Chapter Two : A Strange Trial

 

Bahkan ketika dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya, Ibukota Kekaisaran Zebrudia termasuk di antara Ibukota yang paling makmur. Jalanannya bersih dan dipenuhi lampu jalanan. Kecuali distrik yang sudah rusak, Ibukota memiliki penerangan yang baik di malam hari. Kota ini memiliki populasi yang besar dan, karena banyaknya para pemburu yang gaduh, para Ksatria cukup sering berpatroli di kota.

Namun, jika kalian melangkah keluar dari tembok Ibukota, kalian akan menemukan diri kalian berada di dunia anjing makan anjing seperti yang kalian temukan di negara lain. Tidak ada cahaya dari sumber buatan manusia dan monster sering muncul. Ada phantom yang berkeliaran di rumah mereka, seperti yang terjadi pada insiden Sarang White Wolf baru-baru ini, dan ada bandit yang mungkin memilih untuk menyerang.

{ TLN : Dunia anjing makan anjing itu artinya situasi di mana orang akan melakukan apapun untuk menjadi sukses, meskipun apa yang mereka lakukan merugikan orang lain. }

 

Kekaisaran ini mengalihkan sumber dayanya untuk pemeliharaan perdamaian, namun ketidakmampuan mereka untuk membasmi ancaman seharusnya menunjukkan betapa berbahayanya kondisi di luar negara. Dengan kereta kami yang berjalan dengan kecepatan tetap, kami meninggalkan Ibukota dan aku sudah mulai menyesali keputusanku untuk pergi berlibur. Aku melihat ke luar jendela dan melihat awan tebal menutupi langit dan menyembunyikan bulan dari pandangan. Pemandangan di luar terselubung dalam kegelapan yang hampir total dan oleh karena itu tidak dapat kupahami karena aku tidak memiliki penglihatan malam.

 

Setidaknya kami harus berangkat pagi ini. Aku memang seorang idiot. Ini tidak seperti insiden di Sarang White Wolf. Aku mempunyai kebebasan untuk memilih kapan berangkat, tapi aku memilih berangkat pada malam hari karena suatu alasan. Aku ingin kembali dan memukul diriku yang beberapa jam yang lalu.

Pikirku dalam hati. Merupakan hal yang wajar di kalangan pemburu untuk berangkat di pagi hari kecuali kalian memiliki alasan khusus untuk berangkat di waktu lain pada hari itu. Lagipula, sebagian besar monster dan phantom bisa melihat dalam kegelapan. Liz, Sitri, Tino, dan bahkan Eva semua pemburu mengetahui hal ini. Aku berharap mereka setidaknya sekali bertanya kepadaku, apa yakin akan berangkat pada malam hari.

 

Tentunya, kesalahan ada di pihakku, namun mereka tampaknya terlalu percaya kepadaku. Aku hampir tidak meninggalkan rumah klan, apalagi Ibukota, jadi ini adalah perjalanan kereta kuda pertamaku dalam beberapa waktu. Getaran khusus yang aku rasakan di seluruh tubuhku ini terasa seperti nostalgia. Begitu pemburu harta karun mulai merasa nyaman secara finansial, mereka sering kali mulai menggunakan kereta kuda. Kereta kuda itu bukan hanya untuk mengangkut diri mereka sendiri, namun terutama untuk mengangkut rampasan dari reruntuhan mereka. Pemburu yang menggunakan kereta kuda, dan cukup kompeten untuk menjaga keamanannya, mengalami peningkatan pendapatan yang luar biasa. Grieving Soul menggunakan kereta kuda juga, namun Ansem terlalu besar untuk muat di dalamnya dan Liz dan Luke akan berlarian di luar, jadi hanya aku, dan kadang-kadang Lucia, yang naik ke dalam. Melihat ke belakang, kenangan itu menyenangkan untuk diingat dengan caranya sendiri. Aku tidak terlalu menyukai cangkang yang baru saja kumasuki, namun petualangan lama itu adalah kenangan indahku.

 

Kereta yang disewa Eva berukuran sedang dan kemungkinan besar dibuat dengan mempertimbangkan para pemburu. Tempatnya tidak cukup luas untuk aku bisa merenggangkan kakiku dan tidur, namun kokoh dan atapnya dilengkapi tempat duduk untuk melihat-lihat. Ada juga suspensi yang membantu meredam getaran. Saat memperhitungkan bagasi, tidak ada cukup ruang untuk menampung rombongan penuh di dalam kereta kuda ini, namun itu adalah hal yang biasa bagi sebagian besar pemburu. Kereta kudanya terus melaju tanpa menghiraukan penyesalanku. Black dan White berada di kursi pengemudi, dan Gray berada di kursi pengintai. Aku terkesan dengan kemampuan mereka menjaga kereta kudanya tetap berjalan dalam kegelapan.

Sepertinya sekali lagi hanya aku yang tidak bisa melihat dalam kegelapan. Owl's Eye sudah terisi dayanya, namun ini bukan waktu yang tepat untuk menggunakannya. Duduk di hadapanku, Sitri membuka petanya dan dia melirik ke arah saudara perempuannya, yang duduk di sebelahnya.

 

"Kenapa kamu tidak lari di luar, Onee-chan? Kamu biasanya selalu lari...."

Sitri bertanya itu kepada saudara perempuannya.

 

"Hah? Itu karena jika Liz-chan meninggalkan Sitri-chan sendirian dengan Krai-chan, Sitri-chan akan menumpangkan tangan kotor Sitri-chan itu padanya. Sitri-chan pikir Liz-chan akan membiarkan itu terjadi?" Liz menjawab.

 

"Aku hanya sedikit tidak nyaman karena hanya White, Black, dan Gray yang berada di luar. Aku berharap kamu akan berlari di luar." Kata Sitri.

 

"Sitri-chan pikir itu tidak nyaman?! Lagipula, apa masalahnya? Killiam dan Chimera itu ada di luar. Lagian, kenapa Sitri-chan ada di sini kali ini? Biasa Sitri-chan mengambil kursi pengemudi, kan?!" Kata Liz.

 

"Itu karena aku sedang menguji White dan Black—"

Di tengah kegelapan, Liz dan Sitri mulai bertarung dengan mata menyala-nyala.

 

Di salah satu sudut gerbong, Tino, yang kurang lebih telah diculik oleh Liz, sedang duduk dan memeluk lututnya seperti aku. Sepertinya Tino masih belum melupakan kejadian dengan topeng itu. Tino tidak mengatakan sepatah kata pun selain memberi salam dan permintaan maaf awal. Rasanya sepi sekali karena tidak ada orang yang bisa diajak bicara, namun sulit untuk menyapanya saat aku tahu aku akan ditolak. Satu hal yang bisa kusyukuri adalah aku tidak perlu melihat ketiga orang menyeramkan yang disewa Sitri itu. Tetap saja, menurutku tidak ada orang mana pun yang akan melihat kami dan mengira kami akan pergi berlibur.

 

Mungkin tidak akan terlalu buruk jika kami tidak berangkat pada malam hari....

Aku mulai berpikir, ketika kereta kami dilewati oleh seorang yang berotot berwarna abu-abu di atas seekor singa yang aneh. Seseorang itu adalah Killiam yang mengendarai Drink. Drink menggeram kegirangan dan Killiam mencengkeram kendali dengan antusias. Kekuatan mereka yang luar biasa itu membuatku merasa ingin muntah jadi aku memalingkan wajahku dari jendela. Duduk dalam diam, aku menyadari sesuatu : kami tidak bertemu banyak monster. Dengan dua makhluk itu berjalan di samping kereta kami, aku kira monster pun tidak akan mau mendekati kami. Drink dan Killiam lebih mengerikan dari apapun yang ada di hutan ini. Mereka itu seperti sesuatu yang keluar dari mimpi buruk. Di hutan belantara ini, ada sesuatu yang tidak seharusnya terjadi.

 

Sepertinya ini akan menjadi perjalanan yang aman.