Bonus Short Story
BIARKAN GRIEVING SOUL INI BERLATIH!
"Oooh! Latihan pemandian air panas!"
Teriak Luke saat dia berdiri di depan pemandian utama yang telah selesai dibangun. Yang bisa kulakukan hanyalah menghela napas. Seperti biasa, Luke itu punya cara pandang yang aneh.
Latihan harian sangat penting bagi para pemburu harta karun, bahkan Grieving Soul yang luar biasa pun tidak bisa bermalas-malasan. Bahkan, sering dikatakan bahwa level seorang pemburu berbanding lurus dengan jumlah latihan yang telah mereka lakukan. Dan teman-teman masa kecilku semuanya terobsesi dengan latihan. Ketenaran mereka bukan tanpa alasan; satu-satunya anggota yang tidak berlatih secara teratur adalah aku. Bisa dibilang itu adalah bagian dari gaya hidup mereka. Aku mengetahuinya saat melihat bagaimana Liz, Sitri, dan Tino semua ingin berlatih bahkan selama liburan kami.
Energik seperti biasa, mata Luke berbinar saat dia mengayunkan pedang kayu yang baru saja dibuat Lucia untuknya. Tidak ada yang menunjukkan bahwa Luke itu menganggapnya sebagai tugas. Aku sempat mempertimbangkan untuk menghentikannya, namun menepis gagasan itu saat melihat betapa Luke itu menikmatinya. Sebaliknya, aku hanya menguap.
"Latihan apa yang ada dalam pikiranmu?" Tanyaku.
"Yah, kalau aku akan berlatih, maka harus ada air terjun." Jawab Luke.
Luke ini sepertinya sangat menyukai air terjunnya. Dia selalu menjadikannya bagian dari latihannya, namun aku ragu apa itu berguna. Aku belum pernah berdiri di bawah air terjun jadi aku tidak bisa mengatakannya dengan pasti, namun aku kesulitan membayangkan apa gunanya bagi seorang yang bisa beradu pedang dengan fatamorgana.
Menyadari ekspresi kebingunganku, Luke tersenyum dengan berani.
"Dengan berdiri di bawah air terjun dan menyatu dengan alam, kau bisa membelah dunia!" Kata Luke.
"K-Kau bisa? Itu bagus."
Kataku, tidak yakin apa lagi yang harus kukatakan.
Terlepas dari semua itu, Luke adalah salah satu Swordman terkemuka di ibukota kekaisaran. Tidak ada yang tidak bisa dikalahkan oleh semangatnya itu.
"Hari ini, hmm, kurasa aku akan mencapai seratus derajat celcius."
Kata Luke, menyatakan itu.
"Hah?!"
"Dan airnya harus lebih deras dari air terjun biasa. Naikkan setinggi mungkin! Aku sedang melatih ketahanan, jadi buatlah sesuatu yang bisa meninggalkan kawah di tanah!"
Apa itu masih air terjun? Dan bukankah itu air mendidih?
"Mempertahankan itu untuk waktu yang lama akan menjadi bentuk latihanku sendiri."
Kata Lucia, sambil memegangi kepalanya.
"K-Kerja bagus, Lucia." Kataku.
"Ketua, saat kamu bermalas-malasan di pemandian, mencuci punggung Ansem Nii, dan tertidur, aku tidak melakukan apapun selain mengendalikan air!"
"Ya, uh-huh. Kerja bagus, Grand Magi! Lucia nomor satu!"
"Bisakah kamu tidak mengatakan itu keras-keras?!"
Magi sering kali merupakan anggota yang paling serba bisa dalam sebuah party dan Lucia tidak disebut Archmagus tanpa alasan.
"Nee, Krai-chan."
Kata Liz, menyenggolku.
"T dan Liz-chan, kami akan berlatih dengan berlari melintasi air!"
"Heeh, aku juga? O-Oke." Kata Tino.
"Airnya akan mendidih, jadi sebaiknya T berusaha sekuat tenaga."
"Heeeh?!"
Yang membuat Tino ngeri, Liz jelas tidak mau menerima penolakan.
Ini bukan kompetisi, teman-teman....
Ap benar-benar akan ada hari di mana latihan semacam itu terbukti berguna? Dan bagaimana kalian bisa menemukan air mendidih? Aku punya banyak pertanyaan, namun yang paling ingin kutanyakan adalah mengapa Liz tampak begitu gembira dengan ide itu.
Sambil tersenyum, Sitri berjalan santai ke arahku.
"Aku akan melatih golem air panasku." Katanya.
"Untuk apa?" Tanyaku.
"Setelah itu, hmm. Aku tidak bisa memikirkan latihan apapun yang bisa kulakukan yang khusus untuk air panas. Kurasa aku akan mencoba menahan napas."
Kenapa? Kamu tidak perlu melakukannya. Kamu tidak perlu terlalu memaksakan diri. Santai saja dan bersenang-senanglah. Aku belum pernah mendengar seseorang berkata, "Kurasa aku akan mencoba menahan napas."
"Oh, kedengarannya bagus. Aku juga akan menahan napas!" Kata Luke.
"Ide bagus, Sitri-chan. Ayo, T, kita juga akan menahan napas!" Tambah Liz.
Tino hanya menjerit.
"Kamu juga, Killiam." Panggil Sitri.
"Kill, kill."
Kata monster setia itu.
Sepertinya ide menahan napas itu benar-benar berhasil. Aku hanya merasa kasihan pada Tino.
"Latihan macam apa yang akan kau lakukan, Ansem?"
Tanyaku kepada Ansem.
Ansem pendiam sampai sekarang. Tidak seperti adik-adiknya, Ansem adalah orang pendiam. Namun, ada sesuatu tentang dirinya yang mencegah keheningan itu menjadi sesuatu yang tidak mengenakkan. Ansem layak menyandang gelar Immutable, namun sebagai teman lamanya, aku tahu bahwa dia tidak meremehkan percakapan ini. Ansem menggerutu menanggapi pertanyaanku. Hal itu tidak terlihat di wajahnya, namun aku bisa tahu ada sesuatu yang mengganggunya. Untung saja Sitri selalu tahu apa yang harus dikatakan dalam situasi seperti ini.
"Di tempat seperti ini, tidak banyak yang bisa dilakukan Onii-chanku dalam hal latihan."
Kata Sitri, menjelaskan itu.
"Jika kita mencoba melukai Ansem-chan, kita tinggal menghancurkan sumber air panasnya." Tambah Liz.
"Dan Ansem sudah baik-baik saja tanpa banyak bernapas."
Kata Luke, ikut menjelaskan.
"Mmm."
Aku kesulitan memahami fakta bahwa anggota kami yang paling dapat diandalkan juga merupakan anggota kami yang paling aneh. Dan "sudah baik-baik saja tanpa banyak bernapas". Itu rangkaian kata lain yang belum pernah kudengar sebelumnya. Tetap saja, Ansem tampak agak kesepian. Apa dia benar-benar ingin berlatih?
"Mengapa kita tidak mengintensifkan latihan kita? Dengan begitu Ansem Nii dapat menyembuhkan seseorang jika mereka pingsan."
Kata Lucia, menyusulkan itu sambil mengangkat bahunya.
"Oke!"
Kata semua orang serempak.
Orang-orang ini terlalu aneh bagiku. Dan jika ada yang akan pingsan di sini, itu pasti Tino, bukan?
"Mmm!"
Kata Ansem sambil mengangguk.
Kudengar Tino menjerit pelan saat bersembunyi di belakangku.