Epilogue : Let This Grieving Soul Retire, Part Five
Kota Suls dikelilingi oleh pasukan ksatria yang mengenakan armor hitam dan menunggangi kuda. Berkibar liar ditiup angin adalah sebuah bendera dengan tiga bilah bersilang—segel Earl Gladis. Seorang laki-laki dengan armor berkilauan turun dari kuda terdepan dan menatap tembok yang mengelilingi kota.
"Apa yang sedang kulihat?" Katanya.
"Kau benar-benar datang terlambat." Kata sebuah suara.
"Siapa kau?!" Teriak ksatria itu.
Sebuah bayangan muncul di bawah gerbang kota, dan para ksatria itu menghunus pedang mereka.
"Apa itu cara untuk menyapa seseorang? Sungguh sangat tidak sopan, mengingat kami telah melakukan pekerjaanmu untukmu. Yah, itu hanya dilakukan di sela-sela liburan kami."
Sitri menepuk bahu Killiam saat bahunya terangkat penuh harap. Sambil menyeringai, Sitri mengeluarkan berkas misi dan melemparkannya ke tanah. Kapten ksatria itu terkejut ketika dirinya melihat segel majikannya ada di dokumen itu.
"Ini bukanlah jenis masalah yang mengharuskan kami bekerja sama dengan orang lain. Karena kau menunda-nunda, kami langsung menghancurkan Bandit Squad Barrel."
"Bekerja sama? Apa kau bilang kau itu dari Grieving Soul?!"
"Memang. Namaku Sitri Smart, aku bertugas bernegosiasi atas nama party kami. Aku sudah mendengar semua tentang tindakan heroikmu."
Sitri memiliki sikap lembut yang tidak menunjukkan bahwa dirinya terbiasa dengan pekerjaan yang keras. Rambut merah mudanya yang pendek berkibar ringan tertiup angin. Kapten para ksatria itu terkejut oleh senyuman Sitri yang tenang dan menawan. Bawahannya juga mulai goyah. Mereka telah mendengar bahwa sebuah misi bernama telah dikeluarkan untuk para pemburu harta karun. Mereka tidak bersemangat dengan gagasan untuk bekerja sama dengan tipe orang yang lebih suka menjarah reruntuhan harta karun daripada menjaga keselamatan publik, namun mereka tidak membiarkan perasaan pribadi mereka mengganggu tugas mereka.
Mereka benar-benar bingung. Sejauh yang mereka tahu, para pemburu itu bahkan belum tiba di wilayah Earl Gladis. Baru kemarin mereka menerima kabar bahwa sekelompok orang yang sesuai dengan deskripsi Bandit Squad Barrel akan meninggalkan wilayah itu. Karena tidak ingin menunggu para pemburu dan ingin memperbaiki harga diri mereka, para ksatria itu berangkat dengan menunggang kuda mereka. Ketika mereka akhirnya tiba di tempat tujuan dan melihat para pemburu sudah ada di sana, mereka merasa seperti telah melangkah ke realitas lain. Namun, laporan misi itu sah adanya. Sang kapten mengambilnya setelah dibuang dengan kasar ke tanah.
Tidak yakin apa yang harus ditanyakan terlebih dahulu, sang kapten akhirnya berkata :
"Mengapa kalian di sini? Kami menunggu kalian."
"Kami sedang menunggu. Mungkin lebih baik mengatakan bahwa kami sedang memancing mereka, tapi jangan khawatir demi kami. Tujuan utama kami adalah berburu naga, tapi kami menebarkan jaring yang lebar dan menangkap Bandit Squad Barrel juga. Semuanya."
Kapten yang terhormat itu tidak percaya apa yang didengarnya. Bandit Squad Barrel bersikap bijaksana namun berani. Mereka telah berulang kali mempermalukan para ksatria elit Earl Gladis dengan melawan mereka. Kehati-hatian para bandit yang ekstrem telah menjadi duri dalam daging mereka. Saat menyerang sebuah kota, Bandit Squad Barrel selalu mengirim pengintai untuk menentukan perlawanan seperti apa yang mungkin mereka hadapi. Jika perlawanan itu lebih dari yang dapat mereka tangani, mereka bahkan tidak berpikir untuk mencoba menyerang. Mereka adalah kelompok yang suka berpindah-pindah, jadi mereka tidak memiliki markas besar, dan tidak ada satu pun markas sementara mereka yang ditemukan.
Bandit Squad Barrel akan menyelinap pergi begitu saja saat pasukan besar berkumpul untuk memusnahkan mereka. Mereka memiliki beberapa cara untuk mendirikan tembok besar. Mereka mendatangkan malapetaka di wilayah Earl Gladis, tempat yang paling ditakuti oleh para penjahat, mencoreng nama salah satu pedang yang melindungi kekaisaran. Bandit Squad Barrel itu benar-benar licik. Namun tidak ada tanda-tanda kota itu telah dijarah, meskipun jelas sesuatu telah terjadi. Para ksatria itu menyentuh tembok batu dan bertukar pandang. Tembol itu menyerupai tembok yang muncul pada banyak kesempatan saat mereka mengejar para bandit itu.
"Apa ini? Aku tidak ingat kota ini memiliki tembok sebesar ini di sekelilingnya."
Kata sang kapten. Kota Suls adalah destinasi wisata yang terkenal. Kota itu seharusnya tidak memiliki pertahanan apapun.
Sitri menempelkan jarinya ke bibirnya.
"Kota ini kekurangan pertahanan, jadi kami membuat Bandit Squad Barrel itu untuk membangunnya. Aku akui kota ini perlu bala bantuan, tapi itu sudah cukup untuk saat ini. Apa kau pernar mendengar tentang penglihatan masa depan Thousand Trick?"
Tentu saja, sang kapten pernah mendengarnya. Namun dia masih tidak dapat mempercayainya, bahkan setelah melihat bukti di depan matanya sendiri. Dia dapat mempercayai cerita tentang mengintai, namun dapatkah manusia benar-benar memanipulasi kejadian hingga tingkat seperti itu? Dan bagaimana Thousand Trick bisa memahami gerakan Bandit Squad Barrel ketika hanya sedikit yang diketahui tentang mereka? Dan apa maksudnya tentang naga itu? Para ksatria lainnya tampak hampir tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.
"Kau tidak perlu berterima kasih kepada kami. Sesuatu seperti Bandit Squad Barrel hanyalah hal sepele bagi Thousand Trick. Pada akhirnya, fokus kami adalah menikmati liburan." Kata Sitri.
Sang kapten tahu bahwa dirinya sedang dipermainkan, namun dia berusaha keras untuk memprotes ketika hal itu begitu mencolok. Hal itu membuatnya frustrasi, namun prioritasnya adalah memahami situasi. Sang kapten mengucapkan terima kasih terlebih dahulu kepada Sitri dan mulai mengamati kota.
***
Aku menyerahkan berbagai detail kepada Sitri, seperti yang selalu aku lakukan, dan kembali ke penginapan bersama Luke dan yang lainnya. Kali ini, masalah telah meletus dalam skala yang cukup besar. Tentu saja, ada para Troglodyte yang mengintai kota, namun naga itu juga telah menghancurkan sejumlah bangunan. Kami juga menciptakan cukup banyak masalah bagi Arnold dan rekan-rekannya. Aku tahu bahwa sebagai pemimpin Grieving Soul, adalah tanggung jawabku untuk meminta maaf, namun itu tampaknya hanya memperburuk keadaan. Aku tidak punya pilihan selain menyerahkan semuanya kepada Sitri.
Sudah terlalu lama sejak terakhir kali aku melihat wajah Luke, Ansem, dan Lucia. Kami telah berteman sejak kecil dan hampir setiap hari bertemu, jadi tidak pernah bertemu mereka selama lebih dari sebulan sungguh tidak biasa. Ketika kami sampai di kamarku, mata Luke yang berwarna merah mulai menyala dengan berbinar.
"Jadi, Krai, di mana bagianku dari naga dan Makhluk Gua itu?"
"Tidak ada."
"Apa? Apa kau itu pilih kasih?! Orang-orang Bandit Squad Barrel itu tidak cukup, Lucia telah menyingkirkan sebagian besar dari mereka!"
Teman-temanku tidak berubah sedikit pun sejak mereka berangkat ke Night Palace. Aku tidak melihat luka-luka yang disebutkan Sitri dan mantel Luke bersih tanpa noda. Sepertinya mereka berhasil melewati reruntuhan harta karun itu dengan baik. Namun sungguh tidak masuk akal untuk mengatakan hal itu. Apa Luke melihat para Troglodyte dan naga itu sebagai bagian dari pesta penyambutan? Dan apa yang Luke maksud dengan Bandit Squad Barrel? Apa dia bertarung melawan mereka saat perjalanan ke Kota Suls? Sungguh jiwa yang bebas.
"Kami menunggu kalian." Kataku.
"Lagipula, ini liburan."
"Jadi ini bukan Trial. Begitu ya. Yah, itu tetap akan jadi pemanasan yang bagus. Dan aku benar-benar ingin melihat Makhluk Gua. Kau juga, kan, Lucia?"
"Aku ini tidak bodoh, Ketua. Aku datang karena kudengar kalian ada di sumber air panas, dan malah untuk menerima kekacauan ini."
Kurasa mantra pengubah katak itu pasti sangat melelahkannya. Bernafas tersengal-sengal, Lucia sudah ambruk di lantai saat kami tiba di kamarku. Lucia hanya menoleh ke arahku saat berbicara.
"Apa kamu membereskan kekacauan untukku?" Tanyaku.
"Haah?!"
Jangan salah paham, aku tahu Lucia selalu menyelamatkanku dari api. Lucia adalah adik perempuan yang terlalu baik untuk orang sepertiku. Namun dia tidak melakukan apapun untukku kali ini. Tentunya, Lucia mengucapkan mantra pengubah katak dengan waktu yang tepat, namun dia tidak melakukan itu untuk menyelamatkanku atau siapapun di party kami. Aku bertanya-tanya apa lagi yang bisa dia bicarakan.
"Andai saja kamu ada di sana saat para Troglodyte itu berkeliaran di kota." Kataku.
"Aaah! Mouu, mouu, mouuu—"
Lucia kemudian terbatuk-batuk.
Aku memberinya segelas air.
"Kamu baik-baik saja?"
Lucia meminumnya banyak-banyak, batuk beberapa kali lagi, dan menarik napas dalam-dalam.
"Terima. Kasih banyak. Aku terlalu memaksakan diri." Jawab Lucia.
Suara Lucia serak dan kulitnya buruk, namun dia tampak baik-baik saja secara keseluruhan. Dia tidak memiliki luka yang berarti. Sama seperti aku, rambut dan mata Lucia berwarna hitam, namun matanya berkilau yang tidak dimiliki olehku. Tubuhnya yang ramping membuatnya tampak rapuh, sama sekali tidak seperti seorang pemburu. Lucia agak rentan pingsan dan itu bukan karena sakit atau kondisi fisik yang buruk. Meskipun Lucia memiliki cadangan mana yang besar, dia selalu perlu beristirahat setelah merapal mantra besar.
Lucia duduk, minum lagi, dan menatapku dengan tatapan dingin.
"'Apa kamu membereskan kekacauan untukku?' katamu. Bisakah kamu berhenti menaikkan standarnya secara bertahap?"
"Aku baik-baik saja dengan standar itu. Lagipula, itu latihan yang bagus." Kata Luke.
"Mmm."
Kata Ansem sambil mengangguk dalam. Dia berbaring miring, tidak dapat berdiri bahkan di kamarku yang berlangit-langit tinggi. Dengan tinggi empat meter, Ansem bahkan tidak dapat masuk ke sebagian besar ruangan.
Aku tidak dapat menahan diri untuk tidak menghela napas. Lucia menolak, Luke menolak balik, dan Ansem mengangguk. Pemandangan yang sudah dikenal itu meyakinkan. Kami baru saja keluar dari cobaan yang mengerikan, namun aku merasa seperti akhirnya sedang berlibur dengan benar.
"Karena kalian datang sejauh ini, mari kita cari sumber air panas yang dapat dimasuki Ansem dan beristirahat dengan benar."
Bahkan kamar di penginapan mewah terasa sesak bagi Ansem, namun aku akan merasa tidak enak jika menyuruhnya berkemah di luar. Untung saja kami berada di daerah yang penuh dengan sumber air panas. Aku yakin kami akan menemukan tempat untuknya.
Dalam kasus terburuk, aku bisa menyuruh Lucia menggali satu.
"Kamu sudah beristirahat selama ini, bukan?" Tanya Lucia.
"Oh, aku baru ingat. Tino sudah berubah menjadi katak dan sebagainya, tapi kurasa kamu punya mantra untuk membatalkannya?"
"Bagaimana mungkin? Hanya membuat mantra transformasi saja sudah keterlaluan. Katakan padaku, apa ada mantra pembatalan di buku yang kamu berikan padaku?"
Panik, Tino yang berubah jadi katak itu mulai mengeluarkan suara katak protes sambil melompat-lompat di dalam botol. Aku menatapnya dengan kasihan, lalu tersadar. Lucia ada benarnya, namun ini bukan saatnya bercanda. Liz mengangkat botol itu dan tertawa, namun kurasa simpati tidak ada dalam kamusnya.
Bukankah Tino dan Lucia seharusnya berteman?
Aku bertanya-tanya, masih membeku dengan senyum terpampang di wajahku.
"Baik."
Kata Lucia sambil menghela napas kecil.
"Meskipun tidak ada mantra untuk membuatnya menjadi manusia lagi, dia akan kembali jika dia terbunuh."
Itu sama sekali tidak terdengar baik.
Tino menjerit kesakitan. Aku bingung. Apa aku harus memberitahu orang tua Tino bahwa adik perempuanku mengubah anak mereka menjadi katak?
Tidak mungkin aku bisa melakukan itu.
"J-Jangan khawatir, Tino. Aku akan bertanggung jawab dan menjagamu."
Kataku kepada Tino, memikirkan kemungkinan yang akan terjadi.
"Bisakah kamu berhenti mengatakan hal-hal bodoh? Lihat saja!"
Lucia mengangkat lengannya yang ramping dan menjentikkan jarinya.
Botol di tangan Liz tiba-tiba terbakar. Itu adalah hal yang selalu kubayangkan bisa dilakukan oleh Magi. Membakar sesuatu hanya dengan menjentikkan jari adalah bagian pertama mantra kerenku. Lucia, yang saat itu masih dalam pelatihan, menghabiskan waktu sebulan yang melelahkan untuk membuat mantra itu. Aku punya kenangan pahit saat dihajar habis-habisan karena tertawa saat tahu butuh waktu selama itu. Aku terdiam melihat pembakaran yang tiba-tiba itu. Namun saat teriakan Tino menghilang di tengah api itu, Tino Manusia muncul. Liz memeluknya. Tino masih sama seperti sebelum dirinya berubah menjadi katak. Yukata biru dengan obi yang diikat erat. Mata yang diapit oleh garis-garis air mata.
Jadi itulah yang dimaksud Lucia. Aku tidak terlalu memperhatikannya sampai sekarang, tapi pakaiannya menghilang bersamanya saat Tino berubah menjadi katak. Bagaimana bisa itu bisa terjadi?
Tino menatapku, lalu Lucia, Luke, dan akhirnya Liz. Akhirnya mencerna apa yang telah terjadi, dia memeluk Liz.
"L-Liz Onee-sama! Aku pikir aku akan menjadi katak seumur hidupku!"
Kata Tino dengan air mata membanjiri pipinya.
"Sudah, sudah, T."
Kata Liz, sambil memegang Tino.
"Kita akan melakukan pelatihan katak khusus agar T tidak akan pernah menjadi katak lagi."
"Maaaster, selamatkan aku! Lucia Onee-sama!"
"T tidak berubah sedikit pun." Kata Luke.
"Baiklah, Krai, ayo pergi ke sumber air panas! Kau tidak bisa berenang, kan? Lihat, aku membawa ban renang!"
Tentu. Kenapa tidak?
Aku pasrah dengan keributan itu dan menghela napas lega karena tahu bahwa keadaan akhirnya kembali normal. Kami mengalami pasang surut, namun aku senang kami pergi berlibur. Dan semua orang berkumpul, jadi kuputuskan bahwa itu adalah kemenangan dalam bukuku. Menyadari senyum lembutku, Lucia sepertinya mengingat sesuatu dan dia menatapku dengan mata menyipit.
"Aku baru saja mengingat sesuatu, Ketua. Kamu mungkin sudah tahu ini, tapi pertempuran antara Hidden Curse dan Akashic Tower telah mendatangkan malapetaka di ibukota kekaisaran. Kami berbalik dengan cepat karena liburan kita ini, tapi, yah, semua orang di sana memanggilmu. Benarkah kamu yang memulai pertempuran itu?"
"Sama sekali tidak benar. Sekarang, ayolah, Lucia, kamu pasti juga lelah. Mari kita bersantai di sumber air panas!"
***
Mereka sudah gila. Protean Sword itu telah menghunus pedangnya meskipun ada sandera dan ketidaktahuannya tentang situasi. Sementara Geffroy terbaring di tanah, Thousand Trick telah meremehkannya dengan lelucon sederhana. Para pemimpin Bandit Squad Barrel kalah, baik dalam hal kekuatan maupun pragmatisme. Geffroy terbaring di dekat pintu keluar kota, terikat rantai. Ksatria dengan armor, Sang Immutable, telah meregenerasi lengan kanannya. Senjata-senjatanya telah disita, namun dia diizinkan untuk menggerakkan tubuhnya.
{ TLN : Pragmatisme adalah aliran yang mengemukakan bahwa pemikiran itu mengikuti sebuah tindakan seseorang. }
Berpatroli di dekatnya adalah para ksatria Earl Gladis, para ksatria yang telah dia kalahkan berkali-kali sebelumnya. Beberapa dari mereka mengawasi Geffroy dan Kardon dengan saksama, mengamati setiap gerakan kecil yang mereka buat. Bandit Squad Barrel memiliki bounty di seluruh negeri. Mereka masih hidup hanya karena mereka tidak melawan setelah ditangkap oleh Thousand Trick dan party-nya. Biasanya, mereka akan dieksekusi saat mereka ditangkap. Dan meskipun mereka masih hidup, mereka kemungkinan besar akan dihukum gantung.
Mereka harus melepaskan diri dari belenggu mereka dengan cara apapun yang diperlukan. Namun ini bukan saatnya untuk mencoba apapun. Sihir telah menjadi faktor penentu kekalahan mereka. Tidak ada yang lebih meresahkan daripada seorang Magi yang mampu meniadakan keunggulan jumlah. Mereka telah mengambil tindakan penanggulangan anti-sihir, namun hal itu belum cukup. Geffroy yakin dirinya bisa bertahan melawan sejumlah ksatria Earl Gladis. Namun ada orang yang menganggap Geffroy sebagai warga sipil. Selama orang itu ada, melarikan diri tampak mustahil.
Orang itu (Thousand Trick) menakutkan. Bahkan ketika kemenangannya telah dipastikan, orang itu terus memainkan peran sebagai orang lemah. Hal itu adalah kehati-hatian yang bahkan melampaui Bandit Squad Barrel. Dingin dan penuh perhitungan, orang itu menggunakan manusia sebagai umpan dan memanipulasi monster, taktik yang tidak akan mudah dipertimbangkan oleh pemburu yang terhormat. Ada yang salah ketika orang seperti itu dibiarkan bebas.
Geffroy dan Kardon telah memilih jalan yang salah. Mereka seharusnya menempuh rute yang sama dengan Thousand Trick dan mengenakan kedok sekutu keadilan. Kardon tergeletak tak bergerak di tanah, namun dia kemungkinan besar sedang membuat rencana untuk masa depan. Namun, sudah terlambat untuk mengubah arah. Geffroy, Kardon, dan Bandit Squad Barrel sudah terlalu terkenal. Mereka harus mengalahkan Grieving Soul dengan menjadi bandit seperti sebelumnya.
Greving Soul adalah party yang beranggotakan tujuh orang, namun Geffroy tahu bahwa Bandit Squad Barrel sendiri tidak akan cukup untuk mengalahkan mereka. Kerja sama akan diperlukan. Mereka akan bergabung dengan Akashic Tower dan banyak sindikat sihir serta organisasi kriminal lainnya. Hingga saat ini, interaksi mereka murni transaksional, namun hal itu harus diubah. Dari kejauhan, dia bisa mendengar para ksatria, mereka semua mengenakan armor yang serasi, berbicara di antara mereka sendiri.
"Apa yang akan kita lakukan terhadap katak-katak ini?"
"Kita tidak menyangka akan menangkap semua bandit hidup-hidup. Kita harus membiarkan mereka sebagai katak saat kita mengangkut mereka."
"Mereka banyak sekali. Kapten khawatir mungkin ada warga sipil dan pemburu di antara mereka...."
"Kita harus memastikan itu...."
"Aku belum pernah melihat atau bahkan mendengar sihir seperti ini. Seperti sesuatu yang keluar dari dongeng."
Sepertinya Bandit Squad Barrel bukan satu-satunya yang bingung dengan apa yang telah terjadi. Grieving Soul merahasiakan beberapa hal. Belum lagi serangan para iblis, yang mungkin semakin memperumit masalah. Dapat diasumsikan bahwa ada ketidakpercayaan terhadap Thousand Trick. Dan jika memang begitu, ada celah yang bisa dimanfaatkan. Kemudian, seorang laki-laki dengan armor yang indah menghampiri mereka. Dia adalah kapten ksatria Earl Gladis, seorang yang mungkin setara dengan Geffroy dalam pertempuran langsung. Geffroy tidak akan melawan, hal itu hanya akan memberi ksatria itu pembenaran untuk membunuhnya. Kapten itu tampaknya sudah menebak dan mendecakkan lidahnya.
"Kau, Geffroy Barrel." Katanya.
"Berapa banyak orang di kelompokmu? Investigasi kami memberitahu kami bahwa kau memiliki lebih dari seratus orang, tapi mungkin lebih dekat ke tiga ratus ditambah satu?"
Mata Kardon melebar, sedikit saja. Menyembunyikan kekuatan kalian adalah bagian mendasar dari pertempuran. Selama pertempuran mereka dengan para ksatria Earl Gladis, Bandit Squad Barrel telah menyembunyikan sebagian besar anggota mereka. Mereka tentu tidak pernah mengeluarkan mereka semua sekaligus.
"Jangan coba-coba menipu kami. Kami dapat menyelidikinya sendiri dan tahu jika kau berbohong."
Ksatria itu menatap tajam ke arah Geffroy. Tampaknya dia tidak akan tenang bahkan setelah Bandit Squad Barrel telah jatuh sejauh ini. Namun, tidak usah dipikirkan, jumlah ksatria itu agak banyak.
"Menghitung setiap katak satu per satu akan memakan waktu. Grieving Soul itu benar-benar menempatkan kita dalam posisi yang buruk."
Ksatria-ksatria ini lambat dan berhati-hati, namun itulah sebabnya mereka telah dikalahkan oleh Bandit Squad Barrel berkali-kali. Tampaknya tidak mungkin bahwa hitungan mereka salah, namun, kecuali Geffroy salah, mereka salah tiga.
"Jumlah itu benar."
Jawab Kardon dengan suara rendah, sambil melihat ke tanah.
Kemudian Geffroy ingat. Mereka telah menangkap tiga Grieving Soul palsu dan menyimpannya di tempat yang terpisah dari tawanan lainnya. Mereka bertiga pasti telah berubah menjadi katak. Merekalah yang memulai semua ini. Mereka bukanlah kaki tangan yang paling kompeten. Geffroy tidak tahu apa hubungan mereka dengan Thousand Trick, namun...
"Ya. Itu benar." Geffroy setuju.
"Begitu."
Geffroy setidaknya akan membawa ketiga orang itu bersamanya. Senyum samar terbentuk di bibir Kardon. Sepertinya Kardon memikirkan hal yang sama. Bandit Squad Barrel telah menerima pukulan telak, namun para pemimpinnya masih bisa membaca pikiran satu sama lain. Geffroy didorong ke kuda kereta yang dibawa oleh para ksatria dan Kardon dilempar ke kereta kuda lain. Katak-katak itu dimasukkan ke dalam karung.
Mereka telah kehilangan anggota, senjata, dana, dan banyak lagi, namun Bandit Squad Barrel masih bertahan. Mereka kalah kali ini, namun Geffroy dan Kardon belum mati. Mereka menyalakan kembali tekad mereka : suatu hari, mereka akan membuat para pemburu itu menyesal tidak menghabisi mereka. Dengan para bandit yang sudah dimuat, kereta kuda perlahan meluncur keluar dari Kota Suls.
***
"Hmm? Apa-apaan itu? Sudah lelah dari reruntuhan harta karun, aku kembali ke ibukota kekaisaran hanya untuk mengetahui bahwa kamu telah pergi ke sumber air panas. Kemudian aku berjalan ke sumber air panas dan mendapati diriku sedang membersihkan kekacauan. Dan setelah semua itu, ini yang ingin kamu katakan? Apa aku salah dengar? Aku sangat berharap begitu."
Alis Lucia berkedut, dia menatapku dengan tatapan tajam yang tidak ditujukan kebanyakan orang kepada saudara kandung mereka.
Warna kulit Lucia telah membaik secara signifikan, menunjukkan bahwa tidur malam telah memberinya banyak manfaat. Itulah yang penting. Lucia berdiri tepat di depan wajahku, dan aku tersenyum canggung lalu melangkah mundur. Keringat dingin mengalir di punggungku. Aku tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya mengatakan apa yang ada di pikiranku, namun tindakanku itu membuat adik perempuanku marah.
"Y-Yah. Um.... kamu melakukannya dengan sangat baik di sana? Mm-hmm. Aku selalu bisa mengandalkan adik perempuanku."
Aku mencoba memujinya, namun ekspresinya tidak berubah.
Meskipun kami adalah saudara angkat, kami telah bersama sejak lama dan Lucia tahu betul orang seperti apa aku ini. Luke dan Liz tidak pernah menolongku di saat-saat seperti ini, mereka hanya menonton dengan geli. Bahkan Tino menonton sambil berlindung di belakang punggung Liz. Aku tidak punya sekutu. Lucia menautkan jari-jarinya yang ramping dan tersenyum.
"Tolong, katakan lagi, Ketua. Mungkin saja aku salah mendengarnya."
Aku tetap diam.
"Oh, Onii-chan?"
"Kodok-kodok yang kamu ubah itu." Kataku.
"Mereka salah jenis."
Lucia menggertakkan giginya.
"Kamu mengubahnya menjadi katak pohon. Biasanya katak banteng...."
"Aku tidak pernah mendengarnya! Lihat buku ini, ini buku yang kamu buat! Lihat! Lihat! Lihat!"
Teriak Lucia sambil menyodorkan buku mantra itu ke hadapanku. Buku itu yang kubuat dulu sekali. Di halaman lama yang usang ada kalimat "Mantra yang mengubah target menjadi katak". Tidak ada rincian lebih lanjut, pinggirannya dipenuhi dengan catatan Lucia.
"Di mana itu menyebutkan katak banteng?! Katakan padaku! Di mana? Di mana? Di mana?"
"T-Tentu saja, tapi mantranya adalah Witch’s Miracle, dan itu menyiratkan katak banteng. Tidak ada yang tampak seperti penyihir jika itu katak pohon."
Buku mantra yang kutulis hanya menjelaskan efek mantra karena isinya hanya fantasi anak-anak. Aku sama sekali tidak mempertimbangkan hal-hal seperti kemudahan dan hanya mengisi halaman-halamannya dengan mimpi-mimpiku. Namun itulah mengapa aku rela meributkan detailnya.
"J-Jangan khawatir. Kalau kamu bisa mengubah orang menjadi katak pohon, kamu juga pasti bisa mengubah orang menjadi katak banteng."
"Tidak, aku tidak bisa! Tidak semudah itu! Katakan padaku hal-hal itu sebelum aku membuat mantranya! Mantra yang sekarang sudah cukup merepotkan! Cobalah untuk terkesan! Kamu tidak akan menyuruhku membuatnya lagi, kan?"
Bibir adikku bergetar. Dia selalu melakukan ini saat dirinya kesal. Dari sudut pandang seorang amatir, hal itu tidak tampak begitu sulit, namun ternyata, ada perbedaan besar antara mantra katak pohon dan mantra katak banteng. Tentu saja, aku tidak akan menyuruhnya membuat mantra itu lagi.
Aku mengulurkan tanganku untuk menenangkannya.
"Aku tidak akan pernah melakukan itu. Mantra katak pohon itu sangat menakjubkan. Kurasa mantra itu mungkin tidak terlalu mirip seperti seorang penyihir, tapi aku tidak akan menyuruhmu untuk membuat ulang itu! Omong-omong, aku berharap kamu bisa menggunakan sihirmu untuk menggali sumber air panas. Yang bisa dimasuki Ansem."
"Tidak ada mantra seperti itu."
"Bisakah kamu melakukannya? Aku yakin kamu pasti bisa."
Lucia melotot padaku dan air mata mengalir di matanya. Dalam satu gerakan yang hebat, dia menjentikkan jarinya. Sesuatu yang besar jatuh di hadapanku. Tino menatap sesuatu yang besar itu dengan mata melebar.
Sesuatu yang besar itu adalah boneka. Boneka yang cukup besar, jelas-jelas dibuat sepertiku. Tanpa berkata apa-apa, Lucia mencengkeram leher boneka itu dengan tangan kirinya, dan dengan tangan kanannya, dia menghantamkan tinjunya ke dada boneka itu. Ruangan bergetar karena benturan itu. Sepertinya Lucia menyimpan banyak sekali kebencian. Hal seperti ini sering terjadi saat kalian sedang dalam fase pemberontakan.