Alkemis berspesialisasi dalam memanipulasi material melalui kombinasi sains dan sihir. Mereka biasanya merupakan aset yang kuat bagi party atau klan mana pun. Namun seorang Alkemis yang baik membutuhkan pengetahuan yang luas dan berkantong tebal, membuat mereka lebih jarang berada di kalangan pemburu dibandingkan Archer. Kebanyakan dari mereka dikontrak oleh institusi akademis nasional atau perusahaan dagang yang menangani bahan kimia, dan Sitri, Alkemis dari Grieving Soul yang terkenal, jelas merupakan pengecualian.
"Aku masih Level 3...."
Kata Talia, dengan sedikit rasa percaya diri sebagai seorang pemburu.
"Sitri dan aku adalah satu-satunya Alkemis di klan. Kami biasanya berada di lab bersama......" Terusnya.
Gadis itu akan lebih merasa nyaman berada di perpustakaan daripada di reruntuhan harta karun. Namun kemudian, Sven tidak bisa memikirkan siapapun yang bisa membantu mereka dengan lebih baik dalam misi ini. Slime adalah salah satu spesialisasi Alkemis, dan itulah sebabnya Talia angkat bicara. Seorang gadis yang seumuran dengan Talia—kemungkinan besar adalah rekan satu partynya—menepuk bahu Talia seolah ingin menyemangatinya. Gadis itu tidak terlihat terlalu mengesankan, namun levelnya menunjukkan bahwa dia bisa mengurus dirinya sendiri di lapangan seminimal mungkin. Sven bertanya-tanya apa semua Alkemis adalah orang-orang yang selalu terlihat aneh. Sven mulai melihat pola antara Sitri dan Talia. Namun bukan itu masalah—Sven putus asa.
"Alkimia adalah.... perpaduan ilmu pengetahuan dan sihir...." Lanjut Talia.
"Ini.... bidang studi yang luas. Slime dan makhluk sihir lainnya adalah bagian dari itu."
Masih sangat gugup, Talis melanjutkan dan berkata,
"Um.... slime bukanlah subjek studi yang paling populer, tapi Sitri dan aku telah menelitinya hingga baru-baru ini—"
"Mempelajari slime, katamu? Apa kelemahannya?"
Tanya Sven, memaksakan diri untuk terdengar optimis.
Situasinya telah berubah menjadi lebih baik. Tapi apa Krai yang merencanakan semua ini?
Sven berpikir sejenak. Apapun itu, ini adalah keberuntungan yang sangat dibutuhkan. Dari kantong ramuan yang berukuran dua kali lipat kantong rata-rata yang dipakai para pemburu, Talia dengan hati-hati mengeluarkan sebuah silinder kaca. Di dalamnya, cairan berwarna gelap sedikit berputar. Mata Talia melebar di balik kacamatanya, dan napasnya terengah-engah.
"Bahan kimia ini bisa membunuh slime." Kata Talia.
"Bahan kimia ini tidak akan bekerja pada monster lain—tapi bahan kimia ini bisa membunuh sembilan puluh sembilan persen dari apapun yang dikategorikan sebagai slime." Terusnya.
Sorakan pelan datang dari para pemburu itu. Inilah yang mereka harapkan. Sven awalnya kagum dengan bahan kimia tersebut, namun dia segera mengerutkan keningnya saat mengamati silinder itu sekali lagi.
"Itu mengesankan...." Kata Sven.
Tapi apa itu aman?
Sven bertanya-tanya itu dalam pikirannya. Dia belum pernah mendengar bahan kimia yang hanya membunuh slime. Dan pertama-tama, mengapa gadis itu memiliki sesuatu seperti itu terutama ketika slime bisa dibunuh dengan apa saja? Selain itu, Krai baru saja mengumumkan bahwa target mereka adalah slime beberapa jam yang lalu—tampaknya tidak masuk akal jika Talia bisa membuat bahan kimia ini hanya dalam waktu sebanyak itu. Selain itu, target mereka bukanlah slime biasa, atau begitulah yang diberitahukan kepada Sven. Semuanya tampak terlalu bagus, terutama karena Talia adalah seorang Level 3; gadis itu masih sangat pemula dibandingkan dengan Sven. Jika gadis itu adalah Sitri, Sven mungkin akan merasakan hal yang berbeda. Sitri adalah seorang perfeksionis. Faktanya, Sitri itu sempurna dalam keahliannya. Meskipun levelnya sekarang rendah, kehebatan Sitri diketahui oleh sebagian besar anggota klan melalui ramuan yang sesekali dia bagikan. Namun pada akhirnya, Sven tidak cukup mempercayai kemampuan Talia untuk menjadikan ramuannya sebagai andalan. Dan dari tampilan yang lainnya, para pemburu lainnya memiliki sentimen yang sama dengan Sven.
{ TLN : Perfeksionis itu seseorang yang ingin segalanya sempurna dan menuntut standar setinggi mungkin. }
Talia tertawa kecil, dan kali ini berbicara dengan percaya diri.
"Jangan khawatir. Bukan aku yang membuat ini—Sitri yang membuatnya. Aku hanya meminta botolnya agar aku bisa mempelajarinya lebih lanjut. Sitri berkata dia akan membayar satu miliar gild untuk slime apapun yang tidak berhasil pada ini."
Melalui karir berburu monster dan phantom, anggota Obsidian Cross sering dipuji karena keberanian mereka. Meski begitu, Sven Anger selalu menganggap kunci kesuksesan party-nya terletak pada kehati-hatian mereka. Obsidian Cross memang kuat, namun tidak sekuat party lain yang sangat kuat di generasinya : yaitu Grieving Soul dan Ark Brave. Sementara party-party tersebut telah mengatasi setiap rintangan di jalan mereka dengan kekuatan dan bakat mentah, Obsidian Cross berhasil mengimbangi mereka hanya melalui pengambilan keputusan yang cermat. Jika kekuatan Grieving Soul terletak pada keberanian mereka terhadap kematian, kekuatan Obsidian Cross terletak pada kebalikannya. Obsidian Cross telah mengalahkan banyak musuh yang kuat melalui persiapan cermat yang mereka tunjukkan hari ini : menguraikan pandangan ke depan Krai yang samar-samar, menghabiskan sedikit uang untuk Sounding Stone hanya untuk tetap mengetahui informasi, dan membuat rencana terperinci ketika bekerja dengan party lain. Meskipun proses yang mereka lakukan adalah kebalikan dari apa yang dibayangkan oleh orang normal sebagai pemburu, namun tidak dapat disangkal bahwa proses tersebut sangat profesional.
Berdiri di depan pintu masuk Sarang White Wolf, para pemburu sedang menyelesaikan persiapan mereka untuk menyerang. Dan di tengahnya berdiri para anggota Obsidian Cross, yang bertugas memimpin seluruh batalion. Para anggota Obsidian Cross itu dibalut dengan armor obsidian yang sama yang dibuat dengan teknologi mutakhir. Tahan terhadap benturan benda tumpul dan sihir, obsidian konon merupakan material yang paling mirip dengan Relik. Otot-otot Sven yang sangat terlatih bergetar di balik armornya—bukan karena rasa takut namun karena antisipasi terhadap tantangan di depan. Sven tidak pernah mengalami delusi keagungan dalam kemampuannya. Tentunya, dia adalah seorang pemburu yang sangat terampil dengan julukan, namun dia tidak memiliki kemampuan seperti melihat masa depan seperti Krai atau kekuatan untuk sendirian menghancurkan seluruh pasukan seperti milik Ark. Bagaimanapun juga, dia adalah seorang pemburu pada intinya. Secara total, dua belas party berkumpul di luar Sarang White Wolf. Dan dengan jumlah party rata-rata enam orang, jumlah mereka kurang dari seratus di sana. Jumlah itu bukanlah jumlah yang mengesankan untuk sebuah batalion militer, namun masing-masing dari mereka adalah pemburu yang dilatih oleh reruntuhan harta karun. Pengalaman mereka berbicara lebih keras daripada jumlah, terutama dengan beberapa dari mereka yang menggunakan Relik sebagai senjatanya. Namun tidak satu pun dari mereka yang lengah—para pemburu First Step tahu betul bahaya yang bisa ditimbulkan oleh Thousand Trial klan master mereka itu sementara sisanya terkena dampak dari intensitas para pemburu First Step.
Karena merupakan reruntuhan yang berbentuk gua, Sarang White Wolf sangat tidak cocok untuk batalion besar yang mencoba menyerang langsung dengan semua pedang yang siap. Faktanya, hal yang sama juga terjadi pada banyak reruntuhan harta karun lainnya, dan properti tersebut telah membentuk banyak prosedur operasi standar industri perburuan harta karun. Rencana Sven sederhana—sebenarnya, dia tidak punya banyak pilihan. Para party akan membubarkan dan membersihkan reruntuhan dengan sangat hati-hati. Masing-masing party akan ditunjuk untuk menyelidiki area tertentu. Sedangkan para party akan berkomunikasi melalui peluit. Dengan meniup peluit beberapa kali berturut-turut, pemburu dapat mengirimkan pesan berbeda ke seluruh gua. Alarm akan dibunyikan jika terjadi kejadian tak terduga, dan batalion tersebut akan mengevakuasi reruntuhan untuk berkumpul kembali. Dan jika ada yang menemukan slime itu, mereka harus mencoba memancingnya keluar jika memungkinkan, agar seluruh batalion bisa menghadapinya bersama-sama.
Bahkan ketika tidak ada penemuan, para party akan berkumpul kembali di luar reruntuhan pada waktu yang dijadwalkan. Jika ada pemburu yang gagal kembali tepat waktu, mereka akan dianggap mati, dianggap terbunuh sebelum mereka sempat meniup peluit. Meskipun masing-masing party masih berisiko saat masuk ke dalam reruntuhan, Sven berharap untuk menghindari skenario terburuk di mana slime misterius itu memusnahkan seluruh batalion sekaligus. Party yang tidak memasuki reruntuhan akan tetap berada di luar sebagai cadangan, tentunya menjaga pintu masuk. Rencana yang rumit ini mungkin tampak sangat disiplin jika terjadi kesalahan di antar party, namun hal ini dibuat dengan asumsi bahwa mereka akan bertahan dalam jangka panjang. Mereka tidak bisa mengambil risiko terutama ketika mereka tidak mempunyai informasi mengenai target yang akan dibicarakan.
Sepertinya kita beruntung mengetahui tentang slime.
Pikir Sven dalam hatinya.
Setidaknya kami bisa menguatkan diri kami sekarang.
Sven mendecakkan lidahnya lagi dan menatap tajam ke reruntuhan harta karun.
"Ujian ini dan ujian itu.... sialan kau, Krai, karena membiarkan kami bertanggung jawab atas ini. Aku akan menghajarnya saat kita kembali." Kata Sven.
"Tidak. Kau terlalu takut pada Stifled Shadow untuk melakukan itu."
Kata salah satu anggota party-nya.
"Diam. Bagaimana aku bisa menyerangnya dengan panah biasa? Aku ditakdirkan untuk kalah dalam pertarungan itu." Kata Sven dengan geram.
Dengan botol pembunuh slime di tangannya, Talia berdiri bersama party-nya agak jauh dari pintu masuk reruntuhan. Dia berjuang untuk mengendalikan pernapasannya; dia gugup, padahal dia hanya rencana cadangan. Jika targetnya benar-benar slime, salah satu pemburu ini pasti bisa melenyapkannya tanpa masalah. Mereka akan memecahkan botolnya hanya jika mereka kehabisan pilihan lain. Karena kurangnya kekuatan tempur yang dimiliki para Alkemis, mereka mengantikan itu dengan kemampuan mereka menyelesaikan masalah dengan persiapan yang matang. Jadi, karena mengenal Sitri dengan baik, Sven memercayai produk Sitri itu untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Sementara itu, Henrik mendekatinya dan berkata,
"Uh.... siapa sitri itu? Kedengarannya semua orang mengenalnya."
"Oh, kau belum bertemu dengannya...." Kata Sven.
Ketika Henrik bergabung dengan Obsidian Cross setengah tahun yang lalu, Grieving Soul telah menjadi yang teratas. Pemburu terkenal sering kali dikenali, namun tidak ada yang lebih terkenal dari Alkemis brilian, Sitri. Dia sangat sibuk sehingga orang-orang jarang bertemu dengannya lagi di ruang tunggu rumah klan, dan mereka perlahan-lahan berhenti membicarakannya.
"Dia jarang keluar saat ini."
Kenang Marietta Sang Magi. Namun tersembunyi jauh di bawah tatapannya, sedikit ketakutan muncul. Rasa kagum dan takut datang bersamaan dari mereka yang memiliki kemampuan luar biasa. Sven menerima pandangan keduanya setiap hari, dan dia berasumsi anggota party-nya juga mengalami hal yang sama. Tidak terkecuali Sitri Smart : dia memiliki bakat yang membuat semua orang—bahkan para Alkemis yang sangat berbakat di Ibukota—tidak bisa tidak iri. Sven membalas tatapan takut-takut Henrik. Tatapan matanya yang tertutup agak tumpang tindih dengan tatapan Sitri di ingatannya. Sven menahan napas sejenak sebelum mengerutkan keningnya.
"Singkatnya, Sitri.... adalah orang lemah yang kuat." Kata Sven.
"Orang lemah yang kuat....?" Ulang Henrik.
Sitri kuat. Luar biasa. Berbakat. Dan yang terpenting, dia begitu aneh sehingga tidak ada seorang pun yang benar-benar memahaminya. Dari apa yang terlihat, dia adalah gadis yang ramah, namun semua orang yang berinteraksi dengannya tidak bisa menebak apa perasaan yang dimilikinya. Namun sekarang setelah Sitri tidak lagi populer, anggota First Step berhenti menyebut tentangnya dalam percakapan seolah-olah mereka ingin melupakannya sepenuhnya. Akibatnya, kini beberapa anggota klan, seperti Henrik, bahkan belum pernah mendengar tentangnya sama sekali.
Sven menatap ke arah Talia, dan dia berkata,
"Beberapa party, termasuk kami, dibujuk oleh Sitri untuk membantu mendirikan First Step. Kau tahu, dia pernah menjadi level tertinggi kedua di antara para orang-orang Grieving Soul, setelah Krai."
"Sven, kami sudah siap." Kata Lyle.
"Oke."
Jawab Sven sambil mengambil satu langkah ke depan.
"Kita akan melanjutkan pembicaraan ini nanti."
Sven melihat rekan-rekan pemburu First Step, dan tidak satu pun dari mereka yang takut dengan apa yang ada di gua di depan. Setiap pemburu berkemampuan tinggi ini siap bertarung. Ada alasan mengapa First Steps membanggakan tingkat rata-rata anggotanya yang tinggi : yang lemah telah lama dimusnahkan; pengecut telah meninggalkan klan tak lama kemudian. Setiap orang yang tersisa adalah elit yang terhimpit oleh serangkaian ujian dari klan master mereka.
Bertahan dalam pertempuran itu telah menjadikan mereka kawan, dan persahabatan itulah yang memberi mereka kekuatan sekarang. Party-party peringkat teratas, fasilitas canggih, struktur terorganisir dengan baik, dan lain-lain, dari klan semuanya hanya melengkapi First Step. Apa yang benar-benar membuat First Step menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan adalah ikatan, yang tumbuh dari bertahannya dari ujian yang mereka hadapi bersama. Dan sejarah ini dilambangkan dalam nama klan—langkah-langkah yang mereka ambil bersama adalah kebanggaan mereka, sesuatu yang layak dipertaruhkan dengan nyawa mereka. Dan rasa bangga ini juga meluas ke semua pemburu luar lainnya yang terlibat di sini hari ini.
Sven menarik napas dalam-dalam.
"Fokus!" Sven berteriak.
"Injak-injak tempat ini! Tinggalkan jejak kaki kita! Semua orang akan berhasil keluar dari sini hidup-hidup dan memberi tahu klan master sialan kita itu bahwa ujian ini sangat mudah!"
Suara teriakan serempak dari para pemburu mengguncang hutan di sekitarnya. First Step atau tidak, semua pemburu berteriak sampai suara mereka menjadi serak saat mereka membanjiri reruntuhan harta karun itu untuk memulai invasi.
***
"Waktunya telah tiba, dan kita berhasil." Kata Noctus.
Semua anggota tim penelitinya kecuali Sophia hadir. Mereka meninggalkan lab di bawah Sarang White Wolf dan memilih tempat ini. Inilah hasil penelitian mereka—sistem pertahanan yang diprogram untuk melindungi tim Noctus.
Lokasi baru mereka mudah untuk dipertahankan dan menawarkan jalan keluar jika keadaan memburuk. Dikombinasikan dengan mantra Noctus untuk memproyeksikan gambar dari lokasi yang jauh, kerugian besar seperti yang mereka khawatirkan pada awalnya tidak akan terjadi lagi. Penuh percaya diri, suara Sophia terdengar melalui Sounding Stone di atas meja, berkata,
"Eksperimenmu luar biasa, Sensei. Sekarang kita punya kesempatan untuk bersiap, tidak ada satu pun dari sejuta peluang kita akan kalah."
Dirancang oleh Noctus dan Sophia, sistem pertahanan ini merupakan terobosan revolusioner, penemuan tingkat atas bahkan di antara seluruh katalog Akashic Tower. Noctus menunjukkan keyakinannya dalam membenarkan keputusan Sophia untuk menyerang. Peneliti lain tidak protes karena mereka pun mengetahui betul kemampuan sistem pertahanan tersebut.
"Hampir seratus pemburu, bahkan ada yang punya julukan."
Lanjut Sophia dengan tenang.
"Kita kalah jumlah, tapi itu seharusnya tidak menjadi masalah. Menghadapi pemburu sebanyak ini sekaligus akan membantu mengakreditasi penelitian—ini adalah peluang emas." Terusnya.
Para murid lainnya hanya menatap Sounding Stone dengan rasa benci.
"Jadi, apa langkah pertamamu, Sophia?" Tanya Noctus.
Dengan seluruh telinga mereka tertuju pada Sounding Stone itu, Sophia melanjutkan dengan tenang menjelaskan rencananya.
***
Waktu yang signifikan telah berlalu tanpa ada satu pun peluit yang dibunyikan untuk menandakan keadaan darurat. Sven membuka peta reruntuhan di tanah saat dia mengambil laporan dari party investigasi. Sebagai reruntuhan harta karun yang relatif mudah, peta rinci Sarang White Wolf mudah didapat. Sven menandai area reruntuhan saat area tersebut dibersihkan. Pendekatan hati-hati mereka telah memperlambat kemajuan mereka, namun tujuh puluh persen labirin sudah ditandai.
"Tidak ada yang baru, ya?" Tanya Sven.
"Para phantomnya masih berlevel tinggi, tapi hanya itu saja."
Jawab sesama rekan party-nya.
Setelah mengkhawatirkan kemungkinan terburuk, Obsidian Cross kembali ke permukaan tanpa ada korban jiwa. Ada beberapa orang yang terluka di antara seluruh batalion, namun tidak ada yang mati; bahkan yang terluka seharusnya sudah disembuhkan sekarang. Sekarang, bahkan ruangan boss, yang telah diperingatkan kepada mereka sebagai tempat paling mungkin munculnya slime itu, telah dicentang dari peta. Sven telah mengingatkan party yang bertugas menyelidiki ruangan boss untuk memberikan perhatian khusus, namun tampaknya tidak ada apapun yang perlu didokumentasikan di sana. Tiga puluh persen sisanya dari reruntuhan itu adalah jalan buntu. Dalam beberapa jam, mereka akan melintasi reruntuhan itu sepenuhnya. Sebagian besar perasaan awal mereka akan bahaya telah hilang. Namun Sven, tentunya, mengetahui cara kerja Thousand Trick yang biasa : segala sesuatunya biasanya terjadi dalam ujian datinya di saat yang tidak mereka duga. Maka Sven tetap menjaga kewaspadaannya, namun kelompok itu tidak bisa tetap waspada dalam waktu lama.
"Mungkin persepsi Krai agak kabur kali ini."
Kata Sven dengan bercanda.
"Bagaimana jika tidak terjadi apa-apa?"
Tanya salah satu rekan satu party-nya.
"Kami menganggap diri kita sedang beruntung." Kata Sven.
Seiring berjalannya penyelidikan, beberapa party mulai memberikan pandangan jengkel kepada anggota Obsidian Cross. Sven mengerti bahwa mereka akan diejek jika dia membuat mereka seperti itu tanpa alasan, namun Henrik akan selalu membalas tatapan mereka itu dengan cara yang sama. Tentunya, tidak ada yang bisa mereka lakukan terhadap beberapa party yang hanya menertawakan mereka. Mereka tampaknya menunggu waktu sampai sisa reruntuhan dibersihkan, lalu mereka akan menuntut Sven secara terbuka. Party Talia, karena mereka belum masuk ke reruntuhan harta karun, akan menjadi sasaran untuk kritik mereka bersama dengan Obsidian Cross. Sven merasa bersalah pada mereka, namun dia yakin dengan keputusannya.
"Kita belum selesai." Kata Sven.
"Kami akan melakukannya jika itu bukan karena kau."
Kata Gein, yang selalu mengkritik keputusan Sven. Dengan tindik telinga dan rambut berwarna cerah, Gein tampak seperti preman pada umumnya. Tetap saja, Gein mengikuti arahan Sven sambil mengerang dan menggerutu. Seluruh party-nya tampaknya memiliki sentimen yang sama ketika mereka menatap Sven dengan rasa permusuhan.
"Keluhkan sesukamu nanti." Kata Sven.
"Kau baru saja keluar dari sana. Jadi tenanglah dulu." Lanjutnya.
Gein mendecakkan lidahnya. Tampaknya dia sedang memadamkan api amarahnya.
"Seperti berdoalah kepada klan master kalian yang bisa melihat masa depan itu yang bahkan tidak ada di sini."
Cemooh Gein dan berjalan pergi bersama anggota party-nya yang lain. Sven memahami perasaannya. Jika batalion tersebut tidak melakukan pendekatan yang hati-hati seperti yang dilakukan Sven, mereka pasti sudah membersihkan sisa reruntuhan itu sekarang, dan mereka bisa mengakhiri hari mereka di bar jika tidak ada yang salah selama penyelidikan.
Melihat Gein telah menyimpang dari party-nya dan masuk ke semak-semak jauh dari reruntuhan, Sven memanggilnya,
"Hei! Tetap di posmu!"
"Apa? Aku tidak boleh buang air kecil?! Aku akan segera kembali!"
Kata Gein sambil mengayunkan pedangnya ke ikat pinggangnya.
"Aku akan membawa senjata juga."
Dengan cepat, Gein menghilang ke dalam hutan. Sven menghela napas panjang. Yah, anggota party-nya yang lain masih ada di sini, dan sepertinya Gein juga tidak akan kembali ke reruntuhan. Dan karena dia juga harus menyadari bahwa area sekitarnya berbahaya, Sven tidak melihat adanya bahaya selama Gein kembali dengan cepat.
"Dan.... kita tidak pernah melihatnya lagi." Sela Henrik.
Seringai muncul di wajah Sven saat dia berkata,
"Hati-hati dengan apa yang kau katakan itu."
Meskipun si pemula itu pada awalnya skeptis terhadap prediksi Thousand Trick, anehnya Henrik menjadi lebih nyaman dengan prediksi tersebut seiring dengan memburuknya posisi Obsidian Cross. Henrik tertawa kecil karena malu.
"Aku tidak terlalu mengenal Krai, tapi aku memercayaimu, Sven-san."
Kata Henrik kepada Sven.
"Biarkan aku berdoa kepada klan master kita yang pemberani agar aku tidak mengecewakanmu." Terusnya.
Gein berjalan melewati hutan, menginjak semak-semak yang lebat. Dia tidak menyangka Obsidian Cross, yang pemimpinnya bahkan punya julukan, adalah sekelompok pengecut. Gein memiliki karir yang panjang dalam berburu harta karun. Dan meskipun dia sendiri tidak mendapatkan julukan itu, dia mencari nafkah sebagai pemburu di Ibukota. Dia menghormati Obsidian Cross karena terus menaiki tangga menuju kehebatan selangkah demi selangkah meskipun tidak memiliki bakat yang mencolok. Namun justru rasa hormat itulah yang menyulut kemarahan Gein terhadap Obsidian Cross, sehingga dia bahkan tidak bisa mengasihani mereka karena ketaatan buta mereka. Dia tidak dapat memahami keyakinan mereka pada kata-kata seorang laki-laki dengan karier yang lebih pendek dari separuh kariernya, yang bahkan tidak mau repot-repot tampil di garis depan. Jika yang dianggap sebagai orang luar biasa ini adalah keturunan Rodin yang terkenal, yang menjadi subjek banyak legenda, maka itu adalah satu hal. Namun Krai adalah orang luar yang jarang masuk ke reruntuhan harta karun. Jadi, tidak ada pembenaran dari Sven yang bisa meredam kemarahan Gein.
Orang itu menyebut slime akan muncul di reruntuhan ini?
Tanya Gein dalam hatinya.
Itu jelas hanya omong kosong.
Gein akan segera percaya bahwa itu hanya sebuah tamasya yang biasa yang kebetulan membawa Sven dan yang lainnya ke tempat yang salah pada waktu yang salah. Gein telah mendengar banyak penghargaan dari Grieving Soul. Namun tetap saja, dia tidak mengerti bagaimana Krai yang tampak menyedihkan itu bisa menjadi pemimpin mereka dan bahkan dianggap setara dengan Ark Rodin. Gein berharap Krai cepat atau lambat akan retak dan mengungkapkan warna aslinya — manusia biasa sepertiny tidak mungkin meramalkan kejadian di reruntuhan harta karun yang jauh sambil duduk cantik di Ibukota. Sarang White Wolf dikelilingi oleh hutan lebat. Semak setinggi pinggang menyulitkan para pemburu untuk melintasinya, dan dahan-dahan tebal menutupi sebagian besar sinar matahari. Monster kadang-kadang muncul di hutan ini, namun tidak mungkin ada populasi monster yang bisa bertahan sedekat ini dengan reruntuhan harta karun. Bagaimanapun monster yang kuat tidak muncul di dekat Ibukota.
Dia pikir ada slime di suatu tempat di hutan ini?
Pikir Gein. Gagasan tentang hal ini sangat aneh sehingga bahkan tidak bisa dianggap sebagai lelucon. Gein berjalan melewati hutan yang sunyi dan membuat jarak antara dirinya dan reruntuhan harta karun. Dengan memperhatikan sekelilingnya, dia menjawab panggilan alam. Dia mulai bertanya-tanya apa aktivitas baru-baru ini di Sarang White Wolf benar-benar merupakan indikasi kelainan. Meskipun dia tidak akan dibayar lebih sedikit karena kurangnya bukti, Gein berharap menemukan setidaknya sesuatu. Jarang sekali tidak menemukan petunjuk apapun tentang penyebabnya setelah penyelidikan menyeluruh.
Jika tidak ada hasil.
Pikir Gein dalam hatinya.
Stormstrike yang keras kepala itu harus mengakui kesalahannya.
Kemudian, geraman samar datang dari dalam hutan, begitu pelan hingga hampir tenggelam dalam suasana gemerisik dedaunan. Hanya pemburu yang indra pendengarannya telah ditingkatkan oleh material mana yang bisa menangkapnya.
Ksatria serigala.
Pikir Gein dalam hatinya.
Kurasa yang satu ini sudah keluar dari reruntuhan. Lebih baik mengurusnya saja agar aman.
Secara teknis, Sarang White Wolf meliputi gua itu sendiri dan area sekitarnya. Sebelum memasuki reruntuhan, Gein dan para pemburu lainnya telah menghabisi sebagian besar phantom di area tersebut sehingga mereka dapat mendirikan kemah. Namun, mungkin saja para phantom baru telah muncul. Gein memeriksa ulang apa peluitnya siap digunakan, dan dia menghunus pedangnya sambil dengan hati-hati berjalan menuju sumber suara.
Suara apa itu?
Gein mengerutkan keningnya. Dia telah mendengar banyak Ksatria serigala melolong dan menggeram selama penyelidikan, namun suara dari hutan ini asing baginya. Di dalam suara itu, Gein merasakan kemarahan, ketakutan, kesedihan, dan kesakitan—ap pun yang membuat suara itu tidak baik-baik saja. Kemudian, Gein tiba-tiba tiba di sebuah celah di dalam hutan. Terkejut dengan apa yang dilihatnya, Gein merunduk di balik pohon dan mengintip ke sekelilingnya. Di luar sana ada seekor Ksatria serigala berbulu perak, variannya lebih kuat daripada rekan-rekannya yang berbulu merah.
Gein dan party-nya telah menemukan satu di reruntuhan, dan mereka menjulukinya Moon Knight. Namun makhluk di hadapannya ini sekarang dibelenggu di bagian leher dan anggota badannya, dan moncongnya ditutup. Rantai melilit tubuh serigala itu dan mengarah ke tanah. Ksatria serigala itu bergerak dengan sia-sia dalam upayanya untuk membebaskan dirinya. Di samping phantom itu berdiri dua orang berjubah hitam; masing-masing dari mereka memegang tongkat yang menandakan bahwa mereka adalah Magi.
"Apa kita yakin ini adalah langkah pembuka terbaik bagi kita?"
Tanya salah satu dari mereka kepada yang lain.
"Kita berhadapan dengan hampir seratus pemburu." Balas yang lain.
"Maniak eksperimen terkutuk itu. Dia hampir tidak bisa menggunakan sihir dan tidak punya nyali untuk mengotori tangannya sendiri. Hanya karena dia murid pertama sensei bukan berarti dia berada di atas kita. 'Kegagalan bukanlah suatu pilihan', seolah-olah kita membutuhkannya untuk memberitahu kita hal itu!"
Apa yang mereka bicarakan?
Tanya Gein dalam hatinya. Namun apapun itu, itu pasti menyeramkan. Atau mengapa mereka memiliki phantom yang tertawan?
Apa itu menyebabkan kelainan pada reruntuhan?
Memikirkan kemungkinan itu membuat Gein tersentak. Para Magi pada umumnya kuat. Magi yang terlatih bisa meledakkan pemburu dari kelas lain keluar dari air jika menyangkut kekuatan penghancur; oleh karena itu mereka selalu diterima di party mana pun. Party Gein juga punya satu, jadi dia tahu kelemahan mereka yang mencolok : butuh waktu untuk mengeluarkan sihir. Itu sebabnya setiap Magi dalam kelompok berburu harus dilindungi oleh pemburu dari kelas lain yang bisa menahan potensi ancaman sampai mereka mengisi daya sihirnya. Dengan kata lain, Magi yang tidak terlindungo adalah mangsa yang empuk. Gein hanya bisa melihat sepasang Magi. Dia bisa menghabisi mereka berdua sebelum salah satu dari mereka bisa membacakan mantra. Tak satu pun dari mereka yang tampak sangat berpengalaman; mereka jelas tidak memperhatikan Gein di balik pohon.
"Harus diakui serum ini ampuh. Dia mungkin orang pertama yang menemukannya, tapi kita akan menjadi orang pertama yang bereksperimen dengannya."
Kata salah satu Magi itu.
Yang lain menggeram dan berkata, "Transmogrifikasi paksa menggunakan material mana.... sial, apa ini semacam berkah darinya?!"
"Mari kita mulai." kata Magi pertama.
"Mari kita lihat apa yang dimaksud dengan terobosannya itu."
Aku harus menyerang dengan cepat begitu aku melihat celah.
Pikir Gein. Bukan hanya jumlah mereka yang melebihi dia, namun fakta bahwa sepasang Magi berdiri sendirian di hadapan seorang Ksatria serigala, meskipun dibatasi, menunjukkan keyakinan mereka pada kemampuan mereka sendiri. Tentunya mereka pasti telah menyerap beberapa material mana terlepas dari apa mereka terlihat tidak berpengalaman atau tidak.
Tapi aku tidak bisa membunuh mereka.
Kata Gein pada dirinya sendiri. Meskipun situasi ini sangat memberatkan para Magi itu, Gein tidak bisa membunuh mereka begitu saja tanpa mendapatkan gambaran lengkap dari mereka. Mulutnya menjadi kering karena ketegangan yang meningkat. Gein telah memutuskan : akan mencari celah ketika para Magi itu memalingkan wajah mereka dari arahnya. Bagaimanapun, Ksatria serigala seharusnya tidak menimbulkan ancaman apapun. Dan segera, momennya tiba. Salah satu dari Magi itu mengeluarkan jarum suntik sebesar lengan bawahnya, dan kedua orang itu mengalihkan perhatian mereka ke phantom itu. Seketika, Gein melompat keluar dari balik pohon, mendekati para Magi itu. Dia berada beberapa langkah dari mereka. Ksatria serigala itu bergetar. Pada saat salah satu Magi itu akhirnya menoleh padanya, pedang Gein sudah berada di udara.
"S-Siapa kau?!" Tanya Magi itu.
"Seorang pemburu!" Cemooh Gein.
Magi itu mengangkat tongkatnya untuk bertahan, dan pedang Gein bertabrakan dengannya. Gein mengerutkan keningnya melihat hasil yang tidak terduga, namun dia tidak ragu-ragu dan menendang perut Magi itu yang tidak dijaga. Tendangannya terlalu kuat bagi Magi yang kurang terlatih secara fisik, dan Magi itu terbang lalu berguling-guling di tanah. Dengan itu, Gein mengalihkan perhatiannya ke musuhnya yang lain. Meski bingung dengan penyergapan itu, Magi yang lain sudah mengarahkan tongkatnya ke Gein dengan lima anak panah terbakar melayang di sekitarnya.
Aku baru saja memberi mereka waktu, dan dia sudah melemparkan mantranya?!
Pikir Gein. Dia tersentak melihat mantra itu. Meskipun itu adalah mantra pemula, butuh latihan yang panjang dan keras bagi Magi untuk mempelajari cara mengucapkan mantra sederhana sekalipun hanya dengan refleks. Rupanya, musuh Gein bahkan lebih ahli dalam perapal mantra daripada yang dia kira. Jadi Gein mengambil keputusan dalam hitungan detik : dia menyerang anak panah yang menyala-nyala itu, melindungi wajahnya dengan lengan kirinya. Jika dia menjaga jarak dari mantra itu, hal itu akan memberi ruang bagi Magi itu untuk menembakkan mantra yang lebih kuat. Hal itu akan menyia-nyiakan keunggulan Gein dalam elemen kejutan.
Sebuah anak panah, yang awalnya diarahkan ke kepala Gein itu, mengenai lengannya. Sementara pelindung pergelangan tangannya mencegah panah api menghanguskan lengannya, rasa sakit yang membakar menjalar ke lengannya. Namun, langkah Gein berhasil. Gein menangani Magi itu dan mengirimnya terbang kembali sambil berteriak. Kemudian, dia menoleh ke arah Magi pertama, yang masih tergeletak di tanah, dan menendangnya lagi. Merapal mantra membutuhkan konsentrasi yang dalam, dan Gein tahu itu. Selama dia bisa terus mengganggu konsentrasi para Magi dengan menimbulkan rasa sakit pada mereka, mereka hanya bisa mengeluarkan mantra yang jauh lebih tidak efektif, jika memang ada. Sebagai Swordman yang tugasnya menahan serangan untuk party-nya, Gein bisa menahan mantra tersebut.
Melalui napasnya yang berat, Gein mengutuk Magi itu,
"Itu sakit sekali sialan! Kau akan membayarnya untuk ini!"
Gein memeriksa pelindung pergelangan tangan kirinya, yang kini terlihat hangus. Gein menyusun setiap bagian dari armornya dengan hati-hati, dan pelindung pergelangan tangannya memberikan pertahanan terhadap sihir. Hanya Magi kelas satu yang bisa merusaknya sebanyak ini dengan mantra pemula.
"Mantramu mungkin bagus, tapi kau adalah petarung kelas tiga!" Kata Gein.
Secara fisik, Gein berada dalam kondisi yang lebih buruk daripada Magi itu, namun dia memenangkan pertarungan. Menendang tongkat mereka jauh dari para Magi itu di tanah, Gein menilai musuhnya. Dia mungkin mematahkan satu atau dua tulang rusuk mereka, namun para Magi itu pasti masih sadar dan bisa menjawab pertanyaan.
Sekarang aku hanya perlu meminta bantuan dari Sven. Dilihat dari obrolan itu, keduanya pasti punya informasi yang bagus. Ini luar biasa!
"Bicara! Katakan semuanya padaku." Tuntut Gein.
"Kau.... bagian dari penyelidikan." Kata salah satu Magi itu.
"Bagaimana kau bisa menemukan kami? Mungkinkah karena Thousand Trick itu lagi?!”
"Itu tidak masuk akal!" Teriak Gein.
"Orang itu tidak akan datang! Kau kalah karena aku! Bukan karenanya sialan!"
Tidak bisakah semua orang berhenti membicarakan Thousand Trick?! Apa yang mengesankan dari orang itu?
Gein menendang masing-masing Magi itu sekali lagi sebelum mengikat mereka dengan tali yang dibawanya. Dan begitu dia selesai, dia meringis keras. Di bawahnya, salah satu Magi menyamakan ekspresinya dengan mengerutkan bibir. Kemudian Gein mendengar geraman menyakitkan dari belakangnya, jadi dia menoleh untuk melihat apa yang terjadi.
"Seperti yang Sophia katakana : dia tidak ada di sini."
Magi itu tertawa melalui napas pendek. Jarum suntik raksasa itu mencuat dari celah pelindung pergelangan tangan Ksatria serigala. Setidaknya setengah dari isinya telah disuntikkan ke dalam phantom itu. Perasaan menakutkan menjalar ke punggung Gein saat melihat itu.
Menyuntikkan phantom? Serum apa itu? "Eksperimen" macam apa yang dilakukan kedua orang idiot ini?
Gein memelototi kedua Magi itu di tanah, namun Magi itu hanya membalas senyuman kejamnya.
"Apa yang kalian lakukan?!" Tanya Gein.
Pukulan keras. Suara logam yang menghantam tanah menggelegar. Gein berbalik. Rantai itu tidak lagi menahan Ksatria serigala itu namun tergulung di tanah. Moncong besi yang menahannya terlepas dan hancur berkeping-keping, diikuti belenggunya. Seolah-olah mereka tidak dapat menahan kekuatan tak kasat mata yang merobek mereka dari phantom itu. Namun, yang menimbulkan lebih banyak ketakutan di Gein daripada rantai di tanah adalah penampilan Ksatria serigala itu sendiri : Kepalanya, yang dihiasi topeng setengah tengkorak, meleleh, begitu pula seluruh tubuhnya yang ditutupi armor logam hitam. Lapisan bulunya yang kurus telah mencair seluruhnya, menyerupai lapisan berminyak amfibi. Dari tubuhnya yang mencair itu, daging yang meleleh menetes ke tanah. Matanya yang bersinar—satu-satunya ciri yang menyerupai bentuk aslinya—tetap melekat pada Gein. Saat makhluk itu mengangkat cairan di lengannya, udara di sekitarnya menjadi kabur seperti kabut panas. Gein bertanya-tanya apa ada orang yang mengenali makhluk itu sebagai Ksatria serigala dalam wujudnya saat ini.
Makhluk.... makhluk apa ini?!
Gein telah melawan banyak monster mengerikan selama karirnya, namun dia belum pernah menemui hal seperti ini.
"Phantom yang ditransmogrifikasi secara paksa mencari material mana dalam kepadatan tinggi." Kata salah satu Magi yang tertawa.
"Menurutmu, siapa di antara kita yang memiliki material mana paling banyak?"
Gein berhenti mendengarkan, pikirannya dipenuhi kebingungan dan ketakutan yang mendalam. Dengan tubuh dan armornya yang terus-menerus melebur ke dalam dirinya sendiri, phantom itu mulai menyerupai sesuatu yang bukan miliknya : slime. Naluri Gein untuk mempertahankan diri mendorong tubuhnya untuk bergerak. Dengan matanya yang masih terpaku pada monster yang dulunya adalah seekor Ksatria serigala, Gein tersentak ke belakang. Tanpa disadari, Gein sudah meraih peluitnya.
"Ini tidak mungkin terjadi.... jika aku bisa menyadari lebih awal...."
Tiupan peluit memecah kesunyian hutan.
***
Sven Anger mengangkat kepalanya saat mendengar suara samar yang datang dari dalam hutan.
"Ada suara dari peluit terdengar!" Katanya.
Sebagai penembak jitu yang terampial, Sven memiliki indera yang lebih dapat diandalkan dibandingkan kebanyakan pemburu. Namun bahkan dia tidak akan mendengar alarmnya jika dia tidak berjaga-jaga karena khawatir dengan situasi saat ini.
"Benarkah?" Tanya Henrik dengan tak percaya.
Dengan busur di tangannya, Sven bangkit. Gerakannya menarik perhatian party lainnya yang sedang beristirahat.
"Semuanya tetap waspada!" Sven berkata dengan keras.
"Panggil semua orang di reruntuhan. Sekarang! Bunyikan satu suara dari peluitnya!"
Satu suara pendek dari peluit itu menandakan keadaan darurat. Para pemburu segera bertindak, mengikuti isyarat dari Sven. Dari pengalamannya bertahan dalam kesulitan hidup atau mati yang tak terhitung jumlahnya, Sven tahu bahwa keputusan sepersekian detik dapat membuat perbedaan antara hidup dan mati dalam situasi seperti ini. Talia berpegangan erat pada bahan kimia pembunuh slime itu, bersiap menghadapi apa yang akan terjadi.
"Hei, apa Gein sudah kembali?!" Tanya Sven.
"B-Belum!"
Jawab salah satu rekan party Gein itu, wajahnya pucat. Gein adalah satu-satunya yang belum ditemukan saat ini. Sven menggigit bibirnya.
Seharusnya aku tidak membiarkannya pergi sendirian. Apa yang terjadi padanya?
Kemudian dia mendengar lolongan aneh yang mengingatkannya pada—namun jelas berbeda dari—suara seorang Ksatria serigala. Tak seorang pun kecuali Sven yang pernah mendengar suara peluit itu, namun lolongan serigala itu cukup dekat sehingga semua pemburu bisa mendengarnya.
Akhirnya. Pikir Sven. Sekarang pencarian melalui reruntuhan harta karun sebagian besar telah selesai, banyak pemburu telah siap di pangkalan. Dengan jumlah mereka, mereka seharusnya mampu menangani apapun yang ada di dalam hutan. Segera tanah bergemuruh, dan mereka bisa mendengar pohon-pohon tumbang di hutan.
"Kita akan mengirimkan party pengintai." Kata Sven.
"Kita menyelamatkan Gein!"
Terlepas dari konflik pribadi mereka, Gein masih merupakan sekutu dalam pekerjaan yang sama dalam misi ini. Atas panggilan Sven, pengintai dari masing-masing party mendekatinya. Namun saat Sven hendak memberikan arahan, Gein muncul dari hutan. Rasa takut telah menghilangkan warna wajahnya, matanya melebar dan merah. Darah mengalir deras dari tangan kanan yang dia genggam di tangan kirinya. Thief dari party Gein berlari ke arahnya. Sven bertanya-tanya apa yang mungkin terjadi sekitar seperempat jam sejak Gein pergi ke hutan.
"Itu makhluk yang mengerikan!"
Teriak Gein dengan suara serak.
"Slime! Thousand Trick itu benar!"
Saat Gein baru saja berbicara, pepohonan meledak di belakangnya. Dan bersamaan dengan itu, tanah berguncang lagi. Dari pembukaannya, sesosok makhluk yang sangat mengerikan muncul.
"Makhluk apa itu?" Kata Marietta, tercengang.
"Apa itu.... slime?"
Bahkan anggota Obsidian Cross belum pernah menghadapi musuh seperti ini. Makhluk mengerikan itu berupa segumpal daging, berbintik hitam dan putih. Makhluk itu berdiri lebih tinggi dari Sven; kerangka luarnya meleleh dalam lumpur. Meskipun bentuknya masih menyerupai sesuatu dengan empat anggota badan, makhluk itu dengan kikuk menyeret kakinya di tanah untuk bergerak. Mata merahnya, yang bersinar terang melalui cairan kental, adalah satu-satunya tanda kehidupannya. Bagaimanapun, makhluk itu mengejar Gein seperti gelombang pasang daging yang mengalir tanpa mempedulikan pepohonan dan semak-semak yang dilewatinya. Tidak sulit bagi para pemburu untuk membayangkan nasib mereka jika makhluk tersebut menangkap mereka.
Itu slime, kan?!
Sven mau tidak mau melihat lagi gumpalan cairain itu dengan tercengang. Jika dia mendeskripsikannya, deskripsinya mungkin mirip dengan slime, namun gumpalan yang mendekat itu terlalu mengerikan untuk disebut sebagai slime. Ungkapan "Bentuk kehidupan palsu" langsung terlintas di benak Sven karena alasan apapun. Dia hampir tidak percaya bahwa Thousand Trick menggambarkan makhluk mengerikan itu sebagai "Slime".
"Makhluk itu.... meleleh?"
Kata Talia sambil mundur selangkah dengan ngeri. Makhluk mengerikan yang tak terduga tersebut menghentikan langkah rekan satu party Gein dalam upaya menyelamatkannya dan para Magi yang terdiam di tempatnya, di mana mereka sudah menyiapkan tongkatnya untuk menyerang.
Sven menarik busurnya dan berseru kepada sekutunya, "Jangan diam saja! Makhluk itu bergerak perlahan! Para Magi, bersiaplah untuk meledakkan makhluk itu!"
Segera, Sven mengarahkan busurnya ke arah makhluk itu. Dia telah mempraktikkan gerakan ini puluhan ribu kali. Menghitung jarak ke musuh dan kecepatan pergerakan mereka sudah menjadi kebiasaannya saat ini, dan tidak ada alasan baginya untuk melewatkan tembakan yang hanya berjarak sekitar tiga puluh meter. Sven melepaskan anak panah hitam pekatnya, dan panah itu merobek udara. Anak panah itu melesat melewati Thief yang berlari ke arah Gein, melewati Gein yang terhuyung-huyung, dan mengenai kaki "Slime" itu. Seolah-olah ditembak dari meriam, dampaknya meledakkan kakinya, menyebabkan makhluk mengerikan itu terjatuh. Terjatuh, gumpalan yang mengalir itu menghantam pohon di dekatnya, dan batangnya patah seolah-olah ada sepasang tangan raksasa yang merobeknya dengan paksa.
Sven mengamati efek misterius itu—baik serangan fisik maupun sihir—dengan heran. Gelembung naik ke atas gumpalan daging dan darah, dan makhluk yang seperti slime itu naik lagi seolah tidak terjadi apa-apa. Kemudian para Magi melepaskan mantra mereka secara bersamaan. Seketika, makhluk yang seperti slime itu dibombardir dengan peluru air berkecepatan tinggi, bilah angin yang tak terlihat, panah cahaya terkompresi, dan bola api besar. Hiruk pikuk awan debu besar memenuhi udara setelah tumbukan. Sven mengalihkan perhatiannya ke Gein, yang kini sedang digiring ke arahnya dengan bantuan Thief dari party-nya. Ekspresi Gein tidak berwarna dan berubah menjadi ngeri; pelat baja armornya yang kotor naik dan turun karena napasnya yang berat. Namun yang menarik perhatian Sven adalah lengan kanan Gein yang robek di sekitar siku.
"Henrik! Sembuhkan dia sekarang!" Sven berteriak.
"Baik!" Jawab Henrik.
Lengan Gein belum dipotong. Sepertinya itu telah dipelintir dengan kekerasan. Itu bukanlah luka yang fatal, namun kehilangan banyak darah akan terjadi kecuali mereka segera menghentikan pendarahannya. Dengan cepat, Henrik mendekati Gein dan mulai merapal mantra penyembuhan pada lukanya.
"Apa yang telah terjadi?!" Tuntut Sven.
Gein terengah-engah.
"Para Magi itu.... menyuntikkan… Ksatria serigala.... slime.... Thousand Trick.... benar!"
Cahaya hijau pucat terpancar dari telapak tangan Henrik, dan merembes ke dalam luka mengerikan itu. Dengan itu, pendarahan Gein itu berhenti, dan luka Gein menutup dengan sendirinya. Beberapa kehidupan kembali ke ekspresinya, menunjukkan bahwa rasa sakitnya pasti sudah sangat mereda. Henrik menggigit bibirnya dan berkata,
"Sven-san....! Aku tidak bisa menumbuhkan kembali lengannya—"
"Lakukan saja apa yang kau bisa! Kita akan menemukan lengannya dan memasangnya kembali nanti!" Kata Sven.
Tidak ada orang lain dari Obsidian Cross yang bisa menumbuhkan kembali anggota tubuh Gein. Henrik adalah Cleric terbaik mereka; bahkan jika Henrik tidak bisa, tidak ada gunanya anggota lain mencobanya. Meskipun hal itu bukannya tanpa harapan—Cleric terbaik di dunia perburuan harta karun bisa menumbuhkan kembali anggota tubuh seseorang. Namun sekarang bukan waktunya untuk mencarinya. Bagaimanapun juga, Gein sedang tidak bertugas—bagaimana bisa seorang Swordman bertahan tanpa lengan dominannya?
"Mundur!"
Teriak Sven, dan Gein melompat mundur sambil memegang lengan kanan atasnya. Sven punya banyak pertanyaan di benaknya, namun mereka harus keluar dari sini hidup-hidup terlebih dahulu sebelum dia bisa menanyakan satupun dari mereka.
Saat awan debu itu mereda, suara lolongan yang memekakkan telinga mengguncang hutan. Salah satu Magi yang meledakkan makhluk itu berdiri dengan mulut ternganga.
"Tidak mungkin....! Semua sihir itu, dan tidak meninggalkan goresan sedikit pun?"
Faktanya, makhluk yang slime seperti itu belum banyak bergerak. Pengeboman mantra tidak meninggalkan satu bekas pun, membuat permukaan gumpalan itu tetap reflektif seperti sebelumnya. Tak satu pun pemburu yang berani bergerak. Mereka adalah sepasukan katak yang terperangkap dalam tatapan ular.
Thousand Trick awalnya berencana mengirim pemburu terbaik di klan untuk menangani masalah ini.
Pikiran itu muncul di benak Sven, namun dia dengan cepat menghilangkannya dari kepalanya. Sambil menarik busurnya erat-erat, Sven berteriak,
"Bagaimanapun juga, makhluk itu harus dikalahkan! Tetaplah menyerang! Jaga jarak dan lakukan dari jauh! Dan, Krai sialan itu, bagaimana bisa makhluk ini disebuat sebagai slime?!"
Atas perintah Sven itu, mantra sihir dengan berwarna-warni menyerang makhluk yang seperti slime itu. Kemampuan beradaptasi adalah kualitas utama para pemburu, dan mereka dengan cepat beradaptasi dengan situasi yang ada : dua kali lipat jumlah mantra yang ditembakkan pada ronde pertama mengenai gumpalan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Serangan seperti ini akan memusnahkan phantom lain di reruntuhan, termasuk Ksatria serigala putih. Namun tanpa menunjukkan sedikit pun firasat untuk menghindar, makhluk seperti slime itu malah hanya menjerit di tempatnya berdiri. Slime seharusnya lemah terhadap semua serangan, terutama sihir, dan serangan gencar ini seharusnya bisa melenyapkan slime apapun, palsu atau semacamnya. Awan debu lain muncul dan menyembunyikan makhluk besar itu. Dan tanpa menunggu untuk memastikan hasilnya, tembakan sihir lainnya ditembakkan ke sana. Ledakan cahaya menghanguskan udara dan mengirimkan gelombang kejut yang harus dilawan oleh Sven, sepuluh meter jauhnya. Setelah serangan sihir yang berlebihan itu, keheningan kembali terjadi di area tersebut.
"Hei, Gein." Panggil Sven.
"Apa kau tadi mengatakan 'Ksatria serigala'?"
Di tanah, Gein menjawab dengan gemetar,
"I-Itu benar! Makhluk itu adalah seekor Ksatria serigala! Orang-orang aneh itu menyuntikkan sesuatu ke phantom itu, dan phantom itu mulai.... meleleh.... !"
Dari awan debu yang memudar muncullah siluet yang menjulang tinggi dan miring. Makhluk seperti slime itu masih tidak terluka setelah menerima kekuatan penuh dari para Magi, yang sangat yakin akan kemenangan mereka. Sekarang, wajah para Magi itu berubah tidak percaya. Marietta tidak terkecuali. Dan dia berkata dengan tidak percaya,
"Tidak mungkin.... makhluk itu seharusnya kalah...."
Makhluk macam apa itu....?
Sven tersentak. Selama bertahun-tahun di First Step, Sven telah melalui lebih dari Thousand Trial daripada yang bisa diingatnya, namun tetap saja, dia belum pernah melihat hal yang begitu mengerikan seperti ini. Sementara anggota First Step setidaknya memiliki beberapa pengalaman dengan "Ujian" tak terduga seperti ini, pemburu dari klan lain, yang kurang berpengalaman, mundur dengan rasa takut.
Makhluk itu memiliki kekebalan yang tinggi terhadap sihir....? Ini buruk. Kami sudah kalah dalam pertarungan sebelum makhluk itu melakukan sesuatu.
Sven berspekulasi Sven.
Dengan gemetar, Gein mengulurkan setengah lengannya ke arah makhluk yang seperti slime itu.
"Hati-hati! Jangan sentuh langsung makhluk itu! Makhluk itu.... terlalu kuat! Aku tidak tahu apa yang terjadi! Aku memotongnya! Kemudian lenganku sudah menjadi seperti ini—makhluk itu bahkan tidak menyentuhku!"
Ada tarikan napas. Lalu ada hembusan angin. Sven telah menembakkan anak panah, lebih cepat dari yang bisa diikuti oleh siapapun dengan mata mereka. Seperti sinar laser, panah hitam menemukan kepala makhluk seperti slime itu. Tembakan itu adalah tembakan yang hanya bisa dilakukan oleh ahli memanah sejati. Henrik, yang sempat mundur beberapa langkah, kini yakin akan kemenangan mereka. Dia pernah melihat Sven menembus sisik naga dengan anak panahnya. Slime yang tampak licin itu—atau apapun itu—tidak punya peluang. Namun saat anak panah itu hendak menembus kepala gumpalan itu—anak panah itu memantul. Mempertahankan momentumnya, anak panah itu mereduksi sebuah pohon beberapa meter jauhnya menjadi tumpukan kayu bakar. Sementara para pemburu lainnya menatap tak percaya pada hasil yang mustahil, Sven dengan cepat memasang panah berikutnya.
Tidak ada hal yang mustahil.
Sven mengingatkan dirinya sendiri. Sven dulunya sangat yakin pada anak panahnya, namun dia belajar dari pengalaman bahwa kekuatan yang tak terbayangkan ada di dunia ini. Paling tidak, ada seorang Thief yang bisa menangkap anak panahnya itu—dengan tangan kosong—seratus anak panah yang terbang ke arah Thief itu secara bersamaan. Juga ada seorang Paladin yang tidak masalah setelah menerima serangan dari seratus anak panah. Dibandingkan dengan itu, panahnya yang memantul pada slime itu tampak biasa saja. Otot lengannya menegang. Panah hitam satu demi satu, dia melepaskan total sepuluh tembakan, masing-masing mampu memusnahkan phantom biasa dengan sendirinya. Dan sama seperti julukannya, Stormstrike, badai anak panah menghantam makhluk seperti slime itu. Para pemburu memperhatikan saat Sven melepaskan anak panahnya, namun mereka segera terdiam—setiap anak panah dibelokkan tepat sebelum mengenai makhluk itu, memantul ke sekeliling makhluk itu dan merobek rumput dan pepohonan yang dilewatinya. Seandainya ada manusia yang mengikuti lintasan anak panah itu, mereka juga akan robek. Meski begitu, makhluk seperti slime itu tetap tidak tergores. Saat para pemburu mengelilinginya, gumpalan itu mengulurkan lengannya yang meleleh seolah ingin memeriksanya.
"Ini tidak bagus." Gerutu Sven.
"Kebal dengan serangan fisik? Tapi sihir juga tidak mempan. Apa makhluk itu membuat semacam penghalang? Tidak, anak panah itu sepertinya tidak mengenai penghalang."
Daripada diblokir, itu lebih seperti anak panah itu ditangkis secara paksa. Namun ketika harus menembus pertahanan, panah Sven sejauh ini merupakan pilihan paling kuat di reruntuhan senjata para pemburu. Jika panahnya maupun mantra para Magi tidak dapat mempengaruhi makhluk itu, mereka kehabisan pilihan. Makhluk seperti slime itu memantul dari tanah dan mendorong dirinya ke arah para pemburu yang mengelilinginya. Sambil berteriak, para pemburu yang menghalangi jalan makhluk itu melompat keluar. Dan segera setelah mereka melakukannya, makhluk itu menghantam tanah dengan kedua tangannya, meletuskan tanah sebagai dampaknya. Serangannya cukup kuat bahkan untuk melukai para pemburu di sini, yang semuanya telah diperkuat oleh paparan material mana. Situasinya tampak semakin buruk bagi para pemburu harta karun itu. Melebihi jumlah makhluk seperti slime itu tidak berarti apa-apa jika bahkan pemburu Level 6 yang disebut-sebut di antara mereka tidak dapat meninggalkan goresan apapun pada makhluk tersebut.
"Apa yang harus kita lakukan, Sven?!" Tanya Lyle.
"Kita tidak akan lari sampai kita benar-benar harus melakukannya."
Jawab Sven tanpa berpikir dua kali.
"Gein memberitahuku bahwa seseorang bertanggung jawab menciptakan makhluk ini. Kita tidak bisa membiarkannya begitu saja."
Hal itu adalah kebanggaan para pemburu.
Lyle menggaruk kepalanya dan berkata, "Krai sialan itu. Kita mungkin menemukan 'sesuatu seperti slime'? Aku sudah muak dengan setengah kebenarannya! Aku pasti akan memberinya sedikit pikiranku ketika kita kembali."
Sven mengerutkan bibirnya mendengar keluhan itu. Mereka pasti tidak dibayar cukup untuk hal ini. Pantulan lainnya. Makhluk seperti slime itu telah mengincar kelompok pemburu lain. Namun untuk saat ini, yang bisa mereka lakukan hanyalah mengulur waktu.
"Jangan biarkan makhluk itu mendekati kalian! Gerakan makhluk itu tidak terlalu cepat."
Perintah Sven kepada mereka.
"Jika makhluk itu mendekati kalian, fokuslah untuk keluar dari jangkauan. Semuanya, tidak terkecuali! Setiap makhluk memiliki kelemahan, dan kita akan menemukan kelemahannya!"
Sekarang Sven bersyukur Eva dengan sigap mengumpulkan batalion ini. Sven sulit membayangkan betapa buruknya keadaan mereka jika jumlah mereka berkurang setengahnya seperti yang disarankan Krai. Sven memusatkan perhatiannya untuk menghalangi pergerakan makhluk itu. Sementara semua serangan sejauh ini telah dibelokkan, makhluk itu berjalan dengan kakinya, dan menyerangnya memperlambat makhluk itu selama sepersekian detik. Rupanya, makhluk itu tidak bisa bergerak dengan tepat atau bereaksi tajam terhadap serangan. Meski kelihatannya tak terkalahkan, makhluk itu sepertinya tidak punya banyak kecerdasan.
Sven menoleh ke yang lain dan menyemangati mereka.
"Pola serangan makhluk itu sederhana! Makhluk itu menyerang orang-orang terdekatnya. Dan itu hanya tekelan dan gesekan. Dan makhluk itu sangat lambat. Jadi tetaplah menyerangnya!"
Dengan itu, para pemburu kembali menyerang. Mantra yang tak terhitung jumlahnya ditembakkan untuk memperlambat makhluk itu, dan rentetan serangan menghantam penghalang misteriusnya. Makhluk itu mungkin akan menjadi ancaman yang lebih besar jika makhluk itu memiliki cukup kecerdasan untuk fokus menyerang satu target, bukan hanya siapapun yang berada di dekatnya. Namun meski begitu, situasi para pemburu tidak membaik : Para Magi tidak bisa menembakkan mantra mereka selamanya, dan mereka juga tidak bisa menghindar selamanya. Jika para pemburu kehabisan mana atau stamina, mereka akan kalah dalam pertarungan. Namun makhluk itu dibangun secara berbeda dari manusia biasa, jadi semakin lama pertempuran berlangsung, semakin buruk keadaan para pemburu. Seperti sebelumnya, semua serangan mereka dibelokkan dari permukaan gumpalan itu. Namun para pemburu masih mempunyai senjata andalan mereka—pembunuh slime Talia. Sven melirik Talia di ujung terluar batalion; gadis tampak hampir pingsan. Keringat mengucur di wajah Sven.
Satu tembakan. Hanya itu yang kami punya.
Pikir Sven. Jika makhluk itu menangkis ramuan pembunuh slime itu, mereka semua akan hancur.
Kami harus berhati-hati dalam hal ini.
Sementara itu, Sven bisa melihat kelelahan mulai terlihat di ekspresi sekutunya. Meskipun mereka masih menghindari serangan makhluk itu saat ini, orang-orang bisa saja terluka jika pertarungannya berlarut-larut. Sven telah membuat keputusannya. Dia telah mengetahui pola serangan makhluk itu. Rencananya berisiko namun bisa dilakukan. Krai awalnya meminta Ark Rodin untuk pekerjaan ini. Sven tahu dirinya tidak sehebat Argent Thunderstorm itu; namun demikian, Sven bangga dengan pekerjaan dan julukannya. Secara fisik, Sven belum kelelahan. Selain itu, sekutunya mempertaruhkan nyawa mereka setiap kali makhluk itu menyerang.
"Beri aku ramuannya, Talia." Kata Sven.
"Aku akan melakukannya." Lanjutnya.
"O-Oke!"
Talia berjalan terhuyung-huyung ke arah Sven dan menyerahkan botol berisi cairan berwarna gelap itu kepadanya. Botolnya sangat lemah sehingga satu benturan akan dengan mudah memecahkan botolnya.
"Jika kamu bisa menuangkan larutan ke dalamnya, slime akan hancur dengan sendirinya mulai dari titik kontaknya.... seharusnya." Jelas Talia.
"Semuanya, dengarkan! Bawa makhluk itu ke sini!"
Sven melesat. Dia sudah cukup sering melihat makhluk itu bergerak untuk mengetahui bagaimana dan seberapa cepat makhluk itu bergerak. Saat Sven mendekat dengan cepat, makhluk itu mengalihkan targetnya dari pemburu yang dikejarnya ke Sven. Sekejap mata mereka bertemu. Terukir di wajah tanpa hidung, tanpa mulut, dan meleleh itu adalah sepasang mata yang masih bersinar. Seolah membungkuk, gumpalan besar itu menekan dirinya ke tanah. Sven menyeringai.
Betapapun anehnya makhlu seperti slime itu, makhluk itu tidak mengenali pemburu sebagai musuh namun hanya sebagai mangsa—makhluk itu tidak merasakan bahaya. Sven akan memanfaatkan pola pergerakan makhluk itu yang monoton dan tidak cerdas untuk keuntungannya. Setelah makhluk itu tidak bisa menyusut lagi, makhluk itu melompat ke udara seperti pegas yang terlepas. Namun kali ini makhluk itu muncul jauh lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Sementara para pemburu lainnya menyaksikan dengan napas tertahan, Sven mengejek makhluk yang terbang ke arahnya, dengan cepat menutupi pandangannya ke langit. Sven juga mengharapkan hal yang sama; dia tahu itu tidak semudah melempar dan memukul slime. Makhluk itu telah menangkis panah, mantra, dan bahkan batu yang dia lempar dengan lembut ke arahnya. Hal yang sama tentunya terjadi pada botol kaca yang dilempar ke makhluk itu. Jadi Sven punya solusi sederhana.
"Menurutmu kami tidak bisa menangani ini, Thousand Trick?" Sven, menggeram.
Makhluk seperti slime itu bergerak lebih cepat, namun hanya lebih cepat dari seberapa lambat pergerakannya. Dibandingkan dengan phantom yang biasa dihadapi Obsidian Cross, makhluk itu masih bergerak dengan kecepatan seperti siput. Saat makhluk itu jatuh dari langit di atas, Sven berjongkok dan bergerak seolah dia sedang meluncur di tanah. Anggota tubuh makhluk itu yang meleleh gagal menangkap Sven, dan makhluk itu mendarat di tanah—tepat di atas ramuan pembunuh slime yang ditinggalkan Sven itu saat dia menghindari makhluk itu. Crack.
Memang penghalang makhluk itu sangat kuat, namun juga tidak sempurna; penghalang itu tidak bisa melindungi penggunanya dari segalanya. Bahkan Safety Ring, yang terkenal karena penghalangnya yang kuat, dapat dihancurkan oleh lawan yang terampil. Setelah menghancurkan botol pembunuh slime di bawahnya, makhluk itu itu membeku di tempat sejenak.
"Matilah sialan!" Kata Sven.
Setiap pemburu di sana menyaksikan gumpalan itu dengan napas tertahan saat makhluk itu mengulurkan tangannya ke arah Sven, yang menghindarinya dengan banyak waktu yang ada. Kemudian, makhluk itu mulai bergerak lagi seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Meski masih mencair, gerakannya jelas lebih mulus dibandingkan saat pertama kali muncul. Dengan bibir bergetar, Talia terjatuh ke tanah karena putus asa.
Sven menginjak tanah dan berteriak ke udara malam,
"Sial! Sial! Sial! Aku tahu itu bukan slime!"
Sven hampir mengharapkan hal ini setelah pengalaman bertahun-tahun berurusan dengan Krai. Jelas sekali, makhluk itu terlihat berbeda dari slime, dan kesaksian Gein juga mendukung hal tersebut. Lyle, yang meminta nasihat Krai sebelum mereka berangkat, mengenang dengan ngeri,
"K-Kalau dipikir-pikir lagi.... Krai bilang itu akan menjadi sesuatu seperti slime—"
"Aku sudah muak dengan bajingan itu!" Teriak Sven.
"Apa dia tidak tahu pentingnya memberikan informasi yang akurat?! Kita bukanlah orang-orang Grieving Soulyang mampu menghadapi setiap ancaman dengan kekerasan! Berapa kali dia hampir membunuh kita?!" Lanjut Sven, memprotes itu.
Lebih ringan dari sebelumnya, makhluk itu meluncur ke arah Sven, yang berhasil menyingkir pada detik terakhir. Sven mendengar suara hantaman basah di tanah di belakangnya. Ketegangan itu membuatnya berkeringat dingin.
"Apa yang harus kita lakukan dengan ini?! Persetan dengan Krai sialan itu!"
Lanjut Sven yang masih memprotes.
"K-Krai bilang kita bisa mengatasinya dengan setengah pemburu yang kita miliki sekarang...." Tambah Lyle.
Dengan sigap menghindari slime palsu itu, Sven terus berteriak,
"Aku sudah muak dengan omong kosongnya itu! Aku akan membunuhnya nanti! Dia yang seharusnya mengurusnya sendiri!"
Para Magi buru-buru melanjutkan serangan, menghentikan makhluk itu sejenak dengan ledakan mantra mereka sehingga Sven bisa menjaga jarak dari makhluk itu. Beberapa dari mantra itu cukup tingkat lanjut untuk menguapkan beberapa phantom dalam satu tembakan, namun tetap tidak berpengaruh pada makhluk itu. Faktanya, ketika para pemburu mulai lelah, makhluk itu tampak bergerak semakin cepat. Sven tidak bisa menemukan jalan keluarnya. Tempat anak panahnya juga hampir kosong. Kemudian salah satu pemburu First Step memanggilnya,
"Sven, kami tidak tahan lagi! Kita harus mundur!"
Apa itu keputusan yang benar?
Pikir Sven. Mereka bisa dengan mudah lari dari makhluk, namun itu berarti mereka akan gagal dalam misinya.
Dan jika kami membiarkan makhluk mengerikan ini di sini, bukankah akan mendatangkan malapetaka?
Sven dengan panik mempertimbangkan pilihannya saat makhluk itu semakin cepat. Kemudian, suara yang sangat tenang terdengar di seluruh area.
"Itu adalah penghalang mana."
Kata suara itu seolah-olah sedang memberikan ceramah akademis.
Segera, para pemburu itu menenangkan diri dari kekacauan mereka saat mendengar suara itu. Bertentangan dengan seruan Sven untuk bertarung, suara ini membawa ketenangan pada kelompok itu. Sebagian dari batalion itu terbagi untuk melihat siapa yang berbicara itu saat dia berjalan santai di medan pertempuran. Dia mengenakan jubah kuning-hijau, kantong ramuan besar di pinggangnya, dan ransel besar. Rambut merah mudanya yang cerahnya tertiup angin. Waktu berhenti. Semua pemburu—dan bahkan makhluk itu—membeku di tempat mereka berdiri saat melihat pendatang itu. Begitu mata merah mudanya yang berkilauan menemukan Sven, gadis itu tersenyum padanya.
"Sitri....? Apa yang kau lakukan di sini?!" Tanya Sven.
Gadis itu adalah Sitri Smart, Alkemis Level 2 Grieving Soul. Dengan polosnya, Sitri meletakkan jari di bibirnya sambil merenung, menunjukkan ketenangan yang luar biasa bahkan tanpa mengedipkan mata pada makhluk mengerikan yang berdiri tidak jauh dari sana. Talia, sesama Alkemis, menatap gadis itu dengan tidak percaya. Sitri tidak seharusnya berada di Ibukota saat ini.
"Krai memutuskan sudah waktunya aku mengambil alih operasi darinya. Aku tidak ingin mengganggu, tapi aku tidak bisa hanya berdiam diri dan menonton.... akulah yang paling cocok untuk pekerjaan ini. Aku yakin aku tahu apa yang sedang kita hadapi di sini." Kata Sitri, nada suaranya yang santai membuat Sven merinding.
Orang jenius sering kali berada di bidang yang berbeda dari orang lain di dunia. Namun jarang sekali bahkan di antara populasi pemburu harta karun yang eksentrik untuk bertemu seseorang yang sangat menyimpang seperti Sitri.
Sitri seharusnya jauh dari Ibukota.
Pikir Sven dalam hatinya.
Apa Krai menunggu Sitri kembali?
Anggota First Step lainnya tampak sama bingungnya dengan Sven saat Sitri muncul dengan tiba-tiba.
"Penghalang mana....?!" Tanya Sven.
"Ya. Aku yakin kau tahu apa itu : penghalang yang digunakan oleh Magi dan binatang mitos yang sangat kuat. Seringkali itu dianggap sebagai pertanda kekuatan yang luar biasa." Jawab Sitri.
Sven menyadarinya. Penghalang mana digunakan oleh makhluk dengan mana yang sangat tinggi di dalamnya. Dengan mengeluarkan mana dari seluruh tubuh mereka, pengguna menangkis serangan apapun terhadap mereka—sederhana namun kuat. Di sisi lain, itu adalah pertunjukan kekuatan sihir yang kasar daripada sebuah keterampilan, karena mengeluarkan mana tanpa menyalurkannya ke dalam mantra sangatlah tidak efisien. Bahkan Magi terbaik pun hanya bisa mempertahankan penghalang mana untuk waktu yang sangat singkat. Mendengar itu, Marietta mengeluarkan seruan keheranan. Mengamati makhluk yang terdiam itu, Sitri melanjutkan tanpa basa-basi.
"Kumpulan mana yang berlebihan beredar di sekitar makhluk ini, menciptakan semacam pusaran yang membelokkan panahmu dan mantra apapun yang dilemparkan padanya. Kau tidak akan menemukan phantom dengan mana sebanyak ini bahkan di reruntuhan harta karun Level 8. Sungguh menarik. Tidak heran tidak ada di antara kalian yang menyadari apa itu." Kata Sitri.
Tiba-tiba, makhluk itu menyerang Sitri seolah-olah makhluk itu baru saja sadar. Kali ini, makhluk itu mendekati Sitri, mengabaikan pemburu di dekatnya.
"Phantom dengan mana sebanyak ini tidak mungkin muncul di reruntuhan ini."
Kata Sitri, melanjutkan.
"Dan makhluk itu.... larut? Material mana yang menyusun phantom dikatakan sebagai sumber mana. Itu teori yang aneh, tapi ini bisa dijelaskan jika material mana phantom diubah secara paksa menjadi mana." Terusnya.
Tidak ada pemburu lain di sini yang sampai pada kesimpulan seperti itu; dikatakan bahwa senjata seorang Alkemis adalah pengetahuan mereka. Sven ingat pernah mendengar bagaimana Sitri menangani semua analisis reruntuhan harta karun yang dijelajahi oleh Grieving Soul. Namun bagaimanapun juga, tidak ada gunanya memahami mekanismenya jika mereka tidak bisa mengatasinya. Hambatan mana terkenal sulit diatasi karena kesederhanaannya. Sitri mengambil beberapa langkah untuk menghindari makhluk itu di detik-detik terakhir. Meski diserang oleh makhluk yang jauh lebih besar darinya, Sitri tetap mempertahankan ekspresi tenang dan analisisnya. Mengamati kerangka makhluk itu yang meleleh, Sitri berjalan melingkari makhluk itu sambil mengikutinya dengan matanya.
"Sebagian besar organnya telah larut. Yang tersisa hanyalah instingnya.... apa phantom ini mencoba memulihkan strukturnya yang terlarut dengan mengambil material mana? Apa phantom ini mengejarku karena aku memiliki material mana paling banyak dari semua orang di sini? Sungguh malang.... bahkan jika phantom ini menyerapku, phantom ini tidak akan sembuh. Ini adalah eksperimen yang gagal."
"Menjauh dari sana, Sitri! Kau tidak aman di sana!" Panggil Sven. Alkemis secara fisik adalah kelas yang paling lemah di antara mereka semua.
"Kita membutuhkan serangan, baik fisik maupun sihir, yang cukup kuat untuk menembus penghalang mana itu, atau hanya menunggu sampai sebagian besar strukturnya diubah menjadi mana sehingga tidak dapat mempertahankan bentuknya...."
Kemudian Sitri menoleh. "Terima kasih atas perhatianmu, Sven. Oh, aku tahu! Mengapa kita tidak menggunakan ini?"
Dengan itu, Sitri mengeluarkan batang logam abu-abu yang panjangnya sekitar satu kaki. Makhluk itu memutar jalurnya untuk menyerang Sitri lagi. Dan tanpa mengedipkan mata, Sitri melemparkan batangan itu ke arah makhluk itu.
"Itu logam adalah anti-mana."
Sitri menjelaskan saat batangnya berputar dan kemudian tenggelam ke dalam slime palsu dengan sangat mudah. Makhluk itu berhenti seolah terkejut saat Sitri menyingkir untuk membiarkan yang lain menyerang.
"Sekarang serang itu, Sven."
Sitri telah menghitung di mana harus menandai makhluk itu. Sven bisa melihat benda itu dengan jelas dengan batang logam anti-mana yang mencuat dari kepala makhluk itu. Dengan rasa lelah yang sudah hilang dari tubuhnya, Sven menembakkan anak panah dalam satu tarikan nafas.