Side Story : Fortune and Misfortune
Itu tidak terjadi seperti yang kubayangkan, namun aku telah memenuhi impianku untuk menjadi pemburu harta karun. Sebulan kemudian, aku berjalan melalui ibukota, ketika tiba-tiba aku mendengar sebuah suara.
"Ooh, bukankah ini sesuatu? Aku belum pernah melihat takdir menarik seseorang sekuat itu!"
Suara menakutkan itu membuatku berhenti. Aku berbalik dan melihat ke arah asalnya dan melihat seorang perempuan tua yang lusuh dengan tudung ungu. Di sisi jalan, dia telah menyiapkan sebuah meja dengan bola kristal di atasnya. Dia memiliki kerutan yang dalam di wajahnya dan matanya yang melebar saat menatapku dengan tajam.
Apa dia seorang peramal? Biasanya aku akan berjalan melewati seseorang seperti dia, namun ada sesuatu tentangnya yang menarik perhatianku. Pengawalku untuk jalan-jalan saat ini, Lucia, menatap perempuan tua itu dengan curiga. Pekerjaan peramal untuk meramal masa depan dan keberuntungan membutuhkan keahlian yang berbeda dari Magi. Kedua kelompok itu cenderung tidak akur.
Aku mengangkat bahuku dan mendekati peramal itu.
"Hmm? Kamu mau berbicara dengannya?!" Tanya Lucia.
"Tidak ada salahnya melakukan hal itu."
Kataku pada Lucia.
Aku tidak percaya pada ramalan atau semacamnya, namun akhir-akhir ini keadaan tidak berjalan sesuai keinginanku dan aku tidak melihat ada salahnya meminta seseorang untuk meramalkan masa depan party kami. Saat aku berdiri santai di hadapan peramal itu, matanya hampir melompat keluar dari rongganya. Aku akui aku sedikit bersemangat. Apa yang dia maksud ketika dia menyebutkan takdir yang menarikku? Itu mungkin hanya semacam slogan, namun mungkin aku ditakdirkan untuk menjadi semacam orang hebat.
"Ooh, ini luar biasa. Benar-benar luar biasa. Mungkin aku seharusnya tidak mengatakan ini, tapi, tuan, kau akan segera menemui ajalmu."
Aku hanya berdiri di sana, tidak yakin harus berkata apa.
"Apa yang kau bicarakan itu?!"
Teriak Lucia, marah sebagai ganti diriku. Namun, peramal itu tidak terpengaruh. Dia tidak terlihat seperti penipu dan terdengar tulus.
"Ooh, tragedi itu. Pengalaman lima puluh tahun dan tingkat keberhasilan sembilan puluh sembilan persen telah membuat beberapa orang memanggilku sebagai Eye of God, tapi aku belum pernah melihat yang seperti ini. Bahkan tuan putri itu tidak dapat dibandingkan. Betapa kejamnya dewa itu. Namun, tidak adil bagiku untuk membiarkanmu dalam ketidaktahuan. Kau seorang pemburu, benar?"
"Uh, benar, tapi aku baru saja memulai—"
"Tuan, pekerjaan itu bukan untukmu. Pekerjaan itu panggilan palsumu."
Panggilan palsu. Itu hal baru yang aku ketahui, dan juga terdengar tidak menyenangkan.
"Tuan, nasibmu sudah gelap, tapi menjadi seorang pemburu membuatnya jauh lebih buruk. Kau berjalan di jalan yang mengarah ke neraka. Di hadapanmu terbentang satu kemalangan demi kemalangan. Itu seperti mengobral barang murah yang membawa nasib buruk."
Semua ketegangan yang tersisa terkuras dalam sekejap. Sungguh pilihan kata yang lucu untuk seorang peramal yang disebut Eye of God.
"Mengapa kau memilih pekerjaan yang tidak kau kuasai?!" Lanjutnya.
"Kebodohanmu itu membuatku heran dan nasibmu hitam seperti malam. Bahwa kau masih hidup adalah keajaiban. Aku tergoda untuk mengatakan bahwa semua nasib buruk di dunia ini telah berkumpul di sekitarmu."
Sungguh hal yang buruk untuk dikatakan. Kecuali dia benar tentang kurangnya bakatku. Sebagai pembelaan, aku telah mencoba untuk berhenti, namun aku terus terseret oleh arus teman-temanku.
"Apapun ramalanmu itu, aku pikir kau hanya bersikap sangat kasar!"
Lucia membentak. Dia menatap peramal itu dengan tajam.
"Apa kau menaruh dendam terhadap Onii-chanku?!"
Kami belum lama menjadi pemburu, namun Lucia telah mengembangkan tatapan jahat yang dapat membuatku menggigil. Namun tampaknya itu tidak berpengaruh pada peramal itu.
"Dengar. aku tidak senang mengatakan semua ini dan aku tidak akan meminta uangmu." Kata Peramal itu dengan suara penuh belas kasihan.
"Tapi, sebagai seseorang yang dapat melihat masa depan, aku melakukan hal yang benar dengan memberitahumu untuk berhenti menjadi seorang pemburu. Jika tidak, kau akan dikirim ke liang lahatmu lebih awal."
Hmm. Mungkin aku bisa menggunakan itu untuk membenarkan pensiun dini.
Aku bisa mendengar Lucia menelan rasa gugupnya.
"Berbagai macam kemalangan akan menimpamu, seolah ditarik oleh gravitasi."
Kata Peramal itu dengan ragu-ragu.
"Kemalangan macam apa?" Tanyaku.
Kupikir itu pertanyaan yang sangat masuk akal. "Berbagai macam kemalangan" terdengar seperti berlebihan. Aku tidak terlalu berbakat atau beruntung, namun aku merasa telah melakukan yang terbaik dalam hidupku. Aku tidak bisa menerima gagasan bahwa itu akan membawaku pada kematian dini.
Peramal itu tampak serius.
"Jika kau pergi berburu, kau akan disambar badai, petir akan menyambarmu secara khusus. Kau akan pergi jalan-jalan dan diserang oleh bandit, tapi di lain waktu kau akan dikira bandit. Jika kau pergi mencari reruntuhan harta karun, kau akhirnya akan menemukan dirimu berhadapan dengan phantom yang akan sangat jauh lebih kuat darimu."
"Hah?!"
"Kau tidak akan pernah menang lotre, setiap mentor pemburu akan menolakmu, kau akan menanggung hutang yang sangat besar, dan teman-temanmu akan mengotori tangan mereka dengan perbuatan jahat. Dan yang terburuk dari semuanya, kau akan selalu tertinggal dari teman-temanmu. Aku yakin akan hal itu. Oh, tuan, yang bisa kau lakukan hanyalah menunggu kematianmu."
"Apa ada lagi?"
Tanyaku. Aku tidak bisa menahan diri, apa yang dia gambarkan itu terlalu liar. Bahkan, aku mulai menikmati diriku sendiri. Apa itu normal?
"Setiap prediksi dan proyeksi yang kau buat akan meleset, menciptakan bencana yang sering terjadi. Gurun, hutan, lautan, kau akan menemukan dirimu terdampar di semuanya. Kau akan berjalan ke dalam reruntuhan harta karun yang sedang dikembangkan dan dijelajahi."
"Gerombolan monster dan phantom akan sering menyerangmu dan organisasi kriminal akan mengejarmu juga. Manusia dan monster akan membencimu dan kau tidak akan bisa melarikan diri. Oh? Bahkan ada masalah dengan perempuan? Tuan, apa kau itu adalah perwujudan dari kemalangan?"
Entah mengapa, Lucia menatapku dengan sangat sinis. Masalah dengan peramal ini kedengarannya agak sulit dipercaya. Selain adik perempuanku, satu-satunya perempuan yang dekat denganku adalah Liz dan Sitri.
"Bahkan jika kau tidak pernah pergi bertarung, pertarungan itu akan mendatangimu. Obat-obatan dan racun akan disembunyikan di mana-mana. Atasanmu akan menyesalimu. Setiap tindakan yang kau ambil akan terjadi pada saat yang paling buruk. Baik kau bertindak sebagai pemimpin atau anggota party, tidak ada yang kau lakukan akan menghasilkan hasil yang diinginkan. Sungguh, koin yang tidak bernil—"
"Tunggu, tunggu dulu! Tolong berhenti, sebentar saja." Kataku.
Semua itu sulit dipercaya. Tidak ada satu pun titik terang dalam ramalannya. Rasanya seperti semua nasib buruk dunia menyatu—oh, tunggu, dia mengatakan itu di awal. Tetap saja, kuakui aku tidak punya motivasi atau bakat, namun aku merasa dia bertindak terlalu jauh.
"Aku tahu kalau aku ini tidak beruntung." Kataku.
"Tapi tidak adakah yang bisa kulakukan untuk itu? Seperti jimat keberuntungan atau semacamnya?"
Peramal biasanya juga mengajarkan cara untuk menghindari kemalangan yang mereka bayangkan. Namun, perempuan tua ini menepis cara itu.
"Tidak ada yang bisa kau lakukan. Nasib burukmu adalah masalah takdir. Itu bukan sesuatu yang bisa diubah oleh jimat keberuntungan. Namun, jika kau berhenti menjadi seorang pemburu sekarang, kau mungkin akan menemui akhir yang tidak terlalu mengerikan."
Haaaah?
Dia ini adalah seorang peramal yang tidak bertanggung jawab. Hanya mengatakan bahwa nasibku buruk tidaklah terlalu produktif. Yang dia katakan hanyalah bahwa aku akan mati dengan tidak terlalu mengerikan jika aku berhenti menjadi seorang pemburu. Astaga, dia mungkin bahkan bukan peramal sungguhan.
Jika aku benar-benar tidak beruntung seperti yang dia katakan, aku akan mati pada perburuan pertamaku, namun aku telah menjadi pemburu harta karun selama sebulan penuh. Memang benar bahwa aku memiliki beberapa pengalaman buruk, beberapa pengalaman yang tidak biasa, dan telah dilanda badai. Namun, faktanya adalah bahwa aku telah mengatasi semua itu, dan aku tidak pernah menyangka perburuan harta karun akan mudah.
"Tapi, aku baik-baik saja." Kataku padanya.
"Aku tidak pernah terluka sekali pun sejak menjadi pemburu."
Peramal itu tampak bingung.
"Itu sangat misterius. Dengan nasib buruk yang menimpamu itu, kau seharusnya sudah mati ratusan kali sekarang—"
"Dengan kata lain." Sela Lucia.
"Tidak ada yang tahu takdir apa yang telah disiapkan untuk kami! Ayolah, Onii-chan, jangan buang waktu lagi dengan peramal kelas tiga ini."
"Ya...."
Kataku saat Lucia meraih lenganku.
Peramal itu mengerang kecil dan memiringkan kepalanya saat matanya yang berbinar menatap mataku. Tampaknya dia benar-benar membuatku bingung. Tetap saja, dia telah bersusah payah memanggil kami. Bahkan jika ramalannya meleset kali ini, itu tidak mengubah fakta bahwa dia memiliki pengalaman puluhan tahun di belakangnya. Aku tidak melihat alasan untuk memusuhinya.
"Omong-omong."
Kataku dengan suara yang sengaja dibuat ceria,
"Apa semuanya buruk? Apa ada yang baik? Seperti apa aku punya kekuatan atau semacamnya?"
"Oh?"
Itu hanya tebakan kosong, namun semua orang pandai dalam satu atau dua hal, setidaknya. Aku tidak pandai dalam kegiatan fisik atau akademis, dan aku juga tidak terlalu berani. Aku kira satu hal yang dapat aku banggakan adalah tulisan tanganku yang rapi. Jika peramal ini benar-benar salah satu yang terbaik, maka seharusnya tidak sulit baginya untuk mengidentifikasi bakat yang belum aku temukan.
Perempuan tua itu menatapku dengan mata menyipit. Aku menunggu sejenak, dan akhirnya, dia berkata,
"Tuan, kau memiliki keberuntungan interpersonal yang luar biasa. kau sangat beruntung dalam hal itu."
Untuk sesaat, aku tidak yakin apa aku mempercayai apa yang aku dengar itu.
"Apaa?"
Kataku, pada akhirnya.
Apa keberuntungan interpersonal benar-benar bakat? Itu hanya bentuk keberuntungan. Tentunya, lebih baik beruntung daripada tidak beruntung, dan aku tahu betapa beruntungnya aku memiliki teman-temanku yang sekarang
"Ini luar biasa."
Kata Peramal itu dengan sungguh-sungguh.
"Sama seperti halnya kau akan memiliki banyak musuh, kau akan memiliki banyak teman. Tapi jangan lupakan apa yang baru saja kukatakan. Teman-temanmu—dan musuh-musuhmu—akan terseret oleh kemalanganmu dan mengalami kesulitan. Takdirmu tidak puas untuk hanya menimpamu. Hal itu tidak masuk akal."
Jadi, sebagai kesimpulan, aku adalah perwujudan dari kemalangan.
"Masih ada lagi."
Kata Peramal itu, melanjutkan.
"Tuan, keberuntungan romantismu luar biasa. Kau akan dikagumi oleh banyak orang tanpa alasan yang jelas. Baik muda dan tua, laki-laki dan perempuan, dan bukan hanya manusia, kau akan dipuja oleh berbagai makhluk. Kau cenderung bermasalah dengan perempuan, dan siapapun yang dekat denganmu akan menjadi korban kemalanganmu. Tapi, jika kau berumur panjang, kau mungkin akan meninggalkan seratus keturunan. Tapi, tampaknya kau tidak memiliki keinginan untuk itu. Oh, aku bertanya-tanya, bintang seperti apa yang saat kau dilahirkan...."
Aku tidak yakin dipuja oleh sesama jenis dan makhluk lain adalah keberuntungan. Namun, yang lebih penting, aku bahkan tidak ingat pernah memiliki keberuntungan semacam itu. Peramal ini pasti hanya mengatakan apapun yang terlintas dalam pikirannya. Dan saat itulah aku ingat bahwa aku pernah mendengar bahwa mengatakan pernyataan samar yang dapat berlaku untuk siapa saja adalah taktik umum di antara para peramal yang buruk.
"Cepatlah, Onii-chan!"
Kata Lucia sambil menarik tanganku. Dia tidak tampak begitu senang.
"Tidak ada gunanya berbicara lebih jauh dengannya!"
"Kau juga, nona muda, memiliki masa depan yang gelap di depanmu."
Kata Peramal itu kepada Lucia.
"Kau adalah makhluk yang malang."
Aku kira aku ini benar-benar perwujudan dari kemalangan.