Chapter Six : True Victory

 

"Liz-chan tidak mempercayai ini!" Liz meratap.

 

"Liz-chan pergi ke enam tempat berbeda dan tidak dapat menemukan Relik satu pun!"

 

"Ya, uh, kali ini sibuk sekali." Kataku.

 

"Liz-chan bingung apa harus melakukan ekspedisi atau mencari bounty. Tapi butuh waktu untuk mencari bounty dan mengubah hadiahnya menjadi uang, dan jika Liz-chan melakukan ekspedisi, Liz-chan mungkin tidak bisa tiba tepat waktu untuk pelelangan. Jadi, Liz-chan pikir tindakan terbaik adalah menjual drop item yang Liz-chan dapat dari phantom dan monster untuk mendapatkan lebih banyak lagi untuk dana kita!" Kata Liz.

 

"Ya, uh-huh."

Aku sedang berjalan mengelilingi Ibukota Kekaisaran dengan Liz dan Sitri yang tersenyum di kedua sisiku. Pelelangan telah dimulai, dan kota itu dipenuhi orang. Untuk sementara, Ibukota akan riuh seperti festival. Kios-kios berjejer di jalan utama, dan beberapa mengadakan pelelangan kecil, meniru pelelangan resmi yang akan diselenggarakan. Asosiasi Penjelajah dipenuhi dengan permintaan, dan inilah saatnya bagi para pedagang dan pemburu untuk menghasilkan uang. Pikiranku dipenuhi oleh Relik Reversible Face selama beberapa hari terakhir, namun saat aku menenangkan diri, aku menyadari bahwa beberapa Relik berguna lainnya akan dilelang juga. Situasiku saat ini tidak memungkinkanku untuk mendapatkannya salah satu dari itu, namun rasanya sedikit sepi, seperti aku tidak bisa berpartisipasi dalam sebuah pesta. Liz tersenyum, namun Sitri menghela napas dalam-dalam.

 

"Kamu sungguh tidak berguna, Liz." Gerutu Sitri.

 

"Kalau saja kamu menemukan Relik yang mahal. Itu akan membuat pikiranku lebih tenang." Lanjutnya.

 

"Hah?!" Tuntut Liz.

 

"Kekacauan ini salah Sitri-chan dari awal! Kenapa semua orang tahu tentang Relik yang diincar Krai-chan itu?!" Terusnya.

 

Uh, maaf, itu salahku.....

Aku menatap kedua kakak beradik yang saling mencemooh itu dan merasa bersalah, membuatku memalingkan wajahku dengan tenang.

 

"Hmm.... meski kita mengumpulkan seluruh tabungan kita, jumlah itu belum mencapai satu miliar gild." Kata Sitri.

 

"Yah, kita memang berusaha sekuat tenaga untuk menaklukkan pelelangan itu, dan imbalan kita masih ada di tangan Luke." Kata Liz sambil cemberut.

Party kami mempunyai aturan bahwa jika seseorang harus meninggalkan party karena alasan apapun, kecuali ada keadaan yang meringankan, mereka tidak akan membawa pulang hadiah dari ekspedisi ini. Seandainya Liz atau Sitri mampu mendapatkan sedikit pun uang untuk itu, hasil pelelangan itu mungkin akan berubah.

 

Sitri menghela napasnya. "Ya. Ini semua hanyalah waktu yang buruk. Biasanya, aku bisa membuat situasi ini lebih menguntungkan kita."

 

Dia sudah melakukan banyak hal dan dia masih belum puas?

Pikirku saat dia menatapku.

 

"Kita mungkin memiliki peluang sekitar tujuh puluh persen untuk menang." Kata Sitri.

 

"Jika kamu tidak mengatakan tidak, menurutku kita masih bisa membuat beberapa rencana...." Lanjutnya.

 

"Tidak." Jawabku tegas.

 

"Kamu sudah melakukan lebih dari cukup, Sitri. Terima kasih." Lanjutku.

 

"Aww....."

Sudut bibir Sitri tertarik ke atas. Sitri lebih pintar dari Liz, namun sayangnya Sitri punya kecenderungan untuk mengambil tindakan terlalu jauh. Aku kira ini hanyalah sifat dari seseorang yang kompeten.

 

"Liz-chan tahu! Krai-chan, jika Krai-chan masih belum bisa mendapatkan Relik itu...."

Liz berkata dengan senyum percaya diri, sambil meremas lengan kananku dan mendorong tubuhnya ke sampingku.

 

"Liz-chan akan mencurinya dari bocah brengsek itu!" Terusnya.

 

"Kamu melawan seorang bangsawan, tahu." Aku memperingatkan.

Maksudku, bukan berarti dia harus mencuri terlepas dari apa orang tersebut adalah seorang bangsawan atau bukan. Bukan itu yang dilakukan kelas Thief. Mencuri adalah kejahatan.

 

"Heeh? Apa itu menjadi masalah?" Liz bertanya.

 

"Jangan khawatir, para Ksatria yang berpuas diri itu tidak bisa menyentuh Liz-chan! Liz-chan tidak akan kalah dari mereka!" Lanjutnya.

 

"Liz, jika kamu melakukan itu, Krai akan menjadi tersangka utama!" Kata Sitri.

 

"Jika kamu mau melakukannya.... sebaiknya kamu membuatnya terlihat seperti perampokan atau semacamnya." Lanjutnya.

 

"Hentikan itu." Kataku.

 

Seriusan. Apa kalian tidak tahu kapan harus berhenti?

Aku berasumsi bahwa mereka sedang bercanda, namun ada beberapa lelucon yang rasanya tidak enak. Pelelangan Zebrudia diselenggarakan di teater putih berkapur di pusat Ibukota Kekaisaran. Arena ini biasanya digunakan untuk konser dan drama; bangunan marmer yang dipoles itu mengumpulkan banyak laki-laki dan perempuan dari segala usia. Berapa banyak dari mereka yang berencana menawar suatu barang? Berapa banyak dari mereka yang akan mencoba mengalahkan kami? Satu-satunya hal yang dapat aku lakukan sekarang adalah berdoa agar pelelangan ini menyenangkan dan bersih. Pintu masuknya dibagi menjadi tiga : satu untuk para bangsawan, satu untuk para pemburu, dan satu untuk semua orang. Tentunya para bangsawan dipisahkan dari yang lain, namun para pemburu juga dibedakan karena pastinya akan ada masalah jika mereka dikelompokkan bersama dengan masyarakat umum.

 

Biaya masuk pelelangan adalah seratus ribu gild. Pintu masuk paling ramai yang menonjol di antara yang lain adalah pintu masuk untuk para pemburu. Pertama, penampilan mereka sangat mencolok.

Mengapa orang itu datang dengan armor lengkap untuk pelelangan?

 

Beberapa terlihat sangat mengintimidasi, dan untuk alasan apapun, beberapa bahkan membawa senjata. Aku memperhatikan kelompok yang akrab di antara kerumunan. Ada seorang anak laki-laki dengan rambut merah menyala yang sepertinya bahkan bisa membakar langit, seorang lelaki tua yang menakutkan dengan rambut coklat tua, seorang Thief perempuan dengan rambut coklat, dan murid dari perempuan yang saat ini terpaku di lengan kananku. Sudah lama sejak kumpulan anggota yang dilemparkan ke Sarang White Wolf berkumpul. Ada beberapa wajah asing di sekitar mereka, namun aku pun tidak akan salah mengira wajah Tino. Aku mempertimbangkan untuk berbicara dengan Gilbert terlebih dahulu, berubah pikiran ke Greg, mempertimbangkan Rhuda, dan akhirnya memilih Tino.

"Hei, Tino!" Panggilku.

 

"Apa kalian di sini untuk membeli sesuatu juga?" Tanyaku.

 

"Master! Selamat pagi!" Kata Tino.

Anggota lain di sana memperhatikanku dan tersenyum canggung.

 

Apa Tino mulai ikut bersama mereka sejak mereka membentuk party sebelumnya? Lagipula, aku senang dia mendapat beberapa teman baru.

 

"Aku di sini untuk melihat kegagahanmu dengan mata kepalaku sendiri, Master!"

Kata Tino kepadaku.

 

"Aku melihat mereka mencoba mengunjungi pelelangan, jadi aku pikir aku akan pergi bersama mereka, itu saja." Lanjutnya.

 

"Tino, kau berubah menjadi orang yang sama sekali berbeda di depan Thousand Trick."

Kata Gilbert. Tino melontarkan tatapan mencemooh pada bocah itu. Meskipun secara tidak sengaja, aku berada di tengah-tengah pusaran pelelangan ini.

 

Orang di samping Gilbert menatapku dengan penuh minat sebelum dia mulai berbisik.

Ya, ini tidak nyaman bagiku.

 

"Selain kegagahan, jika kamu akan pergi ke pelelangan, kamu bisa ikut dengan kami."

Kataku kepada Tino.

 

"Err, uh, kamu tidak.... mengajakku." Jawab Tino.

 

Maaf. Oh, ya ampun, aku sangat, sangat menyesal. Aku mendengar bahwa kamu bahkan meminjamkan sebagian uangmu kepada kami. Aku benar-benar minta maaf. Hal itu benar-benar tidak terpikirkan olehku. Tapi kalau aku boleh memberi alasan, err.... itu benar! Mungkin lebih baik jika kamu pergi bersama Rhuda dan yang lainnya agar tidak menarik perhatian. Sejujurnya, jika aku bisa, aku ingin bertukar tempat denganmu.

 

Aku melihat Rhuda dengan tatapan yang terlihat marah ke arahku.

Mungkin dia tahu kalau Tino meminjamiku uang.

 

"Ah, erm.... itu artinya...." Aku tergagap.

Tino menatapku saat aku berusaha menemukan kata-kataku.

 

Apa yang harus aku katakan? Aku bisa mengundangnya sekarang, tapi dia bersama mereka sekarang, dan dia tidak akan merasa nyaman jika Liz dan Sitri yang berada di sisinya.

 

Saat itu, aku memikirkan ide bagus.

"Tino, jika kamu tidak keberatan, kenapa kamu tidak mengikuti pelelangan sebagai penggantiku?" Aku menyarankan.

 

"Heeh? Sebagai penggantimu?" Tino mengulangi.

Pelelangan Zebrudia mengizinkan penggunaan pengganti. Hal ini cukup jelas, namun ini adalah kebijakan yang memungkinkan seseorang untuk mengikuti pelelangan sebagai pengganti yang lain. Kami akan menghadiri pelelangan, namun daripada mengutarakan niat kami, kami malah mengirimkan isyarat tangan unik kepada Tino untuk berkomunikasi dengannya dan mengajukan tawarannya. Substitusi banyak digunakan oleh mereka yang ingin menyembunyikan identitasnya. Karena orang-orang tahu bahwa aku mengincar Reversible Face, hal ini tidak akan menyembunyikan identitasku, namun akan membantuku lebih menikmati pelelangan. Tino melebarkan matanya karena terkejut sementara Sitri mengangguk sambil menyipitkan matanya.

 

"Begitu ya...." Kata Sitri.

 

"Itu bukan ide yang buruk. Meskipun aku tidak yakin bagaimana reaksi gadis bangsawan muda itu terhadap hal ini, kita mungkin bisa membuatnya bingung. Ini mungkin hanya meredakan kecemasan kita, tapi apa kamu yakin akan hal ini? Tidakkah kamu ingin menawar barang yang kamu inginkan, Krai?" Tanya Sitri.

Memang benar, aku menyukai pelelangan. Tindakan bergabung dalam perang penawaran yang penuh gairah dan berhasil membeli barang yang aku inginkan sungguh sangat melegakan. Namun aku pikir aku harus mengakui hak istimewa itu kali ini.

 

"Aku ikut pelelangan tahun lalu dan tahun sebelumnya juga." Kataku.

 

"Kali ini agak berantakan. Ayolah, Liz, jangan terlihat begitu sedih." Lanjutku.

Liz tampak gelisah, mungkin ingin sekali menjadi penggantiku. Namun aku merasa dia bertingkah terlalu tidak dewasa.

 

"Baik...."

Kata Liz dengan lesu sebelum dia memelototi muridnya itu.

 

"Tsk, sebaiknya T harus menang." Perintahnya.

 

"Y-Ya!" Jawab Tino.

 

"Serahkan padaku, Master, Onee-sama! Aku akan memenangkan pelelangan itu dan mendapatkan barang itu! Kalian dapat mengandalkanku!"

Tino mengepalkan tangannya dengan penuh semangat.

 

Sepertinya ada tekanan padanya untuk menang, tapi dana kami terbatas, jadi jika anggaran kami melebihi dan kalah, itu bukan salahnya.

Sebuah kereta kuda tiba di pintu masuk para bangsawan, memakai lambang Keluarga Gladis yang familiar. Mengenakan gaun putih bersih, Éclair-sama melangkah keluar dan melihat sekeliling. Ketika dia akhirnya melihatku, dia memelototiku dengan sangat tajam sehingga aku hampir tidak percaya bahwa dia adalah seorang gadis kecil. Ekspresi keheranan yang dia tunjukkan ketika kami tiba untuk bernegosiasi dengannya tidak terlihat sama sekali—sebuah tanda yang jelas bahwa dia telah mengumpulkan lebih dari dua ratus juta gild. Sitri tetap tenang, namun dia meremas tanganku. Saat aku melirik ke arahnya, senyuman terpampang di wajahnya, namun aku tahu dia mati-matian mengubur kegelisahannya di balik ekspresi cerianya.

 

Apa kita..... kalah untuk ini?

 

***

 

Tempat pelelangan dipenuhi dengan panasnya para penawar. Kursi yang mengelilingi panggung besar dibagi menjadi tiga. Sebagian besar diperuntukkan bagi masyarakat umum, termasuk dari perusahaan dagang dan orang kaya. Para pemburu harta karun dipandu menuju kursi yang agak terisolasi dari yang lain, dan para bangsawan serta VIP lainnya diberikan kursi khusus. Kursi para pemburu adalah yang paling berisik. Siapapun bisa ikut serta dalam Pelelangan Zebrudia, asalkan mereka membayar biaya masuknya, namun tidak ada rakyat jelata yang rela mengeluarkan seratus ribu gild hanya untuk menjadi penonton belaka. Tentunya, ini berarti banyak penawar yang beradab dan tenang, sebagian dari kelas atas, namun aturan ini tidak berlaku untuk para pemburu harta karun. Biaya masuknya tidak terlalu mahal bagi para pemburu. Kebanyakan dari mereka menjalani kehidupan sehari-hari tanpa memikirkan masa depan, dan suasana mereka benar-benar berbeda dari yang lain. Makanan dan minuman tidak diperbolehkan di dalam lokasi, namun tawa riuh dan teriakan vulgar terdengar di seluruh ruangan. Ada tempat duduk yang cukup tinggi, memungkinkan pengunjung untuk melihat panggungnya dengan jelas. Kami dipandu ke area yang lebih tinggi daripada tempat para pemburu lainnya, memungkinkan kami melihat kursi para pemburu dari atas.

 

"Hah?!"

Liz menggeram, langsung mengancam pemburu di dekatnya.

 

"Ey, kau bajingan! Kau sedang melihatku, bukan? Dari mana asalmu? Liz-chan beri waktu lima detik. Katakan itu!" Lanjutnya.

 

"A-Apa?!"

Jawab seorang pemburu yang malang.

 

"Sitri, bisakah kamu menghentikannya untukku?"

Aku berbisik pada Sitri yang lebih tenang saat aku mencolek-coleknya. Liz telah mengepalkan lengan seorang laki-laki kekar, yang jauh lebih besar darinya, dan memelototinya dengan amarah yang membara di matanya. Liz adalah seorang perempuan bertubuh kecil, dan lak-laki yang diancamnya jauh lebih besar, namun orang itu dengan cepat menjadi pucat, lengan orang itu yang tergenggam berderit di persendiannya. Berbeda sekali dengan penampilan Liz yang rapuh, Liz itu sebenarnya sangat kuat. Liz bisa dengan mudah mematahkan satu atau dua lengan tanpa ragu sedikit pun. Orang itu terlihat kesusahan saat dia mencoba memutar tubuhnya dan mundur, namun mungkin karena perbedaan kekuatan, orang itu menyadari bahwa dia tidak bisa bergerak. Sitri, yang awalnya bertingkah seolah-olah dia adalah pengamat saja, berdiri untuk menghentikan saudara perempuannya yang membuat onar.

 

"Liz, Krai bilang kita harus melepaskannya." Kata Sitri.

 

"Hah? Lagi?" Liz mendengus.

 

"Ini membosankan." Lanjunya.

 

"Lagipula, orang-orang di sini tidak layak untuk dilawan. Ayo, duduk." Kata Sitri.

 

"Tsk." Kata Liz sambil mendecakkan lidahnya dengan kesal, melepaskan korban malang itu dari genggamannya.

 

"Pergilah, kau dengar itu? Lain kali kau muncul dengan wajah brengsekmu itu, Liz-chan akan menghajarmu habis-habisan." Lanjutnya.

 

Pemburu itu dengan cepat melarikan diri dari sini.

Itu adalah puncak kelangsungan hidup bagi yang terkuat.

 

Kerumunan terdiam sesaat setelah menyaksikan Liz berteriak ke arah pemburu itu, namun mereka langsung menjadi gaduh sekali lagi. Pertukaran seperti ini adalah kejadian sehari-hari.

Aku ingin berhenti menjadi pemburu. Aku hanya ingin pergi ke kota yang jauh, membuka toko manisan, dan menjalani sisa hidupku dengan tenang.

 

"Maaf, Krai." Sitri meminta maaf.

 

"Onee-chanku selalu berisik." Lanjutnya.

 

Liz mendengar kata-kata dari adiknya itu.

"Sitri-chan, berhentilah memanfaatkan Liz-chan untuk mendapatkan rasa sayang dari Krai-chan! Karena Sitri-chan kurang siap, ada orang-orang aneh yang dekat dengan kita. Selain itu, apa-apaan ini? Siapa yang mengizinkan Sitri-chan duduk di sebelah Krai-chan? Jangan sentuh Krai-chan! Sitri-chan sebaiknya menjauh satu meter dari Krai-chan setiap saat!" Protesnya.

 

"Kamu salah karena kamu terlambat! Kamu harus memimpin dan membuka jalan bagi kami! Lakukan pekerjaanmu. Akulah yang mendanai ini.... benar, kan, Krai?" Kata Sitri.

 

"Hah?! Terus? Itu tidak masalah, kan, Krai-chan?" Kata Liz.

 

"Mhm, uh-huh." Jawabku.

 

"Aku yakin masih banyak lagi Relik yang akan dilelang.... lihat, ada Lion’s Chains. Urgh, tapi rantai besar memakan tempat dan bahkan tidak sekuat itu."

Aku menyilangkan kaki sambil memindai katalog yang aku terima saat memasuki lokasi. Nama, karakteristik, efek, penjual, dan penilai semuanya tercantum rapi untuk setiap Relik. Bahkan ada peringkat bahaya dan lokasi penemuan. Setiap barang yang dilelang dinilai oleh ahlinya, namun bukan berarti barang yang dilelang tersebut benar-benar sah. Meskipun kejadian ini jarang terjadi, jika kalian kurang beruntung, kalian akan membeli barang palsu yang harganya cukup mahal.

 

Pelelangan juga menjadi tempat menilai barang dan koneksi. Buku-buku langka, berbagai item, karya seni, dan perhiasan juga bisa diperebutkan, namun aku hanya tertarik pada Relik. Pelelangan tahunan ini sesuai dengan namanya dan memiliki banyak Relik menarik untuk ditawarkan.

Aku akan menghemat uang agar bisa ikut bersenang-senang tahun depan. Aku bersumpah untuk itu. Aku terlalu ceroboh kali ini.

 

Jauh di bawahku ada Tino, dengan gugup berbicara dengan Greg dan yang lainnya. Lebih jauh lagi, di tempat duduk para bangsawan di dekat langit-langit, Éclair-sama sedang duduk dan tampak sama cemasnya. Relik yang kami incar, yang telah menjadi berita besar di Ibukota, akan keluar pada paruh kedua pelelangan, dianggap sebagai sorotan acara tersebut. Pertarungan mereka selesai, Sitri di kiriku sementara Liz duduk di kananku. Segalanya akhirnya mulai menjadi tenang. Pelelangan Zebrudia, yang telah menggangguku selama beberapa hari terakhir, akhirnya dimulai.

 

***

 

Pelelangan Zebrudia adalah sesuatu yang sederhana. Setiap barang yang dilelang dimulai dengan harga terendahnya, dan penawar akan mengungkapkan jumlah yang bersedia mereka bayarkan. Meskipun setiap barang akan memiliki kenaikan minimum saat menaikkan harga, umumnya sebesar seratus ribu gild, satu juta gild, atau sepuluh juta gild. Begitu seseorang menawarkan tawaran tertinggi, juru lelang akan menunggu dua menit. Jika tidak ada penawaran lain, barang tersebut akan dijual kepada penawar akhir. Setelah barang terjual, transaksi tidak mungkin dibatalkan. Jika, karena alasan apa un, pembeli tidak dapat membeli barang tersebut dengan harga yang dijanjikan, mereka akan dihukum berat atas kejahatannya. Ada banyak metode yang mungkin untuk mengajukan penawaran. Kalian dapat menulis harga di papan dan menaikkannya ke udara, atau meneriakkan harganya. Kalian bahkan dapat menggunakan isyarat tangan yang telah ditentukan sebelumnya.

 

"Baiklah! Terjual, seharga lima belas juta gild! Mirror Shield akan menuju ke Nomor 413!" Teriak juru lelang itu.

Tepuk tangan meriah bergema di seluruh ruangan. Seperti namanya, sebuah perisai misterius yang menyerupai cermin dibawa keluar panggung. Semakin lama pelelangan berlangsung, semakin terang nyala apinya. Para penawar menjadi semakin gelisah dan semakin gelisah.

 

"Selanjutnya, Entri Nomor 15!" Teriak juru lelang itu.

 

"Berasal dari Era of Magical Arms, barang yang konon ditangani oleh klan rantai dan dikenal sebagai Relik tipe rantai terkuat untuk menyerang...."

Mau tak mau aku mencondongkan tubuh ke depan dengan penuh semangat. Aku sangat bersemangat. Hanya ada satu benda yang bisa aku tawar hari ini, jadi Relik yang dilelang sekarang tidak lebih dari makanan pembuka, namun aku terpengaruh oleh perang penawaran yang berapi-api yang terjadi kemudian. Jantungku berdebar kencang.

 

Mengapa Reversible Face itu ada di paruh kedua pelelangan?! Jika yang pertama, aku bisa menggunakan sisa uangnya untuk menawar Relik lainnya!

 

"Krai, wajahmu tampak merah." Kata Sitri.

 

"Aku pikir kamu salah lihat." Jawabku.

 

"Jangan khawatir. Aku akan menggunakan segala cara yang mungkin dan mendapatkan benda itu tanpa gagal. Aku bersumpah atas namaku. Jadi jangan khawatir. Jika dana kita saat ini tidak cukup, aku tidak keberatan menjual rumah kita."

Sitri mengepalkan tangannya, mengabaikan pikiranku. Aku rasa aku tidak berada dalam posisi apapun untuk memintanya mengizinkanku menggunakan sebagian dana kami untuk menawar Relik lain. Gelombang penyesalan melanda diriku.

 

Sial! Kalau saja aku menabung sejumlah uang! Tidak, andai saja Luke dan yang lainnya kembali dengan cepat.... tidak, tunggu.... itu benar! Aku punya tabungan Lucia! Aku hampir lupa! Uh.... bolehkah seorang kakak laki-laki menggunakan uang adik perempuannya?

Aku menghentakkan kakiku dengan gelisah saat satu demi satu barang dilelang di depan mataku. Aku tidak yakin apa ini waktu yang tepat atau buruk, namun semua barang itu adalah Relik. Ada rantai dan cincin dengan kekuatan misterius, jubah yang memungkinkan seseorang bernapas di bawah air, dan sepasang sepatu bot yang memungkinkan penggunanya melayang satu sentimeter di udara. Aku melihat bola kristal yang bisa memprediksi cuaca dengan akurasi tujuh puluh persen dan pedang yang bisa menyusut sekecil tiga puluh sentimeter atau tumbuh sepanjang tiga meter.

 

Aku ingin itu. Aku sangat menginginkannya.

Tidak biasa jika hasrat materialistisku terlihat sepenuhnya, namun aku tidak bisa menahan perasaan yang muncul dalam diriku. Aku bukan pengguna Relik; Aku hanya seorang kolektor. Meskipun barangnya lemah atau tidak berguna, aku menginginkannya untuk kepentingan koleksi. Barang-barang berharga ini dijual dengan harga murah. Sorotan dari pelelangan akan muncul nanti, namun jika aku punya uang sekarang, aku akan mengajukan penawaran pada Relik-Relik itu tanpa ragu-ragu.

 

Berengsek! Jika aku bisa membeli Reversible Face itu dengan harga murah, aku juga bisa membeli yang lainnya! Kalian tidak membeli barang itu sebagai investasi, bukan? Kalian akan menggunakannya, kan?! Aku akan menggunakannya! Aku akan menggunakannya dengan sangat berharga, jadi tolong berikan kepadaku. Siapa yang peduli dengan Reversible Face itu, benar? Mungkin kami harus menyerah? Kuantitas dibandingkan kualitas?

Menyaksikan pedagang dan pemburu sembarangan membeli Relik di hadapanku sama dengan rasa sakit melihat orang yang kalian sukai dicuri saat kalian mendapati diri kalian tidak mampu melakukan apapun.

 

Tapi jika aku menawar sesuatu di sini dan kalah dalam pelelangan Reversible Face, aku tidak akan mampu menghadapi orang-orang yang melakukan yang terbaik untuk membawaku sejauh ini.

Aku mengepalkan tanganku begitu keras hingga buku-buku jariku memutih. Aku harus menahan ini. Jika aku menjadi terlalu santai, aku akan menangis.

 

Mengapa aku tidak kaya raya?! Sial! Apa ini ketinggian yang aku bisa capai?

Tino sedang melirik ke arahku, tidak sabar menunggu sinyalku. Aku sudah memberi tahunya barang yang aku incar, namun dia akan selalu mengonfirmasi dengan hati-hati kepadaku, membuktikan sifat jujurnya. Sayangnya, sifat positifnya saat ini merugikan dirinya. Aku tahu dia menyemangatiku dengan matanya. "Master, apa kamu yakin tidak membutuhkan itu? Kalau kamu tidak membelinya sekarang, kamu tidak akan pernah mendapatkannya lagi." Tertulis di wajahnya—aku yakin aku mendengar pikiran Tino.

 

Ap ini halusinasi pendengaran, atau ini kenyataan? Aku belum pernah merasa begitu bingung sebelumnya. Aku jauh lebih tenang ketika aku dikelilingi oleh para Ksatria serigala di Sarang White Wolf atau ketika Sitri Slime itu kabur. Telapak tanganku tidak hanya lembap—aku merasa telapak tanganku basah kuyup oleh keringatku. Ujung jariku yang gemetar menjadi mati rasa saat aku mengepalkan tangannya. Jantungku berdebar-debar seolah baru saja selesai lari maraton dengan kecepatan penuh. Tenggorokanku terasa kering dan aku ingin sekali meneguk air.

 

Aku ingin Relik berbentuk penyimpanan air dan menyediakan air tanpa batas! Aku ingin cincin yang tidak akan pernah membuatku haus saat memakainya! Seseorang, tolong hentikan aku! Siapapun, tolong kendalikan aku! Sial!

 

T-Tino menyuruhku membeli Relik-Relik itu. Aku bisa mendengar pikirannya! "Master, aku kecewa kepadamu karena tidak dapat membeli barang-barang itu. Kamu adalah seorang kolektor yang gagal." Aku bisa mendengarnya mengatakannya! Apa kamu yakin? Bisakah aku? Apa layak mengecewakan seorang murid?

Aku mendorong rambutku yang kusut karena keringat sambil menatap panggung. Waktuku untuk mengambil keputusan telah tiba. Reversible Face masih menunggu gilirannya. Tujuan pelelangan ini mungkin adalah untuk mengalahkan penawaran yang lain, namun tidak diragukan lagi, lawan terbesarku adalah diriku sendiri. Aku tidak bermaksud menyombongkan diri, namun kekuatan tubuh dan mentalku cukup lemah. Aku mencoba menahan dorongan hatiku dan menelan ludah. Aku tergoda untuk memejamkan mata dan menutup telinga, namun aku merasa hal itu menyiratkan bahwa aku mengakui kekalahan.

 

"Apa yang salah, Krai-chan? Apa Krai-chan baik-baik saja?"

Liz menatapku dengan khawatir.

 

"Y-Ya, tentu." Jawabku.

 

Aku memejamkan mata dan menegur diriku sendiri.

Aku tidak berguna dalam pertarungan, tapi kupikir aku tidak akan putus asa di saat seperti ini juga. Tunggu. Aku lemah, seorang keroco saja. Itu memang benar. Tapi justru karena aku sangat lemah, aku tidak bisa mengecewakan mereka yang mengharapkan sesuatu dariku.

 

Jika aku menyerah pada keinginanku dan mengikuti pelelangan sekarang, bagaimana perasaan Matthis dan Eva? Aku sudah merepotkan mereka lebih dari cukup. Bagaimana perasaan anggota klanku, yang melihatku terlilit hutang? Mereka mungkin akan melihatku sebagai seseorang yang tidak memiliki pengendalian diri, seseorang yang gagal. Dan, uh, mereka tidak salah, sejujurnya.....

 

Di atas semua itu, bagaimana perasaan Sitri dan Liz? Jika aku menggunakan uang yang mereka kumpulkan dengan susah payah untuk Relik lain, akankah mereka mengatakan sesuatu? Setelah merenungkannya sebentar, akhirnya aku membuka mataku. Ya, aku pikir mereka berdua akan memaafkanku tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kami telah mengumpulkan lebih dari dua ratus juta gild, jumlah yang telah kami sampaikan kepada Éclair-sama. Aku pikir kami akan baik-baik saja meskipun kami menggunakannya hanya sedikit. Lagipula, menahan semua ini bahkan lebih menegangkan. Sebelum aku menyadarinya, tubuhku sudah berhenti gemetar. Aku menarik napas dalam-dalam dan mengangkat kepalaku, akhirnya mengambil keputusan. Tekadku yang goyah semakin kokoh ketika aku menyuarakannya. Suara serak yang berhasil kuperas menunjukkan betapa keringnya tenggorokanku.

 

"Saatnya.... telah tiba."

 

Benar. Kecerobohan kalian semua berakhir di sini. Aku akan menunjukkan kepada kalian apa sebenarnya ketakutan itu. Akulah Sang Thousand Trick, orang yang meminjam semua uang yang dia bisa dari teman masa kecilnya untuk membeli Relik. Bakar diriku yang menyedihkan ke dalam pikiran kalian itu.

Sepotong besar armor hitam dibawa ke atas panggung. Benda itu berdiri dengan khidmat dan bermartabat seolah-olah ada seseorang di dalamnya, membungkam kerumunan yang gaduh. Tingginya sekitar empat meter. Perisai besar dan pedang mengesankan yang sangat cocok dengan armor menciptakan set lengkap. Benda itu jelas tidak dimaksudkan untuk digunakan manusia. Mungkin Ansem bisa memakainya. Penonton diam-diam menunggu kata-kata juru lelang itu.

 

"Entri Nomor 44! Barang kebanggaan dan kegembiraan Kekaisaran, Biro Investigasi Reruntuhan! Barang ini adalah golem logam yang diciptakan oleh organisasi sihir tertentu!"

 

Begitu ya. Jadi, itu bukan senjata, tapi golem.... tunggu, hah?

Saat aku melirik ke sampingku, aku melihat Sitri menatap keheranan, matanya melebar.

 

"Heeh?" Sitri bergumam.

 

"A.... kasha?"

Kata Sitri. Aku sangat familier dengan kata ini. Aku sekali lagi menoleh ke arah boneka yang dibawa ke atas panggung.

 

Biro Investigasi Reruntuhan, organisasi sihir tertentu, golem logam..... tidak salah lagi.

Itu adalah golem yang ada dalam daftar rampasan perang yang kami bahas pembagiannya beberapa hari yang lalu.

 

Apa yang dilakukan benda itu dalam pelelangan ini?

Instansi pemerintah memang akan melelang beberapa barang dari waktu ke waktu, namun aku tidak tahu bagaimana golem khusus itu disiapkan untuk acara tersebut. Ap ada seseorang dengan selera yang aneh? Apa seseorang berencana menggunakannya sebagai subjek penelitian? Barang tersebut, yang memiliki harga awal tiga puluh juta gild, meletus dalam perang penawaran paling sengit pada hari itu. Ketika harganya mulai melonjak dalam sekejap, aku tidak dapat memahami nilainya. Jika aku mempunyai uang sebanyak itu untuk dibelanjakan pada golem belaka, aku akan menghabiskannya untuk Relik.

 

"Sitri-chan...." Kata Liz.

 

"Y-Ya...." Jawab Sitri.

Tentu saja, pemikiranku termasuk minoritas. Aku melihat Sitri duduk di sampingku, dengan mata melebar sementara bahunya bergetar. Sikapnya yang biasanya tenang telah hilang, dan dia menatap ke arah golem hitam itu, sambil meremas tangannya erat-erat di pangkuannya. Perang penawaran yang sengit terus berlanjut, dan dua orang, yang sangat ingin mendapatkan golem ini, menaikkan harga. Akhirnya, tawaran lebih dari seratus juta gild diumumkan, dan bahkan juru lelang tidak bisa menyembunyikan kegembiraan dalam suara mereka.

 

"Apa kamu tidak menginginkan itu, Sitri?" Tanyaku sambil mencolek bahunya.

 

"T-Tidak...."

Jawab Sitri, perlahan menggelengkan kepalanya setelah beberapa saat terdiam. Namun, aku dapat melihat matanya basah. Sitri adalah seorang penyendiri dan jarang mengutarakan pendapatnya sendiri. Dia terutama selalu mengambil langkah mundur jika menyangkut diriku. Menyadari tatapanku yang ragu, dia dengan cepat mencoba memikirkan sebuah alasan.

 

"T-Tapi itu, er.... golem yang tercipta setelah penelitian bertahun-tahun dan beberapa kali percobaan yang gagal. Biaya untuk membangunnya tidak diragukan lagi besar, tapi itu bukan hal yang paling penting...."

Sitri berkata dengan suara kecil, suaranya bergetar saat kata-katanya dipenuhi dengan emosinya. Aku tidak begitu mengerti, namun begitu aku mendengar penjelasan Sitri itu, terlihat jelas bahwa benda itu adalah barang yang luar biasa. Orang lain mungkin mengetahui nilai golem itu karena harganya terus melonjak. Bahkan juru lelang tampaknya tidak menyangka bahwa barang dengan nilai awal tiga puluh juta gild itu akan melonjak hingga lebih dari dua ratus juta gild. Dan perang penawaran tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Kini ada tiga orang yang terlibat dalam pertarungan sengit mereka. Aku kira ada banyak orang kaya di sini.

 

"Er, aku tidak yakin bagaimana orang lain memandang golem ini, tapi bagiku, golem itu lebih seperti kenang-kenangan dari temanku." Kata Sitri.

 

"Kalau begitu, golem itu punya nilai sentimental bagimu?" Aku bertanya.

Aku mencari konfirmasi kepadanya, namun aku pikir itu tidak mungkin. Tidak mungkin dia memiliki perasaan sentimental terhadap golem yang dikumpulkan di Akashic Tower. Sitri tampak mengecil dan menundukkan kepalanya, mencoba menyembunyikan ekspresi wajahnya.

 

"Uh, tidak juga.... tidak.... tidak ada yang perlu kamu khawatirkan."

Kata Sitri dengan suara pelan. Aku menghela napas dan mengulurkan tangan, meraih tangannya di atas pangkuannya.

 

"Kamu berbohong, bukan, Sitri?"

Aku mungkin orang yang bodoh, namun aku sangat mengenal teman masa kecilku. Bahkan jika aku belum mengenalnya begitu lama, ketika aku melihatnya dengan air mata berlinang, tidak mungkin aku setuju dengan kata-katanya begitu saja.

 

***

 

Harga golem itu terus meroket dan melonjak hingga lebih dari tiga ratus juta gild. Seorang penawar telah menyerah, dan hanya tersisa dua. Salah satunya..... adalah aku. Seluruh dana kami adalah tabungan Sitri. Tidak ada Relik di dunia ini yang kuinginkan melebihi keinginan teman masa kecilku yang penuh dengan air mata. Hal ini adalah kesalahanku karena aku tidak bisa memberinya golem itu saat kami membagi rampasan perang. Aku menjilat bibirku dan mencoba memberi energi pada diriku sendiri ketika aku membual,

"Uang harus digunakan pada saat-saat seperti ini."

 

Mungkin ada lebih banyak hal yang tersembunyi di baliknya daripada kenang-kenangan seorang teman. Kemungkinan kecil teman Sitri dikaitkan dengan organisasi sihir berbahaya. Namun, ekspresi Sitri itu sama sekali tidak tenang. Dia terbiasa menahan sebagian besar keinginan, dan tidak biasa baginya untuk menyembunyikan emosinya. Aku berasumsi bahwa teknologi teman Alkemis Sitri telah digunakan untuk membuat golem itu. Akashic Tower adalah sindikat sihir ilegal dan mereka tidak segan-segan mencuri ide orang lain. Ada kemungkinan teknologi temannya dicuri dan terbunuh dalam bentrokan tersebut. Sindikat sihir tidak pernah berbuat baik. Oleh karena itu, Sitri telah meminta golem tersebut ketika membagi rampasan perang kami itu dan saat ini terpecah antara kesetiaannya kepadaku dan keinginannya terhadap barang tersebut.

Aku mungkin tidak berguna, tapi menurutku pemikiranku itu tepat. Tunggu.... apa aku sedang mengalami momen cerdas saat ini?

 

Sejujurnya, aku tidak mengerti perasaan Sitri. Bahkan jika Sitri memberitahuku, kemungkinan besar aku masih bingung. Namun aku bukan orang yang membuat keputusan yang salah. Aku adalah pemimpin Grieving Soul dan sahabat Sitri yang menjadikannya prioritas pertama, dan Thousand Trick menjadi prioritas kedua.

 

Tino menatapku dengan curiga seolah bertanya,

"Heeh? Sungguh? Apa kamu yakin? Kamu ingin boneka aneh itu, bukan Relik?"

Namun aku sudah yakin. Bagaimanapun, ini adalah uang Sitri.

 

"Heeh?" Sitri bergumam kaget.

 

Apa dia mengira aku akan memprioritaskan keinginanku sendiri daripada air matanya?

Kamu tidak perlu menahan diri. Kamu harus lebih terbuka tentang keinginanmu.

 

Liz, yang selalu menyuarakan keinginannya dan menjalani kehidupan bebas stres, menatap dengan heran.

"Heeh?" Kata Liz.

 

"Krai-chan, apa Krai-chan itu....?!" Lanjutnya.

 

"Lagipula, sindikat sihir selalu berbuat jahat." Kataku.

Sitri mengepalkan ujung jarinya yang gemetar saat dia menatap panggung dengan penuh perhatian. Hal itu mengingatkanku pada saat dia masih kecil dan kurang percaya diri dalam apapun yang dia lakukan. Liz mengatur ulang kakinya dan menatapku.

 

"Tapi apa Krai-chan yakin tentang ini? Bagaimana dengan topengnya? Jika Liz-chan jadi Sitri-chan, Liz-chan akan menahan diri." Kata Liz.

 

"Tidak apa-apa." Jawabku.

 

"Aku tidak membutuhkannya. Tidak ada gunanya jika dibandingkan." Lanjutku.

 

"Apa Krai-chan mencoba bersikap kuat?"

Kata Liz sambil tertawa kecil.

 

Ugh, inilah kenapa teman masa kecil punya keuntungan....

Sama seperti aku mengenal Sitri dengan baik, Liz juga mengenalku dengan cukup baik. Liz terus tertawa dan mencolek-colek bahuku. Aku mengerutkan alisku.

 

"Tidak. Tentu saja, aku mungkin menginginkan Relik itu, tapi golem ini jauh lebih penting saat ini." Kataku.

 

"Te-Terima kasih banyak." Kata Sitri dengan tergagap.

 

"A-Aku tidak mengira golem itu akan muncul.... Krai, aku pasti akan membalasmu suatu hari nanti." Lanjut Sitri.

 

Membalasku? Ini kan uangmu.

"Jangan khawatir tentang itu." Jawabku.

 

"Dan penawarannya belum berakhir. Mungkin masih terlalu dini untuk merayakannya."

 

 

Terjadi keheningan sesaat sebelum Sitri mengeluarkan jawaban yang emosional.

"Ya."

 

Aku tidak yakin apa itu karena kegembiraannya, namun kulitnya yang biasanya pucat menjadi merah—bahkan telinganya pun berubah warna menjadi merah muda. Kemungkinan besar Sitri tidak akan se-emosional ini jika aku berhasil membeli topeng itu. Aku juga belum menyerah pada Relik itu saat aku memberi isyarat kepada Tino untuk terus menaikkan harga dengan kenaikan terendah. Sitri telah menyiapkan total 950 juta gild. Jika rencananya berhasil dan aku dapat membeli topeng itu dengan sedikit di atas 200 juta gild, kami akan memiliki sisa 750 juta gild. Aku tidak tahu apapun tentang alkimia, namun menurutku golem terbaru tidak akan berharga 750 juta gild. Aku duduk di kursiku, santai, ketika aku mendengar harga mulai naik sedikit demi sedikit. Dua ratus juta sudah menjadi tiga ratus juta, lalu berubah menjadi empat ratus juta.

 

Tunggu, empat ratus juta?! Hah, apa?! Siapa yang punya uang sebanyak itu?! Dengan empat ratus juta, aku bisa membeli Relik empat centimillioner!

Arena pelelangan menjadi sunyi karena harga yang tidak terduga itu. Sitri mengepalkan tangannya di depan dadanya sambil memperhatikan dengan cemas. Aku tidak punya banyak pilihan selain tetap tenang dan melipat tanganku.

 

Sitri, apa kamu benar-benar membutuhkannya? Apa kamu benar-benar menginginkannya? Tidak, maaf. Itu baik-baik saja. Itu uangmu, jadi aku tidak keberatan.

Namun harganya diam-diam terus melonjak. Aku hanya melawan satu orang. Seorang penawar lainnya. Tidak ada seorang pun yang mengincar golem ini dan memperkirakan harganya akan melonjak begitu cepat. Topeng itu paling menarik perhatian; siapa yang mengira golem akan berubah menjadi perang penawaran yang begitu sengit?

 

"Siapa yang menyangka ini?!" Teriak juru lelang itu.

 

"Lima ratus juta gild! Golem itu sekarang dihargai lima ratus juta gild! Mulai sekarang, kenaikan terkecil adalah dua puluh juta gild! Ah, dan kita mendapatkannya! Kita mendapat tawaran untuk mendapatkan emas lima ratus dua puluh juta gild!"

 

Lima ratus dua puluh juta? Orang kaya macam apa yang kami lawan?!

Namun, jumlah itu masih jauh di bawah hutang yang aku tumpuk sendiri. Apa ini semua karena panasnya pelelangan? Aku ragu lawanku akan mengeluarkan lebih dari lima ratus juta gild untuk barang itu. Penawaran berlanjut ketika harga perlahan mulai naik. Kegembiraan dan rasa kekuatan yang unik menjadi daya tarik terbesar saat menikmati pelelangan, namun kali ini, aku hanya bisa berdoa agar lawanku segera menyerah. Harganya sekarang 660 juta emas gild.

 

"Krai...." Kata Sitri dengan air mata berlinang.

 

"Tidak apa-apa. Kalau terus begini, kamu tidak akan bisa...."

Lanjutnya, berlinang air mata. Aku tidak mengharapkan hasil ini. Seandainya kami tidak mempersiapkan dana untuk topeng itu dengan baik, aku tidak akan pernah mencoba menawar golem tersebut.

 

Tapi Sitri, uang ini milikmu sepenuhnya. Kamu, Liz, dan Tino yang mengumpulkan uang ini, tapi aku bangkrut dan tidak memberi sepeser uang pun untuk ini. Aku minta maaf.

 

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Kataku, mencoba menghilangkan kekhawatirannya.

 

"Benar, aku sebenarnya telah memutuskan untuk menggunakan uang ini untuk membeli golem itu." Lanjutku.

 

"Heeh?!" Sitri tersentak.

 

"Aku.... tidak menyadarinya sama sekali. Aku hanya berpikir kalau.... kecenderunganmu yang biasa muncul lagi." Lanjutnya,

 

Maaf? Yang biasa?

Aku tidak mengatakan apapun dan kembali menatap panggung.

 

Ayolah, sudah menyerah saja. Kami memiliki 750 juta gild. Menyerah saja. Tolong. Aku mohon padamu. Apa aku perlu berlutut dan merendahkan diri? Aku akan melakukannya. Tentu saja aku akan melakukannya. Itu mudah sekali.

Namun doaku tidak terkabul saat juru lelang itu berteriak kegirangan.

 

"Harganya telah dinaikkan sebesar seratus juta gild! Sekarang mencapai 760 juta gild! Nomor 25 telah mengajukan tawarannya!"

 

Siapa sih Nomor 25 itu?!

Tino menoleh ke arahku, dengan jelas mengungkapkan keterkejutannya saat dia mengetahui dana kami dan untuk apa aku berada di sini. Aku diam-diam memberinya isyarat jempol, menyiratkan bahwa kami akan melanjutkan pertempuran. Perutku mulai sakit. Kecuali gadis bangsawan muda itu menyerah atas kemauannya sendiri, tidak mungkin aku bisa mendapatkan topeng itu. Namun jika itu masalahnya, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapat golem itu. Aku akan mendapatkannya tanpa gagal. Aku diharuskan untuk memompa diriku sendiri untuk ini. Mungkin kami menghadapi seseorang yang jauh lebih kaya dari kami. Mungkin kami tidak akan bisa mendapatkan golem ini sekeras apapun kami berusaha. Jika kami memberikan semua yang kami punya dan tidak bisa mendapatkannya, Sitri juga akan menyerah.

 

Meski begitu, aku rasa lawan kami juga tidak akan menyerah dengan mudah. Barang itu awalnya dijual dengan harga tiga puluh juta gild dan kami mungkin memiliki peluang bagus untuk memenangkan tawaran ini. Seratus juta tambahan mungkin akan menjadi upaya terakhirnya—batas absolutnya. Bahkan jika tidak, kemungkinan besar mereka sudah mendekati batas maksimalnya. Aku menarik napas dalam-dalam dan memberi perintah baru pada Tino. Terima ini!

 

"Apa?!" Seru juru lelang itu.

 

"Harganya baru saja naik seratus juta lagi! Kita ada tawaran 860 juta gild semuanya! Nomor 66 telah mengajukan penawaran sebesar 860 juta!"

Aku merasa sakit. Sudah lama sejak aku menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan satu barang. Aku merasa mual. Meski aku punya hutang sepuluh digit yang harus dilunasi, hal itu adalah akibat dari tumpukan masalah selama bertahun-tahun—sebagai orang yang sangat miskin, aku merasa bahwa menawar uang sebanyak ini hanyalah sebuah stres. Aku tersetntak dengan gentar saat pelelangan berlanjut. Mungkin terkejut dengan kenaikan hargaku, tidak ada yang berkata apa-apa. Meskipun tidak ada bentrokan pedang secara harfiah, pertempuran pasti sedang berlangsung.

 

"Ada penawar lagi? Delapan ratus enam puluh juta gild! Kita hanya punya waktu tiga puluh detik lagi! Nomor 66 mungkin akan membawa pulang barang ini!"

 

Mati! Mati dan menyerah pada golem ini!

Aku menarik napas dalam-dalam, terus berdoa kepada dewa yang bahkan tidak kupercayai. Sitri meringkuk menjadi bola dan membeku di tempat seolah dia sedang melindungi dirinya dari badai. Kami sudah mendekati batas kami. Delapan ratus enam puluh juta gild lebih dari cukup untuk menghabiskan sisa hidupmu bermain-main tanpa melakukan apapun.

 

Apa yang Sitri rencanakan lakukan dengan dana pernikahan sebesar itu?

Pikiran tak berguna berputar-putar di kepalaku saat aku mencoba melarikan diri dari kenyataan.

 

Bukankah ini belum tiga puluh detik?!

Waktu terus berjalan; setiap detik terasa seperti beberapa menit. Aku merasa semuanya terhenti saat golem hitam itu memancarkan kilau kusam di bawah cahaya kandil. Saat itu, juru lelang terlihat sangat terkejut.

 

"S-Sembilan ratus.... enam puluh juta."

Kami terkejut dengan tawaran ini.

 

"Sembilan ratus enam puluh juta gild! Nomor 25 telah mengajukan penawaran sebesar 960 juta gild!" Teriak juru lelang itu.

 

Aku merasakan darahku membeku.

Siapa yang kami lawan? Perusahaan dagang? Seorang bangsawan? Itu tidak mungkin. Siapa yang akan menawarkan uang sebanyak itu untuk golem itu?

 

Mata Sitri membulat karena terkejut saat setetes air mata mengalir di pipinya.

"Ah, yah, kita kurang beruntung." Kata Liz, menghela napasnua.

 

"Jarang melihat Krai-chan kalah. Kita harus menjual senjata kita dan apapun yang kita miliki. Penglihatan ke depan yang sempurna." Lanjutnya.

Meskipun aku memiliki koleksiku, pelelangan ini tidak memungkinkan kami membayar dengan barang. Kami memerlukan cek atau uang tunai. Sitri menunduk dan Tino menatapku dengan heran. Kupikir aku melihat pipi Tino berkedut, namun dia mengangguk kecil. Di tengah keramaian, suara juru lelang terdengar nyaring dan jelas.

 

"Satu miliar?! Nomor 66 telah menawarkan satu miliar enam puluh juta gild!"

 

"Heeh?"

Sitri terkejut dengan air mata mengalir di wajahnya. Sitri menoleh padaku dengan kebingungan. Seluruh tabungannya adalah 950 juta gild. Jika pembeli tidak dapat membayar uangnya setelah berhasil menawar suatu barang, mereka akan dikenakan hukuman yang tegas. Artinya, kami tidak bisa melebihi anggaran. Namun, aku merasa damai. Kecemasan yang mencengkeram tubuhku beberapa saat yang lalu telah hilang begitu saja. Aku tenang seperti permukaan danau yang tenang. Aku telah menembus penghalang dan benar-benar sangat tenang. Senyuman tenang terbentuk di bibirku saat aku menggenggam tangan Sitri.

 

"Sudah kubilang, bukan? Jangan khawatir tentang hal itu. Yah, setidaknya tak masalah jika kamu sedikit khawatir...." Kataku.

Lebih tepatnya, tolong ikut denganku saat aku bersujud kepada Lucia. Sial, aku baru saja menggunakan lebih dari setengah tabungan Lucia tanpa izinnya. Tapi aku tidak menyesali pilihanku. Aku tidak. A-Aku..... Aku tidak menyesali pilihanku! Ahhh!

 

"Dan, terjual! Ke Nomor 66, pemburu harta karun Greg Zangief! Golem metalik raksasa ini telah terjual seharga satu miliar enam puluh juta gild! Tolong beri tepuk tangan meriah kepada pemburu pemberani yang memenangkan pelelangan yang berapi-api ini!" Teriak juru lelang. Di tengah tepuk tangan meriah, Greg yang duduk di samping Tino menatapku dengan ekspresi pucat.