Prologue
Berbaring di tempat tidur kanopinya, ratu yang berkuasa di Kerajaan Elf, Ratu Lif VII, mengerang dengan marah meminta pertolongan.
"Kepalaku sakit lagi."
Erang Ratu Lif kepada seorang pembantu di dekatnya.
"Panggilkan seorang tabib."
Meskipun ratu tidak dapat melihat melewati renda yang menutupi tempat tidur kanopinya, dia merasakan pembantu itu bergegas keluar dari kamar untuk memenuhi permintaannya. Saat Lif menunggu di tempat tidur sampai tabib itu tiba, dia menempelkan tangannya ke kepalanya.
Sejak Penyihir Jahat Menara itu menghancurkan otakku, aku jadi mengalami migrain yang mengerikan.
Pikir Ratu Lif dalam hatinya.
Penyihir itu pasti telah mengutukku dengan rasa sakit ini untuk mengingatkanku siapa yang sebenarnya berkuasa.
Setelah menaklukkan Kerajaan Elf dengan pasukan naganya, Penyihir Jahat Menara telah menangkap Ratu Lif dan menggunakan sihir untuk membaca pikirannya. Penyihir itu berkata bahwa dia ingin memastikan bahwa Ratu Lif mengatakan yang sebenarnya, namun elf itu percaya dalam lubuk hatinya bahwa penyihir itu benar-benar telah melakukan sesuatu pada otaknya untuk menegaskan kekuasaan dari penyihir itu.
Sebenarnya, Ellie yang menyamar sebagai Penyihir Jahat Menara tidak benar-benar mengutuk Ratu Lif—rasa migrain itu adalah efek pasca-trauma dari pemeriksaan ingatan Ellie yang sangat menyakitkan. Namun, karena Lif tidak menyadari bahwa peristiwa traumatis adalah penyebab migrainnya, sang ratu ditakdirkan untuk percaya bahwa dia dikutuk hingga suatu saat Penyihir Jahat Menara mengatakan sebaliknya.
Meringkuk di tempat tidur, Lif terus meringis kesakitan.
Ini semua karena Hardy kecilku yang menyedihkan—
Lif menahan diri dan mengubah hatinya menjadi batu—
Semua yang terjadi adalah kesalahan anak bodoh itu! Dia seharusnya tidak pernah mengganggu penyihir itu sejak awal!
Menara misterius Penyihir Jahat Menara tiba-tiba muncul di hutan sebelah barat ibukota kerajaan suatu malam, mendorong Hardy—putra Ratu Lif dan merupakan komandan ordo White Knight elit—untuk memulai misi pencarian dan penghancuran ke menara tersebut setelah menerima banyak laporan bahwa Red Dragon tinggal di dalam bangunan yang sulit dijangkau itu. Hardy merasa terpaksa untuk mengambil misi ini yang ternyata berakibat fatal baginya karena tekanan politik yang diberikan kepadanya oleh kanselir, yang merupakan bagian dari faksi yang berusaha untuk mengakhiri kekuasaan matriarki di Kerajaan Elf.
Mengapa anak bodoh itu menyerang menara hanya karena ada seekor naga konyol yang tinggal di dalamnya?
Pikir Lif dengan menyesal.
Dia seharusnya menunggu waktu yang tepat dan memastikan dia tahu apa yang akan dia lakukan! Aku selalu membiarkan anak menyedihkan itu melakukan apa yang diinginkannya hanya karena dia sedikit lebih tangguh daripada kebanyakan orang. Aku tidak percaya aku membesarkan anak bodoh yang secara membabi buta mengandalkan kekuatan untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada!
Bagian yang tidak diucapkan Lif dari omelannya yang tidak terucapkan adalah bahwa dia telah menyetujui misi ke menara misterius yang berakhir dengan sangat buruk, namun karena ketakutan traumatisnya terhadap Penyihir Jahat Menara, Lif secara kompulsif merasionalisasi perannya dalam mewujudkan keadaan saat ini dengan menumpuk semua kesalahan pada Hardy. Lif mampu menjaga keseimbangan mental dengan berpura-pura melepaskan diri dari tanggung jawab apapun. Lif masih mengutuk dan menjadikan Hardy sebagai kambing hitam versi yang telah dirinya buat di kepalanya, ketika sebuah suara riang dan flamboyan menariknya keluar dari pikirannya.
"Jika sakit kepalamu yang parah telah menyebabkanmu terbaring di tempat tidur, mungkin obat pereda nyeriku yang sangat kuat akan memberikan kelegaan yang sangat kau cari."
"Obat pereda nyeri?"
Lif mendengus dengan tidak percaya.
"Aku tidak membutuhkannya. Panggil saja tabib sekarang juga—"
Butuh beberapa detik bagi Lif untuk menyadari siapa yang sedang dirinya ajak bicara. Wajahnya memucat—dan bukan karena migrain yang dideritanya—dia perlahan menyingkirkan tirai renda dari tempat tidur kanopinya dan memastikan ketakutannya. Di hadapannya berdiri Penyihir Jahat Menara, mengenakan tudung yang membuat wajahnya hampir tidak terlihat sama sekali (sebagaimana seharusnya, karena tudung itu adalah SSR Faceveil Hood). Di kedua sisinya ada seorang pemuda dan seorang anak laki-laki yang belum pernah dilihat Lif sebelumnya. Ratu elf itu melompat dari tempat tidur seperti boneka jack-in-a-box, dan berlutut di lantai di hadapan penyihir itu dengan kepala tertunduk.
{ TLN : boneka jack-in-a-box itu mainan anak-anak yang terdiri dari sebuah kotak dengan model seseorang di dalamnya yang melompat keluar dan memberi kejutan. }
"Mo-Mohon maafkan kekurangajaranku, Penyihir Agung!"
Lif berteriak dengan ketakutan.
"Aku tidak tahu kamu akan datang mengunjungiku lagi!"
"Kami lupa memberitahu kedatangan kami, jadi tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri."
Kata penyihir itu sebagai balasan.
"Kau boleh mengangkat kepalamu."
"Terima kasih, Penyihir Agung."
Lif mencicit, sangat lega karena penyihir itu sama sekali tidak tampak marah.
"Omong-omong, maksudku adalah apa yang kukatakan tentang minum obat yang sangat kuat untuk meredakan sakit kepalamu."
Kata Penyihir Jahat Menara.
"Apa kau mau mencobanya?"
"Tidak! A-Aku baik-baik saja sekarang!"
Kata Lif dengan cepat, terlihat berkeringat.
"Aku merasa senang sekali saat melihat wajahmu yang anggun dan itu langsung menyembuhkan rasa sakit di kepalaku, Penyihir Agung!"
Lif sangat takut meminum obat atau ramuan yang dibuat oleh seorang penyihir yang merupakan penyebab sakit kepalanya sejak awal, namun kenyataannya adalah bahwa keterkejutan dari Penyihir Jahat Menara dan rombongannya yang muncul di kamar tidurnya telah membuatnya melupakan semua tentang sakit kepalanya. Ekspresi Lif dengan meyakinkan menyampaikan bahwa dirinya tidak lagi kesakitan, jadi penyihir itu melanjutkan alasan kehadirannya.
"Aku mengunjungimu hari ini untuk memperkenalkanmu kepada pengikutku yang baru, dan untuk meminta bantuanmu lagi."
Kata Penyihir Jahat Menara itu.
"Orka, Khaos, jika kalian berkenan."
"Salam hangatku untukmu, Yang Mulia." Kata pemuda itu.
"Namaku Orka, dan merupakan suatu kehormatan bertemu denganmu. Aku menyediakan keamanan bagi Penyihir Agung, tapi aku juga berwenang untuk bertindak sebagai pengganti Penyihir Agung setiap kali aku berbicara kepadamu saat dia tidak ada, jadi aku mengharapkan kerja samamu pada saat-saat seperti itu."
Pipi Lif tanpa disadari menjadi sedikit lebih memerah saat mendengar ucapan pembuka Orka yang menawan.
"Araa. Betapa sopannya kamu itu."
Kata Lif dengan suara melengking yang tidak seperti biasanya.
Tidak mengherankan mengapa Lif begitu gugup. Wajah Orka yang lembut membuatnya lebih tampan daripada laki-laki elf mana pun di kerajaannya, dan dia memiliki suara yang sesuai dengan penampilannya itu. Tingginya sekitar 175 sentimeter, mengenakan jubah di atas pakaian hitam-putihnya dengan sepatu bot hitam yang serasi, dan memiliki biola yang disampirkan di pinggulnya. Namun, ciri Orka yang paling menonjol dan gagah adalah fakta bahwa rambutnya hitam di satu sisi, putih di sisi lainnya, dan diikat menjadi kepang panjang dan tebal yang membentang sampai ke punggungnya. Meskipun Orka adalah manusia, Lif benar-benar terpesona oleh ketampanan Orka itu, sampai-sampai dia lupa akan rasa takutnya yang amat sangat terhadap Penyihir Jahat Menara.
Kemudian, giliran anak laki-laki itu yang menyapanya.
"Aku Khaos." Katanya dengan kasar.
"Oh, umm, halo, Khaos-sama." Jawab Lif.
"Aku Ratu Lif VII dari Kerajaan Elf. Merupakan suatu kehormatan bertemu denganmu."
Suara Lif masih memiliki nada yang tidak wajar, namun tidak seperti keterkejutannya atas ketampanan Orka, dalam kasus Khaos, Lif terkejut dengan sikap Khaos yang terlalu bermusuhan terhadapnya meskipun Khaos sependek anak pra-remaja. Khaos mengenakan tudung kepala, jadi Lif tidak dapat melihat dengan pasti seperti apa penampilannya, namun dari apa yang dapat Lif lihat, Khaos memiliki rambut putih keperakan dan wajah tampan yang bahkan menyaingi Orka. Namun, Khaos tampak begitu tidak mudah didekati sehingga sikap anti-sosialnya tampaknya meluas bahkan ke Penyihir Jahat Menara.
Apa dia bisa bersikap tidak ramah kepada seseorang yang menjadi atasannya?
Lif bertanya-tanya. Orka tersenyum lembut pada ratu elf itu sambil berusaha menenangkan keadaan.
"Tolong maafkan adik laki-lakiku, Yang Mulia." Kata Orka.
"Dia sangat pemalu, jadi dia bersikap tidak ramah untuk menutupi ketidaknyamanannya. Dia masih muda dan belum berpengalaman, jadi sebaiknya kamu mengabaikan perilakunya dengan hati yang terbuka."
"Oh, itu sama sekali tidak menggangguku, terima kasih."
Kata Lif, sangat menyadari bahwa Khaos kesal dengan apa yang baru saja dikatakan Orka itu.
"Kalau begitu, sekarang setelah kau bertemu dengan kedua deputiku, aku akan beralih ke tujuan utama kunjungan hari ini—yaitu, bantuan yang aku harapkan darimu."
Kata Penyihir Jahat kepadanya.
Lif menelan rasa gugupnya.
"Dan bolehkah aku bertanya bantuan apa ini?"
Penguasa boneka dari Kerajaan Elf itu siap melakukan apapun untuk penyihir itu, bahkan jika itu adalah sesuatu yang ekstrem seperti menyerahkan seribu elf untuk dijadikan subjek uji coba hidup untuk beberapa eksperimen atau yang lainnya. Lif cukup bersedia mengorbankan banyak rasnya sendiri jika itu berarti menghindari penyihir itu bermain-main di dalam kepalanya lagi. Ratu Lif yang gemetar menunggu Penyihir Jahat Menara untuk menyuarakan permintaannya.