Chapter Five : The Supreme Warrior Festival

 

Hari yang menentukan itu sudah di depan mata, dan perutku langsung sakit saat aku bangun.

 

Lucia menyeretku keluar dari tempat tidur, sambil berteriak,

"Kendalikan dirimu! Apa kamu pikir kamu bisa bertarung dikeadaanmu yang seperti ini? Lawanmu itu bukan pemburu biasa!"

 

"Aku tidak mau pergi. Relik-Relikku belum terisi dayanya."

 

"Aku sudah mengisi dayanya."

 

Aku tidak cukup tidur. Itu semua karena braket turnamen terkutuk itu. Aku tidak akan pergi ke sana. Dari awal sampai akhir, aku sudah bilang tidak akan berpartisipasi, dan aku tidak pernah sekalipun menyatakan keinginan untuk berpartisipasi. Namun aku tahu bahwa bahkan bagiku sendiri, tidak mungkin ada orang yang berkeliaran dengan nama depan dan belakang yang sama denganku.

Jadi, apa kemungkinan penyebabnya? Mungkin ada kesalahan dari kekaisaran? Aku mau pulang.

 

"Krai-chan tidak terlihat begitu baik."

Komentar Liz. Dia telah berlatih tanding dengan Luke sepanjang pagi.

 

"Krai-chan biasanya tenang, apapun keadaannya."

 

Aku tidak pernah merasa tenang!

Pikirku sambil memaksakan tubuhku berdiri.

 

"Sudah, sudah, Krai."

Kata Sitri sambil tersenyum dan menepuk tangannya.

 

"Jika nama Krai ada dibraket itu, itu adalah Krai yang berbeda dari Krai Krai Krai kita..."

 

Sitri sudah rusak. Mungkin karena aku terlalu sering menjitak kepalanya? Mungkin dia senang melihat reaksiku saat dia mulai menyiapkan ramuan di hadapanku.

 

"Di sini kita punya ramuan pemulihan, bahan peledak, racun, pelumpuh, pemicu tidur, pemulihan mana..."

 

Sitri sudah rusak, namun beberapa fungsinya tetap utuh.

 

Aku menggelengkan kepalaku, mengatakan pada diriku sendiri untuk tidak terburu-buru mengambil kesimpulan. Mungkin saja namaku yang ada dibraket itu adalah aku yang berbeda. Jika ada yang mirip, itu bisa berarti ada yang asli (tidak, aku tidak tahu apa artinya). Aku gugup dan panik, sampai-sampai aku mau muntah.

 

Lucia menghela napasnya dan berkata,

"Lalu kenapa kamu menerima tiket itu jika kamu tidak ingin berpartisipasi?"

 

"Karena aku ingin menonton."

 

"Dan bukankah aku sudah bilang padamu bahwa itu tiket peserta?!"

 

Aku ingin memukul diriku di masa lalu karena terlalu santai. Dan jika aku akan berpartisipasi, apa artinya ini bagi sang putri? Faktanya, aku tidak melihatnya di sekitar sini. Apa dia kabur?

 

"Jika kamu mencari Putri Murina, dia akan menonton dari kursi VIP. Dia itu keluarga kekaisaran, seperti yang kamu ketahui."

 

Aku berkata pada diriku sendiri untuk tidak khawatir, bahwa aku sama sekali tidak akan berpartisipasi dan karena itu tidak perlu takut.

 

"Hanya untuk memastikan, bisakah seseorang menyerah di Supreme Warrior Festival itu?"Tanya Sitri, beberapa sekrupnya masih longgar.

 

"Uh, aku cukup yakin itu mungkin. Setidaknya secara resmi."

Jawab Lucia.

 

"Apaa?!"

Teriak Luke.

 

"Tidak mungkin aku akan membiarkan siapapun merusak kesenangan seperti itu! Mereka akan merasakan bilah bajaku sebelum mereka bisa menyerah begitu saja!"

 

"Tapi bilah pedang Luke-cha itu terbuat dari kayu, tahu."

Kata Liz, mengingatkannya.

 

Rasanya mungkin tidak enak juga. Mendengarkan percakapan mereka berdua itu, Lucia menghela napasnya dalam-dalam. Tidak sepertiku, semua orang bersemangat. Bahkan Lucia dan Ansem sama-sama bersemangat untuk maju.

 

"Dengan latihan kemarin, aku tidak pernah lebih baik dari ini!"

Kata Luke.

 

"Kau akan memberiku pertunjukan yang bagus, kan, Krai?!"

 

"Sang putri mulai menangis ketika dia dibombardir dengan perintah."

Kata Liz, mengingat hal itu.

 

"Tapi Liz-chan bersenang-senang dengan itu."

 

Aku hampir tidak percaya bahwa aku adalah spesies yang sama dengan mereka berdua. Aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan baik-baik saja, bahwa itu adalah orang lain di braket turnamen itu. Dan jika hal yang tidak mungkin—dan maksudku sangat tidak mungkin—menjadi kenyataan dan aku benar-benar berakhir menjadi peserta di turnamen itu, aku akan aman selama lawanku bukan Luke.

 

Aku menarik napas dalam-dalam dan tersenyum. Tersenyum adalah satu-satunya hal yang dapat dilakukan manusia ketika mereka tidak berdaya. Aku berbalik dan menatap teman-temanku.

 

"Sekarang."

Kataku, berusaha sekeras mungkin

 

"Apa kalian siap untuk membuat sejarah*?"

 

(*Untuk definisi sejarah tertentu.)

Mereka bersorak mengiyakan itu.

 

***

 

Lokasi turnamen, arena Kota Kreat yang terkenal, bahkan belum dibuka, namun sudah menjadi pusat badai sorak-sorai dan teriakan yang bersemangat. Itu membuatku merinding. Di dekat arena ada puluhan orang, dengan berbagai macam senjata di antara mereka.

 

Hampir terasa seperti sedang terjadi perang, namun sekali lagi, Supreme Warrior Festival dengan caranya sendiri memang seperti itu. Ini adalah tempat untuk menentukan siapa yang terkuat, namun setiap tahun juga mengakibatkan lebih dari beberapa kematian. Terkadang pemburu mengutamakan harga diri mereka di atas nyawa mereka sendiri.

 

"Oh, ada apa, Krai? Kau terlihat seperti mau mati."

Kata Sven.

 

"Aku memang selalu terlihat seperti ini."

Jawabku.

 

"Benarkah itu, desu? Kau yang bertanding pertama?"

Tanya Kris, mendesakku.

 

Kami telah bertemu dengan Obsidian Cross, Starlight, dan anggota First Step lainnya yang datang untuk menyemangati kami. Rupanya, penampilanku saat ini cukup buruk sehingga Kris dan Sven dapat langsung tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi. Semua orang mengira aku akan bertarung, namun aku tidak ingin mencoba menjernihkan kesalahpahaman itu.

 

Katakan sesuatu! Jika menurut kalian pikir aku terlibat dalam sesuatu, katakan padaku lebih awal!

Hanya saja mereka telah memberitahuku.

 

"Ini adalah penampilanku sebelum pertempuran."

Kataku, mencoba terdengar tenang dan menahan keinginan untuk melarikan diri.

 

"Apa, desu?"

 

Bukan hanya Sitri, aku juga sudah rusak.

 

"Tadi malam, aku terlalu banyak berpikir dan tidak bisa tidur."

Kataku.

 

Hal seperti itu sudah lama tidak terjadi. Bisa tidur nyenyak seharusnya menjadi salah satu kelebihanku.

 

"Aku mengerti itu, Krai!"

Teriak Luke, tidak terpengaruh oleh kerumunan besar.

 

"Tadi malam, aku begitu bersemangat hingga aku bangun dan melakukan beberapa latihan ayunan!"

 

Jangan samakan kami.

 

"Kau membuatku khawatir tanpa alasan, desu!"

Kata Kris padaku.

 

"Hmph. Jangan mempermalukan dirimu sendiri, desu!"

 

"Kau terlalu banyak berpikir hingga tidak bisa tidur."

Kata Sven, menyeringai.

 

"Jadi kau menganggap ini serius? Tidak setiap hari aku bisa melihatnya."

 

"Berusahalah sebaik mungkin, Master!"

Kata Tino.

 

"Aku sudah siap. Aku mempertaruhkan semua uangku padamu!"

 

Ini akan baik-baik saja. Semuanya akan baik-baik saja. Sitri akan mengganti kerugian Tino, jadi semuanya baik-baik saja.

Bukan aku yang akan bertanding. Pembebasan datang kepada orang-orang percaya, dan aku yakin aku tidak akan berpartisipasi di turnamen itu. Aku sama sekali tidak akan bertarung!

 

***

 

Petugas di gerbang menatap tiketku dengan mata melebar.

"'Krai Andrey' Hmm. Bukankah aku sudah mengizinkanmu masuk sebelumnya?"

 

Hal ini membuatku terkejut.

"Hm?!"

 

"Apa kamu yakin itu bukan Krahi Andrihee?"

Kata Sitri, memastikan itu.

 

Petugas gerbang itu menatapku dengan curiga.

"Aku yakin aku tidak melakukan kesalahan. Aku sudah mengizinkan orang bernama 'Krai Andrey' ini masuk."

 

Tunggu. Mungkinkah itu? MUNGKINKAH ITU BENAR-BENAR TERJADI?

Tentu saja. Aku tidak pernah mengatakan akan bertarung, dan aku tidak melihat bagaimana orang bisa menyamakan antara berada di atas ring dengan berada di luar ring. Ini benar-benar kacau. Siapa orang yang masuk dengan nama Krai Andrey ini? Aku mempertimbangkan untuk bertaruh padanya.

 

Mungkin ini kasar, namun aku aku langsung merasa jauh lebih baik. Senyum terbentuk di wajahku, yang menurut Lucia mencurigakan.

 

"Apa yang membuatmu begitu bahagia seperti itu?"

Tanya Lucia padaku.

 

"Omong-omong."

Kataku pada penjaga gerbang itu.

 

"Apa ada penantang bernama Murina Atolm Zebrudia?"

Kupikir sebaiknya aku memastikannya.

 

"Tidak, tidak ada. Tunggu. Zebrudia?"

 

Aku tidak melihat nama Murina di braket itu atau semacamnya, namun mendengar ini melegakan.

 

"Omong-omong, bisakah dia diizinkan masuk lagi?"

Tanya Sitri pada penjaga gerbang itu.

 

"Kau juga kehilangan gelang petarungmu? Sudah kubilang aku tidak bisa mengeluarkan yang lain. Ini, jangan sampai hilang kali ini. Sekarang, semoga beruntung di sana."

 

Berkat campur tangan Sitri yang tidak diminta, sebuah gelang terpasang di pergelangan tanganku.

 

Gelang petarung. Hahaha. Aku tidak butuh ini. Aku bukan seorang petarung.

 

"Krai Andrey, kau akan berada di giliran partama, jadi ke arah sini."

 

"Hajar mereka semua, Krai-chan!"

 

Hahaha, jangan khawatir. Itu Krai Andrey yang berbeda yang mereka bicarakan.

 

***

 

"Ini ruang siaga."

 

Hahaha. "Ruang siaga." Untuk apa seorang penonton harus siaga? Satu-satunya pertarungan yang kutunggu adalah pertarungan untuk menjauh dari bahaya.

 

Pintu terbanting menutup. Aku kembali sadar.

 

Ruang siaga itu sederhana. Satu-satunya perabotan di sana adalah kursi, meja, dan kulkas mini. Aku mendongak dan melihat bahwa langit-langit tidak jauh di atasku. Tidak ada tempat persembunyian yang bagus.

 

Apa yang kulakukan di sini? Katakan tidak pada mereka, Krai!

Keamanan relatifku telah mengosongkan otakku.

 

Aku melihat sekeliling, namun tidak melihat seorang pun yang dapat menjelaskan apa yang sedang terjadi. Namun yang lebih buruk dari itu, Krai, Krai yang sebenarnya, yang seharusnya bersiaga tidak ada di sini. Tidak ada tempat baginya untuk bersembunyi.

 

Berpegang teguh pada harapan terakhirku, aku membuka kulkas mini.

"Kraiii, apa kau di sini?"

 

Di dalamnya tidak ada apa-apa selain beberapa botol air. Sial. Aku tidak benar-benar mengira dia akan berada di dalam kulkas ini, namun ini untuk memastikan—dia tidak ada di ruangan itu.

 

Tidak.

Aku masih belum tahu pasti. Mungkin saja Krai Andrey yang akan bertanding itu adalah makhluk hidup cair. Aku tidak ingat ada batasan ras apa yang bisa masuk.

 

Masih dalam penyangkalan, aku mengeluarkan botol-botol itu satu per satu.

 

"Kraiii, apa ini kau?"

Kataku tanpa nyawa.

 

"Atau apa ini kau? Atau mungkinkah ini kau?"

 

"Eeep!"

Botol air itu menjerit.

 

Sekali lagi, aku kembali sadar.

 

"Aku harus ke toilet."

Kataku.

 

Ini bukan saatnya untuk menyangkal dan bukan saatnya untuk berhalusinasi tentang pendengaran.

 

Krai asli, di mana kau?

 

***

 

Di ruang siaga itu yang kosong, kulkas mini itu terbuka tanpa suara. Tanpa ada yang menyentuhnya, salah satu botol air menggelinding ke lantai. Dan kemudian Adik Rubah itu kembali ke wujud aslinya.

 

Hal pertama yang dilakukannya adalah bernapas dalam-dalam. Dia perlu menenangkan diri. Dia begitu terkejut, telinganya yang runcing telah keluar. Dia menggerakkannya sambil mendengarkan kehadiran orang lain. Begitu dia yakin tidak ada orang di sekitar, dia menghela napas lega.

 

Sungguh manusia yang menakutkan. Itu adalah pertama kalinya Adik Rubah itu mengambil wujud benda mati, namun dia begitu percaya diri dengan kemampuan transformasinya sehingga dia hampir tidak percaya betapa cepatnya manusia itu berhasil memojokkannya. Namun pada akhirnya, Adik Rubah itu akan menang. Penyamarannya itu berhasil menipu pemuda yang tidak berhati-hati itu. Adik Rubah itu pikir semuanya mungkin sudah berakhir ketika dirinya tidak sengaja berteriak, namun pemuda yang tidak berhati-hati itu tidak menyadarinya.

 

Namun, di sinilah pertarungan sesungguhnya dimulai. Adik Rubah itu sedang melawan seseorang yang telah membuat ibunya dan kakak laki-lakinya kewalahan. Dia yakin rencananya bagus, namun tidak ada yang tahu apa yang akan membongkar penyamarannya.

 

Sebelumnya, Adik Rubah itu tidak menyangka pemuda yang tidak berhati-hati itu akan memasuki ruangan ini. Namun, Adik Rubah itu berhasil membuat itu bekerja dengan berubah menjadi sebotol air. Ketika Adik Rubah itu benar-benar memikirkannya, pemuda yang tidak berhati-hati itu dijadwalkan untuk tampil di turnamen ini, jadi wajar saja jika dia berakhir di ruangan ini.

 

"Menarik."

Kata Adik Rubah itu.

 

Peregrine Lodge memiliki aturan bahwa jika kalian kalah dalam pertarungan kecerdasan, kalian tidak boleh membalas dendam. Namun, Adik Rubah itu menolak untuk menerima kekalahan begitu saja. Karena kekalahannya sebelumnya, dia telah dicap rakus oleh rekan-rekannya. Itu adalah kenangan yang memalukan.

 

Adik Rubah itu tidak bisa membalas dendam, namun dia bisa mempersiapkan duel lain. Kali ini, dia akan menyerang. Apa orang bodoh yang tidak pernah menyadari wujud asli Smartphone-nya itu benar-benar dapat melihat rencananya?

 

Adik Rubah itu tidak akan menyia-nyiakan cara apapun yang dimilikinya. Dia memejamkan mata dan mengangkat jari telunjuknya, mempersiapkan mantra. Dengan ini, pemuda yang tidak berhati-hati itu akan tertahan sejenak di toilet itu, tidak bisa keluar. Sementara pemuda yang tidak berhati-hati itu tersandung-sandung di toilet itu, kepercayaan padanya akan runtuh. Dan ketika pemuda yang tidak berhati-hati itu ditemukan di sana, dia akan dicemooh dan dicaci.

 

Puas dengan pekerjaannya, Adik Rubah itu melakukan jungkir balik yang lincah dan mengambil wujud Krai Andrey lagi.

 

***

Di bawah langit yang tak berawan, dengungan yang membara menguasai stadion yang cukup besar untuk menampung puluhan ribu orang. Akhirnya, Supreme Warrior Festival itu akan dimulai. Sebagian besar kursi terisi dan semua orang menunggu untuk menyaksikan terciptanya seorang juara.

 

Tino dan para pemburu First Step diberi kursi khusus untuk teman-teman peserta. Kursi khusus ini adalah yang paling dekat dengan pertarungan itu. Dalam sebuah turnamen yang menarik yang terbaik dari semua ras dan profesi, serangan terkadang dapat berdampak pada area yang luas. Kenalan-kenalan ini dimaksudkan untuk menjadi semacam penahan dari serangan yang keluar batas itu, jika diperlukan.

 

Sambil melihat sekeliling, Tino tidak melihat apa pun kecuali para petarung berpengalaman. Dia secara alami menjadi tegang, yang coba dia redakan dengan menarik napas dalam-dalam. Hal ini menarik perhatian dua orang penonton lainnya, Sven Anger dari Obsidian Cross, dan Kris dari Starlight.

 

"Jangan bilang ada yang mengganggumu. Pertunjukannya bahkan belum dimulai!"

 

"Dia benar. Kita di sini atas undangan manusia lemah itu, kita harus bersikap seolah-olah kita pantas mendapatkannya, desu!"

 

Namun, Kris tampak sama gugupnya dengan Tino. Namun, Sven benar-benar tenang.

 

"Aku bertaruh banyak uang untuk ini, jadi akan ada masalah besar jika manusia lemah itu mengacaukan ini, desu!" Gerutu Kris.

 

Masternya itu adalah dewa, oleh karena itu, Tino tidak ragu untuk mempertaruhkan semua modalnya pada masternya. Mengikuti saran Tino itu, Kris melakukan hal yang sama.

 

"Kris, kau tidak, uh, kau tahu, ya?"

Kata Sven, menatap Kris dengan kasihan.

 

"Apa? Tidak, aku tidak tahu! Jika kau punya sesuatu untuk dikatakan, katakan saja, desu!"

 

"Master adalah dewa. Master pasti akan menang. Semuanya akan baik-baik saja."

 

Kris dengan cepat setuju dengan Tino.

"B-Benar! Manusia lemah itu akan menang, jadi tidak masalah! Dia mengundangku ke sini, jadi wajar saja jika aku bertaruh padanya!"

 

Namun mata Kris itu masih menunjukkan ketidakpastian.

 

Kris mungkin menyimpan kegelisahan yang sama dengan Tino. Bagaimanapun, terlepas dari peluang Krai itu bagus atau buruk, Tino tidak punya pilihan selain bertaruh pada masternya yang tercinta itu. Tidak bertaruh akan menunjukkan kurangnya keyakinan.

 

"Tapi apa maksud kartu ini?!"

Kata Kris, sambil memukul braket turnamen.

 

"Ini konyol!"

 

Tino berpikiran sama. Lawan pertama masternya adalah Krahi Andrihee—sang master palsu. Dia tahu tentang master palsu itu (kecuali masternya sendiri memanggil orang itu sebagai yang asli), namun dia tidak pernah membayangkan keduanya akan bertemu di panggung yang meriah ini.

 

Bahwa seseorang akan menyamar sebagai seorang pemburu yang dikenal luas seperti Thousand Trick sungguh tidak masuk akal. Namun itu membuat Tino semakin yakin dengan taruhannya. Bagaimanapun, apapun yang terjadi, yang palsu tidak mungkin bisa mengalahkan yang asli.

 

Sven tertawa terbahak-bahak.

"Tapi orang ini istimewa. Dia seorang Magi yang terampil dengan banyak mana material."

 

"Benar juga, kau bilang kau pernah bertemu dengannya, desu."

Jawab Kris.

 

"Tapi kalau dia benar-benar berbakat, makin aneh saja kalau dia menggunakan nama palsu! Ini turnamen yang bahkan Noble Spirit pun tahu, desu!"