Chapter 5 : Distress
"Clairvoyance SSR benar-benar sangat berguna di saat-saat seperti ini." Kataku.
"Aku agak berharap kartu itu juga bisa membuatku mendengar apa yang dia katakan...."
Saat ini, aku dan party-ku berada di ruang pribadi yang dipinjamkan untuk kami di kediaman Kerajaan Manusia di Duchy. Kami baru saja kembali dari pertemuan besar kami dengan Diablo di ruang konferensi pusat, dan aku sedang bersantai di sofa dan menggunakan kartu Clairvoyance untuk menyaksikan musuh bebuyutanku mencabuti rambutnya sendiri di ruang pribadinya sendiri. Jari-jarinya gemetar dan dia tampak sangat hancur secara mental, bahkan bagian hitam matanya tampak merah. Aku tidak bisa berhenti tersenyum melihat Diablo dalam keadaan seperti itu.
Pada satu titik, Diablo bangkit dan memanggil salah satu pelayannya. Aku tidak bisa mendengar apa yang dia katakan, namun dari gerakan bibirnya, aku bisa tahu bahwa dia mungkin memerintahkan pelayan itu untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang "anak laki-laki bertopeng gelap". Begitu pelayan itu pergi lagi, Diablo kembali duduk di tepi tempat tidurnya, di mana dia dengan panik mulai mengetuk-ngetukkan kakinya untuk mengalihkan perhatiannya dari kesulitannya yang mengerikan. Sangat menyenangkan melihat Diablo menggeliat seperti itu, namun aku tahu aku tidak bisa menghabiskan sepanjang hari untuk melihatnya, jadi aku memutuskan bahwa itu adalah saat yang tepat untuk meninggalkannya dan membatalkan kartu itu. Di sampingku di sofa, Nemumu sedang memperhatikanku dengan ekspresi bahagia di wajahnya saat dia meletakkan cangkir teh di atas meja kopi di depan kami.
"Apa yang membuatmu tersenyum?"
Tanyaku padanya.
"Melihatmu begitu bahagia membuatku bahagia juga."
Jawab Nemumu.
"Melihat tuanku bersenang-senang dengan sepenuh hati akan menyenangkan mata siapapun, tapi itu bukan alasan untuk terus menatapnya seperti tuanku itu semacam tontonan pesta, Nemumu."
Kata Gold, yang duduk di sofa di seberangnya sendirian.
Komentar Gold itu awalnya membuat Nemumu kesal, namun kemudian membuat Nemumu meragukan perilakunya sendiri, dan menjadi pucat, dia buru-buru meminta maaf kepadaku.
"M-Maafkan aku, Light-sama, karena membuatmu merasa tidak nyaman!"
Kata Nemumu sambil menundukkan kepala.
"Tidak apa-apa. Itu tidak masalah, kok."
Kataku sambil tersenyum. Dan itu bukan aku yang berusaha bersikap baik. Aku sama sekali tidak keberatan. Aku sudah terbiasa dengan para pelayan peri yang menatapku saat aku sedang memikirkan sesuatu.
Nemumu menghela napas lega, dan Gold segera mengganti topik pembicaraan.
"Jadi, tuanku, apa yang kau usulkan untuk kita lakukan dengan bajingan pengecut itu? Kita bisa menangkapnya sekarang dan membawanya pergi dalam perjalanan satu arah ke tempat tergelap di Abyss jika kau mau."
"Light-sama! Aku akan merasa terhormat jika kamu memberiku tugas itu!"
Nemumu angkat bicara, memanfaatkan kesempatan untuk menebus kesalahannya, namun aku menggelengkan kepalaku.
"Aku belum berencana untuk menyentuh Diablo." Kataku.
"Sebenarnya, ide untuk menangkapnya dan membawanya pergi ke Abyss terdengar sangat membosankan jika kalian bertanya padaku."
Aku menyeringai di balik topengku.
"Dan ingat, Diablo datang ke pertemuan ini dengan sekelompok pemuda yang semuanya sedang bersaing untuk posisi penguasa di Negara Demonkin suatu hari nanti, dan aku jamin mereka tidak begitu menyukai satu sama lain."
Jika mereka bersikap ramah satu sama lain, setidaknya salah satu dari mereka akan berbicara dengan marah atas nama Freede setelah Nemumu dengan tegas menolak undangannya untuk ajakan minum "Brendi" itu. Sebaliknya, mereka semua hanya mencibirnya.
"Diablo adalah perwakilan di pertemuan darurat yang awalnya diusulkan oleh negaranya sendiri." Kataku.
"Jika dia tersandung keras di acara besar seperti ini, itu akan menjadi bahan tertawaan bagi yang disebut 'teman'-nya itu. Diablo akan selamanya menjadi bahan lelucon mereka, dan harga dirinya tidak akan pernah bisa bertahan dari kekalahan telak itu."
Tentu saja, rencanaku bukan hanya membuat Diablo tersandung besar di pertemuan itu dan membuat semua orang menertawakannya.
"Kita akan memastikan bahwa Diablo akan berakhir sebagai orang yang hancur yang tidak memiliki masa depan, status, atau kehormatan untuk dibicarakan." Jelasku.
"Dia tidak akan membuat siapapun iri, dan nama keluarganya akan tercoreng. Kita akan merampas semua yang berharga baginya, sehingga dia dapat menahan sedikit rasa putus asa yang kurasakan saat dia dan para konspiratornya mencoba membunuhku."
Pada saat itu, aku pada dasarnya mengomel, naun aku tidak peduli dengan itu. Aku ingin menendang Diablo dari masyarakat kelas atas dan mendorong wajahnya ke tanah sebelum menangkapnya.
"Tapi, tuanku, bagaimana kau berencana untuk mempermalukannya?"
Tanya Gold kepadaku.
"Aku tahu bahwa Diablo akan duduk di meja bundar selama pertemuan puncak."
Kataku sebagai balasan.
"Aku sudah berencana untuk membuat Ellie mengacaukan pertemuan itu dengan menyamar sebagai Penyihir Jahat Menara, jadi kita selalu bisa membuat Ellie merendahkan Diablo saat Ellie datang. Mungkin kita bahkan bisa menyiratkan bahwa Diablo telah bersekongkol dengan Penyihir Jahat Menara selama ini."
Aku tertawa sendiri setelah menjelaskan itu.
"Aku ingin tahu seberapa hancurnya Diablo nanti setelah kita memberinya kejutan itu. Bagaimanapun caranya, kita harus memastikan harga dirinya benar-benar hancur!"
Demonkin terkutuk itu perlu merasakan setidaknya sepersepuluh dari rasa sakit yang kuderita saat aku dikhianati, dan itu tidak akan pernah terjadi jika aku menangkapnya saat ini. Sebuah gambaran Diablo yang menangis tersedu-sedu di pertemuan puncak sekali lagi muncul di benakku, dan aku membiarkan senyum jahat merayapi wajahku.
✰✰✰
Beberapa hari kemudian, Diablo duduk di meja dan memeriksa semua informasi rahasia yang tersedia tentang party Black Fools yang berhasil dikumpulkan agennya untuknya. Dokumen-dokumen itu berisi fakta-fakta dasar : party itu terdiri dari seorang anak laki-laki muda bertopeng, seorang ksatria dengan armor emas, dan seorang perempuan yang begitu cantik sehingga orang-orang menyebutnya sebagai "Putri Peri" yang langsung keluar dari kisah fantasi, dan baik ksatria maupun putri peri itu tunduk kepada anak laki-laki itu. Party itu kemudian dikenal sebagai "Black Fools" karena topeng dan tudung hitam yang dikenakan anak laki-laki itu, serta rambutnya yang hitam. Informasi ini cukup mudah diperoleh karena party Black Fools adalah party A-Rank yang terkenal, dan mereka selalu bekerja secara terbuka. Namun, Diablo memegangi kepalanya dengan putus asa saat dia terus membaca berkas tersebut.
Party Black Fools tampaknya bersahabat dengan Penyihir Jahat Menara, dan mereka tidak hanya sering mengunjungi kota di kaki Great Tower pada sejumlah kesempatan, mereka juga membantu menyelamatkan tentara budak manusia dalam pertempuran yang dilancarkan di menara oleh pasukan beastfolk. Bahkan ada laporan bahwa penyihir menara itu sangat menyukai anak laki-laki bertopeng itu, penyihir itu terlihat berbicara langsung kepadanya.
"Jadi, jika aku mencoba menyerang Light dan party Black Fools-nya, Penyihir Jahat Menara itu mungkin akan membalas...."
Diablo berbicara pada dirinya sendiri.
Penyihir ini adalah penyihir yang sama yang telah menggulingkan Kerajaan Elf dan membantai pasukan Federasi Beastfolk dalam pertempuran. Pikiran untuk menghadapi kemarahan Penyihir Jahat Menara itu begitu mengerikan bagi Diablo, dia harus segera menutup mulutnya untuk meredakan rasa mualnya yang tiba-tiba. Diablo hampir berhasil menahan isi perutnya di tempat yang seharusnya, namun semua itu tetap membuatnya merasa mual.
Jika Diablo meninggalkan Light sendirian, satu-satunya hal yang menantinya adalah kematian yang memalukan di tangan saudaranya. Jika Diablo menyerang, dia berisiko melawan Penyihir Jahat Menara dan melibatkan negaranya sendiri dalam perseteruan itu. Penyihir itu bahkan mungkin menyatakan perang habis-habisan terhadap Negara Demonkin dengan alasan mencapai "Otonomi Absolut Bagi Semua Manusia", dan jika keadaan meningkat hingga sejauh itu, tanah air Diablo mungkin akan menyerahkan kepalanya kepada penyihir itu di atas piring perak untuk mengakhiri masalah itu.
"Itu tidak boleh terjadi...."
Kata Diablo, menghela napasnya.
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!"
Diablo mencondongkan tubuh ke depan sejauh itu, dahinya hampir menyentuh meja, air mata pahit menodai dokumen yang baru saja dia baca.
"Pada akhirnya aku mendapatkan kembali tempat yang pernah dirampas dariku di jalan menuju kejayaan." Ratap Diablo.
"Mengapa aku harus menderita kesengsaraan ini? Para ras rendahan itu berkembang biak seperti tikus got, jadi mengapa takdir harus membiarkan si Light itu tetap hidup?"
Diablo terus menangis di kamarnya tanpa tahu apa langkah selanjutnya, merasakan penderitaan yang diharapkan Light.