Side Story : Sitri’s Growth Journal

 

Sitri Smart banyak menangis. Dia sangat penakut jika dibandingkan dengan kakak perempuannya, Liz, sehingga terkadang aku tidak percaya mereka punya hubungan keluarga. Dulu, Sitri datang sambil menangis kepadaku. Kakak laki-lakinya, Ansem, pendiam dan tabah, dan kakak perempuannya.... yah, Liz, jadi tanggung jawab ada di pundakku, pemimpin party, untuk membantunya. Di sisi lain, aku tidak tahu apa-apa. Yah, aku punya pengetahuan dasar dan kosa kata tentang perburuan harta karun, namun itu masih belum cukup terspesialisasi bagiku untuk memahami sebagian besar dari apa yang Sitri katakan. Tetap saja, aku telah menjadi pendengar yang efektif untuk Sitri karena dia tidak mencari nasihat praktis atau bahkan lebih banyak pengetahuan. Dia berdedikasi, pekerja keras, dan sangat berbakat (aku mungkin kebalikan darinya); satu-satunya kekurangannya adalah kepercayaan diri. Aku berasumsi bahwa melihat yang lain tumbuh semakin kuat telah membuatnya terguncang. Sitri sudah cukup kuat dalam penilaianku, namun dia selalu meremehkan dan mempertahankan standar yang sangat tinggi untuk dirinya sendiri. Karena Alkemis harus ahli di banyak bidang, Sitri selalu menjadikan dirinya yang paling rajin belajar di antara kami semua. Satu-satunya hal yang dapat aku lakukan adalah memberinya nasihat yang tidak berguna dengan percaya diri. Kerja kerasnya sendirilah yang menjadikannya Alkemis yang selalu tersenyum dan paling banyak belajar yang pernah aku kenal.

 

Ini.... adalah catatan pertumbuhan Sitri selama bertahun-tahun, yang ditulis oleh penasihatnya yang tidak berguna : Aku.

 

***

 

Sitri, yang saat itu berusia lima belas tahun, mendatangiku dengan air mata berlinang.

"Aku juga ingin berguna...." Kata Sitri.

 

"Kamu sudah begitu, Sitri." Kataku.

Grieving Soul memiliki salah satu kemampuan serangan dan pertahanan terbaik dari party mana pun yang pernah aku lihat, dan Sitri adalah tulang punggung operasi kami. Dia menangani segalanya termasuk mengisi kembali persediaan kami, meneliti informasi tentang reruntuhan dan phantom, dan bahkan bernegosiasi jika memang diperlukan. Meskipun Sitri bukanlah petarung terbaik di kelompok kami, kami tidak dapat beroperasi tanpanya. Dia sangat berguna sehingga praktis tidak ada lagi yang bisa aku lakukan. Seringkali, aku hanya berdiri di samping Sitri dan menonton, tidak repot-repot menjalankan tugas sebagai ketua party. Aku bersungguh-sungguh dengan apa yang kukatakan, namun Sitri menggelengkan kepalanya.

 

"Tidak saat dalam pertempuran! Aku.... ingin bergabung dalam pertarungan kita! Aku tidak tahan hanya memberikan arahan dari jauh!"

Kata Sitri sambil membenamkan wajahnya di dadaku.

 

"Ya... uh-huh."

Aku mengusap kepalanya untuk menenangkannya.

 

Tapi itu bukan tugas seorang Alkemis, kan?

Pikirku. Sitri telah berkontribusi jauh lebih banyak daripada yang aku berikan pada party tersebut, dan dia masih ingin berbuat lebih banyak. Selain itu, pertarungan kami selalu intens, jadi kupikir dia mungkin lebih baik mengambil peran pendukung daripada menjadi penyerang lagi. Kami terlalu haus darah saat itu. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku dengan serius merenungkan teka-tekinya.

 

"Baiklah.... lalu kenapa kamu tidak mencoba melempar ramuan atau semacamnya?"

Pada saat itu, peran Sitri dalam pertarungan adalah memberi arahan, serta mendukung dan menyembuhkan anggota lain sebelum dan sesudah pertarungan. Pertarungannya terlalu intens untuk dia campur tangan secara langsung, namun jika dia setidaknya bisa menyembuhkan anggota lain di tengah pertarungan, itu akan membuat perbedaan besar bagi party kami.

 

Sitri menatapku dan menekuk lehernya. Sitri berkata,

"Maksud Krai itu.... aku harus membuat racun untuk dilemparkan ke musuh kita?"

 

"Apa?! Y-Yah, aku yakin kamu pandai membuat racun, tapi—"

Kenapa dia begitu ingin membunuh sesuatu?

 

"Tapi sebagian besar racun yang ada tidak berguna melawan monster dan phantom—"

 

"Bukankah itu ilegal?" Kataku, menujukkan hal itu.

 

"Aku punya izin untuk menanganinya, tentu saja—oh, jadi begitu...." Kata Sitri.

Sejak kapan dia mendapatkan lisensi itu?

 

Dengan sangat tulus, Sitri berkata,

"Aku hanya perlu membuat racun baru : sesuatu yang dapat membunuh phantom dan monster hanya dengan satu tetes."

 

"Apa?!" Kataku.

 

"Sekarang setelah kamu menyebutkannya, aku terlalu fokus pada penyembuhan dan dukungan—tapi dengan bidikkanku, racun itu mungkin mengenai Liz atau Luke—"

 

"T-T-T-T-Tunggu sebentar!" Aku berseru, kaget dengan kebingungannya.

Niatku telah sepenuhnya diputarbalikkan dalam penerjemahannya! Maka, dengan menarik napas dalam-dalam, aku mencoba menyampaikan maksud tertentu padanya.

 

"Kamu tahu.... kamu bisa lebih mengandalkan teman-temanmu, Sitri."

 

Serahkan saja penyerangannya pada Luke dan Liz. Lagipula, hanya itu yang ingin mereka pelajari.

Kataku dalam dalam hati.

 

Sitri menepuk tangannya seolah mendapat wahyu; air matanya sudah kering.

"Aku mengerti...." Kata Sitri.

 

"Aku hanya perlu membantu mereka membangun kekebalan, sehingga mereka tidak akan terpengaruh oleh racun bahkan jika racun itu mengenai mereka.... itu akan membantu mereka bertahan dari racun lain juga. Ide yang revolusioner! Apa yang selama ini aku khawatirkan? Aku punya banyak penelitian yang harus dilakukan! Terima kasih, Krai!"

Dengan itu, Sitri menatapku dengan wajah berseri-seri dan bergegas pergi sebelum aku bisa berkata apa-apa.

 

***

 

Sitri, enam belas tahun saat itu, mendatangiku dengan bibir terkatup rapat dan air mata mengalir di matanya.

"Krai, aku tidak bisa melakukan ini lagi.... aku tidak berguna...." Kata Sitri.

 

"Kemarilah. Tarik napas dalam-dalam, lalu keluarkan."

Aku mulai menghiburnya. Sitri telah melompat ke pelukanku. Saat ini, pertumbuhan fisiknya di bagian payudara semakin terlihat ketika dia memelukku seperti ini. Ini agak canggung bagiku, merasakan puncak lembut itu melalui jubah tebalnya—bukannya aku tidak memedulikannya pada saat Sitri membutuhkan.

 

"Musuh yang kita hadapi terlalu gesit untuk aku serang dengan racunku!"

Kata Sitri sambil terisak.

 

"Ya, uh-huh...."

Taktik melempar racun Sitri terbukti mematikan. Hanya dengan setetes saja, racunnya melelehkan monster—bahkan monster yang kerangka luarnya tidak bisa ditembus. Di beberapa reruntuhan, dia membunuh lebih banyak musuh daripada Luke atau Liz. Tentunya hal itu menyulut api dalam hati kedua orang itu. Untuk sementara, Sitri, Liz, dan Luke berkompetisi untuk melihat siapa yang bisa membunuh monster dan phantom paling banyak selama misi kami.

 

Suara Sitri bergetar, Sitri mendorong tubuhnya ke tubuhku.

"Apa yang harus aku lakukan....? Kalau terus begini, kamu akan mengeluarkanku dari party." Kata Sitri dengan cemas.

 

"Yah, itu tidak akan terjadi."

Tapi kamu adalah seorang Alkemis—kamu seharusnya menjadi peran pendukung.

 

Sitri entah bagaimana berhasil berada di garis depan, membuatku sangat ketakutan. Melihatnya beraksi tidak baik untuk tekanan darahku. Membuang botol demi botol racun sepertinya tidak tepat untuknya.

"Mengapa kamu tidak menggunakan waktu sejenak untuk merenungkan inti peran dari seorang Alkemis? Aku yakin kami juga bosan membuang botol racun." Kataku.

 

"Inti dari peran dari seorang Alkemis...." Ulang Sitri.

Saat Sitri berkata, dia menempelkan telinganya ke dadaku seolah mendengarkan detak jantungku. Aku juga akan mengatakan hal yang sama pada Liz, namun ada sesuatu yang aneh pada kedua saudara perempuan ini : mereka bertindak seolah-olah mereka tidak menganggapku sebagai lawan jenis.

 

"Kalau dibilang begitu.... mungkin sebagai seorang Alkemis, aku harus berkontribusi dengan makhluk sihir daripada racun." Kata Sitri.

 

"Hah.....? Ya, uh-huh."

Memangnya siapa aku ini yang bisa mencegahnya untuk hal itu? Setidaknya upaya barunya akan lebih berhasil bagiku. Menciptakan makhluk sihir, serta meracik racun dan ramuan, adalah keahlian yang diperuntukkan bagi para Alkemis : mereka menciptakan bentuk kehidupan buatan seperti homunculus, golem, slime, dan banyak lagi. Tidak banyak pemburu Alkemis dalam sejarah yang bisa dijadikan inspirasi oleh Sitri, namun kudengar bahkan Alkemis yang bekerja di laboratorium memiliki satu atau dua golem sebagai pengawal. Mengikuti jalan ini tentunya lebih baik daripada membuang botol racun yang sangat mematikan ke arah musuh kami.

 

"Tapi, Krai, aku sudah melakukan penelitian tentang ini : slime, homunculus, golem, chimera... mereka semua terlalu lemah, setidaknya untuk perburuan yang kita lakukan."

 

"Yah...." Kataku.

 

"Chimera adalah yang paling tahan lama di antara semuanya, tapi membangun yang kuat membutuhkan mayat monster yang kuat. Betapa sulitnya mendapatkan bahan-bahannya, itu sangat sulit..... kombinasi yang salah akan menyebabkan defisiensi imun.... mengingat potensi pertumbuhannya...."

Sitri terus berbicara dengan mata berkaca-kaca. Meskipun aku tidak mengerti sebagian besar perkataannya, sepertinya dia sudah memikirkan dan berusaha keras untuk hal itu. Seperti yang dia katakan, menurutku hampir tidak ada makhluk sihir yang bisa mengimbangi pemburu level tinggi. Jika membuat makhluk sihir sekaliber itu mudah, semua Alkemis pasti akan melakukan pekerjaan sampingan sebagai pemburu.

 

"Yah, uh-huh. Pemburu adalah satu-satunya orang yang bisa melewati reruntuhan level tinggi." Kataku.

Semakin aku memikirkannya, semakin baik bagi Sitri untuk tetap menggunakan peran pendukung. Pertarungan yang lebih keras berarti dibutuhkannya dukungan yang lebih besar. Sitri menatapku dengan mata memerah karena menangis.

 

"Pemburu hanyalah satu-satunya yang bisa melewati reruntuhan level tinggi...."

Kata Sitri mengulangi itu.

 

"Ya! Aku hanya butuh pemburu!" Terusnya.

 

"Hah?"

Sitri kini berkata sendiri tak jelas di pelukanku. Dalam keadaan ini, bahkan kata-kataku tidak akan bisa sampai padanya. Saat-saat seperti ini mengingatkanku bahwa dia memang adiknya Liz.

 

"Chimera.... sebuah campuran dari bagian terkuat..... jika mereka semua adalah manusia, aku tidak perlu khawatir tentang nekrosis.... perkuat mereka dengan material mana.... dengan manusia, tingkat penyerapan material mananya...."

Kata Sitri berbicara sendiri.

 

"Ya, uh-huh...."

Kataku sambil menyisir rambut gadis itu dengan jariku sambil melanjutkan.

 

"Tapi bagaimana aku bisa mendapatkannya....? Kita tidak bisa memburu pemburu lain.... bukan begitu, Krai?" Kata Sitri.

 

"Uh, tidak.... tidak, kita tidak bisa."

Bagaimana pemikiran itu bisa masuk ke dalam dirinya?

 

"Kejahatan itu buruk, Sitri, untuk lebih jelasnya. Apa yang terjadi akan terjadi, kamu tahu?" Kataku.

Membantai monster dan phantom setiap hari tampaknya telah berdampak buruk pada pedoman moralnya. Membantu teman-temanku mempertahankan rasa kemanusiaan mereka mungkin adalah salah satu dari sedikit hal yang hanya bisa kulakukan. Mungkin itulah tujuan hidupku....

 

Sitri menepuk tangannya. "Apa yang terjadi maka akan terjadi.... kejahatan.... pemburu kriminal.... penjara besar.... kamu benar! Akan ada banyak bahan di sana, banyak pemburu berbakat...." Kata Sitri berbicara dengan tidak jelas.

Terkadang, aku bertanya-tanya apa dia terlalu pintar sehingga aku tidak bisa memahami kata-katanya.

 

Tiba-tiba, dia mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata,

"Tapi.... apa menurutmu aku bisa melakukannya?" Bahunya yang lemah gemetar.

 

Terserahlah dengan apa yang ingin dia lakukan, kegugupannya mengancam akan membuat dirinya menjadi lebih baik. Dengan bakat dan keterampilan yang telah dia bangun dengan susah payah, dia bisa melakukan apa saja. Yang bisa aku lakukan hanyalah menyemangatinya. Aku memeluknya erat dan menepuk punggungnya.

"Aku tidak yakin apa yang kamu bicarakan, tapi kamu bisa melakukan apapun yang kamu inginkan." Kataku.

 

Setelah beberapa saat dalam pelukanku, Sitri sudah berdiri kokoh kembali, air matanya mengering.

"Kamu benar. Aku tidak akan pernah tahu jika aku tidak mencobanya. Terima kasih, Krai! Sebaiknya aku mulai merencanakannya....!" Kata Sitri dengan percaya diri.

 

"Oke, semoga berhasil." Kataku.

Pekerjaan lain selesai dengan baik.  Dengan senyum puas, aku melihat Sitri memulai proyeknya.

 

***

 

"Aku mengacau, Krai....."

Sitri datang kepadaku dengan perasaan putus asa. Dituduh membantu pelarian di penjara besar, Sitri berada dalam keadaan sulit. Setiap bukti tidak langsung menunjukkan keterlibatan Sitri. Tidak ada yang salah, namun sepertinya kami, Grieving Soul, adalah satu-satunya yang percaya pada kepolosan Sitri. Aku telah menggunakan setiap koneksi yang kubuat sejak pindah ke Ibukota untuk mencoba membela Sitri, namun aku hanya berhasil memberikan sedikit keraguan atas kesalahannya. Semua pemburu level tinggi yang kabur dari penjara masih buronan, dan Third Order dengan panik mencari mereka dan bukti fisik apapun dari pelakunya. Sejujurnya, aku belum pernah merasa begitu tidak berdaya dalam hidupku.

 

"Aku akan menerima julukan itu; beberapa kesalahan juga ada padaku. Tidak ada gunanya jika pelakunya belum ditangkap. Ada banyak hal yang bisa aku pelajari dari ini. Lain kali.... lain kali, aku tidak akan membuat kesalahan seperti itu. Aku akan menjadi lebih baik." Kata Sitri.

Sitri tetap kuat. Bahkan saat menghadapi aib besar dan hukuman terburuk yang bisa diterima seorang pemburu, dia tidak berubah. Air mata tidak lagi memenuhi matanya, yang ada malah mata seseorang yang telah bertekad. Seorang Alkemis sejati berdiri di hadapanku.

 

"Tapi aku mendapatkan beberapa bahan yang luar biasa. Jadi semuanya berhasil pada akhirnya." Terusnya

Apapun bahan yang dia bicarakan itu, aku senang dia fokus pada masa depan.

 

Sitri tersenyum dan berkata,

"Ini semua berkatmu, Krai. Terima kasih banyak!"

 

***

 

Sitri, yang saat itu berusia tujuh belas tahun, datang kepadaku dengan wajah ceria dan tersipu malu.

 

"Lihat, Krai! Aku akhirnya berhasil menyatukannya. Ini masih dalam proses, tapi aku benar-benar ingin menunjukkannya kepadamu, jadi.... ini dia." Kata Sitri.

Berdiri setinggi lebih dari dua meter, humanoid itu seperti batu besar berwarna abu-abu. Kerangka humanoidnya menonjol dengan otot yang tidak manusiawi. Hanya ada kain yang menutupi bagian vitalnya dan masker kantong kertas yang menutupi kepalanya, kantong tersebut berkontraksi dan mengembang karena napasnya yang berat. Kejutan karena bertatap muka (atau bertatap dengan kantong itu) dengan humanoid itu hampir cukup membuatku mau muntah. Aku telah melihat banyak pemburu yang aneh selama bertahun-tahun, namun tidak ada yang lebih aneh dari humanoid itu. Jika Sitri memberitahuku bahwa makhluk yang menjulang di atasku ini adalah calon anggota baru Grieving Soul, aku akan langsung pensiun.

 

"Itu sungguh luar biasa! Pada tingkat ini, dia dapat terus beradaptasi dengan reruntuhan harta karun levelnya yang lebih tinggi. Organik adalah cara yang tepat! Tapi aku memang menyia-nyiakan banyak bahannya.... omong-omong, namanya Killiam!"

Sitri menjelaskan itu kepadaku. Sebagai tanggapan, Killiam berteriak, "Kill...."

 

"Uh-huh....?"

Kataku, benar-benar merasa mau muntah. Aku belum pernah melihat makhluk seperti ini sebelumnya.

 

"Apa itu?" Tanyaku.

 

"Umm.... makhluk sihir." Kata Sitri.

 

"Makhluk sihir?!"

Aku tidak akan terlalu terkejut jika dia memberitahuku bahwa makhluk itu adalah iblis yang sesungguhnya.

 

Dengan bahu Killiam yang naik dan turun di latar belakang, Sitri tersenyum padaku dan berkata, "Ya, makhluk sihir—magnum opus-ku! Mengingat bahan-bahan yang digunakan, aku sudah tahu bahwa bahan itu dapat menyerap bahan mana dengan kecepatan yang luar biasa. Semakin banyak reruntuhan yang aku masukin, semakin kuat jadinya!"

 

Killiam sudah terlihat terlalu kuat untukku..... namun yang lebih membingungkan, adalah kenyataan bahwa dia berencana untuk membawa makhluk itu seperti hewan peliharaan....

 

Apa hubungannya ini dengan alkimia? Pikirku dalam hati.

 

Makhluk sihir macam apa itu?! Ini benar-benar gila!

Yang bersinar melalui lubang di kantong kertas itu adalah mata Killiam—Aku ingin muntah!

 

Sitri, dengan mata tertunduk, dengan takut-takut menyarankan,

"Ini benar-benar membantuku menjadi lebih percaya diri. Jadi aku berpikir untuk melanjutkan penelitianku pada beberapa makhluk sihir lainnya. Aku sudah berhenti melakukan penelitian seperti itu sebelumnya.... aku tidak tahu apa aku akan berhasil, tapi—"

 

Menutupi rasa mualku dengan sempurna, aku dengan tenang menasihatinya,

"Sitri, kenapa kamu tidak melakukan penelitian dengan Alkemis lain di laboratorium di luar klan? Aku yakin itu akan lebih baik daripada melakukannya sendirian."

 

"Heeh....?" Kata Sitri.

 

Dan minta mereka mengingatkanmu apa yang benar dan apa yang salah.

Pikirku dalam hati.