Chapter 7 : Moving the Pieces Into Place

 

Pertemuan puncak masih tiga hari lagi untuk dimulai, namun sudah waktunya untuk membereskan semuanya.

 

Aku yakin kami akan menjungkirbalikkan dunia dengan menggulingkan Raja Kerajaan Manusia dan mengangkat Putri Lilith sebagai penggantinya.

Renungku sambil mengaktifkan kartu SR Telepathy.

 

Untuk memastikan kudeta ini berjalan lancar, aku perlu menghubungi sekutu dan negara bawahanku untuk terakhir kalinya agar semua persiapanku berjalan lancar. Dan orang pertama yang kuhubungi adalah Dagan, Raja Kerajaan Dwarf. Setelah membuat janji temu melalui Telepathy, Nemumu dan aku menyelinap ke dalam kegelapan malam, dan memanfaatkan skill rahasia Nemumu, kami berhasil sampai ke kamar pribadi Dagan di kediaman Kerajaan Dwarf tanpa diketahui. Begitu kami keluar dari bayang-bayang, Dagan berjalan terhuyung-huyung dan menyambut kami dengan senyum lebar dan mulut terbuka.

 

"Astaganaga!" Seru Dagan.

 

"Light-dono! Nemumu-dono, bukankah kalian terlihat mengagumkan? Bagaimana kesehatan kalian berdua? Ah, siapa yang aku bohongi? Kita semua tahu kalian berdua terlalu kuat untuk terkena flu!"

Dagan tertawa terbahak-bahak mendengar leluconnya sendiri.

 

"Aku senang melihatmu juga tidak kehilangan semangatmu." Kataku.

 

"Tentu, aku mungkin bugar seperti kutu, tapi secara mental, pikiranku gatal sekali untuk melakukan penelitian tentang reruntuhan kuno itu sejak kita kembali dari misi itu."

Kata Dagan, mengakui itu.

 

"Aku ingin meninju diriku yang dulu karena melempar 'kertas' pada perundingan terakhir itu! Kalau saja aku memilih 'batu', aku akan tenggelam dalam penelitian artefak itu sekarang!"

 

Dagan botak dengan janggut merah panjang, dan seperti kebanyakan dwarf, dia bertubuh pendek dan berisi namun kekar pada saat yang sama. Bagi kalian yang bertanya-tanya apa yang Dagan bicarakan dengan semua pembicaraan tentang "kertas" dan "batu" itu, Kerajaan Dwarf bukanlah monarki biasa dengan garis keturunan pewaris takhta, namun sebuah negara di mana siapa yang akan menjadi raja diputuskan dengan mengadakan apa yang disebut "Perundingan" antara para perajin terkemuka, yang pasti akan memaksakan gelar itu kepada seseorang yang sangat sering tidak menginginkannya. Dagan telah dipilih sebagai raja setelah kalah dalam permainan batu-gunting-kertas dengan kandidat mahkota lainnya yang tersisa.

 

Dagan adalah bagian dari garis keturunan panjang perajin yang telah meneliti dan mengembangkan benda-benda sihir sejak berdirinya Kerajaan Dwarf, namun semua itu ditunda ketika dia dipaksa untuk melayani sebagai raja sampai pertemuan puncak rutin berikutnya yang akan diadakan dalam beberapa tahun mendatang. Karena pertemuan puncak saat ini adalah pertemuan darurat, pengunduran diri Dagan dari takhta tidak dimasukkan dalam agenda. Kekesalannya terhadap situasi ini disebabkan karena dia lebih suka turun takhta dan langsung meneliti barang jarahan yang dibawa dari reruntuhan bawah tanah kuno yang telah dirahasiakan para dwarf selama berabad-abad namun tidak pernah dapat diakses hingga baru-baru ini.

 

"Ah, lupakan bagian terakhir itu." Kata Dagan.

 

"Semua deputiku mulai mengabaikanku setiap kali aku murung dan mengeluh tentang hal itu, jadi kurasa aku pasti mengira kalian tidak keberatan mendengar omelanku. Lagipula, aku bisa menebak mengapa kalian memutuskan untuk mengunjungiku, dan aku dapat menjamin bahwa kalian tidak perlu khawatir tentang masalah Kerajaan Manusia dalam tiga hari. Aku tidak akan pernah melupakan cara kalian membantuku menjelajahi reruntuhan itu, dan aku tidak akan mengkhianati orang-orang yang kuanggap sekutuku."

 

Aku dapat percaya bahwa Dagan berbicara dari hatinya, terutama karena dia telah melihatku, Mei, Nazuna, Mera, Jack, dan Suzu beraksi ketika kami menjelajahi reruntuhan itu. Dagan pasti tidak ingin menjadikan kami musuh jika dia dapat menghindarinya. Namun, aku tidak datang untuk mendengarnya memperbarui sumpahnya atas janji yang telah dibuatnya.

 

"Sebenarnya, aku di sini untuk meminta bantuanmu lagi." Jelasku.

 

"Bantuan lagi, katamu?"

Kata Dagan, bertanya-tanya apa itu.

 

"Yah, aku siap dan bersedia untuk membantumu dengan cara apapun yang aku bisa, karena aku berutang banyak padamu. Jadi, silakan saja."

 

"Oke, ini yang aku butuhkan..."

Aku melanjutkan untuk memberitahu Dagan apa yang kuinginkan darinya tepat setelah Lilith terpilih sebagai ratu baru Kerajaan Manusia. Setelah mendengar permintaanku, Dagan mengelus jenggotnya, dengan ekspresi cemberut.

 

"Oke, aku mengerti intinya, dan aku tentu saja ingin membantumu dalam hal itu, tapi...."

Dagan berbicara dengan suara rendah dan serak.

 

"Itu permintaan yang sangat besar, mengingat posisi kerajaanku dalam urutan kekuasaan."

 

"Aku akui bahwa pihakku tidak dapat mendukungmu secara terbuka, tapi kami dapat mengatur pendaratan yang mulus untukmu di balik layer." Kataku.

 

"Kami akan memberikan bantuan keuangan dan bantuan lainnya kepadamu, dan kami berjanji bahwa kau bukanlah satu-satunya pihak yang menanggung risiko."

 

"Kalau begitu, aku harus mempercayainya." Kata Dagan.

 

"Kau dapat melibatkanku dalam hal itu, Light-dono. Meskipun aku khawatir aku mungkin perlu waktu untuk meyakinkan orang-orang terdekatku untuk mendukungku dalam hal ini. Semoga itu tidak menjadi masalah?"

 

"Tidak, tentu saja tidak." Kataku.

 

"Bahkan, aku juga membawakanmu hadiah terima kasih."

Aku membuka Item Box-ku dan mengeluarkan kalung sihir kelas phantasma. Kalung itu sama sekali tidak berguna untuk keperluan pertempuran, namun aku rasa kalung itu masih sangat berharga sebagai spesimen penelitian dan sebagai harta berharga yang potensial. Dan seperti yang aku duga, mata Dagan berbinar bersama kalung yang berkilau itu.

 

"Perlu aku tegaskan bahwa ini hanya tanda terima kasih kecil."

Kataku sambil menyerahkan kalung itu kepadanya.

 

"Ini sama sekali tidak dimaksudkan sebagai suap."

 

"Aku mendengarnya dengan jelas, Light-dono." Jawab Dagan.

 

"Tapi, teman baik tahu bagaimana cara tetap berteman, dan hadiah ini menunjukkan betapa kau menghargai hubungan kita. Sikap seperti ini sangat dihargai, terutama dari seorang pemuda sepertimu."

Dagan dengan hati-hati menyimpan tanda terima kasihku itu—yang aku akui sedikit manis—lalu berbalik ke arahku untuk mengakhiri percakapan kami.

 

"Jangan khawatir tentang apapun! Aku akan memastikan kau mendapatkan apa yang kau inginkan atau namaku bukan Raja Dagan! Aku akan membuat semua deputiku patuh!"

 

"Terima kasih banyak, Yang Mulia." Kataku.

 

"Aku akan mengandalkanmu."

Dagan dan aku saling tersenyum dan berjabat tangan dengan erat, lalu Nemumu membantuku menyelinap keluar dari kamar Raja Dwarf itu dan menuju tujuan kami berikutnya. Dan tujuan itu mungkin akan menjadi tujuan terakhir kami malam ini jika aku memainkan kartuku dengan benar.

 

Kupikir lebih baik Ellie berurusan dengan para elf, dark elf, dan beastfolk dalam masalah ini. Tidak sepertiku, Ellie mengenal para pemimpin itu dan lebih 'bertatap muka' sebagai Penyihir Jahat Menara.

Pikirku dalam hati.

 

Saat kami menyelinap di malam hari, Nemumu mulai merajuk dan mengeluh.

"Kurasa kamu tidak perlu bersusah payah seperti ini hanya untuk Putri Lilith itu, Dark-sama. Seharusnya tidak masalah apa yang terjadi setelahnya."

 

"Putri Lilith mempertaruhkan segalanya dengan rencana ini, ingat. Aku tidak akan mengabaikannya saat dia masih rentan." Kataku.

 

"Lagipula, ini bukan hanya demi Putri Lilith. Hal ini juga agar aku bisa tidur nyenyak di malam hari. Lagipula, menurutku melakukan ini sama sekali bukan masalah besar."

 

Nemumu tidak mengatakan sepatah kata pun setelah itu. Namun memang benar bahwa aku melakukan semua ini lebih untuk ketenangan pikiranku sendiri daripada sebagai bantuan untuk Lilith, jadi aku tidak akan berbalik dan meminta Lilith untuk berterima kasih padaku nanti. Pada saat yang sama, aku menghargai Nemumu yang memperhatikan kepentingan terbaikku, bahkan jika dia mengambil kesimpulan terburu-buru.

 

"Terima kasih sudah marah atas namaku." Kataku.

 

"Eh, um, kamu tidak perlu berterima kasih padaku!"

Kata Nemumu dengan cepat.

 

"Aku minta maaf karena tidak menyadari apa yang sebenarnya ada di pikiranmu."

Nemumu mungkin terdengar rendah hati, namun sebenarnya, dia tersipu malu begitu dalam, aku bisa tahu meskipun hari sudah gelap. Aku tersenyum dalam diam saat kami menyelinap melewati beberapa penjaga lagi dan menyelinap masuk ke tujuan kami berikutnya : kediaman Kepulauan Onifolk. Kami diam-diam menyusup ke kamar Yotsuha, dan yang menunggu kami di sana adalah Putri Suci para Onifolk, berseri-seri seterang buket bunga.

 

"Aku sangat senang kamu datang ke sini, takdirku." Kata Yotsuha.

 

"Maaf kita harus bertemu selarut ini." Jawabku.

 

"Tapi ada sesuatu yang sangat penting untuk dibahas, jadi aku menghargai waktu luang yang telah kamu berikan ini, Putri Suci Yotsuha."

 

Saat ini Yotsuha adalah penguasa tertinggi yang tak terbantahkan di Kepulauan Onifolk, meskipun dia masih remaja. Sebelumnya, Yotsuha hanya kepala negara seremonial, dengan klan yang disebut Keluarga Kamijo yang secara sah mengendalikan pemerintahan dan militer. Klan lain, Keluarga Shimobashira, telah menjadi pengikut langsung Yotsuha, membantu mempertahankan gaya hidupnya dan membantunya dalam upacara keagamaan. Namun, kedua keluarga itu telah bersekongkol bersama untuk membangkitkan dewa ogre penghancur dunia dan menggunakan ogre itu sebagai senjata hidup, dan dengan melakukan itu, mereka telah mengorbankan banyak generasi Putri Suci untuk monster itu.

 

Pengorbanan ini melibatkan ibu Yotsuha sendiri, dan kedua keluarga itu telah berencana menjadikan Yotsuha dan adik perempuannya sebagai pengorbanan terakhir yang pada akhirnya akan membawa ogre itu sepenuhnya di bawah kendali mereka. Namun, ketika Yotsuha mengetahui rencana ini, dia bersumpah untuk membalas dendam kepada mereka dan beralih kesetiaan ke pihak kami sehingga dia dapat menggulingkan Keluarga Kamijo dan Shimobashira. Aku sendiri yang memutuskan untuk membunuh ogre itu, sekaligus membalas dendamku sendiri kepada Oboro, salah satu dari delapan musuh bebuyutanku dari party Concord of the Tribes.

 

Setelah debu mereda setelah kudeta, Yotsuha menjadi penguasa negaranya baik dalam nama maupun praktik. Selain itu, untuk beberapa alasan, Yotsuha terus menyebutku sebagai "Takdirnya" setelah aku setuju untuk membantunya membalas dendam atas kematian ibunya. Jika aku harus menebak alasannya, aku akan mengatakan bahwa dia hanya bersikap sangat hormat kepadaku. Namun, aku tidak bisa tidak memperhatikan bahwa Nemumu tampak kesal, seperti anjing peliharaan yang tuannya sedang sibuk bermain dengan kucing. Mungkin Nemumu tidak suka bagaimana Yotsuha—yang bukan anggota Abyss—bersikap santai dan akrab denganku. Aku memutuskan untuk mengabaikan sikap Nemumu itu dan melanjutkan percakapanku dengan Yotsuha.

 

"Jadi sebenarnya, aku perlu meminta bantuanmu yang cukup besar." Kataku.

 

"Aku tahu kita bisa membicarakan ini lewat Telepathy, tapi aku ingin berusaha membicarakan masalah ini denganmu secara langsung dengan itikad baik."

 

Aku mengambil langkah ini karena aku berbicara kepada Yotsuha sebagai pemimpin bangsanya, bukan hanya sebagai seseorang yang kukenal secara pribadi. Mengenai Yotsuha sendiri, dia tampak sangat gembira bahwa aku membutuhkan bantuannya untuk sesuatu.

 

"Kamu adalah takdirku yang menyelamatkanku dan bangsaku, jadi aku selamanya berutang budi padamu." Kata Yotsuha.

 

"Aku akan dengan senang hati melakukan apapun yang kamu minta dariku. Bahkan jika kamu melamarku, negaraku akan menyambutmu dengan upacara resmi."

 

Kalimat terakhir itu sangat menyinggung Nemumu, aku bisa merasakan aura membunuh menyerangku dari belakang. Jelas Yotsuha menggodaku untuk mencairkan suasana, namun tampaknya Nemumu tidak menganggapnya lucu. Aku memasang senyum yang menenangkan dan buru-buru mengangkat tanganku untuk memberi isyarat kepada Nemumu agar mundur.

 

"Aku tidak akan bercanda seperti itu atau orang-orang mungkin salah paham padaku."

Kataku kepada Sang Putri Suci.

 

"Omong-omong, aku datang ke sini untuk bertanya apa kamu bisa...."

 

Setelah menguraikan permintaan besarku, Yotsuha menerimanya tanpa berpikir dua kali, karena dia masih merasa berutang banyak padaku karena membantunya membalas dendam pada musuh-musuhnya. Dan setelah itu selesai, yang harus kulakukan hanyalah menunggu bagian-bagian lainnya jatuh pada tempatnya sebelum acara utama di pertemuan puncak dimulai.