Chapter Four : A Fun Vacation

 

"Apa yang sebenarnya kamu pikirkan?"

Lucia selalu mengatakan itu kepadaku.


Lucia kompeten dan memiliki pemikiran yang cepat, jadi aku yakin dia kesulitan memahami perilaku kakak laki-lakinya. Tidak seperti anggota Grieving Soul lainnya, Lucia adalah keluargaku dan aku yakin hal itu membuatnya sulit untuk hanya duduk diam dan melihatku melakukan kesalahan. Meskipun hal itu akan membuat kebanyakan orang patah semangat, aku tidak keberatan karena aku benar-benar tidak memikirkan apapun. Untuk memberikan gambaran yang jujur ​​tentang keterlibatanku dalam insiden ini, aku akan mengatakan : Aku terlibat dalam beberapa hal aneh yang tidak dapat kupahami dan semuanya terselesaikan sebelum aku dapat menemukan jawabannya.

 

Aku tidak berbohong atau khawatir akan sulit untuk menjelaskannya, aku hanya tidak mengerti apa yang telah terjadi. Mungkin hal seperti itu tidak dapat dihindari bagi para pemburu level tinggi, namun ini bukanlah pertama kalinya aku terseret ke dalam semacam kekacauan. Aku juga memiliki pengalaman dengan konspirasi dan terdampar di alam liar. Tentu saja, yang pernah kulakukan hanyalah berlarian tanpa petunjuk apapun yang terjadi sementara rekan-rekanku yang dapat diandalkan mengurus semuanya. Ini jelas salah satu contohnya, namun kali ini yang kulakukan hanyalah mengucapkan ryu-ryu. Bahkan aku merasa kesal dengan ketidakmampuanku kali ini. Hal itu tampak seperti pemikiran yang bagus saat itu, namun, yang memalukan, hal itu malah memperburuk keadaan.

 

Kami berjalan melewati Kota Suls. Kota ini sepi namun kerusakannya tidak separah yang kubayangkan. Penduduk kota yang berkerumun di jalan beberapa hari lalu tidak terlihat di mana pun. Aku melihat sejumlah besar Makhluk Gua di bawah Kota Suls. Aku yakin jumlah mereka lebih banyak daripada jumlah penduduk kota. Aku telah mengutarakan keinginanku untuk pulang, namun para makhluk malah memulai invasi. Mereka tampaknya tidak terlalu menyukai manusia dan aku tidak akan terkejut jika mereka menghancurkan seluruh kota, namun kerusakannya sebenarnya cukup kecil.

 

"Ada begitu banyak dari mereka seperti itu, tapi tidak ada kerusakan sama sekali. Bukankah itu aneh?"

Kata Liz, tampaknya memikirkan hal yang sama denganku.

 

"Itu karena, dalam peradaban yang dibangun di bawah tanah, penghancuran bangunan adalah hal yang tabu." Jelas Sitri.

 

"Bayangkan saja, menghancurkan sebuah bangunan dapat menyebabkan seluruh peradaban musnah. Bukan begitu, Krai?"

 

"Uh, ya, uh-huh."

 

Sekarang aku mengerti.

Namun aku masih tidak mengerti mengapa tidak ada orang. Bahkan tidak ada mayat di jalanan. Aku tidak ingat melihat para Troglodyte itu membawa pergi mayat manusia.

 

"Sebelum masuk ke pemandian, aku ingin tahu ada berapa banyak orang yang terluka."

Kataku, menyebutkan itu.

 

"Warga kota berkumpul di satu tempat dan Arnold telah memimpin upaya penyelamatan. Mereka seharusnya baik-baik saja, asalkan Arnold itu berhasil tiba tepat waktu."

 

"Hmm, begitu ya."

Aku masih memiliki sejumlah pertanyaan, namun kedengarannya para penduduk baik-baik saja. Jika Sitri berkata demikian, maka itu pasti benar. Aku ingin bertanya mengapa semua penduduk kota berkumpul di satu tempat dan bagaimana mereka semua dievakuasi tepat waktu ketika para Troglodyte itu menyerang dengan begitu cepat. Namun, aku memutuskan untuk melupakannya.

 

"Bagus sekali, Arnold." Kataku.

 

"Kupikir dia hanya orang yang kasar, tapu kurasa butuh lebih dari itu untuk mencapai level 7."

 

Dari ibukota hingga hutan, Arnold lah yang memulai, namun kurasa kali ini aku salah. Aku menebus kesalahkanku itu dan menawarkan permintaan maaf diam-diam atas semua masalah yang telah kutimbulkan padanya. Namun, kemudian aku merasakan Liz menepuk bahuku.

 

"Krai-chan tahu, Liz-chan tidak menyerang saat Liz-chan tahu ada sandera! Bukankah itu hebat? Ayo Krai-chan, puji Liz-chan ini karena melakukan itu!"

Kata Liz membanggakan dirinya.

 

"Aku menyelamatkan Arnold saat dia hampir mati karena racun yang dikembangkan oleh Akashic Tower!" Kata Sitri, menimpali.

 

"Satu jam lagi dan Arnold pasti akan mati. Dia berutang nyawanya padaku!"

 

"A-Aku, um, aku membuka borgol semua orang." Tambah Tino.

 

"Oh. Yah. Kalian semua hebat."

Astaga, Para Troglodyte itu memang sesuatu. Mereka tampak seperti monster, tapi mereka menyandera orang, menggunakan racun dari Akashic Tower, dan memborgol para sandera? Aku tidak menyangka itu.

 

Saat itulah kami menemukan seorang tergeletak di jalan.

Uh-oh. Korban pertama.

 

Kami berlari menghampirinya. Dia mengenakan kimono dan memiliki tinggi dan bentuk tubuh rata-rata. Kakinya bengkok dengan cara yang tidak seharusnya dan tubuhnya penuh memar. Namun, seperti yang diharapkan, dia masih hidup. Kami semakin dekat, namun kemudian orang itu menatap kami dengan samar dan tubuhnya berkedut. Orang itu mengerang dan tangannya meraih pisau pendek hitam yang ada di dekatnya. Orang itu pasti sedang bingung.

 

"Apa kau baik-baik saja?! Sitri, berikan ramuan!" Teriakku.

 

Orang itu tampaknya baik-baik saja, namun ramuan Sitri sangat manjur. Selama orang itu tetap sadar, orang itu mungkin tidak akan mati. Namun, entah mengapa, Liz mengerutkan alisnya.

 

"Itu musuh!" Kata Liz.

 

"Hah?"

Tercengang dengan itu, aku melihat lagi ke arah orang itu. Orang itu memakai kimono. Tinggi dan perawakannya rata-rata. Dia tidak memiliki wajah kasar seperti seorang pemburu. Sejauh yang aku tahu, dia tampak seperti penduduk lokal. Sitri juga tampak bingung. Liz mungkin orang yang suka meragukan, namun Liz tetaplah seorang Thief kelas satu. Apa maksudnya ini?

 

"Um. Jadi maksudmu, dia tampak seperti manusia, tapi dia sebenarnya Troglodyte."

 

Aku tidak begitu percaya itu, namun aku lebih memercayai penilaian Liz daripada penilaianku sendiri. Kami berhadapan dengan makhluk bawah tanah yang sebagian besar tidak dikenal. Tidak sulit untuk percaya bahwa mereka memiliki kekuatan kamuflase tingkat tinggi. Benar, kan?

 

"Ah, sekarang setelah menyebutkannya, rambutnya terlihat seperti tentakel itu jika diamati lebih dekat?" Kataku, berpura-pura seperti ini semua masuk akal saat aku menunjuk orang itu dengan takut-takut.

 

"Dan orang ini memang terlihat seperti tinggal di bawah tanah? Sejujurnya, jika mereka akan kembali, mereka seharusnya melakukan pekerjaan yang benar dan membawa semuanya."

 

Kebingungan pun terjadi.

 

"Ah, maaf, aku tidak menyadari maksudmu seperti itu." Lanjutku.

 

"Ya, jadi, mungkin orang ini bukan musuh?"

Kebingungan lainnya terjadi. Aku melakukan senam mental yang serius, hanya untuk tiba-tiba matras itu ditarik menjauh.

 

Sitri berjongkok di sampingku dan menatap pria itu.

"Yah, manusia normal tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan gerombolan Troglodyte atau naga. Omong-omong, Krai, kamu lebih suka aku menyembuhkannya atau menyiksanya?" Tanya Sitri.

 

Pilihan macam apa itu? Apa maksudnya seperti, penyiksaan yang terasa seperti perawatan atau perawatan yang terasa seperti penyiksaan? Apa itu semacam lelucon dari seorang Alkemis?

 

"Salah satunya." Jawabku.

 

"Untuk saat ini, rawat lukanya. Aku ingin bergegas dan memastikan semua orang baik-baik saja sehingga aku bisa bersantai di sumber air panas."

Dari pandangan sekilas ke sekeliling, tampaknya kerusakannya ternyata ringan. Aku tidak tahu apa kami beruntung atau tidak beruntung.

 

Liz, Sitri, dan Tino mengikutiku berkeliling kota dengan ekspresi tidak puas. Aku lelah secara fisik dan mental, namun aku tidak ingin menyerahkan masalah ini kepada Liz, dan mengabaikan hal ini akan membuatku menjadi orang jahat. Kerusakan di kota ini tidak seberapa, namun kerusakan tetap ada. Mereka tidak terluka parah, namun kami menemukan orang-orang yang terluka tergeletak di tanah. Kami masih belum menemukan mayat, yang merupakan berkah. Namun, beberapa orang pingsan dan membutuhkan perawatan segera. Ini akan menjadi waktu yang tepat untuk membawa Ansem, namun Sitri bukanlah pengganti yang buruk. Sitri mengeluarkan pistol airnya, Relik yang telah kuberikan padanya sejak lama, dan menembakkan ramuan ke setiap orang yang terluka.

 

"Ramuan ini bahkan bisa menghidupkan kembali orang mati." Jelas Sitri.

 

"Tapi, ramuan ini masih dalam tahap pengembangan."

 

"Kenapa kamu membawa ramuan yang belum selesai?"

Tanya Tino dengan takut-takut.

 

Berjalan-jalan dengan ramuan yang belum selesai adalah kebiasaan lama Sitri. Sihir penyembuhan itu sulit dan merupakan bidang tersendiri, terpisah dari sihir standar. Ansem mengembangkan keterampilan yang dipuji di seluruh ibukota kekaisaran, namun bahkan Ansem tidak bisa menyembuhkan banyak hal saat kami pertama kali memulai. Itulah sebabnya Sitri mulai membantu penyembuhan melalui ramuan buatan sendiri. Namun, resep yang tersedia untuk umum tidak menghasilkan obat yang dapat mengimbangi kecepatan Grieving Soul dalam berpetualang—dan terluka.

 

Namun, obat-obatan kuat yang dijual di toko semuanya mahal. Kami tidak akan bisa bertahan jika terus-menerus menggunakan obat yang dijual, jadi Sitri pada suatu saat mulai menggunakan ramuan uji coba yang lebih murah selama pertempuran. Hal itu berlanjut hingga Ansem mampu meregenerasi bagian tubuh sepenuhnya. Aku mendengar bahwa akhir-akhir ini Sitri hanya memiliki sedikit kesempatan untuk menggunakan ramuannya, namun dia tetap mempertahankan kebiasaannya yang bermanfaat itu.

 

"Aku akan membawa lebih banyak ramuan jika aku tahu akan menemukan tes uji yang luar biasa." Kata Sitri dengan riang.

 

Aku pura-pura tidak mendengar apapun. Sitri hanya menanggapi segala sesuatunya dengan terlalu serius. Jauh di lubuk hatinya, dia adalah gadis yang baik. Kecenderungannya sebagai ilmuwan gila merupakan bagian dari pesonanya.

 

"Bagaimana bisa orang-orang ini tidak sepenuhnya mati? Bagaimana Krai-chan melakukannya?" Kata Liz, berusaha terlihat terkesan sekaligus tidak tertarik.

 

Sebagai permulaan, bisakah kamu berhenti bertanya padaku atas segalanya?

 

"Tentu, lebih banyak kejayaan dalam menangkap mereka hidup-hidup, tapi menurutku tidak apa-apa jika satu atau dua orang mati."

 

Kejayaan di antara siapa? Orang barbar?

 

Sitri selesai mempersiapkan ramuannya dan berdiri.

"Kamu mungkin tidak tahu ini, Onee-chan, tapi apa yang Krai lakukan adalah hal yang wajar, mengingat sifat Troglodyte. Di antara jenis mereka, kekuatan adalah segalanya dan mereka suka menyerang musuh terkuat terlebih dahulu!”

 

Sitri berbicara dengan penuh semangat. Apa dia memiliki ketertarikan tertentu dengan Troglodyte?

 

"Dan kali ini, mereka bekerja di bawah perintah raja mereka, yang berarti hasil ini bukan kebetulan!" Kata Sitri dengan gembira.

 

"Kamu paham itu, kan, T?"

 

"A-Aku pikir begitu?" Tino tergagap.

 

Begitu ya. Aku juga tidak mengerti.

 

"Bahkan orang bodoh pun dapat menggunakan kekuatannya untuk menebas musuh!"

Kata Sitri, melanjutkan.

 

"Tapi untuk menyusun rencana, mengantisipasi motif budaya lain, dan memanipulasi mereka, tahukah kalian betapa hebatnya itu? Segala hal kecuali waktu yang tepat dapat mengakibatkan bencana! Benar, kan, Krai?"

 

"Ryuu-ryuu." Jawabku.

 

Jadi, bagaimana denganku jika aku seorang idiot dan juga tidak mampu menebas musuhku?

 

Liz melipat tangannya.

 

"Tapi itu tidak menjelaskan mengapa mereka dibiarkan hidup?"

Kata Liz, rasa simpatinya mungkin tumbuh dari rasa haus darahnya sendiri. Dan bukankah mereka merasa aneh bahwa para Troglodyte itu menganggap penduduk kota biasa itu kuat?

 

Sitri menepuk tangannya seperti biasa dan tersenyum seolah dia sedang menunggu pertanyaan Liz.

 

"Onee-chan, apa kamu tidak melihatnya? Mereka semua pingsan atau kakinya patah atau tidak bisa bergerak dengan cara lain. Dengan mengambil tawanan, mereka dapat melemahkan semangat musuh mereka dan menyergap siapapun yang mencoba menyelamatkan. Seperti mendapatkan dua burung dengan satu batu. Lagipula, para Troglodyte memiliki kecerdasan yang hampir sama dengan manusia."

 

Astaga.

Dan aku dipuja oleh makhluk-makhluk itu? Oleh para maniak haus darah itu?

 

"Mereka tidak takut mati dalam pertempuran." Lanjut Sitri.

 

"Jika Krai tidak mengusir mereka dengan seekor naga, mereka tidak akan berhenti sampai mereka semua mati. Mereka bahkan bisa saja menghancurkan kota-kota lain di sekitarnya. Benar, kan, Krai?"

 

"Y-Yah, kurasa itu mungkin saja."

Aku tidak suka ini. Aku tidak suka sifat Troglodyte. Aku tidak suka anggapan bahwa aku memanggil naga. Namun yang paling tidak kusukai adalah kenyataan bahwa Sitri pada umumnya tidak berbohong. Tino menatapku dengan tatapan yang biasanya dia berikan pada Liz.

 

Jangan khawatir. Jangan khawatir.

 

Kesampingkan jalan yang kami tempuh untuk sampai di sini, hasilnya adalah para Troglodyte itu sudah pergi. Yang tersisa bagi kami adalah melakukan sesuatu terhadap lubang itu, seperti menambalnya atau semacamnya. Apapun setelah itu seharusnya ditangani oleh kekaisaran.

 

Dengan dipandu oleh Liz, kami tiba di alun-alun kota di pusat Kota Suls. Alun-alun itu adalah ruang terbuka lebar yang dikelilingi oleh kanal-kanal yang membawa air mata air. Ketika kami pertama kali berkunjung saat jalan-jalan, alun-alun itu kosong, namun sekarang penuh dengan penduduk setempat. Meskipun ukuran Kota Suls tidak terlalu besar, melihat begitu banyak orang berkumpul di satu tempat merupakan pemandangan yang mengesankan. Apa penduduk kota benar-benar berkumpul? Mereka pasti sangat menguasai keadaan jika mereka berhasil menanggapi kemunculan para Troglodyte yang tiba-tiba dengan baik. Namun tampaknya para penduduk masih terguncang oleh semua kejadian itu karena mereka berkumpul bersama untuk bertahan.

 

Kemudian aku melihat seorang pemburu yang dikenal berdiri di luar kelompok itu.

 

"Oh, itu Rhuda. Bagus, aku senang melihatmu baik-baik saja." Kataku padanya.

 

"Krai?!"

Rhuda berteriak ketika melihatku. Mendengar suaranya, bocah Gilbert dan anggota party-nya datang. Sepertinya mereka semua berhasil keluar hidup-hidup.

 

"Kau yang melakukan ini, Thousand Trick?! Naga apa itu?"

Tanya Gilbert. Dia menopang dirinya sendiri dengan pedang yang berlumuran darah berwarna hijau.

 

"Jika aku harus mengatakan satu atau lain cara.... yah, semuanya baik-baik saja. Para Troglodyte itu telah kembali ke bawah tanah." Jawabku.

 

"Hah?!"

 

Ya, itu reaksi yang wajar. Begitulah reaksiku jika aku ada diposisinya.

 

Kemudian Arnold mulai berjalan ke arah kami. Raut wajahnya terlihat buruk, namun matanya bersinar dengan kekuatan yang tak tergoyahkan. Dia memberi beberapa perintah singkat kepada anggota party-nya dan kemudian menatapku.

 

"Apa kau menghentikan penyebabnya?"

Tanya Arnold padaku.

 

Penyebabnya itu ada di depanmu.

 

"Apa ada yang mati di sini?" Sitri menyela.

 

"Tidak ada. Mereka berhasil bertahan dengan golem mereka sampai kita tiba. Kudengar kau yang meminjamkannya, Ignoble."

 

"Ya. Aku senang mendengar para golem itu berguna. Mereka tidak akan ditangkap sama sekali jika mereka menggunakan para golem itu sejak awal, tapi kurasa tidak ada gunanya menggerutu tentang itu."

 

Tidak ada yang mati. Aku menghela napas lega. Serangan Troglodyte merupakan pukulan telak bagi kota dan dampaknya pasti akan terasa untuk sementara waktu, namun setidaknya tidak ada yang terbunuh. Orang mati adalah satu-satunya hal yang tidak bisa dihidupkan kembali. Sihir Ansem bisa menyembuhkan luka apapun, namun bahkan dia tidak bisa menghidupkan kembali seseorang. Ramuan dan teknologi medis tidak lebih baik dalam hal ini. Jika ada sesuatu di dunia kami yang bisa membangkitkan seseorang, itu adalah Relik, namun bahkan untuk hal itu, aku tidak mendengar apapun selain rumor yang meragukan. Harapanku hanya satu, yaitu tidak adanya korban jiwa. Aku pusing memikirkan masa depanku. Yang bisa kukatakan sendiri adalah aku telah mengucapkan ryu-ryu, lalu tiba-tiba para Troglodyte mulai menyerang. Sekarang setelah kami memastikan semua orang baik-baik saja, gelombang kelelahan melandaku.

 

"Apa semua ini sesuai rencana?"

Sitri berbisik di telingaku.

 

Apa maksudnya dengan semua ini sesuai rencana?

 

"Yah, aku senang semua orang baik-baik saja. Bahaya sudah berlalu, mari kita bubar untuk saat ini." Kataku.

 

Aku melihat sekeliling dan melihat penduduk kota yang gelisah, bocah Gilbert dan rekan-rekannya, Falling Fog, yang masih waspada, dan, akhirnya, rekan-rekanku sendiri. Yang tersisa hanyalah berendam di pemandian (asalkan aku punya cukup energi untuk melakukannya) lalu beristirahat. Ini sepertinya waktu yang cukup untuk mencari alasan yang bagus atas semua yang telah terjadi.

 

Namun saat aku hendak menyerah, Arnold punya pertanyaan untukku.

"Tunggu sebentar. Apa yang terjadi dengan Bandit Squad Barrel?"

 

Bandit Squad Barrel? Apa yang dia bicarakan itu?

Aku ingat Tino menyebutkan sesuatu tentang itu sebelumnya, namun aku tidak punya ruang mental untuk itu jadi aku membiarkannya berlalu begitu saja.

 

"Bandit Squad Barrel?"

Kata Liz dengan nada mengejek. Senyum jahat terpasang di wajahnya.

 

"Apa menurutmu hanya beberapa orang biasa saja sudah cukup untuk mereka? Krai-chan sudah berurusan dengan orang-orang itu sejak lama. Thousand Trick tidak seperti kalian para orang desa, benar, kan, Krai-chan?"

 

Liz, kamu sama sekali tidak membantuku di sini.

Bahkan dengan kepalaku yang kosong, aku masih ingat Chloe menyebutkan nama itu sebelumnya. Aku cukup yakin itu adalah nama kelompok yang Earl Gladis ingin aku singkirkan. Aku pernah mendengar mereka adalah pasukan bandit yang kuat, namun aku tidak melihat apa hubungannya kelompok mereka itu dengan situasi kami saat ini.

 

Aku tidak berencana menerima misi bernama dan jika aku mengingatnya dengan benar maka menurut Sitri—

 

"Bukankah mereka hanya sekelompok pengecut? Bukankah mereka sudah berbalik dan melarikan diri?"

 

Tidak bisakah Liz itu menemukan cara yang lebih baik untuk mengatakannya? Bahkan jika dia benar. Arnold kehilangan kata-kata. Gilbert dan rekan-rekannya membuat ekspresi tegang. Apa Liz itu mengatakan sesuatu yang aneh?

 

"Maaf, maaf, kurasa itu hal yang aneh untuk dibicarakan." Kataku.

 

"Hanya saja, kau tahu, aku disibukkan oleh para Troglodyte itu. Aku tidak punya waktu untuk mengkhawatirkan sekelompok bandit."

 

Selain itu, kami telah membasmi banyak bandit (dan kata "kami," yang aku maksud itu adalah anggota Grieving Soul lainnya). Sekelompok orang yang sedikit di atas rata-rata mungkin tidak cukup bagi Liz dan yang lainnya. Kedengarannya seperti Earl Gladis tidak dapat membasmi mereka hanya karena mereka melarikan diri.

 

"Seberapa besar kelompok mereka itu? Seratus? Dua ratus? Kurasa itu perbedaan yang sepele."

 

Ada berapa banyak Troglodyte di sana? Biar kukatakan saja, bukan karena aku tidak ingin berpikir. Bukan karena aku tidak ingin bepikir, oke.

 

"Jangan salah paham, aku tidak bilang Bandit Squad Barrel itu tidak menakutkan. Aku juga akan kewalahan jika diserang mereka. Tapi aku tidak melihat alasan untuk mengejar lawan yang melarikan diri. Itu sama saja seperti, bagaimana bilangnya ya, menindas yang lemah."

 

Kalau boleh jujur, akulah yang ditindas! Bukankah aku ini orang yang keras kepala? Aku merasa banyak mata yang menatapku.

 

"Apa kau bilang kau sudah tahu seberapa kuat Bandit Squad Barrel itu?"

Tanya Arnold dengan nada tegang.

 

"Tidak. Aku tidak tertarik dan tidak perlu tahu itu. Aku menjadi pemburu supaya aku bisa menjelajahi reruntuhan harta karun, bukan untuk mengalahkan bandit."

 

Bukan berarti aku pernah menaklukkan reruntuhan harta karun...

Aku tidak akan meminta pengertian mereka. Aku hanya ingin menjelaskan bahwa aku tidak berencana melakukan apapun lagi, tidak peduli apa kata orang.

 

"Jika kau benar-benar ingin melawan mereka, maka aku tidak akan menghentikanmu. Aku bahkan akan menyerahkan misi bernama itu, tapi kau mungkin harus bergegas."

 

Aku tidak tahu di mana bandit-bandit ini berada. Para Troglodyte dan naga itu telah membuat kekacauan. Bahkan dengan keberuntunganku, bisa dipastikan bandit tidak akan muncul di atas segalanya. Banyak mata menatapku. Namun aku telah mengatakan apa yang ingin kukatakan, jadi aku menoleh ke Sitri.

 

"Hanya itu yang ingin kukatakan." Kataku pada Sitri.

 

"Aku tidak suka melakukan ini, tapi bisakah aku serahkan sisanya padamu?"

 

"Tentu saja! Aku masih ada urusan yang harus didiskusikan di sini."

Jawab Sitri. Itu adalah dedikasi yang mengagumkan untuk seorang pedagang sepertinya. Aku mendoakan yang terbaik untuknya.

 

Baiklah, semuanya beres! Aku tidak peduli apa kata orang, kami sudah selesai di sini! Selesai! Saatnya mandi dan tidur.

Aku menguap lebar dan hanya berhasil melangkah maju satu langkah sebelum seseorang memanggilku.

 

"Tunggu, Thousand Trick!"

 

"Mmm?"

Aku berbalik dan terkejut dengan apa yang kulihat.

 

"Diam  di sana. Gerakkan satu jari saja dan kami akan membunuh orang-orang ini."

 

Beberapa penduduk kota menekan bilah-bilah pendek hitam ke leher beberapa penduduk kota lainnya. Lima laki-laki dan perempuan dari berbagai usia semuanya memiliki bilah yang diarahkan ke leher para penduduk. Hal itu sangat aneh hingga hampir tidak terasa nyata.

 

Hah? Apa yang sedang dilakukan mereka ini?

Aku tidak bisa memahaminya sama sekali. Orang-orang yang memegang pedang pendek hitam itu jelas-jelas penduduk kota yang normal. Para sandera sendiri tampak terkejut sesaat sebelum wajah mereka memucat. Aku memutuskan bahwa aman untuk menganggap ini bukan lelucon.

 

"Kau lengah. Pada jarak ini, kami punya keuntungan."

Kata seorang berwajah polos yang memegang pedang pendek.

 

Arnold melotot ke arah orang itu seperti iblis yang baru saja keluar dari neraka.

"Kau bersembunyi di antara mereka?!"

 

Aku tidak punya petunjuk sedikit pun tentang apa yang sedang terjadi. Namun setidaknya sepertinya aku tidak sendirian dalam hal itu. Apa beberapa penduduk kota telah dibuat gila oleh para Troglodyte itu dan berbalik melawan tetangga mereka sendiri? Aku melirik Liz, namun sepertinya liz tidak dapat menemukan celah. Bahkan menjadi secepat kilat tidak cukup untuk menyelesaikan situasi ini. Belum lagi ada lima sandera.

 

"T-Tunggu sebentar. Tenanglah." Kataku.

 

"Bilah-bilah kalian itu bukanlah sesuatu yang harus kalian gunakan tanpa pelatihan yang tepat!"

 

Wajah orang itu berubah marah, begitu pula para penyandera lainnya.

"Jangan mengejek kami!"

 

Aku tidak mengejekmu. Hanya saja, apa aku melakukan sesuatu yang menyebabkan situasi penyanderaan?

 

"Apa yang coba kalian lakukan?" Tanyaku.

 

"Di-Diam!"

 

Situasi penyanderaan selalu menegangkan, namun kali ini aku benar-benar tidak bisa berkata apa-apa. Aku memeras otakku dengan putus asa dan segera sampai pada suatu kesimpulan.

 

Mungkinkah mereka itu.... Troglodyte yang menyamar?

Aku melangkah maju dengan lemah dan mencoba menenangkan mereka dengan bahasa lain.

 

"Ryuu-ryuu?"

Ada perubahan pada wajah para penyandera itu—kemarahan mereka langsung hilang. Tidak, itu tidak benar. Dipenuhi emosi, ekspresi mereka menjadi datar. Ini adalah bukti tekad mereka. Ini adalah ekspresi petarung yang siap mati.

 

"Kemuliaan bagi Bandit Squad Barrel!"

Teriak mereka serempak. Itu adalah kata-kata yang tidak terduga. Bilah pedang pendek di tangan mereka mulai bergerak. Tidak ada waktu untuk melakukan atau bahkan mengatakan apapun. Liz, Tino, dan Arnold semuanya mulai bergerak, namun mereka jelas tidak akan berhasil tepat waktu. Namun tepat saat para sandera itu hendak digorok lehernya, pedang pendek mereka itu jatuh ke tanah.

 

Aku bersumpah demi apapun, aku tidak mengalihkan pandangan bahkan sedetik pun. Hal itu terjadi secara tiba-tiba. Kelima orang yang memegang bilah pendek pedang itu menghilang tanpa jejak sebelum mereka sempat menumpahkan darah. Para sandera yang dibebaskan itu tersandung dan jatuh ke tanah. Aku merasa seperti sedang bermimpi, namun Arnold juga melihat sekeliling dengan panik, mata Liz terbuka lebar, dan Tino....

 

"Hmm? Di mana Tino?" Kataku.

 

"Eigh dan yang lainnya juga menghilang. Apa yang terjadi?!" Teriak Arnold.

 

Bukan hanya kelima penyerang itu yang menghilang. Liz, Sitri, Arnold, dan Killiam masih bersama kami, namun Tino, yang baru saja ada di sana, sudah tidak ada dan begitu pula Falling Fog, Rhuda, bocah Gilbert, dan anggota party-nya yang lain. Namun, para sandera dan aku baik-baik saja. Hal ini tidak masuk akal.

 

Apa yang baru saja terjadi?

Aku melihat Sitri berjongkok dan mengambil sesuatu di kakinya. Sitri menghela napas kecil dan meletakkan itu di telapak tangannya.