Chapter Four : Obsidian Cross and First Steps

 

Suara benturan keras logam bergema melalui koridor sempit di gua bawah tanah. Dan diikuti oleh lolongan serigala dan suara gua yang bergetar. Saat ini, lebih banyak pemburu yang berkumpul di Sarang White Wolf yang selalu tidak populer dibandingkan sebelumnya. Dan di antaranya adalah party Obsidian Cross, salah satu party pendiri First Step. Ada enam anggota di Obsidian Cross, semua anggotanya rata-rata di atas Level 5 meskipun mereka berusia pertengahan dua puluhan. Memang benar, mereka dianggap sebagai salah satu party di Ibukota yang memiliki prospek lebih baik daripada kebanyakan party lainnya. Khususnya, pemimpin mereka, Sven Anger Sang "Stormstrike ", adalah salah satu Archer terbaik di kota. Namun karena sihir adalah metode yang digunakan para pemburu ketika menyerang dalam jarak jauh, Archer seperti Sven adalah jenis yang langka. Meskipun setiap anak panah yang ditembakkan bisa menimbulkan kehancuran, para pemanah dibatasi oleh jumlah anak panah di tabungnya dan kurangnya fleksibilitas seperti yang dimiliki Magi. Secara keseluruhan, para pemanah dianggap dirugikan saat menjelajahi reruntuhan harta karun. Namun, Sven yang tetap memilih busur dan masih mendapatkan julukan untuk dirinya sendiri. Hal ini juga merupakan indikasi bahwa Obsidian Cross ahli dalam berburu para monster daripada menjelajahi ke dalam reruntuhan, yang jarang terjadi dalam party berburu.

 

Sekarang, Sven memimpin party-nya, yang semuanya dipersenjatai dengan armor hitam metalik lengkap. Di antara mereka ada dua Swordman, yang menggunakan pedang dan perisai mereka untuk melancarkan berbagai serangan. Di samping mereka ada dua Magi, yang satu berspesialisasi dalam sihir pertahanan dan satu lagi dalam serangan sihir yang mencakup area luas. Dan di belakang kelompok itu berjalanlah anggota terbaru mereka, Henrik Sang Cleric, ahli penyembuhan mereka. Meskipun koridornya suram, mereka tidak menunjukkan rasa gentar. Gua yang gelap dan lembap, ketegangan yang menggemparkan di medan pertempuran, dan bahkan ekspektasi untuk menyerang wilayah musuh yang kuat bukanlah hal baru bagi Obsidian Cross.

Sven tiba-tiba berhenti dan menyiapkan busurnya yang hitam pekat, senjata yang tidak memiliki dekorasi, polos, dan brutal. Mengikuti pemimpin mereka, anggota party-nya menghentikan gerakan mereka di belakangnya. Dalam satu gerakan yang lancar, Sven menarik anak panah panjang dari tempat anak panahnya dan memasangnya di busurnya. Tali busurnya berderit saat Sven menariknya, dan busurnya melengkung. Saat sebuah kepala muncul di depan Sven, dia melepaskan anak panahnya. Anak panah itu merobek udara seperti bola meriam dan meledakkan kepala Ksatria serigala merah itu hingga bersih sebelum terkubur jauh di dalam dinding gua. Phantom tanpa kepala itu bergerak sedikit sebelum menghilang ke udara; tembakan yang sempurna tidak membuat Ksatria serigala itu melolong atau berteriak kesakitan. Sven mengambil anak panah dari dinding, dan dia melanjutkan berjalan melewati koridor.

 

Obsidian Cross telah menemukan banyak sekali phantom di reruntuhan. Namun terlepas dari warna bulu mereka, setiap Ksatria serigala yang menghalangi jalan mereka telah dilenyapkan tengkoraknya oleh panah Sven sebelum para phantom itu bisa mengeluarkan suara. Meskipun Obsidian Cross lebih menyukai berburu monster daripada menjelajahi reruntuhan harta karun, mereka sangat mampu menghadapi reruntuhan. Hal ini terutama berlaku ketika reruntuhan yang dimaksud adalah Sarang White Wolf di mana tidak ada tipu muslihat berbahaya dan risiko dikelilingi oleh segerombolan phantom. Jadi para anggota party terlihat agak santai, kecuali Henrik.

 

Di tengah-tengah reruntuhan, Sven berhenti dan dengan santai berkata,

"Memang, level reruntuhan ini naik, tapi tidak ada yang terlalu luar biasa di sini."

 

Dan Marietta SANG Magic dengan malas berkata,

"Kelompok pemburu pertama juga tidak dapat menemukan apapun."

 

Tentunya, Sarang White Wolf telah mengalami beberapa perubahan, namun mereka belum menemukan penyebabnya; sejauh ini tidak ada apapun di reruntuhan itu yang mengkhawatirkan. Obsidian Cross lebih terspesialisasi dalam pertempuran daripada investigasi, sehingga para anggotanya curiga bahwa Asosiasi berharap terlalu banyak pada mereka. Jika situasinya begitu mengerikan sehingga diperlukan penyelidikan yang cermat, mereka seharusnya mengirimkan party-party yang memiliki keahlian yang sesuai untuk itu. Dengan ragu-ragu, Henrik menyela,

"Apa menurutmu kita perlu melakukan ini, Sven-san?"

 

"Yah...." Sven menggaruk pipinya.

 

"Ketika seseorang seperti itu memintamu...."

Misi ini telah diminta dari mereka ketika Obsidian Cross mampir ke Asosiasi untuk menyampaikan pesan Krai. Mereka tidak mempunyai kewajiban untuk menerimanya, namun mereka juga tidak mempunyai alasan untuk menolak bantuan dari manajer cabang itu sendiri. Henrik tidak puas karena party-nya dikirim untuk suatu keperluan hanya untuk terikat pada sebuah misi.

 

"Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari menjelajahi ke dalam reruntuhan harta karun."

Kata Sven seolah menghibur.

 

"Lagipula, aku bilang kau bisa tetap tinggal." Lanjutnya.

 

Henrik menegakkan punggungnya dan berkata,

"Aku tidak bisa meninggalkan party kita seperti itu—"

 

Swordman yang diam-diam berjalan di belakang menampar punggung pemula itu, membuat anak itu terbatuk-batuk. Hal itu mengundang tawa dari orang-orang di party.

"T-Tapi—" Kata Henrik di sela-sela batuknya.

 

"Rasanya seperti kita sedang membereskan kekacauan klan master saja." Lanjutnya.

 

"Membereskan kekacauannya?" Sven memberinya senyuman liar.

 

"Henrik. Kau akan mengerti—suatu hari nanti." Terusnya.

Eksplorasi mereka berjalan tanpa kesulitan. Bagaimanapun, meski dengan melonjaknya level reruntuhan ini baru-baru ini, para Ksatria serigala ini masih berada dua level di bawah para phantom yang biasa dihadapi Obsidian Cross. Satu-satunya penyebab kekhawatiran Sven adalah boss yang telah mengalahkan pemburu Level 5, namun tampaknya boss itu belum muncul kembali setelah dikalahkan oleh Stifled Shadow. Party-nya bekerja dengan lancar, dan mereka bahkan mampu menggunakan kekuatan tempur penghancur terkuat mereka, Marietta; juga tidak ada peringatan dari party lain yang menyelidiki bagian lain dari reruntuhan tersebut.

 

Ini terlalu mudah.

Pikir Sven. Tidak adanya bahaya tampak sangat tidak menyenangkan baginya. Obsidian Cross sedang berjalan melewati koridor, setengah jalan menuju ruangan boss, ketika tas di ikat pinggang Sven bergetar. Dia dengan cepat mengeluarkan batu hitam dari dalamnya. Struktur klan First Step yang sangat terorganisir di antara para anggotanya—baik para pemburu maupun karyawan non-pemburu—adalah unik di antara klan-klan besar di Ibukota. Hal ini jarang terjadi pada organisasi pemburu, yang pada dasarnya membenci aturan. Kebanyakan klan lainnya hanyalah kumpulan dari beberapa party dengan struktur kepemimpinan yang minimal.

 

Batu hitam yang dikeluarkan oleh Sven adalah Sounding Stone. Relik unik ini ditemukan berpasangan; kata apapun yang diucapkan salah satu dari mereka akan diulangi oleh pasangan lainnya. Seperti Relik lainnya, Relik ini membutuhkan latihan agar dapat digunakan secara efektif. Meskipun sulit digunakan, perangkat ini merupakan perangkat komunikasi yang sangat berguna. Maka, Sven meninggalkan salah satu batu itu mereka di markas klan agar mereka dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat. Sounding Stone harganya tidak mahal, dan, lebih buruk lagi, permintaan yang terus-menerus tinggi terhadap Relik ini membuat tidak ada satupun yang bertahan lama di rak-rak toko. Berdasarkan konsensus party-nya, Sven telah membeli sepasang, dan hanya dengan menjalin beberapa koneksi dengan orang yang tepat barulah dia bisa mendapatkan satu set tersebut. Saat dia berdiri dengan batu di telinganya, Sven merasakan ekspresinya semakin gelap setiap detiknya. Hanya karena beberapa kata yang terlintas di benaknya.

 

"Aku mengerti." jawabnya.

 

"Terimakasih atas peringatannya."

Sven menyimpan batu yang sudah dimatikan itu sebelum beralih ke anggota party-nya, yang diam-diam mengawasi kemungkinan para phantom yang mendekat.

 

"Kita akan pergi ke atas permukaan tanah." Kata Sven.

 

"Situasi kita telah berubah : Krai mengirimkan lebih banyak pemburu First Step. Dan juga, hati-hati dengan slime. Kita harus menyampaikan pesan itu ke party lain juga. Sekarang tiup peluit untuk mundur." Terusnya.

 

"Apa....? Apa?"

Mengabaikan Henrik yang kebingungan, salah satu Swordman meniup peluit, membunyikan alarm di seluruh gua.

 

***

 

"Cepat beri aku penjelesan, Obsidian Cross...."

Kata seorang pemburu berambut coklat sambil menatap tajam ke arah Sven. Dia berasal dari party lain yang bertugas menyelidiki Sarang White Wolf. Sven mengingat perkenalan yang mereka lakukan sebelum memasuki reruntuhan : nama pemburu itu adalah Gein, Swordman Level 5 dengan mulut dan sikap yang buruk. Tetap saja, direkrut untuk misi ini berarti dia setidaknya bisa menangani reruntuhan ini.

 

Suasana tegang menyelimuti para pemburu di luar Sarang White Wolf meskipun faktanya para pemburu telah menghabisi para phantom yang berjaga. Mereka semua adalah party yang memasuki reruntuhan sebelumnya sebelum keluar setelah mereka mendengar suara peluit. Para pemburu harta karun selalu bersaing satu sama lain. Meskipun reruntuhan harta karun praktis tidak pernah kehabisan sumber daya, reruntuhan hanya menghasilkan begitu banyak jarahan pada waktu tertentu. Akibatnya, sering terjadi bentrokan antara party pemburu ketika mereka bertemu satu sama lain di reruntuhan. Tidak ada penegakan hukum di luar batas kota; beberapa party bahkan mencari nafkah terutama dengan merampok pemburu harta karun lainnya.

Oleh karena itu, wajar jika semua party ingin menyembunyikan strategi mereka dari party lain agar tidak dirugikan jika terjadi konflik. Biasanya, ketika beberapa party berpartisipasi dalam satu misi, mereka beroperasi secara independen. Namun, dalam penyelidikan resmi pemerintah yang dipenuhi dengan unsur-unsur yang tidak diketahui, setidaknya diperlukan koordinasi pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, isyarat peluit telah disepakati oleh para party itu dalam penyelidikan ini—masing-masing party akan menangani urusannya sendiri sampai mereka menemukan sesuatu yang tidak dapat mereka lakukan. Hampir dua puluh pemburu kini berdiri di dekat pintu masuk gua, setelah mendengar peluit Sven. Gein adalah satu-satunya yang secara eksplisit menuding Sven, namun yang lain tampaknya memiliki sentimen yang sama.

 

"Biarkan aku meluruskannya." Kata Gein.

 

"Jadi meskipun kau belum melihat keadaan darurat apapun, kau telah membunyikan peluit karena—satu—panggilan dari batu saja?" Lanjutnya.

 

"Benar." Jawab Sven tanpa ragu-ragu.

Sven tidak terpengaruh oleh campuran pandangan para pemburu bersenjata lengkap : tatapan permusuhan, rasa ingin tahu, cemoohan, dan persetujuan. Para pemburu bergumam karena keyakinan Sven. Bahkan Gein mengerutkan keningnya melihat reaksi ini. Obsidian Cross terkenal karena strateginya yang cermat dan komposisinya yang setiap anggotanya memiliki kemampuan penyembuhan. Kadang-kadang, hal ini disalahartikan sebagai pengecut oleh pemburu lain, namun hasil yang mereka peroleh tidak bohong. Terlebih lagi, fakta bahwa Obsidian Cross telah memperoleh level setinggi itu tanpa kehilangan satu pun anggotanya selama ini menimbulkan rasa hormat. Meski begitu, para pemburu lainnya tidak menyetujui Obsidian Cross yang menyebabkan kehebohan yang tidak perlu pada misi bersama yang melibatkan banyak party dari semua level dan afiliasi.

 

Gein mendecakkan lidahnya dan dengan lantang berbicara kepada kelompok itu,

"Apa kalian menemukan sesuatu? Bagaimana dengan boss yang telah diberitahukan kepada kita?"

 

"Tidak sama sekali."

 

"Kami belum menemukan apapun. Hanya menemukan beberapa phantom, tapi kami bisa mengurusnya. Itu bukan masalah."

 

"Aku mendengar Stifled Shadow membunuh bossnya. Aku ragu kita akan melihatnya sebentar lagi."

Jawab pimpinan masing-masing party dengan singkat.

 

Sarang White Wolf adalah reruntuhan harta karun berukuran sedang. Meskipun koridornya yang berkelok-kelok menciptakan tata ruang yang rumit, tidak butuh waktu lama bagi banyak pemburu veteran untuk menyapu seluruh tempat meskipun mereka bergerak dengan hati-hati. Mengingat bahwa satu-satunya ancaman potensial—boss—telah dihilangkan, misi ini tidaklah terlalu sulit kecuali fakta bahwa perubahan mendadak pada reruntuhan itu masih belum dapat dijelaskan. Meski begitu, misi mereka adalah untuk menyelidiki kondisi Sarang White Wolf saat ini, bukan untuk mengungkap akar penyebab perubahannya.

 

Gein mendengus dan menatap Sven, yang menatap langsung ke arahnya.

"Kau mendengarnya." Kata Gein.

 

"Kau lebih menaruh perhatian pada kata-kata seseorang yang bahkan tidak mau datang ke sini, benar?"

Gein terdengar seperti siap menghunus pedangnya jika bukan karena pemburu lain di sana. Meskipun Gein bersifat antagonis, pernyataannya sulit untuk dibantah. Faktanya, Sven juga akan tidak puas jika peran mereka dibalik. Di sebelahnya, Henrik dengan gugup melihat dari Sven ke Gein dan kembali lagi. Sven perlahan melihat sekeliling kelompok pemburu itu.

 

"Itu benar." Kata Sven sambil mengangkat bahunya.

Mata Gein melotot, wajahnya memerah, dan alisnya berkerut. Dia melangkah maju seolah-olah dia akan memukul wajah Sven ketika Sven menghela napas panjang.

 

"Menyedihkan." Kata Sven.

 

"Apa katamu?!" Bentak Gein.

 

"Untuk lebih jelasnya." Kata Sven.

 

"Kami meniup peliut itu karena kebaikan kita juga."

Sven memperhatikan wajah-wajah di antara kerumunan itu yang pucat pasi. Serigala-serigala itu melolong dari dalam gua seolah-olah mereka mencoba mengintimidasi para penyusup yang tiba-tiba menghilang. Sven mau tidak mau merasa itu pertanda buruk.

 

"Grieving Souls tidak akan meniup peluit itu : Krai akan memberitahumu bahwa kau akan baik-baik saja; Liz dan Luke tidak akan peduli; Sitri—dia pasti akan menyuruh kalian masuk dan menonton. Tapi kami tidak seperti mereka—bukanlah gaya kami untuk berdiam diri dan membiarkan seseorang mati."

Para pemburu mempertaruhkan nyawa mereka sendiri. Meskipun ada kode tidak tertulis bagi mereka untuk bekerja sama dalam situasi yang mengerikan, Sven tidak berhutang peringatan itu kepada salah satu dari mereka. Tetap saja, dia tetap meniup peluit itu meski mengharapkan reaksi seperti ini. Dan itulah mengapa Sven begitu tenang selama interaksi ini.

 

Menyandarkan punggungnya ke batang pohon, Sven menginjak rumput di bawah tumitnya dan berkata, "Sekelompok anggota klan kami akan segera datang. Kembali ke reruntuhan bisa menunggu sampai saat itu. Tapi jika kau ingin bunuh diri, silakan saja. Kami akan tetap menunggu di sini."

Sven menunggu jawaban Gein, yang berdiri di sana tanpa berkata-kata.

 

"Meski bayarannya bagus tetap tidak akan ada gunanya jika kita mati."

Kata Sven kepadanya.

 

"Itu hanya saran dariku. Terima kasih kembali." Lanjutnya.

 

Setiap anggota penyelidikan akan menerima sejumlah gaji pokok ditambah bonus jika mereka kembali dengan informasi yang sangat berharga. Praktik mempekerjakan banyak party untuk satu misi mendorong persaingan yang sehat di antara para pemburu. Gein menggigit bibirnya. Dia tahu imbalan atas tip yang bagus adalah jumlah yang signifikan. Namun sementara party-nya telah menyelidiki reruntuhan itu bahkan sebelum Obsidian Cross tiba, mereka belum menemukan sesuatu yang berharga sebagai bonus. Meskipun kecil kemungkinannya mereka akan membuat penemuan baru bahkan jika mereka kembali ke reruntuhan itu sekarang, Gein juga tahu bahwa sekelompok orang First Step akan semakin melemahkan peluang mereka.

 

Seperti kebanyakan pemburu, Gein didorong oleh keserakahan—setidaknya lebih dari orang normal. Dia tidak merasakan risiko besar dalam situasi saat ini, begitu pula para pemburu lainnya, yang berbagi tatapan bingung. Rupanya semua orang mengalami proses berpikir yang sama seperti Gein. Suara peluit itu tidak akan dianggap serius jika tidak dibunyikan oleh party ternama. Akhirnya, pemburu lainnya berseru,

"Para phantom di sini hanya serigala—tidak mungkin ada slime yang muncul! Dan siapa yang peduli meskipun ada yang peduli? Kami memiliki Magi di party kami!"

 

Semua pemburu kecuali Obsidian Cross akan menganggap kemunculan slime di Sarang White Wolf adalah hal yang mustahil, bahkan sangat mustahil—hal ini seharusnya tidak perlu dipertimbangkan sama sekali. Sambil menghela napas lelah lagi, Sven berkata, "Aku tidak akan pernah melupakan hari itu, ketika First Step masih dalam masa pertumbuhan : Klan master kami, Krai, mengundang kami untuk melihat bunga di suatu tempat di luar kota."

 

Nada suara Sven itu membungkam seluruh kelompok—bahkan Gein, yang sedang mengertakkan giginya dengan marah, yang mendengarkan. Para anggota Obsidian Cross lainnya mendengarkan dengan ekspresi pahit; hanya Henrik, di antara party tersebut, yang dengan penasaran memperhatikan pemimpin party mereka.

"'Berangkat secara berkelompok, Kita tidak membutuhkan pengawal.' Kata Krai itu."

Kata Sven melanjutkannya kembali.

 

"'Tapi karena kita akan meninggalkan kota, jangan lupakan senjata kalian, untuk berjaga-jaga'." Terusnya.

 

"Apa yang sedang kau bicarakan itu?" Kata Gein.

 

"Dan tempat yang kami datangi..... menjadi reruntuhan harta karun."

Cerita Sven itu telah menarik napas secara kolektif dari kerumunan itu.

 

"Beberapa dari kalian di sini mungkin ingat kapan hal ini terjadi." Lanjut Sven.

 

"Ley lines bergeser sedikit dari gempa sebelumnya, dan menyebabkan ley lines bersilangan tepat di tempat kami pergi untuk melihat bunga. Adakah orang di sini yang pernah menyaksikan reruntuhan harta karun muncul di depan mata mereka sendiri? Itu adalah sesuatu—seperti neraka yang terbuka, isinya keluar ke permukaan. Tapi bukan berarti kalian sering melihat hal seperti itu." Terusnya.

Tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun. Mereka tidak bisa. Para pemburu itu secara alami sensitif terhadap berita tentang reruntuhan harta karun. Faktanya, kemunculan reruntuhan khusus ini telah menjadi cerita besar ketika hal itu terjadi. Setiap pemburu di sini sepertinya ingat pernah mendengar tentang reruntuhan harta karun ini, yang sangat berbahaya sehingga sebagian besar pemburu menolak untuk menginjakkan kaki mereka meskipun letaknya dekat dengan Ibukota.

 

Karena sangat tidak percaya, Gein tergagap dan berkata,

"Maksudmu bukan.... Prism Garden itu, bukan?"

 

Hanya dalam tiga tahun sejak kemunculannya, reruntuhan harta karun ini telah mendapatkan peringkat Level 7 dan reputasi sebagai reruntuhan harta karun terburuk di pinggiran Ibukota. Reruntuhan itu kembali menjadi berita baru-baru ini ketika Ark Rodin telah menaklukkannya, namun, memang, hanya ada segelintir pemburu yang bisa bermimpi untuk memasuki reruntuhan harta karun ini. Sejak "Kemunculan Prism Garden" itu, sebuah rumor diam-diam muncul di First Step. Awalnya terdengar aneh, namun rumor tersebut semakin dipercaya karena semakin banyak bukti yang mendukung rumor tersebut.

 

"Thousand Trick..... bisa melihat masa depan."

Kata Sven mengulangi rumor tersebut.

 

"Itu." Kata Gein, tersentak ketika berbicara.

 

"Tidak mungkin."

Para anggota First Step menghormati pandangan ke depan yang misterius namun tepat dari master klan mereka, namun mereka juga takut akan Thousand Trial yang master klan mereka keluarkan tanpa peringatan sebagai bagian dari prediksinya.

 

"Dia memiliki Relik yang memungkinkannya melakukannya." Tambah Sven.

 

"Itu hanya rumor, dan dia akan menyangkalnya terus menerus. Aku hanya percaya pada apa yang aku lihat. Dan itulah mengapa aku membayar mahal untuk sepasang Sounding Stone : untuk mendapatkan informasinya secepat mungkin—uang yang dipertaruhkan dalam jumlah besar." Lanjutnya.

Lebih jauh lagi, Sven mengenal orang-orang di Grieving Soul yang berjiwa bebas, tidak dapat dijinakkan, dan—berani Sven mengatakannya—para orang-orang Grieving Soul yang liar itu mematuhi perintah Krai. Hal itu saja sudah cukup alasan untuk membuat Sven waspada sekarang—seorang pemburu tidak akan bisa bertahan jika mereka ceroboh. Sven bisa mendengar suara pin jatuh di antara para pemburu yang diam itu.

 

Dan dengan senyuman buas, Sven memanggil kelompok itu,

"Aku sudah menjelaskannya sendiri. Dan inilah satu peringatan terakhir : Thousand Trick tidak mau repot-repot memberitahukan itu kecuali ada sesuatu yang serius. Jadi jika kau masih ingin melanjutkan, itu hakmu."

 

"Sial." Geram Gein sambil duduk di tanah.

 

"Rekan-rekan klanmu ini sebaiknya segera muncul. Tidak ada yang lebih bagus jika ada yang menuduhku bermalas-malasan." Lanjutnya.

 

***

 

Sangat damai di kantor master klan. Sekarang sebagian besar anggota telah pergi ke reruntuhan itu, rumah klan yang biasanya ramai menjadi sunyi. Yang memecah keheningan itu adalah Liz, yang sibuk berdengung di sekitarku dengan gelisah : dia bersembunyi di balik meja, meminum kopi yang dituangkan Eva, dan memelukku dari belakang sambil menggosokkan dirinya ke tubuhku.

"Krai-chan, kapan kita berangkat? Apa yang Krai-chan ingin Liz-chan lakukan? Liz-chan sudah siap sekarang!"

 

Sangat tidak santai untuk Liz itu. Tino duduk dengan sopan di sofa, gemetar karena malu atas kelakuan mentornya. Mungkin Liz memperhatikan tatapan tidak senangku, dan Tino memberiku senyuman yang agak menyesal.

"Maaf, tapi Liz-chan hanya tidak sabar karena sudah lama sekali kita tidak pergi bersama." Katanya.

 

"Tunggulah sebentar lagi." Kataku.

Aku benci untuk meledakkan antusiasnya, namun aku tidak akan memberinya kesempatan untuk membuat kekacauan. Bukan berarti Liz memberikan dirinya waktu senggang untuk membiarkan energi destruktifnya menumpuk atau semacamnya, namun dia telah menyebabkan pembantaian yang belum pernah kulihat bahkan di antara para pemburu paling kasar dan paling tangguh di luar sana. Pertumpahan darah yang dilakukannya itu sangat buruk bahkan pemburu di levelnya pun menghindarinya.

 

Pemburu lain yang terlibat dalam misi ini tidak akan menyukai perilaku Liz itu. Bukan berarti Liz akan peduli dengan reputasinya, namun tidak ada gunanya membiarkan reputasinya merosot lebih jauh. Tidak menyadari kekhawatiranku, Liz gemetar dan berkata dengan nada seperti nyanyian,

"Ooh. Liz-chan tidak bisa menunjukkan kekuatan penuh Liz-chan terakhir kali. Liz-chan hanya tidak sabar membuat Krai-chan melihat Liz-chan bertarung! Krai-chan, berjanjilah akan melihat Liz-chan bertarung, oke?" Matanya hampir terlihat menangis.

 

"Uh-huh." Jawabku.

 

Aku telah menyaksikan pertarungannya. Dan aku sudah kenyang sejak terakhir kali!

Sejak aku dan teman-temanku mulai berlatih menjadi pemburu, Liz selalu datang untuk memamerkan kemajuannya kepadaku setiap kali dia merasa sudah berkembang. Aku menghujaninya dengan pujian selama yang aku bisa, sampai suatu hari ketika dia mulai berlari begitu cepat, aku tidak bisa lagi mengikuti gerakannya dengan mataku. Namun itu adalah rahasia yang kusimpan sendiri. Dia sudah lama tidak datang untuk menunjukkan kepadaku trik barunya, jadi kupikir dia sudah bosan, namun ternyata tidak.

 

"T-Tapi, Onee-sama, menurutku tidak ada phantom di sana yang layak untukmu—maafkan aku! Aku minta maaf! Aku minta maaf! Aku minta maaf karena mengganggu! Mohon maafkan aku! Master!" Komentar Tino tertahan oleh tatapan tajam Liz.

 

Sungguh mentor yang tidak stabil. Aku tidak akan tersinggung jika Tino menyelaku. Dan dia bahkan tidak menyela apapun.

Pikirku sambil mengelus punggung tangan Liz yang memelukku dari belakang.

 

Liz menghela napas cepat dan berkata, "Jangan bodoh, T. Apa yang Krai-chan pikirkan untuk Liz-chan itu bukanlah hal sepele. Level reruntuhan itu bahkan tidak menjadi masalah pada saat ini. Ingat tempatmu, T : beraninya kau berasumsi niat Krai-chan?"

 

Hahh. Dia menaikkan standarnya semakin tinggi. Dia seharusnya sudah tahu betul sekarang bahwa aku adalah seorang yang lemah....

Karena khawatir, aku memutuskan untuk mencoba mengalihkan antusiasmenya.

 

"Aku suka melakukan hal-hal bodoh. Mau berkencan?" Kataku.

 

"Ya!"

Liz hampir berteriak kegirangan meski baru-baru ini dia sudah "Berkencan" denganku dua kali.

 

"Itu bukan hal bodoh!"

Kata Liz, pipinya merona dan matanya berbinar penuh harap. Aku hampir merasa tidak enak karena menyarankan hal itu. Tino, yang selama ini diperlakukan dengan kurang hormat oleh Liz dibandingkan dengan tanak kotor, menatap ke lantai sambil gemetaran di sofa. Suasana hati Liz secara langsung memengaruhi caranya memperlakukan Tino; semoga ini bisa membantu Tino. Setidaknya itu yang bisa kulakukan karena Liz telah mendatangkan siksaan dan api neraka pada Tino itu.

 

"U-Um... kupikir...." Kata Tino dengan nada malu-malu.

 

"Kupikir master punya tugas untuk—eek!" Tino meringkuk ketakutan.

 

"Berhentilah mengancamnya setiap kali dia bicara, Liz. Kasihan Tino." Kataku.

 

"Liz-chan tidak mengancamnya." Kata Liz.

 

"T hanya tersentak sendirian. Lagipula, T adalah gadis yang baik; T tidak akan pernah membuatk Liz-chan marah, kan, T?" Lanjutnya.

 

Tino kini kehilangan akal sehatnya karena ketakutan. Andai saja Liz bisa tenang seperti Sitri! Sementara aku mengelus lengan Liz untuk menenangkannya, aku mempertimbangkan pilihanku. Tino punya pendapat yang kuat. Meskipun aku benar-benar tidak menyukai pemikiran ini, aku sudah berjanji untuk menyusul para pemburu di Sarang White Wolf itu. Namun waktunya akan sulit. Aku melirik jam.

Hmm, masih terlalu dini. Dan aku punya slime yang harus kutemukan.

 

Ada terlalu banyak pekerjaan yang harus aku urus, aku tidak memenuhi syarat untuk itu sehingga aku merasa ingin muntah. Namun tentunya, aku hanya menyalahkan diriku sendiri atas semuanya itu. Mungkin aku harus memberitahu Eva kebenaran tentang Sitri Slime dan memintanya memberikan solusi brilian? Pikiranku berputar-putar di benakku. Aku bersandar ke kursiku seolah menyembunyikan kegelisahanku yang membara. Ada dorongan yang tidak dapat dijelaskan dalam diriku untuk bersujud dan meminta maaf. Segalanya akan menjadi sedikit lebih mudah jika para anggota Grieving Soul yang lain ada di sini : teman-temanku adalah pemburu terbaik yang dimiliki klan dan sistem pendukung emosionalku.

"Ada apa, Krai-chan? Krai-chan terlihat khawatir." Kata Liz.

 

"Benarkah?" Kataku ragu-ragu.

 

"Bukan apa-apa." Lanjutku.

 

"Apa Krai-chan ingin membicarakannya dengan Liz-chan?" Liz berkata.

 

Ini tidak bagus.

Rupanya aku terlihat sangat khawatir sehingga Liz mengkhawatirkanku. Aku adalah pemimpin mereka; paling tidak yang bisa aku lakukan adalah memberikan stabilitas bagi party-ku.

 

"Hanya saja aku ingin tahu apa yang sedang dilakukan yang lainnya." Kataku.

 

"Terutama Sitri. Dia sudah sangat terlambat sekarang, bukan?"

Slime adalah satu hal, namun aku juga membutuhkan Relikku yang diisi oleh Lucia. Bisa dibilang, kini rasanya seperti sebuah berkah tersembunyi bahwa Liz telah meninggalkan reruntuhan harta karun untuk pulang : bahkan hanya dengan memiliki satu anggota Grieving Soul saja sudah memberikan keajaiban bagi kesehatan mentalku.

 

"Krai-chan memang baik sekali. Tapi Liz-chan tidak keberatan jika Sitri-chan tidak kembali lebih lama lagi." Kata Liz dengan nakal.

Liz menekan bagian belakang kepalaku di antara payudaranya dan memasukkan tangannya ke dalam bajuku. Aku bisa merasakan jari rampingnya meluncur di kulitku.

 

"Sudah lama sekali kita tidak menghabiskan waktu seperti ini, dan Liz-chan ingin kita berdua lebih lama lagi...." Bisik Liz.

 

"Dan Sitri-chan selalu menghalangi kita, tahu?"

Aku tidak ingat Sitri melakukan itu, dan kupikir aku menghabiskan lebih banyak waktu bersama Liz dibandingkan dengan temanku yang lain. Yang bisa aku lakukan untuk teman-temanku hanyalah memberikan dukungan emosional kepada mereka. Jadi biasanya aku tidak keberatan saat Liz mendatangiku, namun dia bertindak terlalu jauh dengan kontak fisik jika kalian bertanya padaku—Tino juga ada di ruangan! Aku bisa melihat Tino terus melirik kami dengan rasa ingin tahu. Tepat ketika aku hendak mengalihkan energinya dengan lembut, jari Liz berhenti menggelitik dadaku.

 

"Hmm....? Tunggu. Mengapa?"

Liz bertanya pada dirinya sendiri dengan ragu-ragu.

 

"Ada apa?" Aku bertanya.

Liz melepaskan kepalaku dari puncak lembutnya dan menatap ke pintu.

 

"Apa ini.... sudah berakhir? Inikah yang Krai-chan tunggu-tunggu? Liz-chan bertanya-tanya mengapa Krai-chan terus melirik jam....." Kata Liz.

 

Apa? "Sudah berakhir"? Apa dia merasakan sesuatu?

Sebagai Thief, Liz berspesialisasi dalam mengendus sesuatu dari jarak jauh.

 

Apa maksudnya tentang penyelidikan itu?

Aku ragu bahkan Liz bisa mengetahui apa yang terjadi di Sarang White Wolf dari sini—dan aku baru saja mengirimkan pemburu tambahan—namun aku tidak punya tebakan lain. Jika itu masalahnya, hal ini akan menjadi kabar baik bagiku : berkurang satu hal yang membuatku ingin muntah.

 

Teman-temanku sangat berbakat! Aku senang mereka menyadari ketidakbergunaanku.

Aku menyeringai memikirkan pemikiran konyol ini ketika pintu perlahan terbuka.

 

"Aku pulang."

Terdengar suara yang tak terduga—suara yang tenang dan menenangkan.

 

Liz mengerutkan keningnya dan menghela napas agresif.

"Kenapa Sitri-chan kembali sendirian begitu cepat? Sitri-chan bisa kembali lebih lama lagi.... bukankah itu tugas Sitri-chan untuk mempersiapkan dan membersihkannya?"

 

"Mouu! Onee-chan sendiri meninggalkan kami untuk pulang sendirian juga. Onee-chan tidak dalam posisi untuk marah tentang hal itu."

Melalui pintu datanglah seseorang yang mengenakan mantel besar berwarna suram yang menyembunyikan siluetnya. Di punggungnya, dia mengenakan ransel besar berwarna abu-abu yang tahan terhadap noda. Rambutnya, yang warnanya sama dengan Liz, ditata rapi di model gaya rambut bob sebahu. Matanya yang menunduk memberikan pandangan lembut di bawah poninya yang mencapai tepat di bawah alisnya.