Suara itu datang dari sebuah party besar. Terdiri dari delapan orang dan dua gerbong. Chloe menatap dengan mata melebar ke arah orang bertubuh tinggi yang berdiri kokoh di tengah-tengah kelompok itu. Orang itu adalah Sang Crashing Lightning, Arnold Hail, bersama dengan semua orang yang baru-baru ini terlibat dalam bentrokan dengan Thousand Trick.
***
"Tsk, sial sekali. Aku kira cuaca seperti ini terjadi bahkan di Zebrudia."
Mereka berada di dekat gerbang. Baru saja berhasil berteduh bersama yang lain, Eight Lalia memandang ke langit dengan kecewa. Badai yang tiba-tiba mengingatkan dia dan para anggota party-nya akan kampung halaman mereka di Nebulanubes, Land of Fogs, tempat dengan musim hujan yang berlangsung sepanjang tahun.
Dilihat dari angin dan volume hujan, kejadian ini tidak akan berhenti begitu saja, mungkin akan berlangsung sepanjang hari. Para anggota Falling Fogs sudah terbiasa bertarung di tengah hujan, namun bukan berarti mereka menikmatinya. Di Land of Fogs, badai adalah musuh terburuk para pemburu. Meninggalkan kota pada malam yang penuh badai adalah sesuatu yang ingin mereka hindari. Di masa lalu, sering kali saat terjadi badai, Thunder Dragon menyerang Nebulanubes. Bagi mereka, langit yang diselimuti awan gelap adalah pertanda buruk. Ekspresi Arnold pahit dan, jika kalian ingin tahu kenapa begitu, dia sangat kesal. Dia yakin musuh bebuyutannya telah meninggalkan Ibukota. Arnold ingin memulai pengejarannya sesegera mungkin dan dia tahu Eigh dan yang lainnya tidak akan ragu untuk ikut bersamanya. Ini bukan hanya masalah harga diri Arnold, namun semua orang di Falling Fogs. Thousand Trick yang berlevel membuat mereka takut, namun mereka semua bersatu dalam keinginan untuk membalas dendam. Namun, mengejar target di tengah hujan masih sangat sulit, jadi Arnold menahan diri untuk tidak memberikan perintah untuk pergi. Mereka tidak tahu ke mana tujuan Thousand Trick. Mereka telah mencari informasi, namun yang mereka ketahui hanyalah bahwa dia akan pergi berlibur.
Hanya ada begitu banyak kota yang terhubung langsung ke Ibukota melalui jalan raya, namun jika mereka memilih kota yang salah, maka akan memakan banyak waktu untuk kembali. Selanjutnya, Falling Fogs terdiri dari delapan orang yang tersebar di dua gerbong; dengan semua senjata dan bawaan mereka, akan sangat sulit untuk menyatukan semuanya. Memiliki begitu banyak orang dalam satu party memang bagus dalam pertarungan, namun itu juga membuat mereka lambat dalam bergerak.
"Tidak mungkin cuaca ini akan berlanjut selama berbulan-bulan seperti yang terjadi di Nebulanubes. Mungkin yang terbaik adalah beristirahat malam dan melihat apa yang terjadi." Usul Eigh.
Kemudian di saat yang sama, dia mendengar seseorang menyebutkan nama musuh bebuyutannya. Dia berbalik dan melihat sekelompok pemburu muda. Senyum terbentuk di bibirnya ketika dia melihat di antara mereka ada wajah yang familier. Itu adalah pegawai Asosiasi Penjelajah. Chloe, Eigh cukup yakin. Chloe lah yang menyampaikan pernyataan Thousand Trick. Gadis itu sepertinya mengingatnya juga karena matanya melebar. Eigh menyadari bahwa dia belum melihat gadis itu sejak gadis itu pertama kali menyampaikan pernyataan itu. Eigh tidak mengenali satu pun anggota party yang bersama gadis itu.
"Falling Fogs."
Kata Chole dengan binar di matanya. Ada sesuatu yang misterius pada suaranya.
"Apa yang dilakukan party dengan level rata-rata 6 pada jam seperti ini?"
Matahari telah terbenam dan hujan turun. Tidak ada pemburu normal yang keluar saat ini. Arnold menyipitkan matanya dan menyilangkan tangannya. Hal itu berarti dia akan menyerahkan segalanya pada Eigh. Sang Crashing Lightning itu adalah simbol dari party-nya, membuat dia berbicara di setiap kesempatan kecil akan menjadi tanda kelemahan. Ini adalah kesempatan bagi Eigh untuk menunjukkan kemampuannya. Eigh memberikan perkenalannya dan melihat ke party dengan para anak muda itu.
"Jadi kalian para orang tua juga punya urusan dengan Thousand Trick."
Kata pemuda dengan rambut berwarna merah, Gilbert.
"Kebetulan sekali."
Kebetulan. Memang suatu kebetulan. Kebetulan itu juga merupakan sebuah keberuntungan. Rupanya, Chloe dan yang lainnya harus bertemu dengan Thousand Trick untuk sebuah pekerjaan dan sepertinya mereka tahu tujuannya. Sekalipun tidak, jaringan informasi dan otoritas organisasi besar seperti Asosiasi Penjelajah akan mengecilkan kekuatan satu party.
"Ini hari keberuntungan kita, Arnold-san. Jika mereka tidak keberatan, bagaimana menurutmu, jika kita ikut bersama mereka?"
"Baiklah." Kata Arnold sambil mengangguk.
Rhuda membuka mulutnya, namun kemudian menutupnya, mungkin karena kliennya berada tepat di depannya. Chloe memasang ekspresi serius di wajahnya. Chloe mungkin sedang mempertimbangkan bentrokan antara Thousand Trick dan Falling Fogs. Namun, perkelahian adalah kejadian sehari-hari di dunia pemburu yang buas.
Asosiasi Penjelajah diam-diam akan mengizinkan mereka selama tidak ada kejahatan yang dilakukan. Mungkin "Tanpa campur tangan" akan lebih akurat daripada "Persetujuan diam-diam". Asosiasi tentunya tidak menyetujui pembunuhan, namun selama tidak ada warga sipil yang terjebak dalam perkelahian itu, maka orang yang menyebabkan luka serius pun tidak akan dihukum. Bahkan jika kelompok muda itu menolaknya, hal itu bukan masalah bagi Falling Fogs. Mereka adalah party kelas satu; mengejar Thousand Trick akan sulit, namun memburu Rhuda dan rekannya adalah tugas yang sederhana. Falling Fogs juga memiliki keunggulan dalam hal kekuatan. Mereka tidak akan melakukan kekerasan yang tidak berarti seperti itu, namun jika mereka mau, mereka bisa memusnahkan para pemburu muda itu untuk selamanya. Kelemahan adalah kejahatan di antara sejenisnya.
Chloe memikirkannya dengan tenang. Dia mengangguk sambil tersenyum.
"Dalam hal ini, aku tidak melihat alasan bagi Asosiasi Penjelajah untuk menolak. Tapi, aku harus memberitahu kalian bahwa meskipun kalian melindungi kami selama perjalanan, kami tidak akan dapat memberikan kompensasi kepada kalian untuk itu."
Senyuman Chloe itu tidak melebihi bibirnya. Chloe adalah orang yang berani. Eigh telah mendengar bahwa Chloe itu adalah keponakan dari manajer cabang itu dan Eigh tidak kesulitan mempercayainya. Chloe tahu apa yang diincar Falling Fogs. Meski begitu, Chloe tidak melihat ada salahnya menunjukkan jalan kepada mereka. Hal ini karena Chloe tahu mereka lebih lemah dari buruan mereka. Tentunya, Chloe juga menyadari bahwa tidak banyak yang bisa dia lakukan untuk mencegah party Arnold itu membuntuti party-nya. Seringai miring dan tajam terbentuk di bibir Arnold.
"Hmph, aku menyukainya. Eigh, kita akan ikut dengan mereka."
"Aku percaya kamu akan menjaga pasukanmu tetap pada jalurnya, Arnold-san."
Kata Chloe, tersenyum dan mengulurkan tangannya.
***
Aku meringis mencium bau sesuatu yang terbakar.
Kami seharusnya tidak keluar di tengah badai.
Pikirku. Aku tahu itu sejak awal. Bahkan aku tidak perlu diberi tahu bahwa itu adalah ide yang buruk. Namun, jika kalian memberiku kesempatan untuk membela diri, apa yang bisa aku lakukan ketika badai yang datang dengan begitu tiba-tiba?! Aku adalah korban! Korban! Namun, sulit bagiku untuk terus menyebut diriku seperti itu ketika aku melihat asap hitam mengepul dari tubuh Tino. Tino pasti tersambar petir berkali-kali saat dipaksa berlari melewati badai.
Tino membuka matanya sedikit dan tersenyum tipis.
"Master." Kata Tino.
"Apa kamu melihatku? Aku.... melakukan yang terbaik."
"Ya, kamu melakukannya."
"Terima kasih untuk semuanya. Liz.... Onee-sama.... aku senang sekali bisa bertemu dengan kalian semua...."
Napas Tino terhenti dan tenaganya telah hilang dari tubuhnya. Di tengah perjalanan, aku mulai memeriksa mentalku, jadi aku tidak terlalu yakin, namun itu adalah sambaran petir yang luar biasa banyaknya. Sudah cukup aku berhenti menghitung.
Gee, Sitri, kamu sungguh pandai membuat ramuan.
Kata-kata terakhir Tino adalah ucapan terima kasih atas segala yang telah kami lakukan padanya. Sungguh gadis yang baik. Aku memandang gadis nakal itu, Liz, sambil mengangkat Tino yang membara karena terkena petir itu ke bahunya.
"Krai-chan, lihat, lihat!" Seru Liz.
"Seperti yang Liz-chan bilang! Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. T hidup. Bahkan T pun berkembang dari hari ke hari!"
"Ya, uh-huh. Tapi bersikaplah lebih lunak padanya." Kataku.
"Ingat, ini liburan. Tidak ada lagi sambaran petir, oke?"
Aku mungkin akan membuat keributan yang lebih besar jika aku tidak terbiasa melihat orang tersambar petir.
"Okeee! Liz-chan yakin ini cukup untuk meningkatkan ketahanan kami terhadap petir, jadi kami akan menghentikannya." Balas Liz.
Luka Tino tidak akan terlalu parah jika dia memakai Evolve Greed. Aku pasti akan memastikan dia beristirahat di kota berikutnya.
Aku bersumpah pada diriku sendiri saat aku melihat ramuan penyembuh itu dimasukkan ke tenggorokannya melalui sedotan. Kami berkemah di pinggir jalan dan menghabiskan beberapa jam di sana. Menjelang fajar, hujan sudah sedikit reda. Langit masih tertutup awan hitam seperti malam namun tidak ada lagi guntur, yang merupakan suatu kemajuan. Di tengah hujan gerimis, Drink yang kini terbiasa memiliki penunggang, berlari kesana kemari. Rupanya, hujan tidak berarti apa-apa bagi Chimera. Tidak peduli berapa kali aku melihatnya, pemandangan raksasa setengah telanjang setinggi dua meter yang memakai kantong kertas untuk menutupi kepalanya dan mengendarai chimera menurutku sebagai tanda bahwa akhir dunia sudah dekat.
"Jangan khawatir, ramuan ini akan mencegah rasa lelah, meski saat hujan. Skenario terburuknya, jika kudanya menyerah, kita dapat meminta Drink menarik keretanya."
Senyuman Sitri yang biasa sangat menyilaukan.
Aku pikir lebih baik menyerahkan segalanya padanya. Aku naik ke dalam kereta dan melepas jaket tahan airku. Tampaknya keduanya tidak akan lari hari ini, karena Liz dan Tino menyusulku. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, setiap jengkal tubuh Tino seakan habis. Terakhir, Sitri masuk dan kereta mulai bergerak. Tampaknya Black dan yang lainnya akan bertugas sebagai pengemudi lagi. Mereka semua pucat pasi dan kesehatannya tampak buruk, namun menurutku tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku sudah memiliki rasa keberatan, namun aku menarik napas dalam-dalam dan angkat bicara ketika aku sudah siap.
"Aku melarang semua pelatihan." Kataku.
"Heeh?!"
Liz dari tadi memeluk lututnya dan tersenyum, namun perintahku yang tiba-tiba menyebabkan dia mengerucutkan bibirnya karena ketidakpuasan.
Melihat ke masa lalu, teman-teman masa kecilku selalu bekerja keras. Dari saat kami bahkan belum menjadi pemburu dan masih berada di kampung halaman, hingga saat kami telah mengatasi banyak rintangan dan mengukir nama bagi diri kami sendiri, aku belum pernah melihatnya menjadi mudah. Hal itu mungkin bagian dari kesuksesan mereka, sesuatu yang hanya pernah aku saksikan ketika aku meringkuk di pinggir lapangan. Namun kali ini, aku akan memberikan batasan. Tino dipenuhi luka. Ramuan Sitri entah bagaimana berhasil membuatnya tetap bernapas dan dia diberi waktu untuk istirahat, namun ada kantung di bawah matanya dan bahu mungilnya terlihat bergetar.
Mengingat asap mengepul dari tubuhnya pada malam sebelumnya, ramuan itu adalah sesuatu yang luar biasa. Namun, tujuan kami bukanlah mengembangkan ketahanan terhadap petir. Liburan ini bukanlah bentuk pelatihan khusus apapun. Aku hampir tidak perlu mengatakannya, namun itu juga bukan untuk menguji Evolve Greed. Aku ingin Tino, Liz, dan Sitri beristirahat sesekali! Aku membawa mereka sebagai pengawal, namun aku tidak hanya memikirkan diriku sendiri. Hal ini mungkin kedengarannya tidak meyakinkan jika diucapkan oleh orang yang selalu bermalas-malasan, tapi penting untuk sesekali melupakan latihan kalian dan mengistirahatkan tubuh dan jiwa kalin.
Melihat ke luar jendela, aku melihat dataran luas yang suram. Aku tidak dapat melihat gerbong atau kereta kuda lain di sekitar dan ada sesuatu yang sepi di padang rumput yang berkabut. Aku tidak tahu apa akan terjadi badai lagi atau tidak, namun ini adalah hari libur jadi aku tetap ingin menghindari berkemah.
Benar, ini liburan! Hanya tamasya! Tidak perlu pelatihan!
"Tujuan kita adalah pergi berlibur! Kasihanilah Tino!" Kataku dengan penuh semangat.
Aku sudah mengatakan ini beberapa kali, namun sepertinya tak seorang pun memahaminya. Tino menatapku tak percaya. Liz tampaknya tidak bertobat sedikit pun. Aku mungkin menyebutkan di sini bahwa Liz juga tersambar petir namun, meski punya keberuntungan, dia tidak terluka. Siapa yang tahu hal itu mungkin terjadi?
"Tapi, Krai-chan, ini kesempatan sempurna."
Kata Liz dengan mata yang penuh motivasi.
"Jika kita tidak berlatih semampu kita, kita mungkin tidak cukup kuat pada saat-saat yang benar-benar penting."
"Tidak apa-apa." Kataku.
"Mungkin."
Aku pernah mendengar ada orang yang berlatih di bawah air yang jatuh, namun tidak di bawah petir yang jatuh.
Jika hanya kamu yang ingin tersambar petir, itu tidak masalah, tapi tolong berhenti mencoba menyeret Tino juga.
Sitri sedang duduk dengan tangan di atas lutut dan kaki terlipat di bawahnya ketika dia menepuk tangannya seolah mendapat inspirasi tiba-tiba.
"Mungkinkah ini merupakan latihan yang mengikat?" Sitri bertanya.
Itu adalah sebuah kata yang belum pernah aku dengar sebelumnya.....
"Dengan memilih untuk tidak berlatih, kita akan menjaga kekuatan kita tetap rendah dan karena itu akan mengalami lebih banyak pertempuran yang mengancam jiwa. Apa aku benar?" Lanjut Sitri, bertanya itu.
Sama sekali tidak.
Sitri pasti punya ide yang tidak normal. Teman masa kecilku adalah pemburu pada intinya. Entah kenapa, saran aneh itu membuat Tino menatapku dengan ekspresi kaget.
"Apa aku benar jika berasumsi bahwa menurutmu kita tidak membutuhkan seseorang yang tidak dapat bertahan dalam kejadian seperti itu?" Kata Sitri.
"Menurutku itu cukup logis! Kita tidak bisa selalu bersikap lunak pada diri kita sendiri."
"Serahkan pada Krai-chan untuk membuat sesuatu yang begitu keras!" Kata Liz.
"Berikan semua yang T punya! Bukan salah Liz-chan jika T terbunuh!"
Bukan itu maksudku. Dan kenapa kalian berdua terlihat sangat bahagia?
Tino menyeret tubuhnya ke arahku. Rupanya, dia cukup tenang ketika dia menjadi pemburu tunggal, namun berkat Liz, Tino selalu menatapku dengan mata berkaca-kaca. Aku ingin memeluknya dan berterima kasih atas semua kerja kerasnya.
"Master, aku ingin melanjutkan pelatihannya." Kata Tino.
"Hah? Jika Krai-chan bilang lompat, dan T bertanya seberapa tinggi itu! Berapa kali Liz-chan harus mengulanginya?"
Liz berteriak sambil merenggut Tino dariku dan melemparkannya ke tanah.
Liz menjadi penjahat di sini. Aku bahkan tidak menyuruhnya melompat, tapi sepertinya dia akan tetap melompat.
Sudah lebih dari setahun sejak aku bertualang bersama Liz atau siapapun di Grieving Soul. Saat aku berada di kantorku sambil makan es krim, memoles Relik, dan bermain-main dengan Eva, mereka adalah pemburu yang sudah melewati titik pemulihan. Aku pernah merasakan hal seperti itu sebelumnya, namun aku tidak pernah membayangkan mereka akan sampai pada titik di mana mereka tidak bisa membedakan latihan dan liburan.
Ini buruk. Mereka akan kehilangan sedikit keterampilan sosial yang mereka miliki. Mereka bahkan mungkin menulari Tino dan anggota klan lainnya.
"Sepertinya kalian semua harus diluruskan." Kataku sambil tersenyum lebar.
Liburan kami mendapatkan tujuan lain. Aku akan memastikan mereka benar-benar melupakan semua tentang pelatihan dan membuat mereka beristirahat. Aku akan mengajari mereka cara bersantai. Hal ini adalah pekerjaan yang sempurna bagiku, ahli dalam bermalas-malasan. Para pemburu ini terlalu haus akan adrenalin. Mata Liz menjadi berbinar.
Tidak, meskipun kamu melihatku seperti itu, aku akan tetap menghentikanmu. Apapun yang terjadi. Dan bukankah agak aneh jika kamu tersenyum ketika aku menyebutkan tentang meluruskanmu?
Tino menjadi gemetar.
Jangan khawatir, aku akan melindungimu, Tino.
"Seperti yang kukatakan tadi, ini liburan. Kalian semua dilarang berlatih."
Liz mengangkat tangannya.
"Krai-chan, apa yang dianggap sebagai pelatihan? Apa itu juga termasuk latihan fisik?"
"Itu juga dilarang."
"Berlari?"
"Itu juga."
"Oke, oke, tapi bagaimana dengan, seperti, memakai pakaian yang berat?"
"Itu juga."
Tolong berhenti mencoba melubangi laranganku.
"Mmm, bagaimana dengan sparring ringan? Apa itu termasuk pelatihan?"
"Apa penggunaan ramuan termasuk dalam pelatihan?"
Bahkan Sitri pun bergabung dalam hal bodoh itu.
Aku bilang ini liburan, itu juga masuk hitungan. Semua itu dianggap latihan. Mari nikmati liburan ini. Mari bersantai.
"Apapun yang kalian lakukan untuk menjadi lebih kuat dianggap sebagai pelatihan."
"Heeh?! Bagaimana dengan metode pernapasan? Metode berjalan? Bagaimana jika itu adalah sesuatu yang Liz-chan lakukan secara tidak sadar?" Liz melanjutkan.
"Apa memikirkan taktik dianggap sebagai pelatihan? Bagaimana kalau memberi perintah dan mensintesis ramuan?" Tanya Sitri.
Aku agak kecewa dengan betapa khawatirnya mereka.
Kalian terlalu terikat dengan pelatihan harian kalian itu. Dan, Sitri, apa yang kamu maksud dengan taktik?
"Ya, itu semua adalah pelatihan, dan karena itu dilarang."
Kedua bersaudari itu tampak patah hati. Aku berdeham. Ini seharusnya menjadi liburan yang menyenangkan bagi mereka, kalau terus begini aku menaruh gerbong kereta di depan kudanya.
{ TLN : Menaruh gerbong kereta di depan kudanya itu punya arti melakukan sesuatu dengan urutan yang salah. }
"Y-Yah, aku mengizinkannya jika kalian benar-benar tidak bisa menahan diri...."
"Krai-chan memang yang terbaik!" Kata Liz, bersorak.
"Memang. Hal itu mungkin bisa ditanggung oleh Onee-chan dan aku sendiri, tapi hal itu bisa menjadi cobaan berat bagi T." Kata Sitri.
"Master, terima kasih banyak."
Aku tidak tahu mengapa Tino berterima kasih kepadaku. Aku melihat senyuman lebar Liz, air mata pada Tino, dan ekspresi kekhawatiran Sitri, dan aku seperti berhenti peduli. Hal itu adalah kebiasaan burukku. Namun jika aku harus menariknya kembali, tidak akan ada yang berubah, jadi aku memejamkan mataku dan, meski menyakitkan bagiku untuk melakukannya, melanjutkan laranganku yang berikutnya.
"Selanjutnya, aku melarang perilaku kekerasan." Kataku.
"Oke, bagaimana yang ringan, seperti tendangan yang sangat ringan? Apa itu termasuk?" Liz bertanya.
"Bagaimana kalau memberi para bajingan sombong apa yang akan terjadi pada mereka? Apa memukul T selama latihannya termasuk?"
"Apa tindakan itu termasuk dalam perilaku kekerasan jika dilakukan untuk melindungi diri?" Kata Sitri.
"Misalnya, bagaimana dengan menggunakan otoritas untuk meredam oposisi? Dan bagaimana dengan penggunaan ramuannya?" Lanjut Sitri.
"Trial dari Master....." Tino berkata.
"Trial ini jauh lebih buruk daripada kekerasan biasa."
Lanjut Tino dengan suara pelan.
Itu semua termasuk.
Itu akan menggagalkan tujuan pelarangan jika aku membuat pengecualian. Selain itu, aku tidak melihat perlunya ada kekerasan yang diperlukan untuk liburan. Perkataan sebelumnya itu Tino seperti tikaman di dada. Aku harus melakukan apapun yang aku bisa untuk memulihkan harga diriku sebagai masternya.
"Dan yang terakhir, dan yang paling penting, adalah bersenang-senang."
Jangan pedulikan keadaan yang membawa kita ke sini, kita telah meninggalkan Ibukota dan sayang sekali jika tidak menikmatinya.
Setelah kami bertemu dengan anggota Grieving Soul lainnya, aku tidak perlu khawatir lagi tentang perlindungan. Sudah lama sejak seluruh anggota party keluar bersama-sama. Aku memperkirakan akan ada kendala dalam perjalanan, namun aku yakin liburan kami akan menyenangkan. Liz dan Sitri sama-sama tersenyum, namun Tino terlihat agak gelisah.
***
Hujan tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda.
Namun, kami tidak bertemu monster apapun. Ketika kami tiba di kota pertama, hal itu memerlukan beberapa jam lebih lambat dari yang diperkirakan. Kota itu adalah Elan. Dibandingkan dengan Ibukota, kota ini cukup kecil dan sebagian besar berfungsi sebagai titik pemberhentian di sepanjang jalan. Meski begitu, seharusnya ada cukup banyak orang yang mengantri di luar gerbang, namun, mungkin karena cuaca, kami tidak melihat satu orang pun. Aku turun dari kereta dan meregangkan anggota badan dan tubuh kakuku sambil menikmati perasaan berdiri di tanah yang kokoh untuk pertama kalinya dalam beberapa jam. Saat ini masih siang hari, namun awan gelap besar menutupi matahari.
"Cuaca yang sangat buruk...."
Mendapatkan begitu banyak curah hujan padahal saat ini bukan musim hujan, aku tidak akan menyebutnya sebagai pertanda buruk. Namun, setelah duduk di tengah hujan sepanjang waktu, para pekerja sewaan Sitri terlihat kehabisan akal. Hanya Killiam dan Drink yang tampak sama sekali tidak terpengaruh. Mungkin mereka menikmati lari di tengah hujan karena mereka berdua terlihat cukup kompak. Aku juga mengetahui bahwa kantong kertas yang menutupi kepala Killiam itu ternyata tahan air.
"Krai, apa kamu memperhatikan bahwa kita selalu didukung oleh angin?"
Sitri bertanya sambil turun dari kereta. Aku tidak tahu apa maksudnya. Hal seperti itu kedengarannya tidak mungkin, namun bagaimanapun juga, aku tidak peduli dengan arah angin. Tentu saja aku tidak menyadarinya.
"Oh? Itu bagus." Kataku.
Kekhawatiran pertamaku adalah kuda-kuda yang kedinginan dan kelelahan. Aku pikir kita harus bermalam di kota ini dan membiarkan kuda-kuda itu beristirahat. Kami tidak dikejar oleh siapapun, kami juga tidak terburu-buru.
"Aah, itu mengganggu Liz-chan. Hujan terus turun dan turun."
Kata Liz sambil menepuk tangannya riang.
"Badai ini mengikuti kita sepenuhnya. Ketika kita sampai di kota ini, angin berhenti."
Apa aku melakukan sesuatu sehingga pantas menerima ini?!
Kami menyelesaikan dokumen kami dan diizinkan masuk ke kota. Ada sedikit keributan tentang kedatangan Killiam dan Drink, namun tampaknya, kami memiliki izin untuk membawa monster bersama kami. Lisensi itu biasanya untuk Monster Tamer, namun ketelitian Sitri tidak mengenal batas. Bangunannya lebih kecil dan jalanan tidak terlalu ramai, namun selain itu, Kota Elan tidak terlihat terlalu berbeda dari Ibukota. Hanya saja ini bukan Ibukota. Tak seorang pun di kota sederhana ini yang tahu siapa aku.
Aku tidak menentang Zebrudia, namun aku memiliki terlalu banyak ikatan dengan Ibukota. Semua orang di kota itu memperhatikanku dan menunggu kesempatan untuk menyerang. Aku teringat kembali saat aku terlibat dalam urusan Arty sambil berjalan-jalan. Namun sekarang aku berada di kota di mana hanya sedikit orang yang bisa mengenaliku. Saat ini juga sedang hujan jadi aku mengenakan tudung yang menutupi wajahku; peluangku untuk diperhatikan hampir tidak ada. Memikirkan hal ini membuatku merasa ada beban yang lepas dari dadaku. Memikirkannya dengan pikiran jernih, tidak mungkin badai itu mengikuti kami. Hal itu hanyalah sebuah kasus kesialan belaka. Bahkan jika aku tersambar petir, aku tahu aku bisa menahan beberapa serangan karena Kris telah mengisi ulang Safety Ring-ku. Aku menarik napas dalam-dalam dan membiarkan diriku dipenuhi kegembiraan untuk liburan yang akan datang.
Aku akhirnya merasa bebas!
Liz tiba-tiba mulai berputar-putar tanpa alasan yang jelas. Tanpa tersandung apapun, dia tersandung dan terjatuh ke depan. Dia mendarat di genangan air dan memercikkan air ke kakiku. Bukan pemandangan umum. Aku bertanya-tanya apa dia mungkin merasa sakit. Aku memandangnya dengan alis berkerut.
"Hehehe, maaf soal itu." Kata Liz sambil tersenyum canggung.
"Liz-chan lupa bagaimana berjalan dengan lengah. Sudah bertahun-tahun Liz-chan tidak berjalan seperti ini."
"K-Kamu begitu?"
Hal itu bukanlah hal yang kuharapkan, namun aku mengesampingkan pemikiran itu. Aku hanya ingin Liz menikmati liburan yang santai, namun jika aku menyuruhnya menjadi dirinya sendiri maka dia akan kembali melakukan genosida seperti biasanya. Liz hanya punya satu pedal dan itu adalah pedal gas. Aku hanya ingin dia merasakan liburannya dan melakukan itu setelahnya. Meski tersandung, Liz menggenggam tangannya di belakang punggung dan memberiku senyuman cerah.
"Tapi, ini adalah sesuatu yang baru. Menurut Liz-chan, ini menyenangkan?"
Aku tidak mengatakan apapun.
Senang rasanya menemukan kegembiraan dalam segala hal yang kamu lakukan. Mungkin aku harus mencoba belajar dari teladannya.
Aku sedang memperhatikan Killiam, yang terengah-engah dan memegang kendali Drink, ketika Sitri dan Tino kembali dari urusan mereka. Mata merah jambu Sitri bersinar dari balik tudungnya.
"Aku minta maaf atas keterlambatanya." Kata Sitri.
"Jangan khawatir tentang itu. Apa kamu ada urusan atau semacamnya?"
Aku pikir pasti penting jika Sitri pergi untuk mengurus sesuatu saat hujan dan kami masih belum mendapatkan penginapan apapun. Pertanyaanku adalah pertanyaan yang polos, namun Sitri menutup mulutnya dengan tangan dan terlihat malu-malu.
"Tidak." Kata Sitri.
"Aku memutuskan hubungan dengan jaringan informasiku."
"Hah?"
"Aku sudah mengaturnya agar aku akan dihubungi jika terjadi sesuatu, tapi itu bertentangan dengan perintahmu, bukan? Aku juga mencabut semua dasar awal yang dilakukan terkait tuan rumah. Ah, aku sudah lama tidak berdaya seperti ini. Ini agak mendebarkan. Ini akan menjadi pengalaman bagus lainnya."
Tidak mampu menahan diri adalah sesuatu yang bisa kalian anggap sebagai kekuatan dan kelemahan dari kedua bersaudari itu. Aku ingin mengunci lengan mereka—maksudku, tindakan mereka—bukan mata dan telinga mereka, namun sulit untuk mengatakannya ketika aku sudah memberi perintah.
Bersikaplah secara normal. Secara normal.
Liz bersiul.
"Hmm, jangan bermain-main, Sitri-chan." Kata Liz sambil menatapku.
"Nee, Krai-chan, apa Liz-chan harus mengikat kaki Liz-chan juga atau semacamnya?"
"Kamu tidak perlu mengikat kakimu....." Kataku.
Ini bukanlah permainan di mana kalian membuat diri kalian kesulitan. Yang aku minta hanyalah agar menggunakan waktu kalian untuk istirahat.
Tampaknya hanya Tino yang memahami liburan itu. Aku meliriknya dan melihat dia meringkuk di belakang Sitri, namun karena perbedaan tinggi badan mereka, Tino tidak bisa menyembunyikan dirinya sepenuhnya. Hal itu merupakan kejutan setelah rasa hormat yang Tino tunjukkan beberapa hari terakhir.
Mungkin Tino masih belum melupakan kejadian dengan topeng itu.... jangan khawatir, Tino. Relik hanyalah sebuah alat, dan dengan latihan, kamu seharusnya bisa mengendalikannya. Bahkan jika kamu kehilangan kendali, Liz atau Sitri akan menghentikanmu, jadi jangan takut....
"Krai, apa yang harus kita lakukan dengan penginapannya?" Tanya Sitri.
"Karena secara teknis ini adalah liburan, menurutku kita harus mencari tempat dengan peringkat yang sesuai...."
"Bisakah kita mendapatkan penginapan tanpa memesan terlebih dahulu? Aku yakin ada banyak orang yang terjebak di sini karena hujan." Tanyaku.
"Aku yakin bisa jika menggunakan namamu."
Jawab Sitri sambil tersenyum tipis. Sitri bahkan tidak menunggu untuk membalasnya.
Aku bertanya-tanya nilai apa yang bisa diberikan pada nama orang seperti namaku, namun memikirkan hal itu hanya membuatku sedih. Di Ibukota, pemburu level tinggi menerima perlakuan istimewa. Aku jarang memanfaatkan hal ini karena hal itu membuatku merasa tidak enak, namun Sitri ada benarnya, menggunakan levelku mungkin membuatku bisa mendapatkan satu atau dua kamar. Namun aku tidak bisa melakukan itu. Aku keluar berlibur karena aku melalaikan tugasku.
"Itu tidak akan terjadi." Kataku dengan suara pelan.
"Kita sedang dalam perjalanan sekarang. Anggap saja seperti ini, saat ini kita bukan seorang pemburu."
Kami tidak akan mengambil misi, pergi bertempur, atau bekerja. Kalau ada orang di jalan bertanya padaku apa aku ini adalah Thousand Trick, aku berencana memberitahu mereka bahwa mereka salah orang. Kami juga tidak akan melakukan pelatihan apapun. Itulah artinya sebuah liburan.
"Kedengarannya sangat menyegarkan. Ide yang bagus sekali." Kata Sitri.
Meskipun kupikir aku menyarankan sesuatu yang bodoh, Sitri menawarkan persetujuannya tanpa ragu-ragu.
Kamu hanya akan terus memanjakanku jika terus seperti ini. Tidak, aku seharusnya meminta maaf. Seseorang, tolong luruskan aku.
"Oh, kita akan menyembunyikan identitas kita yang sebenarnya. Kedengarannya sangat menyenangkan! Ini akan menjadi seperti kita sedang menyamar! Bagaimana menurut, T?" Kata Liz.
"A-Aku tidak bisa berpura-pura memahami maksud Master yang sebenarnya."
Kata Tino, menjawabnya.
"T harus memberikan lebih banyak energi ke dalam hal ini. Nanti kita bisa membual kepada Luke-chan tentang hal ini." Kata Liz.
Saat itulah aku menyadari hal yang mengerikan : tidak ada seorang pun di kelompok ini yang mau memberikan pendapatnya kepadaku. Jika aku jatuh ke dalam lubang, semua orang di sini akan ikut terjatuh bersamaku. Sepertinya, memang seharusnya membawa Eva. Hal yang benar untuk dilakukan adalah mengambil tanggung jawab atas tindakanku dan melangkah dengan hati-hati, namun aku bukan satu-satunya yang terkena dampaknya. Rasa takut yang tak terlukiskan melanda diriku.
"Aku mengerti maksudmu, Krai. Serahkan pengaturannya padaku."
Kata Sitri sambil menggenggam tanganku.
***
Mungkin antisipasinya lebih buruk daripada apapun yang mungkin terjadi setelahnya. Bahkan setelah perilaku Tino yang tercela, master Tino dan kedua bersaudari Smart tetap bersikap sama terhadapnya. Mungkin saja mereka hanya bersikap baik padanya, namun Tino kesulitan memercayainya. Pemburu harta karun harus kuat secara fisik dan mental, dan master Tino serta kedua besaudari Smart itu membentenginya di kedua sisi. Tino khawatir dia akan mati ketika dia dipaksa berlarian di tengah badai dan tersambar petir. Namun, melihat betapa acuh tak acuhnya Liz dan Sitri, Tino kini hanya merasa malu karena masih banyak lagi yang harus dia pelajari.
Kata-kata masternya lebih berharga baginya daripada emas sebanyak apapun, namun perkaatan itu juga sesuatu yang harus ditakuti. Setiap Trial masternya itu hingga saat ini merupakan rentetan kesulitan yang sangat besar. Namun di sisi lain, Tino senang dia telah menghadapi kematian dan selamat untuk menceritakan kisah tersebut dan dia berlatih setiap hari dengan tekad seperti ini. Namun, Trial masternya kali ini berbeda dari Trail lainnya sejauh ini. Trial ini adalah pelatihan yang mengikat; dia seharusnya mengesampingkan keterampilan yang dia kerjakan sekuat tenaga untuk berkembang dan menempatkan dirinya pada posisi seseorang yang lemah.
Awalnya, Tino gagal memahami maksud dari Trial ini, namun Tino mengetahuinya dengan memperhatikan Liz dan Sitri. Tino tidak tahu apa yang akan terjadi pada liburan mereka, namun dia tahu itu tidak akan menjadi hal yang baik. Liburan dari seorang Level 8 terkuat di Ibukota pasti akan menjadi tantangan baginya. Sekarang Tino akan menghadapi Trial yang hampir tidak bisa dia selesaikan dengan hidupnya yang masih utuh. Tino tidak akan mempertaruhkan nyawanya, dia akan membuangnya. Trial ini adalah Trial yang belum pernah terjadi sebelumnya dan berbahaya.
Tentunya, kedua bersaudari Smart itu akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kata-kata Krai daripada Tino. Lalu mengapa tidak ada bayangan kekhawatiran di wajah keduanya? Hal itu di luar pemahaman Tino. Kedua bersaudari itu tidak terbiasa membiarkan diri mereka tidak berdaya dan hal itu terlihat dalam setiap gerakan mereka, namun Tino bahkan melihatnya dengan cara yang mengagumkan. Tentunya inilah yang membuat berbeda pengalaman. Tino tidak bisa berharap untuk meniru mereka. Sudah menjadi kebiasaan baginya untuk waspada terhadap sekelilingnya, tidak mengambil langkah, dan selalu bersiap untuk bertempur. Membuangnya berarti membuang semua yang telah dia bangun hingga saat ini. Rasa malu yang Tino rasakan ketika Liz menyeretnya ke kereta telah memudar tanpa bekas sekarang karena Trial baru ini terbentang di hadapannya. Trial ini bukanlah pelatihan tempur sederhana, Trial ini adalah penyempurnaan jiwa. Trial ini agar jiwanya bisa cair dan ditempatkan seperti air, sehingga dia bisa tetap tenang bahkan dalam situasi terburuk sekalipun.
Tino tidak mampu meredam emosi yang meluap-luap karena topeng itu dan mengasingkan diri di kamarnya setelah diliputi rasa malu yang mengikutinya. Bagi seseorang yang mampu mengalami kegagalan seperti itu, ini akan menjadi Trial yang jauh lebih melelahkan daripada disambar petir. Kemudian Tino mendapati dirinya terpana ketika dia mengingat sikap masternya yang biasa. Tino memeriksanya sekali lagi, dan, tentunya, masternya itu tidak berdaya. Bahkan lebih dari Liz atau Sitri. Tidak hanya itu, Tino ingat bahwa masternya itu tidak berdaya dalam situasi apapun, tidak peduli seberapa buruk situasi itu. Semangat berani macam apa yang diperlukan untuk dengan tenang mengekspos diri pada bahaya berkali-kali?
Tino merasakan ketakutan yang sulit dijelaskan.
Tiba-tiba, masternya berbalik ke arahnya dan Tino memperbaiki postur tubuhnya.
"Aku minta maaf karena Liz memaksamu ikut." Kata Krai.
"Jangan pikirkan itu, Master." Kata Tino.
"Tapi.... apa aku ini bukan beban?"
Tino masih kurang. Tidak termasuk tiga pengorbanan nyata yang dilakukan Sitri, sejauh ini Tino adalah yang terlemah dari empat orang dalam perjalanan itu. Tino kekurangan pengalaman, kekuatan, segalanya. Tino bahkan mungkin peringkatnya di bawah Killiam. Namun Tino percaya pada masternya yang akan datang membantunya jika dia menghadapi bahaya. Tino khawatir dirinya akan menjadi beban. Tino takut sekaligus gugup memikirkan Trial baru ini. Tino harus melawan pikiran ini ketika dia bertanya apa dia itu adalah beban, tapi masternya yang tepat memandangnya dengan heran.
"Tentu saja tidak, aku berharap kamu mau ikut bersama kami." Kata Krai.
"Lagipula, Liz selalu bersikap keras padamu."
Senyuman masternya yang lembut menyebabkan Tino menggigil secara naluriah. Tino merasa berhutang budi kepada masternya dan Tino sangat menyayangi masternya, namun itu tidak berarti Tino selalu senang menerima Trial berat dari masternya. Tino hanya melihat niat baik di masternya, namun hal itu membuat masternya semakin menakutkan. Dengan niat yang sangat baik masternya memberi Trial-nya, membawa Tino ke liburan tiba-tiba ini dan menempatkannya dalam bahaya besar.
Suatu kali, masternya berkata bahwa dia akan melakukan perjalanan dan akhirnya membunuh seekor naga. Di lain waktu, masternya berkata bahwa dia akan pergi melihat bunga dan tiba pada saat reruntuhan harta karun muncul. Masternya itu hidup dengan akal sehat yang sangat berbeda dengan Tino. Tino bermaksud untuk tidak mudah terpengaruh namun sepertinya itu tidak berhasil.
"Oh, Master, aku sangat senang mendengarnya."
Kata Tino sambil terisak. Nada memohon memasuki suaranya.
"Aku mencapai batas kemampuanku dengan pelatihan Liz Onee-sama."
Tino menganggap masternya dan mentornya adalah orang-orang yang luar biasa. Tino tidak mengeluh tentang Trial mereka karena Trial itu tidak hanya menugaskannya secara membabi buta, yang lainnya juga berpartisipasi. Liz senang melakukan ini dan Tino menganggapnya luar biasa. Namun, ada satu hal yang ingin Tino katakan : semua itu terlalu berat baginya.
"Ya, uh-huh. Karena itu, aku ingin kamu melebarkan sayapmu kali ini." Kata Krai.
"Betapa bagusnya itu!" Liz menyela.
"T mendapat kesempatan untuk menebusnya! Ayo coba terlihat sedikit lebih bahagia, T terlihat bersikap kasar pada Krai-chan."
Apa yang diinginkan masternya itu darinya? Saat Tino memikirkan hal ini, suara melengking Liz terdengar agak jauh.
***
Dipimpin oleh Sitri, kami menghabiskan waktu sekitar setengah jam berjalan menyusuri jalan belakang hingga kami tiba di sebuah rumah kecil yang nyaman. Rumah itu bukanlah sesuatu yang mewah, namun jauh dari kata buruk. Tidak ada plakat nama dan rumah itu adalah bangunan biasa-biasa saja yang akan kalian lupakan saat kalian melihat ke arah lain. Dinding berjajar di sekeliling dan gerbang logam ditutup rapat. Sitri mengeluarkan lusinan kunci yang tampak serupa dan tidak ragu untuk memilih satu sebelum memasukkannya ke dalam lubang kunci.
"Aku menyiapkan tempat ini karena aku yakin suatu hari nanti akan berguna bagimu, Krai." Kata Sitri kepadaku.
"Lihat diri Sitri-chan itu, berbohong hanya untuk mendapatkan poin." Kata Liz.
"Apa Sitri-chan itu tidak punya harga diri?"
"Ssttt, Onee-chan, itu tidak seperti kamu juga ada gunanya!"
Kuncinya diputar dengan sekali klik.
"Rumah ini markas darurat."
Sitri menjelaskan sambil membuka gerbang.
"Tidak seorang pun kecuali aku yang mengetahui keberadaannya. Jika ada tempat yang lebih baik untuk bersembunyi, hmmm, aku tidak dapat membayangkannya."
"Sebuah markas? Atau rumah liburan? Dan kamu membeli ini, Sitri?" Aku bertanya.
"Ya. Kita tidak pernah tahu apa yang mungkin terjadi di masa sekarang ini."
Apa sebenarnya yang ada dalam pikiranmu?
Hal ini jauh melebihi perkiraanku. Rumah itu adalah rumah kecil dan kokoh. Bahkan ada taman. Sepertinya Sitri tidak menyewanya, yang berarti dia pasti mengeluarkan cukup banyak uang untuk itu. Bahkan aku telah mempertimbangkan untuk mengubah basis operasi kami setelah kami semua pensiun, namun Sitri beroperasi pada level yang sama sekali berbeda.
"Soalnya, sekeras apapun kita berusaha menghindarinya, menginap di penginapan akan meninggalkan jejak." Kata Sitri.
Aku bertanya-tanya pengejar seperti apa yang Sitri itu antisipasi. Aku sempat ragu, namun keraguan itu hilang begitu saja saat aku melihat senyum cerah Sitri. Aku merasa baik-baik saja, aku hanya perlu tidak melakukan hal buruk apapun yang dapat menyebabkan seseorang mengejarku.
"Jika kamu mau, aku bisa menyiapkan daftar keluarga baru." Kata Sitri.
"Aku sudah menyiapkannya cukup banyak."
"Tidak, itu tidak perlu." Kataku.
"Baiklah, jika kamu berkata begitu...."
Sitri sepertinya sedikit kecewa, namun aku tidak akan mengubah daftar keluargaku semua atas tanpa izin. Aku bahkan tidak yakin apa itu sah.
Liz mengerutkan bibirnya dan menarik lengan bajuku.
"Nee, Krai-chan, apa mempersiapkan tempat persembunyian dianggap sebagai kekerasan? Jika tidak maka ini akan menguntungkan Sitri-chan."
"Itu tidak dianggap sebagai kekerasan. Dan juga tidak menimbulkan masalah bagi siapapun." Kataku.
“Tapi itu menimbulkan masalah untuk Liz-chan? Apa itu dianggap sebagai pelatihan?"
"Tidak."
Saat itulah aku menyadari sesuatu : Aku tidak punya banyak uang. Aku tidak tahu berapa lama liburan ini akan berlangsung, jadi aku perlu memangkas biaya semampuku. Rumah ini pasti sudah lama tidak digunakan karena tercium aroma bangunan terbengkalai. Hujan dengan lembut mengetuk atap. Mataku berkeliling ke seluruh ruangan. Ada aula masuk dan ruang tamu. Dapur, kamar mandi, dan dua kamar tidur, masing-masing dengan dua tempat tidur.
Tempat ini tidak terasa tidak pernah dihuni, namun perabotan yang diperlukan di dalamnya sangat minim. Langit-langit yang rendah membuat Killiam, dan Drink bahkan tidak bisa masuk ke dalam rumah ini. Mereka tinggal di taman. Sepertinya tidak ada cukup ruang untuk para pekerja sewaan Sitri, jadi Sitri mengirim mereka ke tempat lain. Empat orang sudah cukup untuk tempat sebesar ini. Rumah ini tidak mewah, namun sangat layak untuk ditinggali. Banyaknya persiapan yang dilakukan untuk tempat persembunyian yang bahkan mungkin tidak akan digunakan adalah gambaran sekilas tentang rasa perfeksionisme Sitri. Sitri meletakkan tasnya dan melepas tudung kepalanya.
{ TLN : Perfeksionisme itu keinginan agar segala sesuatunya benar atau sempurna. }
"Rumah ini penuk dengan stok makanan."
Kata Sitri sambil tersenyum.
"Semua makanan yang ada adalah makanan yang tahan lama, jadi mungkin rasanya tidak terlalu buruk." Lanjut Sitri.
Yah, makanannya tidak terlalu buruk. Bukan itu yang ada dalam pikiranku, tapi ini cara yang bagus untuk menghabiskan liburan.
Tinggal di penginapan mewah memang menyenangkan, namun ada sesuatu yang mengasyikkan tentang tinggal di rumah kecil. Hal seperti ini tidak akan mungkin terjadi jika kami membawa anggota klan lain bersama kami. Melanggar norma sehari-hari tidaklah terlalu buruk jika tidak menimbulkan bahaya. Kata tempat persembunyian (meskipun sebenarnya tidak tersembunyi, rumah ini lebih merupakan rumah liburan) adalah kata yang romantis. Ada juga tempat tidur dan hal itu membuatnya jauh lebih baik daripada bermalam di kereta.
Bahkan Liz tampak menikmatinya saat dia mengetuk dinding.
Tunggu, kenapa dia melakukan itu?
"Sitri-chan, rumah ini terlihat seperti rumah biasa. Apa temboknya standar?"
Liz bertanya tentang itu.
"Onee-chan, hal semacam itu dilarang oleh Krai, ingat? Sekarang, temboknya diperkuat, jadi dibutuhkan lebih dari sekedar senjata biasa untuk menghancurkannya...."
"Ah! M-Maaf, Krai-chan. Itu tidak disengaja. Itu hanya kebiasaan Liz-chan."
Liz segera menundukkan kepalanya, namun aku tidak marah padanya atau semacamnya. Aku tidak ingin mempersulit mereka, aku hanya ingin mereka mendapatkan liburan yang damai.
"Aku cukup yakin semua kebutuhan pokok sudah tercukupi." Kata Sitri.
"Ya, ya. Meskipun Liz-chan kesal karena mengira Sitri-chan melakukan semua ini dan Liz-chan tidak pernah mengetahuinya." Kata Liz.
Mungkin mengikuti nalurinya sebagai seorang Thief, Liz menyenandungkan sebuah lagu dan menggeledah rumah. Aku memutuskan untuk menerima tawaran Sitri dan melepas mantelku dan duduk di sofa. Perjalanan kami baru saja dimulai dan aku bahkan belum melakukan apapun, namun entah bagaimana aku merasakan rasa lelah yang memuaskan. Aku menguap saat Sitri merebus air dan mulai membuat teh.
Jika aku ini seorang dewa, aku akan mempertimbangkan hukuman ilahi untuk Krai Andrey saat ini.
"Master, kewaspadaanmu benar-benar melemah. Seperti yang aku harapkan darimu, Master." Kata Tino kepadaku.
"Ya, uh-huh."
Aku tidak tahu apa Tino menunjukkan rasa hormat atau mengolok-olokku.
Liz bersiul pelan sambil memindahkan rak buku. Dia dengan ringan menekankan tangannya ke bagian belakang rak buku dan salah satu dinding bergeser ke samping tanpa mengeluarkan suara. Tertata rapi di dinding yang baru muncul adalah sejumlah besar senjata. Pedang panjang, pisau, tongkat, senjata, busur panah. Tidak ada sesuatu yang besar seperti kapak perang atau tombak, namun pemandangan itu masih terlihat seperti sesuatu yang keluar dari pertunjukan senjata. Pencahayaan ruangan yang terang terpantul dari bilah tajam yang dipoles.
Apa aku ini sedang masuk ke toko senjata?
Ada juga rak yang dipenuhi botol-botol berisi cairan berbagai warna pelangi. Sungguh kontras yang mengejutkan antara rak dan ruangan sederhana.
"Onee-chan, tidak ada yang bilang kamu boleh menyentuhnya!" Kata Sitri.
"Hmmm. Apa ini? Agen pelumpuh dan ramuan tidur? Dan.... afrodisiak? Sitri-chan berencana menggunakan ini untuk apa?" Kata Liz.
"Hentikan itu! Aku memiliki langkah sendiri yang harus aku ambil! Aku berencana menjelaskannya kepada Krai nanti." Protes Sitri.
Sepertinya ini bukan rumah liburan biasa.
Dari lantai hingga langit-langit, Liz tidak segan-segan menyentuh semuanya dan Sitri selalu membentaknya. Bahkan di ruangan yang sekilas tampak normal, seorang Thief sepertinya dapat menemukan lapisan rahasia. Menggulung karpet memperlihatkan sebuah pintu ke ruang bawah tanah, dan tersembunyi di antara rempah-rempah di lemari dapur terdapat berbagai racun. Tingkat persiapan Sitri membuatku lebih terkesan daripada terkejut.
Aku ingin tahu apa semua pemburu seperti ini.....
"Lihat, Krai-chan! Sitri-chan menyimpan tempat persembunyiannya dengan pakaian dalam yang cabul! Jadi, kenapa semua itu ada di rumah persembunyian ini, Sitri-chan? Apa itu suatu keharusan? Untuk apa Sitri-chan berencana menggunakannya? Jangan bilang pada Liz-chan, untuk merayu?" Liz berkata sambil mencari-cari di lemari.
"Hentikan! Itu bukan urusanmu, Onee-chan!"
Liz mengabaikan protes Sitri dan mencengkeram kain hitam sambil bersorak, yang ditenggelamkan oleh pekikan tajam dari Sitri. Seperti biasa, aku pura-pura tidak memperhatikan. Tino terlihat sangat bingung, namun keributan seperti ini adalah hal yang normal bagi kedua bersaudari itu. Menanggapi Liz hanya akan menyemangatinya, jadi, sebagai tindakan belas kasihan terhadap Sitri, aku mengabaikannya.
Pakaian dalam yang cabul, katanya?
"Tino, apa ada tempat yang ingin kamu tuju?" Tanyaku, terutama dalam upaya mengalihkan pikiranku dari kedua bersaudari yang sedang bertengkar itu.
Liburan kami tidak memiliki tujuan tertentu dan aku ingin melakukan sesuatu yang baik untuk Tino karena Tino selalu mendapat kesulitan. Bahu Tino melonjak dan Tino berusaha menyembunyikan kebingungannya.
"Ah, um, tempat mana pun yang paling mudah." Kata Tino.
"Mudah? Apa maksudmu? Kita tidak berencana pergi ke tempat yang sulit."
Tino tidak menjelaskan secara spesifik. Misalnya, mungkin Tino ingin membeli es krim. Aku tidak tahu mengapa Tino menjawab dengan kata "Paling mudah".
"D-Di tempat mana pun yang tidak terlalu berbahaya."
Kata Tino dengan suara yang sangat pelan hingga aku harus menajamkan telingaku untuk mendengarnya.
"Sudah kubilang, kita tidak akan pergi ke tempat yang berbahaya. Pernahkah aku mencoba pergi ke tempat yang berbahaya di masa lalu?" Kataku.
Tino mengerang tertahan. Aku mencoba menenangkannya dengan jelas, namun entah kenapa, Tino terlihat seperti akan hancur. Tenggorokannya yang putih terangkat ke atas dan ke bawah dan bibirnya terkatup rapat seolah-olah dia berusaha menahan air mata. Sepertinya dia tidak mempercayaiku sama sekali. Kalau mempertimbangkan semuanya, mungkin aku pantas mendapatkannya namun aku tetap tidak menyukainya. Aku menawarinya tempat duduk di sofa di hadapanku. Tino dengan hati-hati duduk dan meletakkan tangannya di atas lutut.
"Tino, aku sudah bilang ini sebelumnya, ini hanya liburan. Kamu bisa tenang saja. Pada saat itu, di Sarang White Wolf hanyalah sedikit kesalahan kecil dariku."
"Se.... Sedikit?" Kata Tino.
"Maaf. Yang sangat besar. Sebuah kesalahan besar. Apa yang terjadi selanjutnya itu benar-benar di luar ekspektasiku." Kataku.
Aku menyerah pada saat melihat mata Tino yang berkaca-kaca. Aku berhenti peduli tentang harga diriku sebagai masternya. Aku tidak berpikir Tino akan memaafkanku hanya karena aku tidak mengharapkan semua itu terjadi, namun yang penting adalah kejujuran. Dan masa depan.
"Topeng itu juga. Jika kamu tidak suka, maka tidak perlu memakainya. Aku berjanji. Meskipun aku yakin hanya kamu yang bisa menggunakannya dengan baik."
Ketika Tino memakai topeng itu, dia sama sekali tidak seperti bagaimana Ark menggambarkan transformasi Éclair. Tino tampak malu atas apa yang terjadi namun menurutku jika dibandingkan, Tino relatif stabil. Namun jika Tino tidak mau memakai topeng itu, tidak masalah.
"Aku sudah mengatakannya saat itu, tapi saat kamu memakai topeng itu, kamu menjadi Mad Tino." Kataku.
Emosi Tino meningkat. Rasa kesetiaannya semakin kuat dan Tino menjadi lebih tegas. Hanya itu saja. Sepertinya aku membawa kembali kenangan buruk karena warna merah tua mewarnai pipi Tino itu. Kupikir jika aku membuat Tino mengingat kejadian itu lagi maka Tino akan menolak memakai topeng itu lagi, jadi aku mengembalikan percakapan kami ke topik awal.
"Kali ini, sama sekali tidak ada bahaya. Kita bahkan tidak akan bertarung dengan apapun. Setidaknya, kamu dan aku tidak akan melakukannya."
Ternyata itu adalah kalimat kurang berbobot. Dengan keberuntunganku yang buruk, tidak ada jaminan bahwa kami tidak akan terseret ke dalam semacam pertempuran kecil. Namun apapun yang terjadi, kami memiliki Liz dan Sitri di pihak kami serta Killiam dan Drink yang sudah dewasa.
"Master...."
Tino memanggilku, namun air mata di matanya masih belum hilang. Aku bertanya-tanya apa yang telah aku lakukan padanya sehingga dia tidak mempercayaiku. Aku punya beberapa tebakan, namun aku bersumpah aku tidak pernah dengan sengaja membahayakan Tino. Demi Tino, aku mencoba menjauhkannya dari topeng itu lagi!
"Aku bersumpah. Apapun yang terjadi, kita akan mundur ke pinggir. Bukan niatku untuk membuatmu dalam bahaya. Benar—"
—Jika sesuatu terjadi, aku akan melindungimu.
Dalam keputusasaan, aku bertindak di luar karakterku, dan pandanganku menjadi pucat. Pada saat yang sama, guntur mengguncang rumah, membuatku terlonjak.
Apa itu guntur? Kedengarannya sangat dekat. Apa itu benaran hanya guntur?
Rumahnya sendiri belum terkena dampaknya, namun dampaknya masih membuatku pusing. Tadinya kupikir ini saat yang tidak tepat karena aku baru saja mengatakan sesuatu yang keren, tapi kemudian aku memikirkannya kembali dan menyadari bahwa itu sebenarnya cukup memalukan. Mungkin guntur itu yang terbaik.
"Hah?! Kenapa Sitri-chan dan Krai-chan harus berbagi kamar tidur?! Siapapun tahu itu tidak masuk akal!" Liz berteriak.
"Rumah ini adalah rumahku dan T adalah muridmu!" Sitri balas berteriak.
"Kecuali kamu berencana memberikan T kepadaku?"
"Sitri-chan dapat memilikinya dan Krai-chan akan menjadi milik Liz-chan sepenuhnya! Kedengarannya adil! Sekarang menjauhlah dari Krai-chan selamanya!"
Aku terkesan dengan kemampuan mereka untuk terus bertengkar seolah-olah tidak ada ledakan yang memekakkan telinga beberapa saat yang lalu. Selain itu, jika kami hanya mempunyai dua kamar maka tidak bisakah kami mengurutkannya berdasarkan jenis kelamin? Sepertinya sudah saatnya aku berperan sebagai mediator dalam argumen mereka; selalu saja para pengamatlah yang paling terluka selama perdebatan mereka.
Aku hendak memanggil mereka, namun aku melihat Tino bertingkah aneh. Masih ada air mata di matanya, namun dia tidak gemetar ketakutan seperti sebelumnya. Dia menatapku dengan ekspresi kosong. Sepertinya guntur itu tidak mengganggunya. Dia baru saja berlatih dengan membiarkan dirinya tersambar petir namun dia tidak terlihat trauma karenanya. Lalu pipi Tino itu memerah.
"Master....." Kata Tino.
"Jangan bilang kamu mendengar semua itu?"
Tino mengangguk. Tino telah mendengar suaraku meskipun ada keributan. Betapa menakutkannya para pemburu itu. Bukan masalah besar jika Tino bisa mendengarkanku, namun itu tidak mengubah fakta bahwa itu tetap memalukan. Sungguh, ini bukan pertama kalinya Tino melihatku bertingkah tidak menyenangkan. Faktanya, pemikiran untuk dilindungi oleh orang sepertiku mungkin lebih memalukan baginya.
"Yah, aku lebih banyak berbicara tentang sentimen." Kataku.
"Kamu mungkin tidak membutuhkan perlindunganku, tapi aku akan menawarkannya untuk berjaga-jaga. Maaf jika itu membuatmu tidak nyaman, lupakan saja kalau aku baru saja mengatakan sesuatu."
"Tidak, aku malah sangat bersyukur, Master. Dan aku minta maaf."
Tino menunduk dan menyeka air matanya dengan lengan bajunya. Ketika Tino melihat ke atas lagi, tidak ada satupun tetesan air mata yang tersisa. Matanya masih agak merah namun sekarang memiliki kekuatan yang tak tergoyahkan seperti seorang pemburu solo.
"Kamu tidak perlu khawatir lagi, Master."
Kata Tino sambil berdiri dan mengepalkan tangannya.
"Apapun yang terjadi, aku yakin aku tidak akan kalah. Aku masih lemah dan belum berpengalaman, tapi aku akan mengatasinya! Jadi lihatlah aku, Master!"
Aku tidak terlalu mengerti, namun Tino terlihat sangat bersemangat. Liz dan Sitri menghentikan pertengkaran mereka dan menatap Tino, namun Tino tidak keberatan sedikit pun. Bibir Tino terkatup rapat dan tampak bertekad. Sekarang Tino tampak seperti seseorang yang dapat aku andalkan.
Yah, itu bagus—tunggu. Sudah kubilang tidak ada hal berbahaya yang akan menimpa kami. Apa kamu bahkan mendengarkanku? Apa semua yang aku katakan itu sia-sia? Apa yang bisa aku lakukan untuk membuatmu percaya kepadaku?
Aku tidak punya banyak ruang untuk mengeluh, namun tetap saja menyakitkan bagi Tino itu karena kurang percaya padaku. Aku duduk di sana dengan bahu merosot dan kemudian, seolah-olah mengejek semua yang baru saja aku katakan, sirene peringatan mulai berbunyi.
Aku hanya ingin pensiun.
Aku meminum teh hitam enak buatan Sitri dan berpaling dari kenyataan. Konser guntur dan sirene peringatan sepertinya berlangsung selamanya. Warna merah di pipi Tino telah memudar dan sekarang agak kaku. Tino tidak terlihat marah padaku, dia hanya memandang ke luar jendela dengan perasaan tidak nyaman. Petir menyambar dan aku meneguk teh itu lagi. Aku sudah cukup terbiasa dengan badai. Hal itu karena aku bertemu badai ke mana pun aku pergi. Namun, masih jarang terdengar bunyi sirine peringatan berlama-lama di kawasan pemukiman.
Zebrudia adalah tempat yang relatif aman. Kota-kota dengan ukuran tertentu dilindungi dari monster dan penjahat melalui Ksatria yang dikirim oleh negara atau tuan rumah. Kota Elan, tentunya, tidak terkecuali. Di tanah suci perburuan harta karun, Ordo Ksatria sering kali memiliki satu atau dua mantan pemburu di barisan mereka. Hal itu sudah cukup untuk mengatasi masalah sehari-hari kalian. Jadi aku jadi bertanya-tanya, apa yang menyebabkan sirene itu terus berbunyi tanpa henti? Menurutku, badai ini tidak cukup untuk membuatnya berlangsung begitu lama. Tampaknya aman untuk berasumsi bahwa sesuatu yang besar telah terjadi. Aku menguap lebar dan melipat kakiku.
"Sitri, apa ada makanan ringan?" Tanyaku.
"Ah, ada! Aku punya beberapa coklat yang mungkin kamu suka!"
Sitri mengambil mangkuk dan mengisinya dengan coklat yang dibungkus kertas mengkilat berbagai warna. Coklat itu tampak seperti impor dari negara industri. Aku melakukan semua yang aku bisa untuk mengabaikan sirene itu dan membuka bungkus coklat itu.
"Master." Kata Tino dengan takut-takut.
"Apa kamu yakin tentang ini?"
Bunyi sirene itu? Itu tidak ada hubungannya denganku.
Tidak ada seorang pun yang meminta aku melakukan apapun, dan bahkan jika mereka memintanya, aku berhak menolak. Menjaga ketertiban di kota bukanlah tugas utama seorang pemburu, melainkan menaklukkan reruntuhan harta karun. Hal itu adalah wilayah kekuasaan para Ksatria, itulah sebabnya mereka menerima uang pembayar pajak. Aku tidak ingin orang-orang datang kepadaku dengan setiap masalah kecil hanya karena aku seorang Level 8. Tino menjadi resah, jadi aku memberi isyarat padanya dan menawarinya coklat yang belum dibuka.
"Jangan khawatir, aku sudah mengantisipasinya."
Kataku sambil tersenyum meyakinkan.
"Aku berjanji tidak akan ada pertempuran pada liburan kali ini, bukan?"
Aku terbiasa mengalami insiden dan ini bukan pertama kalinya aku mendengar suara sirene. Aku tahu hal terbaik yang harus dilakukan dalam situasi ini adalah duduk diam. Biasanya, seseorang akan datang dan menyelesaikan semuanya. Bahkan di antara klan kami, aku yakin aku termasuk yang terbaik dalam duduk diam. Mungkin, pemburu kelas satu akan mendengar suara sirene itu dan bergegas menawarkan bantuan, namun tidak ada yang bisa kulakukan akan berguna. Aku hanya menghalangi jadi aku tetap di belakang.
"Aku yakin ada orang di kota ini yang lebih cocok melakukan tugas ini daripada aku."
Kataku, menjelaskan itu.
"Heeeh?! Kita tidak akan melihat ada yang terjadi?"
Liz berkata dengan suara manis sambil mencondongkan tubuh ke depan.
"Jelas tidak. Apa kamu lupa tujuan kita, Liz?" Tanyaku.
"Tujuan?"
"Ini adalah liburan. LI-BU-RA-N!" Kataku.
Tidak mungkin Liz bisa melupakannya setelah aku menjelaskannya secara menyeluruh. Kecintaannya pada keributan melampaui batas manusia normal mana pun. Aku tidak akan tersandung setelah mengambil beberapa langkah pertamaku di luar Ibukota. Jika aku pergi dan memasukkan diriku ke dalam kekacauan itu, aku mungkin akan menyerahkan diriku sendiri. Jika seseorang datang kepada kami dan mengajukan permintaan langsung, aku wajib menanggapinya sebagai ketua klan First Step, dan itu adalah sesuatu yang harus aku hindari.
"Sitri, tidak ada yang tahu kita ada di sini, kan?" Aku bertanya.
"Yup. Aku bahkan tidak memberitahu Asosiasi Penjelajah." Kata Sitri.
"Kita memang mendaftar di gerbang kota sehingga mungkin akan membuat seseorang mengetahui kita ada di sini, tapi mereka tetap tidak tahu tentang tempat persembunyian ini." Lanjut Sitri.
Berbeda denganku, Sitri bukanlah orang bodoh. Sepertinya aku tidak perlu khawatir kalau Tino terlibat dalam sesuatu.
"Jangan tinggalkan rumah ini sampai keadaan di luar sudah beres. Apa ada makanan di sini?" Tanyaku.
"Kita punya cukup uang untuk bertahan sebulan dengan nyaman. Untuk sumber daya lainnya—" Kata Sitri.
Sebulan penuh, ya? Itu banyak. Sebenarnya, itu lebih dari cukup. Apa Sitri bersiap menghadapi semacam pengepungan?
"Tino, aku memahami kekhawatiranmu." Kataku.
"Tapi, yang terbaik adalah tetap tenang dalam situasi seperti ini. Aku sudah mengatakannya, tapi kita tidak terlibat dalam pertempuran apapun. Itu bukan tugas kita. Sirenenya akan segera mereda, jadi duduklah."
"Hmm. Jadi kamu juga mengantisipasi hal ini, Master. Benar begitu?"
Menurutku, Tino bukan tipe orang yang mau membuat masalah apapun yang terjadi. Tino menatapku dengan kepercayaan yang tidak berdasar dan duduk di sofa.
"Ya, uh-huh. Liz, kamu juga. Duduklah. Jadi tidak ada yang perlu pergi keluar."
Masalahnya bukan orang yang penurut seperti Tino, namun itu adalah Liz. Liz lah orang yang ingin membuat dirinya mendapat masalah apapun yang terjadi. Liz lah orang yang akan segera melupakan semua yang baru saja kukatakan. Lic lah yang akan langsung pergi ke dalam masalah seperti mainan pegas yang rusak. Dan untuk beberapa alasan, itu selalu karena salahku.
"Heeh? Ayolah, Krai-chan." Rengek Liz.
Liz masih melakukan apa yang aku katakan dan duduk di sebelahku. Aku memastikan untuk meraih pergelangan tangannya dan memegangnya erat-erat. Liz memekik dan menempelkan tubuhnya ke tubuhku. Aku menenangkannya dengan menyisir rambutnya dengan tanganku. Aku dipenuhi dengan tekad baru untuk memastikan liburan ini berjalan tanpa insiden. Dan kemudian aku akan membual kepada anggota klan lainnya begitu kami sampai di rumah. Setelah itu terjadi, Tino mungkin akan kembali percaya padaku.
***
Hal itu sangat mengesankan. Hal yang dapat kalian harapkan dari kepemimpinan pemburu Level 7. Mereka melaju di jalan meskipun hujan dan gelap—dua kondisi yang paling dihindari oleh para pemburu. Hal itu tidak terlihat di wajahnya, namun Chloe sangat terkesan dengan pemandangan Falling Fogs yang melawan para monster malam seolah itu bukan apa-apa. Penjaga belakang, Scorching Whirlwind, bahkan tidak mendapat kesempatan untuk membantu. Mereka bahkan jarang harus menghentikan kereta kuda mereka. Sejak awal, Chloe mengerti bahwa Arnold tidak lemah, namun sekarang Chloe mengerti mengapa Arnold dikenal sebagai seorang pahlawan.
Anggota party Arnold yang lain juga cukup mahir. Saat itu malam penuh badai, jarak pandang sangat minim, namun mereka bergerak dengan tenang dan tidak membiarkan satu monster pun mendekat. Bahkan di tanah suci pemburu, tidak banyak yang sekuat ini. Seorang anggota Falling Fog tetap berada di gerbong sebagai penjaga.
"Di kampung halaman kami, di Nebulanubes, kami harus bekerja dengan jarak pandang yang rendah sepanjang waktu." Katanya sambil tersenyum.
"Begitu ya." Kata Chloe.
"Aku mendengar kondisi di sana cukup sulit."
"Monster-monster itu juga lebih kuat dari yang kau temukan di sini. Tapi, aku kira di Zebrudia para monster yang ada datang dalam jumlah yang lebih besar."
Keunikan suatu lingkungan sangat mempengaruhi para monster itu sendiri. Lingkungan yang keras akan menghasilkan monster yang lebih tangguh. Masuk akal bagi Chloe bahwa kondisi yang sama akan mencegah pertumbuhan populasi yang berlebihan.
Falling Fogs menaklukkan para monster itu tanpa usaha besar sedikit pun. Sang Crashing Lightning bahkan tidak membantu, namun Falling Fogs yang lain terbukti lebih dari cukup. Chloe tahu apa yang diincar Arnold. Arnold mengendalikan emosinya, namun setelah mengawasi banyak pemburu Chloe tahu bahwa Arnold masih memiliki masalah yang harus diselesaikan dengan Thousand Trick. Membiarkan party-nya bekerja sendiri bukanlah hal yang ideal, namun itu adalah hal terbaik berikutnya. Di Level 7, seorang pemburu memiliki sedikit alasan untuk mematuhi Asosiasi Penjelajah. Seseorang seperti manajer cabang mungkin bisa berbuat sesuatu, namun tidak banyak yang bisa dilakukan orang seperti Chloe untuk menghentikannya. Chloe bahkan tidak memiliki wewenang untuk campur tangan sebelum Arnold melakukan apapun. Oleh karena itu, pilihan terbaik Chloe adalah membiarkan Arnold memulai pertarungannya tepat di depan matanya; Arnold mungkin tidak akan melakukan sesuatu yang terlalu ekstrem sambil diawasi oleh seorang pegawai Asosiasi. Terlebih lagi, sangat mungkin bahwa kecerdikkan Thousand Trick yang tak terbatas telah membuat Arnold mengantisipasi kejadian seperti itu.
"Itu karena ada banyak reruntuhan harta karun di Zebrudia." Kata Chloe.
"Termasuk yang berlevel tinggi yang tidak seperti yang ada di Nebulanubes."
"Mmm, memang. Ada beberapa rintangan yang menghadang kita, tapi tidak ada reruntuhan harta karun yang tidak dapat kami taklukkan. Aku tak sabar untuk melihat apa yang Kekaisaran sediakan untuk kami." Katanya.
Petir menyambar. Tidak ada sedikit pun ketidakpastian di wajah orang itu yang bersinar. Sebenarnya, ada sedikit ketidakpastian, hanya ada rasa percaya diri yang jauh lebih besar. Keyakinan pada diri sendiri, pemimpin mereka, dan kepada anggota party-nya yang lain. Orang itu tahu rasa takut namun tetap memaksakan diri—pola pikir ideal seorang pemburu.
Krai-san, apa yang sudah kamu lakukan sehingga membuat marah orang-orang ini?
Chloe bertanya-tanya itu. Pastilah ada sesuatu yang luar biasa jika party Arnold itu mengejar Thousand Trick di tengah badai seperti ini.
"Sepertinya masih banyak monster yang merayap hari ini. Aku juga tidak melihat satu mayat pun dari para monster itu. Apa Thousand Trick itu benar-benar ada di Kota Elan?" Kata orang, bertanya hal itu.
"Wilayah Earl Gladis tidak dapat dicapai tanpa melewati Kota Elan dan menurutku dia tidak akan menjalankan kereta kudanya terlalu keras di tengah hujan seperti ini. Ingat, kita juga mencoba untuk bertemu dengannya." Balas Chloe.
Orang itu menanggapi dengan perasaan yang bertentangan. Chloe yakin akan lokasi Krai. Memang benar, jumlah monster dan kurangnya mayat dari para monster itu masih mengganggunya, namun Chloe juga sedang terburu-buru. Chloe tidak akan mulai berbohong. Suara guntur bergemuruh lagi dan Rhuda memandang ke luar jendela dengan ekspresi muram.
***
Mereka mencapai Kota Elan hingga larut malam. Hujan semakin deras dan sambaran petir melintasi awan tebal. Perjalanan mereka itu akan menjadi perjalanan yang jauh lebih sulit tanpa kehadiran Falling Fogs, yang biasa bertempur dalam cuaca buruk. Sebuah suara tiba-tiba terdengar dari gerbong di depan.
"Hei, ada sesuatu yang terbakar!"
Chloe menjulurkan lehernya ke luar jendela dan melihat benteng Kota Elan terbakar. Nyala api akan memudar di tengah hujan, namun gumpalan asap tipis melayang ke atas. Petir terus menyambar secara berurutan dan menghancurkan dinding batu yang diperkuat itu. Suara keributan mencapai gerbong. Kuda-kuda yang terlatih itu berteriak.
Chloe merasakan kehadiran mana yang kuat; hal ini jelas bukan fenomena alam. Begitu mereka tiba di gerbang, dia melompat keluar dari gerbong mereka dan bertanya bagaimana situasinya. Asosiasi Penjelajah tidak dikelola oleh Kekaisaran namun keduanya memiliki hubungan dekat. Ketika masalah yang berasal dari monster dan phantom muncul, Asosiasi akan mengirimkan pemburu. Namun lebih dari itu, Chloe merasa dia tidak bisa berpaling dari itu. Kota ini penuh dengan teriakan dan tangisan, namun bahkan seorang gadis kecil pun bisa memperhatiannya jika Chloe itu memakai lambang Asosiasi. Chloe dan para pemburu yang bersamanya dengan cepat dibiarkan melewati gerbang dan apa yang mereka dengar jauh dari apa yang mereka harapkan.
"Hah? Elemental petir? Di luar sini?"
Chloe melupakan keributan di sekitarnya dan berdiri diam karena terkejut. Orang yang memberitahu itu mereka tampak seperti sedang mengalami mimpi buruk. Bahkan Arnold pun terkejut. Elemental petir adalah salah satu jenis elemental, makhluk gaib yang dianggap sebagai fenomena alam dengan kehendaknya sendiri. Hal seperti mereka itu jarang muncul di sekitar pemukiman manusia, dan juga tidak rentan melakukan serangan acak. Mereka umumnya sangat kuat bahkan dengan yang terlemah sekalipun adalah Level 6. Bahkan di antara elemental yang paling tangguh, elemental dari jenis petir masih berdiri terpisah dari yang lain.
Elemental petir biasanya tidak muncul di kota padat penduduk. Mungkin saja hal elemental itu dikendalikan oleh Magi, namun di seluruh Zebrudia, hanya ada sejumlah kecil yang bisa mengendalikan elemental tingkat tinggi. Chloe mulai bertanya-tanya apa penyebab bencana seperti itu, namun kemudian mengalihkan fokusnya. Apapun alasannya, hal itu tidak mengubah fakta bahwa kota ini sedang diserang dan Chloe tidak bisa duduk diam dan tidak melakukan apapun. Elemental petir lebih dari yang bisa ditangani oleh para Ksatria yang ditempatkan di Kota Elan. Bahkan pemburu terbaik yang beroperasi di kota ini akan berjuang untuk mengalahkannya. Untuk menang melawan, untuk mendorongnya mundur, elemental yang lebih tinggi membutuhkan seorang pahlawan. Untung saja, seorang pahlawan yang telah mengalahkan monster mistis pengguna petir lainnya, Thunder Dragon itu, ada di sini. Chloe tidak membuang waktu untuk menoleh ke arah Arnold dan para anggota party-nya.
"Bolehkah aku meminta bantuanmu, Crashing Lightning?"
Penyebutan julukan itu menarik perhatian para Ksatria dan pejabat kota yang ada di dekat mereka. Elemental petir akan menjadi musuh yang tangguh bagi pemburu Level 7, namun, dengan semua mata tertuju padanya, Arnold mengangguk setuju.
***
Malam yang dihabiskan di bawah tekanan ketidakpastian dan ketakutan berganti dengan pagi hari yang berlangit biru, badai kemarin hilang tanpa jejak. Merasa segar, aku duduk di tempat tidur dan melihat ke luar jendela. Kedamaian telah kembali ke daerah tersebut. Sirene telah berhenti dan tidak ada yang berteriak.
Lihat, apa yang aku katakan? Semuanya terselesaikan dengan sendirinya tanpa kami harus melakukan apapun!
Aku melihat, dengan sangat lega, ke tempat tidur di sebelahku. Tidak ada seorang pun di sana. Tempat persembunyian Sitri berisi dua kamar tidur yang masing-masing memiliki dua tempat tidur, namun pada akhirnya, kami mengurutkannya berdasarkan jenis kelamin. Aku tidak terlalu peduli dengan satu atau lain cara, namun akan ada ketidakpuasan di antara yang lain tidak peduli dengan siapa aku berbagi kamar. Aku menawarkan diri untuk tidur di sofa namun ditolak juga. Liz punya kebiasaan buruk menyelinap ke tempat tidurku, namun dengan adanya Sitri, aku tidak perlu khawatir tentang itu. Ngomong-ngomong, Killiam ada di luar. Rupanya, makhluk itu dibangun untuk beroperasi bahkan dalam kondisi yang sulit. Menjadinya sebagai makhluk sihir yang menempatkannya pada level yang sama dengan Drink.
Aku menguap dan mengganti pakaian yang telah dicucikan Sitri untukku. Rumah ini cukup nyaman sehingga rasanya sia-sia jika digunakan sebagai tempat persembunyian. Ada kamar mandi yang cukup besar dan dengan keterampilan Sitri yang bagus, bahkan perbekalannya pun terasa enak. Kalian bahkan mungkin mengatakan masakannya bahkan lebih mewah daripada yang ada di penginapan. Kelelahan yang aku timbulkan selama perjalanan di tengah hujan kini hilang. Aku meninggalkan kamar tidur dan memasuki ruang tamu, di mana aku disambut oleh Tino yang mengenakan pakaian santai.
"Selamat pagi, Master." Kata Tino.
"Pagi." Kataku.
"Apa yang telah terjadi? Ada kantung di bawah matamu."
Aku sudah tidur cukup nyenyak, namun sepertinya hal yang sama tidak berlaku pada Tino. Kakinya tidak terhuyung-huyung dan kedengarannya baik-baik saja, namun wajahnya menunjukkan tanda-tanda kelelahan yang mendalam.
"Apa kamu kesulitan tidur?" Tanyaku.
"Hanya sedikit. Seharusnya aku tidur di sofa, tapi aku sangat khawatir dengan apa yang terjadi di luar. Ini semua karena aku hanya seorang pemula."
Ucapan Tino itu kaku. Aku bertanya-tanya apa Liz tidak bisa meminjam tempat tidur, namun jika aku ingat lagi, Liz bukanlah tipe orang yang berbagi tempat tidur dengan muridnya, dan berbagi tempat tidur dengan Sitri sepertinya merupakan usaha yang berbahaya. Mungkin sebaiknya aku lebih memikirkan situasinya sebelum tidur. Namun, pemburu dilatih untuk bisa tidur kapan saja dan di mana saja (ini adalah keterampilan terkuatku) dan menurutku kebisingan di luar tidak terlalu buruk.
"Tidak apa-apa, Master." Kata Tino.
"Aku seorang pemburu, satu malam tanpa tidur tidak cukup untuk menyulitkanku."
"Itu bagus....." Kataku.
Tino bukanlah seorang anak kecil, dia memahami kondisi yang dia alami lebih baik dari orang lain. Bergantung pada situasi di luar, aku bermaksud untuk tetap berada di dalam namun tampaknya apa yang ada di luar sana telah terselesaikan. Kami menyantap sarapan yang disiapkan oleh Sitri, bersiap untuk hari itu, dan meninggalkan tempat persembunyian. Dengan sosok Killiam dan Drink yang tidak normal mengikuti kami dan wajah kami tersembunyi di balik tudung, kami berjalan menyusuri jalan utama. Sepotong perbincangan tentang kejadian kemarin sampai ke telinga kami. Para pedagang, pemburu, Ksatria, penduduk kota, semua orang bergosip tentang hal itu.
"Elemental petir."
Kata Sitri dengan mata melebar.
"Mengapa elemental yang lebih tinggi itu muncul di sini?"
"Elemental petir?! Aaaah, Liz-chan harap Liz-chan bisa melawannya. Itu adalah kesempatan kita untuk menguji ketahanan baru kita, kan, T?" Kata Liz.
"Heeh?! Oh, y-ya, Onee-sama."
Entah kenapa, Tino menatapku dengan mata yang mau menangis lagi.
Itu hanya kebetulan. Liz lah yang memaksanya menjalani pelatihan itu dan akulah yang menghentikan agar kami tidak terlibat. Dan pada akhirnya, masalah itu terselesaikan tanpa keterlibatan kami.
Elemental adalah kumpulan energi yang hidup dan merupakan salah satu lawan paling menyusahkan yang bisa dihadapi oleh seorang pemburu. Mereka tidak selalu bermusuhan dengan manusia, namun mereka memiliki kekuatan dan daya tahan yang jauh melebihi pemburu level tinggi dan beberapa memiliki kekuatan untuk menghancurkan suatu negara. Elemental adalah makhluk gaib dengan kemampuan memanipulasi fenomena alam, suatu sifat yang menyebabkan mereka disamakan dengan dewa di beberapa belahan dunia. Memanfaatkan kekuatan elemental adalah trik yang digunakan oleh para Magi, namun itu dikenal sebagai salah satu mantra yang paling sulit. Biasanya, para elemental tinggal di hutan belantara. Seperti yang Sitri katakan, jarang sekali ada yang bisa menemukannya di kota berpenduduk padat, namun hal itu bisa menjelaskan amukan badai dan suara mendengung seperti sarang lebah.
"Mungkin penangkal petir cair itu terlalu kuat? Seharusnya efeknya tidak berlangsung lama...." Kata Sitri.
Sitri mengatakan beberapa hal yang luar biasa, namun aku pura-pura tidak mendengarnya. Untungnya tidak ada yang mati karena elemental tersebut dan aku tidak ingin memberitahu siapapun tentang ramuan itu. Namun aku senang aku menghentikan Liz untuk terlibat. Elemental bukanlah sesuatu yang ingin aku tangani.
Aku menghela napas lega dan menuju gerbang kota hanya untuk menemukan bahwa pos pemeriksaan yang kokoh telah berubah menjadi puing-puing. Aku berhenti dan menatapnya. Dari batu bata yang berserakan, kawah yang terbakar, dan darah yang berceceran, aku tahu betapa mengerikannya kejadian tadi malam. Sebagian besar rumah di dekat gerbang juga rusak parah. Ketika gerbangnya telah hilang, tentara berlarian berusaha menjaga orang-orang tetap berada dalam antrean. Aku senang kami mengabaikan sirene itu. Bahkan komunikasi sederhana pun menjadi tantangan saat melawan suatu elemental; Aku mungkin akan berubah menjadi debu. Aku lega elemental itu telah dikalahkan, namun Sitri mempunyai kesan yang sangat berbeda.
"Agar elemental petir itu bisa menyambar tapi meninggalkan kerusakan sebesar ini.... seseorang pasti sudah berusaha keras." Kata Sitri.
Memang benar, elemental petir bisa terbang, jadi gerbang tidak bisa melakukan apapun untuk mencegahnya. Kota Elan adalah kota yang cukup besar, namun mereka tidak dilengkapi dengan tipe tentara yang bisa menghalau ancaman seperti itu. Salah satu tantara yang mengatur kerumunan itu sepertinya mendengar Sitri.
"Benar sekali." Kata tantara itu dengan bangga.
"Kami sama sekali tidak siap menghadapi serangan tiba-tiba dari sebuah elemental, tapi seorang pemburu level tinggi kebetulan tiba di tempat sini dan dia membantu kami. Itu adalah pertarungan yang brutal tapi elemental itu berhasil dipukul mundur dengan aman. Berkat pemburu luar biasa itu, tidak banyak orang yang terluka."
Seorang pemburu yang bisa melawan elemental petir. Pemburu itu pasti seseorang yang luar biasa. Siapa itu? Aku harus berterima kasih kepadanya jika kami bertemu.
***
Pertarungan sengit dengan elemental petir. Malam itu adalah malam terburuk dalam karier Arnold sebagai pemburu. Pertarungan melawan Thunder Dragon sangat sengit, namun itu dilakukan dengan persiapan yang matang dan tekad yang kuat. Pertarungan dengan elemental terjadi secara tiba-tiba dan tanpa informasi sebelumnya. Falling Fogs bahkan belum pernah melawan elemental sebelumnya. Mereka tidak memiliki pengetahuan tentang makhluk itu. Mereka tidak siap. Mereka bahkan kekurangan kekuatan. Satu-satunya keberuntungan mereka adalah elemental itu adalah petir; untuk melawan Thunder Dragon, semua anggota Falling Fogs telah membangun ketahanan terhadap petir. Meski begitu, merupakan suatu keajaiban bahwa mereka melawan elemental tersebut sebelum ada yang terluka parah. Sebagai rasa terima kasih mereka telah ditempatkan di penginapan terbaik di kota, namun itu bukanlah kompensasi yang besar karena mempertaruhkan nyawa mereka dalam pertempuran.
Di ruang tamu yang luas, mereka semua duduk diam seperti mayat. Mereka pasti kurang tidur karena banyak dari mereka yang matanya merah atau kehilangan tenaga. Ekspresi mereka bervariasi, namun mereka semua memiliki satu kesamaan : mereka tidak memiliki ambisi yang seharusnya dimiliki semua pemburu. Luka bakar dan luka besar mereka telah disembuhkan dengan ramuan dan sihir, namun kelelahan mental tidak dapat diatasi dengan mudah. Kondisi Arnold tidak seburuk yang lain, namun bahkan Arnold belum pulih sepenuhnya setelah istirahat malam. Arnold masih bisa bergerak, namun dia jauh dari kondisi terbaiknya. Mereka juga telah menghabiskan banyak persediaan dan perlengkapan mereka memerlukan perawatan. Armor mereka telah mengalami pukulan yang luar biasa dan beberapa hal perlu diganti sama sekali.
"Seperti di kampung halaman, mereka bilang di Zebrudia jarang ada elemental yang muncul di sekitar pemukiman manusia." Kata Eigh dengan ekspresi kelelahan.
"Tidak ada nasib yang lebih buruk jika selain hal ini."
"Tapi kita harus membantu."
Elemental petir cukup kuat sehingga tidak menjadi musuh yang mudah bagi Arnold. Bahkan party seperti mereka itu jarang menemui makhluk seperti itu. Elemental itu telah menghancurkan benteng dengan sejumlah besar petir, dan dalam satu serangan, elemental itu melumpuhkan setengah dari Ksatria yang telah tiba. Elemental itu terbang dengan kecepatan tinggi yang mencegah sebagian besar panah dan serangan sihir mendarat. Dalam waktu yang dibutuhkan untuk mengusir elemental itu, segala sesuatu di sekitar gerbang berubah menjadi reruntuhan.
Berkat Arnold dan yang lainnya, keadaan tidak menjadi lebih buruk. Jika mereka tiba beberapa jam kemudian, elemental itu mungkin sudah maju lebih jauh ke kota dan menimbulkan kerusakan fatal di seluruh Kota Elan. Tampaknya merupakan suatu keajaiban bahwa tidak ada seorang pun yang mati dalam seluruh peristiwa itu. Chloe pernah ke kota ini. Ada kerumunan orang di sana. Jika Asosiasi Penjelajah mengajukan permintaan, tidak mudah untuk menolaknya. Namun lebih dari itu, ada beberapa hal yang diharapkan dari seorang pemburu kelas satu.
"Yah, tidak semuanya buruk. Ini tidak seperti yang kita rencanakan, tapi ini membantu menyebarkan nama baik Falling Fogs." Kata Eigh.
"Hmmm."
"Tidak hanya itu, orang-orang tahu bahwa kita cukup untuk menghadapi elemental yang lebih tinggi itu. Dan kita melakukannya tanpa cedera besar. Aku akan menandai ini sebagai kesuksesan."
Arnold mendengus. Para pemburu perlu mengetahui cara untuk tetap bersikap positif. Elemental seperti fenomena alam. Mereka tidak mampu melakukan kehancuran yang sama seperti naga tapi tidak ada yang lebih sulit untuk dikalahkan selain sebuah elemental. Selain itu, elemental itu sama langkanya, bahkan lebih langka, dibandingkan naga. Elemental petir cukup langka sehingga kalian harus mencari jauh dan keras di hutan belantara, jauh dari tempat tinggal manusia, untuk menemukannya. Namun yang lebih mengganggu Arnold dari itu adalah perilaku seseorang.
"Mengapa Thousand Trick itu tidak muncul?! Bukankah dia salah satu Level 8 dari Zebrudia?!"
Elemental yang lebih tinggi sangatlah kuat. Elemental seperti itu bukanlah sesuatu yang bisa ditangani oleh pemburu biasa, apalagi seorang Ksatria. Hanya Magi terbaik atau pemburu kelas satu dengan material mana yang banyak yang bisa menang melawan Elemental itu. Orang seperti itu tidak akan tinggal di tempat seperti Kota Elan. Jika Falling Fogs tidak muncul, penduduk kota tidak akan berdaya. Dan itulah mengapa Arnold tidak dapat memahami mengapa Krai Andrey tidak muncul selama kekacauan itu. Anggota Arnold lainnya mulai mempertimbangkannya.
"Mungkin orang itu takut dengan elemental itu? Kita hanya berhasil mengatasinya karena pengalaman kita dengan Thunder Dragon."
"Sepertinya mereka juga mengabaikan Asosiasi Penjelajah. Mungkinkah mereka tidak memperhatikan elemental itu?"
"Tapi bagaimana mungkin mereka tidak mendengar suara sirene itu?"
"Jika reputasi mereka hilang, apa kau akan mengira mereka akan segera membereskan elemental itu."
Eigh tampak tenggelam dalam pikirannya. Eigh mengetahui pencapaian party Grieving Soul dan Sang Thousand Trick. Berdasarkan sejarah mereka, Eigh bisa membayangkan mereka : heroik namun juga tajam, menghabisi gerombolan phantom, menaklukkan reruntuhan harta karun, melakukan misi sulit—sebuah teladan bagi semua pemburu. Mengingat Thousand Trick itu telah menahan orang-orang Falling Fogs dengan satu mantra, sulit membayangkan Thousand Trick itu akan menghindar dari elemental petir itu. Lebih dari segalanya, Eigh tidak bisa membayangkan orang dengan senyuman samar-samar itu panik saat menghadapi elemental petir. Anggota Falling Fogs lainnya terus menyuarakan pikiran mereka dan Eigh mengangguk. Eigh telah mencapai kesimpulannya.
"Kami tidak tahu persis di mana orang itu berada, tapi namanya ada di daftar orang yang datang jadi kita bisa yakin dia ada di kota. Chloe juga mencarinya. Ingat, kota ini adalah tempat kecil dibandingkan dengan Ibukota, orang itu tidak akan bisa bersembunyi lama-lama."
Arnold tetap diam. Eigh itu benar. Sejak awal, mereka mendapat keuntungan dalam pengejaran ini. Bukan berarti Falling Fogs sangat ahli dalam memburu orang, namun buruan mereka tidak berhasil. Bahkan jika itu kebetulan, mereka juga memiliki Chloe untuk membimbing mereka dan gadis itu tahu ke mana tujuan Thousand Trick. Hanya masalah waktu sebelum mereka menyusul. Arnold melawan kelelahan tubuhnya dan memperhatikan anggota party-nya.
"Isi kembali perbekalan kita dan bersiap untuk bertempur." Perintah Arnold.
"Aku sudah meminta para penjaga untuk menghentikan Thousand Trick itu jika orang itu pergi dari kota." Kata Eigh.
"Jika orang itu mencoba untuk pergi, kita akan tahu. Walikota Elan ingin mengucapkan selamat atas kemenangan kita, apa yang harus kita katakan?"
"Kita tidak punya waktu untuk menerima ucapan selamat."
"Itu benar."
Biasanya, menerima itu adalah hal yang benar, namun Arnold dan yang lainnya memiliki sesuatu yang lebih diutamakan daripada yang lainnya.
"Bagaimana dengan perbaikan peralatan?" Eigh bertanya.
"Itu akan memakan waktu dan bahkan tidak mungkin dilakukan di kota kecil seperti ini. Untungnya, senjata kita tidak terlalu buruk untuk dipakai. Senjata kita hanya akan turun peringkatnya, tapi mungkin kita harus mengganti armor kita jika armor kita rusak?"
"Ya. Senjata kita sudah cukup. Kita tidak memerlukan pertahanan yang sama seperti yang kita perlukan untuk melawan elemtal itu." Lagipula, serangan Arnold menghasilkan kekuatan yang lebih baik daripada ketahanan kebanyakan armor yang ada.
"Thousand Trick itu berada di depan mata kita. Setelah kita menghancurkannya, kita akan mengambil istirahat yang lama."
Eigh memberikan anggukan ringan seperti biasanya.
***
"Urgh, aku tidak bisa tidur sama sekali...." Kata Rhuda.
"Aku juga."
Gilbert, dengan lingkaran hitam di bawah matanya, menyetujui.
Rhuda baru saja mencapai Level 4. Baginya, pertarungan semalam melawan elemental petir itu bahkan lebih sulit daripada pengalamannya di Sarang White Wolf. Rhuda dan pemburu tingak menengah lainnya secara alami diberi peran pendukung dan tidak secara langsung terlibat dengan elemental tersebut. Namun, pukulan sederhana terhadap makhluk itu sudah cukup untuk menjatuhkan salah satu dari mereka, jadi mereka akhirnya memberikan tekanan yang luar biasa pada tubuh mereka selama berlarian. Sisa dari party Scorching Whirlwind semuanya tampak sangat mengerikan ketika mereka berjalan keluar dari kamar mereka.
"Aku tahu kita seharusnya tidak menerima misi ini." Salah satu dari mereka mengeluh.
Rhuda teringat kembali pada sesuatu yang pernah dikatakan Tino.
Master itu dewa. Master tidak akan mengabaikan masalah atau masalah itu sendiri yang membutuhkannya. Jika kamu mengikuti masalah sampai ke sumbernya, kamu juga akan menemukan Master. Apa kamu mengerti itu?
Saat itu, Rhuda belum mengerti, namun dalam situasi saat ini, sepertinya Tino benar-benar serius. Bagaimanapun, elemental petir adalah makhluk seperti dewa yang jarang muncul di daerah yang dihuni manusia. Rhuda berpikir jika dia pernah bertemu dengan salah satunya maka itu akan terjadi di masa depan yang jauh.
"Dan dia tidak muncul." Kata Gilbert dengan suara lelah sambil mempertahankan sikapnya yang biasa.
"Ya....."
Kemungkinan besar, Rhuda dan Gilbert memikirkan hal yang sama. Di Sarang White Wolf, Krai belum muncul sampai mereka yakin sudah selesai. Sekarang mereka memiliki party Falling Fogs sebagai sekutu, namun situasinya ternyata sangat mirip.
"Thousand Trial."
Itulah sebutannya. Rhuda ingin percaya bahkan Krai tidak akan membahayakan warga sipil, namun saat itu Krai itu sangat bersedia membahayakan nyawanya dan nyawa para pemburu lainnya.
Master itu dewa.
Kata-kata itu bergema di benak Rhuda. Namun Rhuda tahu bahwa para dewa dalam mitos kebanyakan adalah bajingan yang tidak terlalu memikirkan kehidupan manusia yang lemah.
Itu benar sekali, aku mendengar Tino menemani Krai dalam perjalanannya. Aku ingin tahu apa hal itu berjalan baik untuknya.
Pikir Rhuda di dalam hatinya.
"Aku ingin tahu bagaimana kabar orang tua itu."
Kata Gilbert dengan perhatian yang tulus.
"Aku berharap kita membawanya bersama kita. Tapi dia mungkin tidak akan terlalu senang dengan hal itu...."
Rhuda menghela napasnya ketika dia memikirkan kembali Greg, satu-satunya anggota yang berhasil menghindari terjebak dalam hal ini.
***
"Apa? Orang itu sudah pergi?"
Arnold tampak tegang.
"Benar." Kata Chloe dengan ekspresi pahit.
"Aku memeriksanya dan sepertinya Krai-san berangkat tak lama setelah fajar."
"Tepat setelah fajar?!"
"Kenapa orang itu pergi sepagi ini?!"
Eigh mengerutkan alisnya. Rhuda dan yang lainnya tampak tercengang.
"Aku tidak tahu." Jawab Chloe.
"Tidak ada indikasi Krai-san mampir ke Asosiasi Penjelajah cabang lokal."
Elemental petir itu telah diusir sebelum fajar. Untuk berjaga-jaga, mereka tetap waspada dan pindah ke tempat yang lebih baik untuk mengobati luka mereka setelah fajar. Setelah semua itu, Chloe meminta penjaga untuk menahan Thousand Trick jika dia mencoba pergi. Tampaknya Krai sudah pergi saat Chloe mengajukan permintaan itu. Chloe tidak bisa menyalahkan penjaga karena tidak mengetahui bahwa Chloe sudah terlambat untuk itu; semua orang sibuk menangani kekacauan yang disebabkan oleh elemental tersebut dan para pemburu bukanlah satu-satunya petarung.
Pengungkapan ini cukup mengejutkan Chloe. Bahkan jika Krai sedang terburu-buru, Chloe masih tidak mengerti mengapa Krai itu pergi setelah fajar. Para pemburu terampil dalam mendeteksi tanda-tanda bahaya dan bencana. Chloe tidak bisa membayangkan bagaimana seorang pemburu level tinggi tidak bisa menunjukkan ketertarikan pada keributan yang disebabkan oleh serangan elemental tersebut. Lebih dari itu, aneh sekali Krai tidak muncul selama pertempuran itu sendiri. Chloe menganggap serangan makhluk kuat sebagai sesuatu yang harus diselesaikan oleh Level 8. Namun Krai tidak melakukannya. Meskipun Krai berada di kota, dia tidak hadir dalam pertarungan itu.
Kemudian Chloe menyadari sesuatu : seolah-olah Krai tahu bahwa pemburu level tinggi lainnya akan menyelesaikan masalah ini. Chloe memandangi para pemburu yang kelelahan dalam pertempuran itu. Chloe mungkin hanya mengalami delusi. Pertarungan dengan elemental tersebut sangat melelahkan sehingga hampir aneh jika berakhir tanpa ada korban jiwa. Tidak peduli betapa cerdasnya Thousand Trick, mustahil baginya untuk memprediksi secara akurat kapan Arnold dan rekan-rekannya itu akan tiba. Namun, Chloe juga menyadari bahwa banyak pencapaian Thousand Tricks yang telah melampaui batas kecerdasan manusia. Thousand Tricks itu sangat kuat, namun itu juga sebabnya dia jarang melibatkan dirinya secara pribadi. Thousand Tricks itu menggunakan pengetahuannya yang luar biasa itu untuk melatih rekan satu klannya dan mengubah First Step menjadi salah satu klan terbaik yang pernah ada. Keadaan saat ini tampak menakutkan seperti salah satu Trial Thousand Tricks itu, hanya saja subjeknya adalah Falling Fogs, saingan dan musuh potensial—
"Ah, itu benar, pantas saja penjaga itu bi— Ah."
Semua itu sangat membingungkan Chloe. Demikianlah kata-kata itu yang keluar tanpa diminta dari mulutnya.
"Apa itu?"
Ups. Aku melakukan ini sebelumnya dan sekarang aku melakukannya lagi.
Pikir Chloe di dalam hatinya. Chloe dengan cepat menghentikan dirinya sendiri, namun tidak cukup cepat. Arnold memberinya tatapan luar biasa. Apa yang Chloe dengar dari penjaga itu kemungkinan akan menambah kemarahan Arnold, dan menjaga hubungan damai antar pemburu adalah tugas lain dari Asosiasi Penjelajah.
"Sekarang, Chloe, aku tidak menganggapmu tipe gadis yang suka berbohong."
Kata Eigh dengan putus asa.
"Cepat, katakan saja." Kata Arnold.
Chloe merasakan tidak enak. Kebohongan setengah hati tidak akan berhasil pada pemburu level tinggi. Belum lagi, Arnold mungkin sudah memiliki pemikiran bagus tentang apa yang dikatakan penjaga itu.
Chloe menerima nasibnya dan berkata dengan suara kecil,
"Dia terkesan."
"Apa? Katakan itu sekali lagi." Kata Arnold, suaranya bergetar.
Kenapa Krai-san harus selalu begitu suka menghasut?!
Pikir Chloe. Grieving Soul sebelumnya telah memusnahkan segala macam elemental. Bahkan tanpa anggota penuh, mereka seharusnya mampu menghadapi elemental petir itu. Mereka seharusnya muncul ketika sirene berbunyi.
"Penjaga itu bilang Krai-san itu sangat terkesan. Fakta bahwa kita berhasil mengusir elemental tersebut tanpa ada korban jiwa benar-benar sesuatu yang istimewa!"
Chloe menjawab dengan suaranya sendiri yang bergetar.
Wajah Arnold berkerut. Wajah seperti iblisnya itu menimbulkan teriakan kecil dari Rhuda. Apa yang dikatakan Krai itu jelas-jelas merendahkan. Perkataan itu tidak langsung menghina, namun niatnya terlihat jelas dalam situasi tersebut. Di mana pun Krai itu berada di kota, mustahil baginya untuk tidak memperhatikan sirene tersebut, namun dia mengabaikannya dan kemudian memuji Arnold. Tidak sulit untuk menebak apa maksudnya— Thousand Trick itu sengaja memilih untuk tidak keluar dan membantu. Dia mungkin menyaksikan pertempuran itu dari kejauhan, seperti orang tua yang mengawasi anaknya, berencana untuk melakukan campur tangan hanya jika seseorang menghadapi bahaya mematikan. Keputusannya untuk segera meninggalkan kota tanpa bertanya-tanya tentang pertempuran itu masuk akal jika Krai itu sudah melihatnya dari kejauhan. Satu-satunya bagian yang Chloe masih tidak mengerti adalah mengapa Krai itu mengabaikan seorang karyawan dari Asosiasi Penjelajah. Arnold berdiri; Arnold sepertinya mencapai kesimpulan yang sama dengan Chloe. Sosoknya yang menjulang tinggi itu tidak menunjukkan sedikit pun rasa lelahnya sebelumnya.
"Kita akan mengejarnya. Kita harus melakukan itu. Cepat dan bersiaplah! Kita tidak akan membiarkan orang itu lolos!"
Kata Arnold, suaranya masih menunjukkan sedikit kemarahan.
"Aye aye, kita akan segera bersiap."
Eigh dan beberapa orang lainnya lari.
"Itu berlaku untuk kalian semua. Dan cepatlah! Jika kalian terlalu lambat maka kami hanya akan membawa Chloe, mengerti?"
Sebuah pembuluh darah menonjol di dahi Arnold. Kulitnya tertusuk-tusuk. Selama pertarungan dengan elemental itu, seperti seorang iblis, namun sekarang Arnold benar-benar terlihat seperti itu. Chloe sudah melihat wajah banyak pemburu namun belum pernah yang semarah ini. Bahkan Chloe tidak sanggup tersenyum atau mengatakan apapun untuk membela Krai.
"Oke. Ayo cepat, semuanya. Di rute ini, perhentian berikutnya adalah Kota Gula."
Kata Chloe kepada yang lain.