Prologue : Returning Home
Hari itu sungguh indah. Liburan kami di Kota Suls telah usai dan kami telah menghabiskan beberapa hari terakhir dengan tenang di kereta kuda. Angin segar berhembus. Kemudian untuk pertama kalinya dalam sebulan, aku berada di gerbang ibukota Kekaisaran Zebrudian. Secara keseluruhan, menurutku itu adalah liburan yang menyenangkan. Ada kejadian Arnold mengejar kami dan serangan oleh Makhluk Gua, namun itu semua kini hanya tinggal kenangan. Mengubah semua kenanganku menjadi kenangan yang indah mungkin adalah satu-satunya caraku untuk menanggapi semua masalah yang terus-menerus membuatku berada di tengah-tengahnya.
Pada akhirnya, aku dipertemukan kembali dengan Luke, Ansem, dan Lucia. Meminta lebih dari itu hanya akan menjadi keserakahan. Kereta kuda itu penuh dengan oleh-oleh yang kubeli di Kota Suls. Semua belanja itu dilakukan untuk membantuku saat aku membanggakan Eva dan seluruh klan tentang betapa menyenangkannya waktu yang kuhabiskan. Sebagian besar oleh-oleh itu adalah manju naga air panas, telur naga air panas, dan produk pemandian naga air panas.
Ada juga suvenir dari tuan putri Makhluk Gua (menurut Sitri, namanya Ryuulan). Suvenir itu adalah liontin yang bertatahkan batu aneh. Aku tidak tahu apa liontin itu berharga, namun masih banyak yang tidak diketahui tentang Makhluk Gua, mungkin seseorang bisa memberitahuku apa itu barang langka atau semacamnya. Meskipun party kami menggunakan kereta kuda, sebagian besar dari kami tidak pernah menaikinya. Biasanya hanya Sitri, Lucia, dan aku yang menaikinya, dan bahkan mereka berdua terkadang memilih untuk berlari di luar. Aku teringat masa lalu ketika aku melihat Luke, Liz, dan Ansem (dan Tino) berlari di sepanjang kereta kuda sebagai cara untuk berlatih.
Gerbang ibukota kekaisaran rusak dan sedang diperbaiki. Barisan ksatria yang mengesankan berada di luar gerbang, tidak seperti di Kota Suls. Lucia telah menyebutkan bahwa telah terjadi keributan di ibukota kekaisaran dan tampaknya belum sepenuhnya tenang.
Ada bahaya di sini, bahaya di sana. Betapa berbahayanya dunia ini. Yah, sejauh yang aku lihat, sepertinya tidak ada kekacauan saat ini.
"Aku akan santai saja dan tidur siang begitu sampai di rumah."
Kataku sambil menguap sambil meregangkan punggungku.
"Aku tidak melihatmu melakukan apapun selain bersantai-santai." Komentar Lucia.
Tentu saja aku akan bersantai, kami sedang berlibur. Namun, tidak peduli seberapa keras kalian mencoba untuk bersantai, saat kalian sedang dalam perjalanan, kalian tidak bisa tidak merasa sedikit gelisah. Bersantai-santai saat bepergian adalah hal yang berbeda(?) daripada yang dilakukan di rumah sendiri.
Lucia menekan pelipisnya dan menghela napas.
"Setelah kepergianku, aku harus mengisi mana semua Relik itu..."
"Hmm? Ah, sebagian besarnya sudah terisi, jadi kurasa tidak akan seburuk itu."
"Tidak seburuk itu?"
Lucia menatapku seolah aku ini sudah gila. Aku yakin apa yang kukatakan mengejutkannya; aku biasanya mengandalkannya untuk semua kebutuhan pengisian Relik-ku. Namun, aku bisa mengatur hal itu saat aku membutuhkannya.
"Atas.... permintaan Sitri, Kris dan yang lainnya mengisi ulang mana Relikku."
"Mereka melakukan itu?!"
Lucia menghela napas panjang. Dilihat dari sorot matanya, sepertinya dia tidak terlalu senang dengan ini.
"Apa yang kamu pikirkan saat orang lain mengisi begitu banyak Relik itu?! Kamu seharusnya tidak membebani orang lain!"
"Mereka semua senang melakukannya. Mereka menganggapnya sebagai latihan."
Aku cukup yakin aku mengerti betapa beratnya itu. Aku tidak berencana untuk mengisi ulang mana semua Relik itu, namun Sitri adalah pembuat kesepakatan yang menakutkan.
Tatapan tajam mata adikku tidak hilang.
"D-Dan itu bukan masalah."
Kataku, berusaha menenangkannya lagi.
"Masih banyak Relik yang tersisa untuk kamu isi."
"Aku akan memukulmu."
***
Bukan hanya gerbang depan. Sebagian besar ibukota kekaisaran tidak seperti yang kuingat. Kota itu hampir seperti telah dibom. Atap bangunan setengah hancur, jalan-jalan hancur berantakan, dan para ksatria mati-matian mengatur lalu lintas. Bahkan pohon-pohon di jalan dan kafe favoritku pun tak luput dari kerusakan. Siapapun yang tidak tahu lebih baik mungkin mengira kami sedang berperang.
Aku pernah mendengar sedikit tentang Akashic Tower dan Hidden Curse yang saling beradu bertarung, namun tampaknya pemimpin klan Hidden Curse, si perempuan pembakar itu, telah mengamuk. Akashic Tower adalah sindikat sihir yang menakutkan, namun klan Hidden Curse adalah kekuatan yang tak tertandingi. Jika klan magi itu telah menggunakan mantra sihir area luas di seluruh kota, maka aku kesulitan untuk mengatakan yang mana yang seharusnya menjadi organisasi kriminal.
Namun, melihat sekeliling, aku tidak melihat adanya mayat. Mungkin saja mereka baru saja berubah menjadi abu, namun aku tahu warga ibukota kekaisaran sudah terbiasa menangani situasi ini. Belum lagi perang itu tampaknya sudah berakhir. Ini adalah sesuatu yang tidak boleh dikatakan oleh pemburu, namun aku tidak tahan melihat mayat. Semakin banyak alasan untuk bersyukur karena aku telah keluar dari ibukota kekaisaran pada saat itu. Bukan berarti aku dapat melakukan apapun meskipun aku hadir di sini.
Aku meninggalkan Sitri untuk mengurus kereta kuda itu, seperti yang selalu kulakukan, dan berlari menaiki tangga menuju rumah klan, dengan sekotak manju di tanganku. Aku sudah mencoba beberapa cara dan menemukan bahwa manju naga air panas tidak terlalu buruk. Manju itu sebenarnya tidak dibuat dengan naga, namun perpaduan rasa manis dan asamnya membuat manju itu bisa dinikmati bahkan oleh orang-orang yang biasanya tidak suka makanan manis. Aku tidak pernah tahu apa hubungannya manju itu dengan naga air panas, namun aku ingat melihat naga air panas itu dengan gembira memakannya.
"Aku kembaliii!"
Teriakku saat memasuki ruang tunggu.
"Hah?"
Aku berdiri mematung, tersenyum dan sebagainya. Ruang tunggu yang biasanya rapi itu tampak seperti baru saja diterjang tornado. Sejumlah meja dipenuhi para pemburu bermata kosong yang menyandarkan kepala mereka di permukaan meja dan botol-botol bir berserakan di lantai.
Aku merasa baru saja melihat sesuatu seperti ini. Lucia menatap ruang tunggu itu dengan mata melebar dan Luke mengerutkan keningnya, (mungkin) tidak menyangka akan terjadi hal yang buruk. Lebih buruknya lagi, di salah satu meja ada party Obsidian Cross, salah satu anggota party utama klan kami. Pemimpin mereka, Sven, membeku saat melihatku, matanya seperti mata zombi.
Oh yah, kurasa aku mendengar sesuatu tentang anggota klan kami yang terseret ke dalam keributan itu.
Sambil tersenyum, aku mendekati meja mereka dan meletakkan sekotak manju naga air panas sebagai suvenir di depan Sven. Bahu Sven bergetar dan pipinya berkedut saat melihat kotak itu dan gambar naga imut di atasnya. Aku menepuk bahunya, berbalik, dan berlari menjauh. Di belakangku, kudengar suara gemerincing saat dia berdiri.
"Ah! Tunggu! Berhenti, sialan...."
"Luke, aku sibuk, kau bisa urus sisanya!"
Kataku pada Luke.
"Baiklah, ayo! Aula pelatihan sudah menunggu, Sven. Akan kutunjukkan teknik baruku!"
Kata Luke, matanya berbinar cerah.
Kami baru saja kembali dan dia punya banyak energi. Maafkan aku, Sven. Aku tidak punya waktu untuk mendengar omelanmu, aku harus memberikan oleh-oleh untuk Eva.
"Sial! Hei, kalian, jangan biarkan si Krai itu kabur!"
Jeritan Sven hampir membuatku merasa kasihan padanya. Seperti mayat yang bangkit dari kubur, para pemburu lainnya semua mendongak dengan kilatan predator di mata mereka. Aku menepuk bahu Lucia saat aku melewatinya, memancing serangkaian kata-kata jengkel darinya. Aku mendengar suara teriakan dari ruang tamu saat aku dengan terburu-buru berlari menaiki tangga.
***
Sementara wajah Sven memucat saat dia melihatku, wakil master klan, Eva Renfied, menyambutku seperti biasa.
"Selamat datang kembali, Krai. Bagaimana liburanmu? Aku mendengar... beberapa rumor."
"Kami mengalami pasang surut, tapi itu menyenangkan. Ini, oleh-oleh."
Kataku sambil menyeringai.
{ TLN : Mengalami pasang surut itu artinya seseorang atau sesuatu telah mengalami campuran hal baik dan buruk, atau keberhasilan dan kegagalan. }
Eva menerima manju itu dengan ekspresi jengkel. Inilah yang kucari. Aku merasakan lukaku sembuh. Apa mau Sven itu? Dia itu menatapku seolah aku telah membunuh orang tuanya atau semacamnya. Dia punya kesempatan untuk datang berlibur dan dia menolaknya! Yah, jika dia datang, itu akan menimbulkan masalah tersendiri.
"Aku mengerti kamu kewalahan dengan Bandit Squad Barrel itu, tapi dengan kepergianmu, kami juga punya banyak masalah di sini. Beberapa kata terima kasih kepada anggota klan akan sangat dihargai."
Aku sudah memberi mereka sekotak manju.
"Sekarang setelah kamu menyebutkannya, kamu memang tampak sedikit lelah."
Eva tidak memiliki rambut acak-acakan atau semacamnya, tidak ada sehelai benang pun yang tidak pada tempatnya di seragamnya, dan kacamatanya bersih tanpa noda. Namun ada sesuatu tentang Eva yang berbeda dari yang kuingat. Eva bukan seorang pemburu, namun dia adalah pengurus klan kami yang efektif. Jika anggota lain kelelahan seperti itu, maka tidak aneh jika dia juga merasakan tekanan. Aku hanya hiasan, jadi tidak masalah apa aku ada atau tidak, namun kurasa akan sangat menegangkan jika tidak ada yang bertanggung jawab jika terjadi kesalahan.
"Aku yakin ketidakhadiranku membuatmu merasa tertekan." Kataku.
"Jika ada yang perlu dilakukan, aku akan mengurusnya. Jadi, beristirahatlah."
Mengelola klan adalah pekerjaan besar dan aku tidak tahu bagaimana melakukannya, namun aku yakin aku akan baik-baik saja selama Lucia dan Sitri ada untuk membantu. Keduanya dihormati oleh bawahan Eva; karena Sitri bisa melakukan apa saja, dan Lucia, karena dia selalu membantu. Lucia mungkin tidak tahan melihat kakaknya mempermalukan dirinya sendiri.
Eva sedikit mengendurkan tubuhnya dan menghela napas sambil menggelengkan kepalanya.
"Itu tidak apa-apa. Masalah di sini sudah reda. Ada laporan di mejamu, tapi pertempuran antara Hidden Curse dan sisa-sisa Akashic Tower telah menimbulkan malapetaka di seluruh ibukota. Aku menyebut mereka sisa-sisa, tapi tampaknya Akashic Tower masih memiliki cukup banyak yang bersembunyi. Karena itu, bantuan darurat diminta dari First Step dan kami harus memobilisasi sejumlah besar anggota."
"Itu, uh, kedengarannya seperti cobaan yang berat."
Sekarang aku benar-benar senang telah pergi berlibur saat itu. Pemimpin klan Hidden Curse, Abyssal Inferno, adalah magi yang mengerikan. Seberapa mengerikan dia itu, kalian tanya? Begitu mengerikan sehingga hanya menyebut namanya saja akan membuat wajah Lucia tampak tidak senang. Dalam benakku, aku menyebutnya sebagai si perempuan pembakar karena dia membakar semua yang terlihat. Jika ada yang bisa digambarkan sebagai penyihir, maka itu adalah dia.
Belum lagi dia punya masalah denganku. Masalah itu sudah terpecahkan pada titik ini, namun ketika Grieving Soul pertama kali didirikan, kami menghubungi sebuah party yang sudah menjadi incaran Hidden Curse. Kemudian, karena suatu alasan, party tersebut memilih untuk bergabung dengan kami. Party itu akhirnya menjadi party kedua yang paling merepotkan bagi kami—Starlight. Setelah itu, aku tidak pernah bisa berjalan dengan percaya diri di jalanan ibukota kekaisaran. Jika nenek tua yang menakutkan itu terlibat, maka wajar saja jika Sven Anger keluar dengan penampilan seperti zombie. Tidak mungkin aku bisa menangani orang yang memperlakukan Ark seperti anak kecil dan senang membakar apapun. Sungguh misteri bagaimana nenek tua itu masih diizinkan berjalan di jalanan dengan bebas.
"Lebih buruk lagi, para magi yang lain adalah monster sungguhan."
Kata Eva, lapisan kelelahan mewarnai suaranya.
"Bisakah kamu percaya itu? Kudengar mereka mencoba memanggil elemental petir. Memanggil elemental petir di tempat yang ramai!"
Kedengarannya sangat mengerikan.
Pemanggilan elemental adalah salah satu prestasi sihir yang paling menantang. Kami baru saja membuat Lucia memanggil elemental air agar dia bisa menciptakan air terjun, namun beberapa di antaranya cukup kuat untuk digolongkan sebagai senjata ofensif strategis. Bahkan aku tahu bahwa itu bukanlah sesuatu yang harus digunakan di tempat yang penuh dengan orang-orang yang lewat. Itu sama saja seperti sindikat sihir.
Sungguh bencana. Aku ingat bahwa Arnold rupanya telah mengalahkan elemental petir, namun elemental yang mengikuti arahan magi yang terampil jauh lebih kuat daripada elemental liar.
"Dan menurutmu apa yang dilakukan Abyssal Inferno itu saat mendengarnya?!"
Tanya Eva dengan jengkel.
"Dia memanggil elemental api yang telah dikontraknya! Dia menanggapi kekuatan dengan kekuatan yang lebih besar! Di tengah-tengah ibukota kekaisaran! Benar-benar tidak bisa dipercaya. Ini adalah masalah dengan pemburu Level 8...."
Aku merasa harus meminta maaf untuk itu.
"Untunglah ibukota kekaisaran masih berdiri." Kataku.
Eva tampak sangat sedih. Saat pertama kali melihat kerusakan di ibukota kekaisaran, aku bertanya-tanya apa telah terjadi perang atau semacamnya. Namun, semuanya berubah saat aku mendengar bahwa Abyssal Inferno memanggil elemental. Sebaliknya, kupikir itu adalah keajaiban bahwa kerusakannya terbatas seperti ini. Ada rumor bahwa nenek tua itu telah membakar seluruh reruntuhan harta karun dan itu tidak terlalu sulit untuk dipercaya.
"Aku tidak tahu secara pasti, tapi kudengar bahwa memanggil elemental cukup melelahkan bagi kedua belah pihak." Kata Eva.
"Hmm, itu keberuntungan."
"Mereka mengatakan bahwa elemental petir sangat menguras tenaga pemanggilnya dan duel itu diselesaikan dengan cukup cepat. Kurasa kami harus menganggap diri kami beruntung."
Pemanggilan elemental melibatkan pemanggilan elemental yang sudah ada dan kemudian memerintahkannya. Kekuatan yang dihasilkan bergantung pada kemampuan pemanggil dan juga kondisi elemental tersebut. Tentu saja, elemental bebas melakukan apapun yang diinginkannya saat tidak diperintah oleh Magi-nya. Ditambah lagi, ada jeda antara saat elemental itu dipanggil dan saat elemental itu benar-benar muncul, yang membuatnya menjadi sihir yang sangat rumit. Bahkan ada kisah tentang elemental yang dimusnahkan dan tidak muncul saat magi mereka memanggil mereka.
Omong-omong, Lucia menggunakan elementalnya untuk membuat air terjun, jadi dia menyimpan elementalnya di dalam botol yang selalu dibawanya. Itu bukan pencapaian yang mudah, namun dia selalu memiliki bakat untuk melatih hewan. Dia adalah orang yang mengajari Relik Hounding Chain-ku cara berjabat tangan. Namun sekarang setelah semuanya berakhir, konflik ini bukan urusanku. Aku menyingkirkan laporan itu di mejaku dan membuka kotak manju naga air panas milikku (kotak itu berisi dua puluh potong). Aku telah membeli kotak sebanyak mungkin sehingga aku masih punya sekitar tiga belas yang tersisa.
Saat aku memasukan mulutku dengan manju rasa stroberi, Eva mengatakan sesuatu yang cukup aneh kepadaku.
"Oh, Krai, tentang Pertemuan White Blade itu...."
"Hmm? Mmgh. Ack, ack. Ah, itu. Maaf aku melewatkannya. Tapi, aku tidak sedang bermain-mai—"
Eva menatapku dan berkedip berulang kali, telihat bingung.
"Hm? Oh, tidak, pertemuan itu ditunda. Tiga hari lagi. Aku khawatir apa harus memberitahu mereka tentang ketidakhadiranmu atau tidak, tapi sekarang aku tidak perlu khawatir tentang itu. Aku tidak bisa mengungkapkan betapa leganya aku."