku tidak tahu bagaimana itu bisa berhasil.

Aku tidak yakin apa pola pikir "bunuh dan ambil apa yang kalian mau" ini merupakan bagian dari Otak Pemburu atau tidak.

 

Bagaimana dia bisa menjadi gila seperti ini padahal kami berdua dibesarkan di tempat yang sama? Aku ingin mengeluh kepada guru Luke, namun orang itu jauh lebih berhak mengeluh kepadaku daripada aku mengeluh kepadanya. Dia bisa memberitahuku bahwa aku perlu melakukan sesuatu tentang teman masa kecilku dan dia akan sepenuhnya benar.

 

Aku bertanya-tanya bagaimana cara menenangkan Luke, ketika dia berteriak,

"Aku harus bergerak. Aku punya ide di mana aku bisa mulai menebas!"

 

Pada saat aku berkata "Ah" dia sudah pergi. Menjadi pendengar yang buruk adalah salah satu kesalahan Luke. Dia bahkan lebih kuat daripada Liz dalam hal itu, karena Liz pandai menggunakan kepalanya, meskipun Liz tidak bisa menggunakannya dengan cara yang masuk akal.

 

Aku berkata pada diriku sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Pedang Luke terbuat dari kayu, dan dia terkenal di antara orang-orang yang tepat. Aku hanya harus percaya bahwa siapapun yang diserangnya akan mampu melindungi diri.

 

Lalu terpikir olehku bahwa dengan keadaan yang sedang berlangsung, aku mungkin satu-satunya orang yang tidak mengikuti turnamen itu. Lucia bisa sangat kompetitif, dan jika semua orang ikut, maka Ansem akan mengikuti.

 

"Hmm. Sepertinya ini sudah di luar kendaliku."

Tidak, jangan berpikir negatif. Lihatlah dari sisi lain.

 

Apa aku benar-benar perlu mengambil kendali? Perilaku mereka masih bisa diperbaiki, namun kekuatan mereka asli. Meskipun aku tidak cocok dengan levelku, level mereka tidak cocok untuk kekuatan mereka. Aku tidak berpikir salah satu dari mereka bisa memenangkan tempat pertama dalam sesuatu seperti Supreme Warrior Festival itu, namun aku yakin mereka bisa melakukannya dengan baik.

 

Aku berencana untuk menonton turnamen bersama mereka, namun menyemangati mereka kedengarannya bagus. Jika mereka benar-benar memenangkan sesuatu, itu akan bagus untuk masa depan mereka dan tidak ada yang bisa membuatku lebih bahagia sebagai teman mereka. Itu tidak seperti yang kuharapkan, namun aku masih terlalu bersemangat untuk tetap duduk.

 

"Aku akan membawa seluruh klan untuk menyemangati mereka!"

Kataku sambil mengepalkan tanganku.

 

"Maafkan aku, Krai. Naga merah yang ditunggangi sudah lengkap."

Eva menatapku.

 

"Apa ada yang salah?"

 

"T-Tidak, bukan apa-apa."

Kataku. Aku segera kembali ke tempat dudukku, merasa malu karena Eva telah melihatku seperti itu.

 

***


Seperti yang didengar Putri Murina, rumah klan First Step adalah bangunan yang sangat modern yang tidak menunjukkan kekasaran apapun yang terkait dengan para pemburu. Rumor mengatakan bahwa pemimpin klan mereka, Thousand Trick, membangunnya untuk menahan segala kemungkinan bencana. Dan benar saja, rumah klan ini telah diserang oleh bandit beberapa kali namun tidak menunjukkan tanda-tanda akan runtuh.

 

Setelah mengatasi berbagai serangan dan secara teratur ditempati oleh para pemburu muda yang sedang naik daun seperti Argent Thunderstorm Ark, Rodin yang berarti, tempat ini mungkin salah satu tempat teraman di ibukota kekaisaran. Dan di lantai paling atas adalah Thousand Trick, orang yang telah mengalahkan agen-agen Nine-Tailed Shadow Fox. Mungkin saja bangunan ini lebih aman daripada Istana Kekaisaran.

 

Berpakaian tidak mencolok, Putri Murina menatap bangunan itu dari balik tudungnya.

 

"Yang Mulia Putri Murina, belum terlambat untuk mundur."

Kata Karen, salah satu dari dua pengawal yang menemani putri kekaisaran.

 

"Aku yakin Yang Mulia Kaisar akan menghormati keinginanmu."

 

"Kami akan melakukan apapun yang kami bisa untuk melindungimu, tapi kita sedang berhadapan dengan para pemburu yang barbar itu."

Kata Cindy, pengawal yang lainnya.

 

"Apapun bisa terjadi."

 

Murina memikirkannya. Pelajaran yang didapatnya dari Thousand Trick itu adalah rahasia besar. Murina tidak bisa membawa banyak pengawal, dan Franz tidak bisa berada di sana untuk melindunginya seperti biasanya. Para pengawal yang bersamanya mampu, namun mereka tetap hanya dua orang.

 

Klan itu diberi nama "First Step" dengan harapan bahwa nama itu akan menjadi awal dari sesuatu yang hebat bagi para anggotanya. Bahkan setelah menjadi klan kelas satu, daya tarik yang ditawarkan oleh nama itu terus menarik antrean pemburu baru yang ingin bergabung. Tentunya, rencana ini adalah langkah pertama menuju sesuatu yang lebih baik bagi Putri Murina. Thousand Trial dikatakan dilakukan dengan mempertimbangkan peningkatan subjek, dan dibuat sedemikian rupa sehingga masih memungkinkan, meskipun hanya sedikit. Mungkin mengatasi salah satu ujian ini akan memberinya kekuatan untuk menaklukkan nasib buruknya.

 

Karen membuka pintu dengan hati-hati—dan Putri Murina berhadapan langsung dengan sesuatu yang membuatnya berteriak meskipun tidak ingin. Para pengawalnya bergerak untuk melindunginya. Seolah-olah itu adalah hal yang wajar, kepala naga dengan mata melotot menghiasi pintu masuk.

 

Murina berdiri membeku di tempat selama beberapa detik sebelum dia menyadari tidak ada tubuh yang menempel pada kepala itu.