Interlude : Fox

 

Seluruh kegelapan ibukota kekaisaran menyatu di distrik yang membusuk. Kegelapan itu adalah tempat berkumpul yang tepat bagi kedua orang itu. Yang satu bertubuh kecil dengan janggut yang tidak terawat dan mata yang gelap. Mantelnya yang usang dan kusam mungkin membuatnya dipandang sinis di bagian lain ibukota kekaisaran, namun itu adalah pakaian yang bagus bagi penduduk distrik yang membusuk itu.

 

Kulitnya kusam, namun jauh di dalam matanya ada tanda-tanda vitalitas yang liar. Dia adalah seorang makelar informasi veteran yang telah bertahan hidup bertahun-tahun dalam bayang-bayang ibukota kekaisaran. Dia mencari nafkah dengan menjual informasi secara ilegal kepada para pemburu harta karun dan bandit. Orang yang lainnya bertubuh tinggi dan ramping. Dia mengenakan jubah bertudung compang-camping dan celana bermanset tinggi. Sepatunya berlubang, sarung tangannya yang tipis tidak menyembunyikan betapa kurusnya tangannya, dan wajahnya tidak terlihat, karena di balik tudungnya yang rendah ada topeng rubah yang menakutkan.

 

"Jadi Bandit Squad Barrel sudah tamat."

Katanya. Suara-suara aneh bercampur dengan suaranya, usia dan jenis kelaminnya tidak jelas.

 

"Mereka adalah sekelompok orang yang berhati-hati, tapi ini Thousand Trick yang mereka hadapi. Akashic Tower tidak lebih baik dari itu. Tapi, target utama mereka adalah Hidden Curse, hee hee hee."

 

Orang itu menahan tawanya. Gelar itu milik seorang pemburu harta karun yang muncul entah dari mana. Sebuah bayangan yang bersarang di ibukota kekaisaran. Seseorang yang telah menghancurkan party hantu, perkumpulan rahasia, bandit, dan target bounty. Namun orang bertopeng itu tidak bergeming sedikit pun saat mengucapkan nama itu.

 

"Sungguh memalukan. Mereka akan menjadi pion yang hebat."

Kata orang bertopeng itu.

 

"Oh? Tidak banyak orang yang menarik perhatian Fox."

 

"Kami selalu mencari anggota yang cakap. Tetap saja, para pemburu itu menyebalkan."

 

Bertentangan dengan kata-kata penuh kebencian orang bertopeng itu, suaranya dingin, sama sekali tanpa emosi. Makelar informasi itu menelan rasa gugupnya. ​​Dia merasakan getaran di tulang punggungnya meskipun tidak ada permusuhan dari orang bertopeng itu yang ditujukan padanya.

 

Makelar informasi itu tidak dapat menahan diri untuk bertanya,

"Apa yang akan kau lakukan sekarang?"

 

Tidak ada jawaban. Di depan matanya, orang bertopeng itu menghilang. Bersama dengan semua kehadirannya, orang itu menghilang seolah-olah dia hanyalah ilusi. Makelar informasi itu sempat berdiri tercengang, namun dia berhasil membuat dirinya tenang. Cahaya yang kuat menghasilkan bayangan yang dalam. Di tanah suci perburuan harta karun yang makmur di Zebrudia, belum ada seorang pun yang menyadari bayangan tertentu perlahan-lahan merayap masuk.